Anda di halaman 1dari 77

LAPORAN KELOMPOK MANAJEMEN PELAYANAN KEBIDANAN

DI RUANG KEBIDANAN RSUD Dr. ACHMAD MOCHTAR


KOTA BUKITTINGGI

DISUSUN OLEH :
AGROMENA SUSANTI
ASTARI WAHYUNI
ELFIRA ARIANI
FIFI YANTI.Z
HEMA YUNITA
INDRIANI RUSFAH
MIRITIS
NENI TILA SARI
SUSIANI
VILYA RONA RIZKY

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROFESI PENDIDIKAN BIDAN FAKULTAS


KESEHATAN UNIVERSITAS FORT DE KOCK BUKITTINGGI
TAHUN AJARAN 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN
MANAJEMEN PELAYANAN KEBIDANAN
DI RUANG KEBIDANAN RSUD Dr. ACHMAD MOCHTAR
BUKITTINGGI

Bukittinggi, Juni 2021


CI Lapangan

( Ns. Febriyanti M.Kep, Sp.Kep.An )

( Ns.Yosefina, S.Kep)

CI Akademik

(Vedjia Medhyna, S.ST M.Keb)


KATA PENGANTAR
Assalamulaikum Wr.WB
Alhamdulillah segala puji bagiMu ya rabb, Tuhan semesta alam, pemberi cinta
yang hakiki yang senantiasa menyiapkan rencana sempurna untuk hamba-MU yang
engkau berikan sehingga kami bisa menyelesaikan pendidikan profesi bidan pada siklus
manajemen pelayanan kebidanan dengan laporan ini tentang “Managemen Pelayanan
Kebidanan Di Ruang Kebidanan RSUD Dr.Achmad Mochtar Bukittinggi”. Tak
lupa pula kami ucapkan terimakasih kepada:
1. Kepada Ibu Ns. Febriyanti M.Kep, Sp.Kep.An selaku Pembimbing Lapangan di
Rumah Sakit Dr Achmad Mochtar yang telah memberikan ilmu dalam laporan ini.
2. Kepada Ibu Ns.Yosefina, S.Kep selaku Pembimbing Lapangan di Rumah Sakit Dr
Achmad Mochtar yang telah memberikan ilmu dalam laporan ini.
3. Kepada Ibu Novriani, S.ST selaku Kepala Ruangan Kebidanan di rumah Sakit Dr.
Achmad Mochtar.
4. Dosen pembimbing kami, Ibu Vedjia Medhyna, S.ST M.Keb yang telah
memberikan ilmu dalam laporan ini.
5. Dosen pembimbing kami, Ibu Nina fitri, S.ST, M.Keb yang telah memberikan
kami ilmu dalam penyusuna laporan ini
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin.
Bukittinggi, Juni 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
LAMPIRAN.........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Tujuan .........................................................................................................2
C. Manfaat Penulisan........................................................................................3

BAB II TINJAUAN TEORI...............................................................................4


A. Pelayanan Kebidanan...................................................................................4
B. Managemen Pelayanan Kebidanan..............................................................6
C. Konsep Mutu Pelayanan Kebidanan............................................................7
D. Empat Pilar Manajemen Keperawatan.........................................................15
E. Analisa Data dan Perencanaan Managemen Pelayanan Kebidanan............38

BAB III HASIL KAJIAN....................................................................................42


A. Gambaran Umum RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi.......................42
B. Ruangan Kebidanan RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi...................46

BAB IV ANALISIS DATA DAN PERENCANAAN........................................56


A. Analisa Data SWOT.....................................................................................56
B. Identifikasi Masalah.....................................................................................58
C. Prioritas masalah dengan pendekatan PSBH/PSBN....................................59
D. POA..............................................................................................................60

BAB V IMPLEMENTASI DAN EVALUASI...................................................61


A. Implementasi.............................................................................................61
B. Evaluasi.....................................................................................................62

BAB VI PENUTUP..............................................................................................63
A. Kesimpulan................................................................................................63
B. Saran..........................................................................................................64

LAMPIRAN

iii
LAMPIRAN

Kuesioner
Panduan Observasi
Sop
Leaflet
Dokumentasi Kegiatan

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat [ CITATION Per19 \l 1033 ].
Kualitas pelayanan kesehatan adalah persepsi pelanggan mengenai superioritas
jasa pelayanan kesehatan yang merupakan akumulasi kepuasaan bagi banyak
pelanggan atas banyak pengalaman jasa. Penyedia pelayanan jasa kesehatan yang
berkualitas adalah penyedia jasa yang mampu secara terus-menerus menyediakan
pengalaman jasa yang memuaskan selama periode waktu yang lama [ CITATION End13
\l 1033 ].
Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, yang
diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga dalam rangka tercapainya
keluarga yang berkualitas. Pelayanan kebidanan merupakan layanan yang diberikan
oleh bidan sesuai dengan kewenangan yang diberikannya dengan maksud
meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam rangka tercapainya keluarga
berkualitas, bahagia, dan sejahtera. Sasaran pelayanan kebidanan adalah individu,
keluarga dan masyarakat, yang meliputi upaya peningkatan, pencegahan,
penyembuhan dan pemulihan [ CITATION Wid17 \l 1033 ].
RSUD Dr Achmad Mochtar sebagai salah satu penyelenggara pelayanan
kesehatan, pendidikan, dan penelitian serta usaha lain dibidang kesehatan, bertujuan
untuk meningkatkan derajat kesehatan dan senantiasa berorientasi kepada
kepentingan masyarakat. Tujuan tersebut dapat terlaksana jika rumah sakit didukung
dengan adanya organisasi yang mantap dan manajemen yang baik dengan
berorientasi pada mutu pelayanan bagi masyarakat. Dalam pengorganisasian rumah
sakit terdapat beberapa tenaga kesehatan yang berperan diantaranya Kepala Ruang,
Ketua Tim, dan Bidan Pelaksana yang bertugas.
Kepala ruang sebagai seorang pemimpin dalam praktiknya harus melaksanakan
fungsi manajemen sesuai dengan perannya. Dimana fungsi manajemen kepala ruang
mencakup kegiatan POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controlling) terhadap

1
bidan pelaksana bertujuan untuk mencapai kinerja bidan pelaksana yang tinggi
(Nursalam, 2011).
Mahasiswa Universitas Fort De Kock Profesi Bidan dituntut untuk
mengaplikasikan langsung pengetahuan manajerialnya diruang Kebidanan RSUD
Dr Achmad Mochtar, dimana ruang Kebidanan adalah ruangan Nifas dan
Ginekologi. Pelayanan diruang nifas dan ginekologi adalah memberikan pelayanan
terintergrasi dan komprehensif karena terdiri dari pelayanan medis, pelayanan
penunjang medis, dan pelayanan kebidanan terkoordinasi oleh semua pihak.
Maka dari itu pelayanan kebidanan harus dikelola secara profesional, karena itu
perlu adanya Manajemen Kebidanan. Manajemen Kebidanan harus dapat
diaplikasikan dalam tatanan pelayanan nyata di Rumah Sakit, sehingga bidan perlu
memahami bagaimana konsep dan aplikasinya di dalam organisasi kebidanan itu
sendiri. Berdasarkan hal tersebut, penulis akan membahas hal-hal yang berkaitan
dengan manajemen kebidanan.

B. Tujuan Praktek Pelayanan Kebidanan


1. Tujuan Umum
Setelah melakukan studi pustaka dan praktik lapangan ini diharapkan mahasiswa
Profesi Bidan Universitas Fort De Kock mampu memahami dan melakukan
manajemen pelayanan kebidanan sesuai dengan konsep dan langkah manajemen
kebidanan.
2. Tujuan Khusus
Setelah memahami manajemen pelayanan kebidanan, mahasiswa mampu:
a. Melakukan kajian situasi unit pelayanan kebidanan di ruang rawat inap yang
meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengelolaan tenaga kerja, pengarahan,
dan pengendalian.
b. Menganalisa permasalahan manajemen ruangan dengan metode SWOT.
c. Merumuskan masalah manajemen ruangan dan mencari akar masalah dengan
menggunakan metode Fishbone melalui pendekatan 5M
(Man,Money,Material,Method, Marketing).

2
d. Menyusun rencana penyelesaian masalah dengan menggunakan format POA
(Plan of Action) pada unit pelayanan kebidanan tertentu berdasarkan hasil kajian
bersama dengan penanggungjawab unit.
e. Melaksanakan implementasi perbaikan fungsi manajemen ruangan sesuai
masalah prioritas (melakukan peran tentang operan, supervisi, pengarahan, dan
ronde kebidanan).
f. Melaksanakan evaluasi manajemen pelayanan kebidanan.
g. Melakukan peran dan fungsi manajerial dengan role play sebagai Kepala Ruang,
dan Bidan Pelaksana.

C. Manfaat Penulisan
a. Institusi Pendidikan
Dapat menjadi pedoman atau masukan dalam penelitian kesehatan dan
pengembangan Mata Kuliah Manajemen Kebidanan sebagai bimbingan terhadap
mahasiswa khususnya untuk Program Studi Profesi Universitas Fort De Kock
Bukittinggi.
b. Rumah Sakit
Untuk menjadi acuan/perbandingan dalammeningkatkan efektifitas dan efisiensi
pelayanan Rumah Sakit khususnya lewat penggunaannya rencana kerja harian
Bidan pelaksana.
c. Mahasiswa
Untuk memberikan wawasan, masukan, pembaharuan, bahkan jalan keluar
mengenai maslaah-maslah yang terjadi diruangan terkait dengan manajemen
keperawatan khususnyarencana harian Bidan pelaksana.
d. Bidan
Untuk membantu Bidan mengatasi maslah pasien dan kebutuhan pasien

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pelayanan Kebidanan
1. Definisi Pelayanan Kebidanan
Pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab praktek
profesi bidan dalam sistem pelayanan kesehatan yang bertujuan meningkatkan
kesehatan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan kesehatan masyarakat dan
keluarga. Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan yang diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga dalam rangka
terwujudnya kelurga kecil bahagaia dan sejahtera.
2. Jenis Pelayanan
Adapun standar pelayanan kesehatan meliputi 4 standar yang dikolompokkan
sebagai berikut : (Depkes RI, 2016).
a. Standar Pelayanan Umum
Persiapan keluarga sehat yakni Bidang memberikan penyuluhan dan nasehat
kepada perorangan, keluarga, dan masyarakat tentang segala hal yang
berkaitan dengan kehamilan, termasuk penyuluhan kesehatan umum, gizi,
keluarga berencana, kesiapan dalam menghadapi kehamilan, dan menjadi
calon orang tua, menghindari kebiasaan yang tidak baik dan mendukung
kebiasaan yang baik.
b. Standar Pelayanan Antenatal
Terdapat 6 standar pelayanan antenatal sebagai berikut : (Depkes RI, 2002).
1) Identifikasi ibu hamil.
2) Pemeriksaan dan Pemantauan antenatal.
3) Palpasi abdominal
4) Pengelolaan anemia pada kehamilan
5) Pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan
6) Persiapan persalinan
c. Standar Pertolongan Persalinan
Terdapat 4 standar pertolongan persalinan, yaitu: (Depkes RI, 2016).

4
1) Asuhan saat persalianan
2) Persalinan yang aman
3) Pengeluaran plasenta dengan penegangan tali pusat
4) Penanganan kala II dengan gawat janin melalui episiotomi
d. Standar Pelayanan Nifas
Terdapat 3 standar dalam pelayanan nifas sebagai berikut: (Depkes RI,
1999).
1) Perawatan bayi baru lahir
2) Penanganan pada 2 jam pertama setelah persalinan
3) Pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas
e. Standar Pelayanan Kegawatan Obstetri Neonatal
Terdapat 10 standar dalam penanganan kegawatan obstetri dan neonatal
sebagai berikut: (IBI, 2000).
1) Penanganan perdarahan pada kehamilan
2) Penanganan kegawatan pada eclamsia
3) Penanganan kegawatan partus lama/macet
4) Persalinan dengan forsef rendah
5) Persalinan dengan penggunaan vakum ekstraktor
6) Penaganan retensio plasenta
7) Penanaganan perdarahan postpartum primer
8) Penanganan perdarahan postpartum sekunder
9) Penanganan sepsis puerperalis
10) Penanganan asfeksia
f. PONEK dalam Upaya Penurunan AKI dan AKB
Angka kematian ibu dan neonatus di Indonesia masih menduduki peringkat
yang cukup tinggi di Asia Tenggara, bahkan penurunannya terhitung relatif
lambat. Kematian ibu sebagian besar disebabkan oleh perdarahan, infeksi, dan
juga eklamsia. Maka proses persalinan hingga perawatan bayi harus dilakukan
dengan sistem yang terpadu di tingkat nasional maupun regional. Pelayanan
obstetri dan neonatal di tingkat regional merupakan pelayanan terpadu yang
disediakan dalam bentuk Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi

5
Komprehensif (PONEK) di rumah sakit, dan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergensi Dasar (PONED) di puskesmas. Dalam perannya menurunkan AKI,
ketersediaan tenaga kerja yang kompeten dan handal merupakan kunci
keberhasilan PONEK dan PONED.
Di Indonesia sudah disusun buku pedoman manajemen penyelenggaraan
PONEK maupun PONED selama 24 jam di rumah sakit dan juga puskesmas
tertentu. Rumah sakit PONEK merupakan rumah sakit rujukan yang
memberikan pelayanan 24 jam untuk kegawatdaruratan ibu dan bayi.
Keberadaan PONEK dan PONED sangat membantu menurunkan AKI jika
disertai petugas kesehatan serta sarana dan rasarana yang memadai. Dalam
pelaksanaannya PONED dan PONEK harus bekerjasama untuk saling
mendukung pelayanan ibu dan bayi sebaik mungkin.
B. Managemen Pelayanan Kebidanan
1. Definisi
Buku 50 tahun IBI, 2007, Manajemen Kebidanan adalah pendekatan yang
digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara
sistematis mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosis kebidanan, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi. Depkes RI, 2005, manajemen kebidanan adalah metode
dan pendekatan pemecahan masalah ibu dan khusus dilakukan oleh bidan dalam
memberikan asuhan kebidanan pada individu, keluarga dan masyarakat.
Helen Varney, 1997, manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah
yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan dalam rangkaian atau
tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien.
Proses manajemen kebidanan sesuai dengan standar yang dikeluarkan oleh ACNM
(1999) terdiri atas:
a. Mengumpulkan dan memperbaharui data yang lengkap dan relevan secara
sistematis melalui pengkajian yang komprehensif terhadap kesehatan setiap
klien, termasuk mengkaji riwayat kesehatan dan melakukan pemeriksaan fisik.
b. Mengidentifikasi masalah dan membuat diagnosis berdasar interpretasi data
dasar.

6
c. Mengidentifikasi kebutuhan terhadap asuhan kesehatan dalam menyelesaikan
masalah dan merumuskan tujuan asuhan kesehatan bersama klien.
d. Memberi informasi dan dukungan kepada klien sehingga mampu membuat
keputusan dan bertanggungjawab terhadap kesehatannya.
e. Membuat rencana asuhan yang komprehensif bersama klien.
f. Secara pribadi, bertanggungjawab terhadap implementasi rencana individual.
g. Melakukan konsultasi perencanaan, melaksanakan manajemen dengan
berkolaborasi, dan merujuk klien untuk mendapat asuhan selanjutnya.
h. Merencanakan manajemen terhadap komplikasi dalam situasi darurat jika
terdapat penyimpangan dari keadaan normal.
i. Melakukan evaluasi bersama klien terhadap pencapaian asuhan kesehatan dan
merevisi rencana asuhan sesuai dengan kebutuhan.
Langkah-Langkah Manajemen Kebidanan

C. Konsep Mutu Pelayanan Kebidanan


1. Modek Praktek Keperwatan Profesional ( MPKP )
Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) Model Praktik Keperawatan
Profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai
profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian

7
asuhan keperawatan termasuk lingkungan, yang dapat menopang pemberian
asuhan tersebut (Hoffart & Woods, 1996).
1. Tujuan Model Praktik Keperawatan Profesional
A. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
B. Mengurangi konflik, tumpang tindih, dan kekosongan pelaksanaan asuhan
keperawatan oleh tim keperawatan
C. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan
D.Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan
E. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi
setiap tim keperawatan.
2. Karakteristik MPKP
a. Penetapan Jumlah Tenaga Keperawatan
Penetapan jumlah tenaga keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai
dengan derajat ketergantungan klien.
b.Penetapan Jenis Tenaga Keperawatan
Pada suatu ruang rawat MPKP, terdapat beberapa jenis tenaga yang
memberikan asuhan keperawatan yaitu Clinical Care Manager (CCM),
Perawat Primer (PP), dan Perawat Asosiet (PA). Selain jenis tenaga tersebut
terdapat juga seorang kepala ruang rawat yang bertanggung jawab terhadap
manajemen pelayanan keperawatan di ruang rawat tersebut. Peran dan fungsi
masingmasing tenaga sesuai dengan kemampuannya dan terdapat
tanggungjawab yang jelas dalam sistem pemberian asuhan keperawatan.
Penetapan Standar Rencana Asuhan Keperawatan
Standar rencana asuhan keperawatan perlu ditapkan, karena berdasarkan
hasil observasi, penulisan rencana asuhan keperawatan sangat menyita waktu
karena fenomena keperawatan mencakup 14 kebutuhan dasar manusia
(Potter & Perry, 1997). Pada MPKP digunakan metode modifikasi
keperawatan primer, sehingga terdapat satu orang perawat profesional yang
disebut perawat primer yang bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas
asuhan keperawatan yang diberikan. Disamping itu, terdapat Clinical Care
Manager (CCM) yang mengarahkan dan membimbing PP dalam

8
memberikan asuhan keperawatan. CCM diharapkan akan menjadi peran
Ners spesialis pada masa yang akan datang.
2. Langkah-langkah Dalam MPKP
a. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan penerapan MPKP ini ada beberapa hal yang harus
dilakukan, yaitu: (Sitorus, 2011).
1) Pembentukan Tim
Jika MPKP akan diimplementasikan di rumah sakit yang digunakan sebagai
tempat proses belajar bagi mahasiswa keperawatan, sebaiknya kelompok
kerja ini melibatkan staf dari institusi yang berkaitan sehingga kegiatan ini
merupakan kegiatan kolaborasi antara pelayanan/rumah saklit dan institusi
pendidikan. Tim ini bisa terdiri dari seorang koordinator departemen,
seorang penyelia, dan kepala ruang rawat serta tenaga dari institusi
pendidikan. (Sitorus, 2011).
2) Rancangan Penilaian Mutu
Penilaian mutu asuhan keperawatan meliputi kepuasan klien/keluarga
kepatuhan perawat terhadap standar yang dinilai dari dokumentasi
keperawatan, lama hari rawat dan angka infeksi noksomial (Sitorus, 2011).
3) Presentasi MPKP
Selanjutnya dilakukan presentasi tentang MPKP dan hasil penilaian mutu
asuhan kepada pimpinan rumah sakit, departemen, staf keperawatan, dan staf
lain yang terlibat. Pada presentasi ini juga, sudah dapat ditetapkan ruang
rawat tempat implementasi MPKP akan dilaksanakan (Sitorus, 2011).
a) Penentuan Tempat Implementasi MPKP Adapun hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam penentuan tempat implementasi MPKP, antara lain
(Sitorus, 2011) :
1) Mayoritas tenaga perawat merupakan staf baru di ruang tersebut. Hal ini
diperlukan sehingga dari awal tenaga perawat tersebut akan mendapat
pembinaan tentang kerangka kerja MPKP

9
2) Bila terdapat ruang rawat, sebaiknya ruang rawat tersebut terdiri dari 1
swasta dan 1 ruang rawat yang nantinya akan dikembangkan sebagai
pusat pelatihan bagi perawat dari ruang rawat lain.
3. Penetapan Tenaga Keperawatan
Pada MPKP, jumlah tenaga keperawatan di suatu ruang rawat ditetapkan dari
klasifikasi klien berdasarkan derajat ketergantungan. Untuk menetapkan jumlah
tenaga keperawatan di suatu ruang rawat didahului dengan menghitung jumlah
klien berdasarkan derajat ketergantungan dalam waktu tertentu, minimal selama
7 hari berturut-turut. (Sitorus, 2011).
a) Penetapan Jenis Tenaga Pada MPKP metode pemberian asuhan keperawatan
yang digunakan adalah metode modifikasi keperawatan primer. Dengan
demikian, dalam suatu ruang rawat terdapat beberapa jenis tenaga, meliputi
(Sitorus, 2011):
1) Kepala ruang rawat
2) Clinical care manager
3) Perawat primer
4) Perawat asosiate
b) Pengembangan Standar Rencana Asuhan Keperawatan
Pengembangan standar rencana asuhan keperawatan bertujuan untuk
mengurangi waktu perawat menulis, sehingga waktu yang tersedia lebih
banyak dilakukan untuk melakukan tindakan sesuai kebutuhan klien.
Adanya standar rencana asuhan keperawatan menunjukan asuhan
keperawatan yang diberikan berdasarkan konsep dan teori keperawatan
yang kukuh, yang merupakan salah satu karakteristik pelayanan profesional.
Format standar rencana asuhan keperawatan yang digunakan biasanya
terdiri dari bagian-bagian tindakan keperawatan: diagnosa keperawatan dan
data penunjang, tujuan, tindakan keperawatan dan kolom keterangan
(Sitorus, 2011).
c) Penetapan Format Dokumentasi Keperawatan
Selain standar rencana asuhan keperawatan, format dokumentasi
keperawatan lain yang diperlukan adalah (Sitorus, 2011) :

10
1) Format pengkajian awal keperawatan
2) Format implementasi tindakan keperawatan
3) Format kardex
4) Format catatan perkembangan
5) Format daftar infuse termasuk instruksi atau pesanan dokter
6) Format laporan pergantian shif
7) Resume perawatan
d) Identifikasi Fasilitas
Fasilitas minimal yang dibutuhkan pada suatu ruang MPKP sama dengan
fasilitas yang dibutuhkan pada suatu ruang rawat. Adapun fasilitas
tambahan yang di perlukan adalah (Sitorus, 2011) :
1) Badge atau kartu nama tim Badge atau kartu nama tim merupakan
kartu identitas tim yang berisi nama PP dan PA dalam tim tersebut.
Kartu ini digunakan pertama kali saat melakukan kontrak dengan
klien/keluarga.
2) Papan MPKP Papan MPKP berisi daftar nama-nama klien, PP, PA, dan
timnya serta dokter yang merawat klien.
e) Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan MPKP dilakukan langkah-langkah berikut ini
(Sitorus, 2011):
1) Pelatihan tentang MPKP
Pelatihan MPKP diberikan kepada semua perawat yang terlibat di ruang
yang sudah ditentukan.
2) Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam melakukan
konferensi.
Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari.
Konferensi dilakukan setelah melakukan operan dinas, sore atau malam
sesuai dengan jadwal dinas PP. Konferensi sebaiknya dilakukan di
tempat tersendiri sehingga dapat mengurangi gangguan dari luar (Sitorus,
2011).

11
3) Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam melakukan
ronde dengan porawat asosiate (PA).
Ronde keperawatan bersama dengan PA sebaiknya juga dilakukan setiap
hari. Ronde ini penting selain untuk supervisi kegiatan PA, juga sarana
bagi PP untuk memperoleh tambahan data tentang kondisi klien (Sitorus,
2011).
4) Memberi bimbingan kepada PP dalam memanfaatkan standar rencana
asuhan keperawatan Standar rencana asuhan keperawatan merupakan
acuan bagi tim dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Semua
masalah dan tindakan yang direncenakan mengacu pada standar tersebut
(Sitorus, 2011).
5) Memberi bimbingan kepada PP dalam membuat kontrak/orientasi
dengan klien/keluarga. Kontrak antara perawat dan klien/keuarga
merupakan kesepakatan antara perawat dan klien/keluarganya dalam
pemberian asuhan keperawatan. Kontrak ini diperlukan agar hubungan
saling percaya antara perawat dan klien dapat terbina. Kontrak diawali
dengan pemberian orientasi bagi klien dan keluarganya (Sitorus, 2011).
6) Memberi bimbingan kepada PP dalam melakukan presentasi kasus dalam
tim. PP secara teratur diharapkan dapat mempresentasikan kasus-kasus
klien yang dirawatnya. Melalui kasus ini PP dan PA dapat lebih
mempelajari kasus yang ditanganinya secara mendalam. (Sitorus, 2011).
7) Memberi bimbingan kepada Critical Care Manager (CCM) dalam
membimbing PP dan PA. Bimbingan CCM terhadap PP dan PA dalam
melakukan implementasi MPKP dilakukan melalui supervisi secara
berkala. Agar terdapat kesinambungan bimbingan, diperlukan buku
komunikasi CCM. Buku ini menjadi sangat diperlukan karena CCM
terdiri dari beberapa orang yaitu anggota tim/panitia yang diatur
gilirannya untuk memberikan bimbingan kepada PP dan PA. Bila sudah
ada CCM tertentu untuk setiap ruangan, buku komunikasi CCM tidak
diperlukan lagi (Sitorus, 2011).

12
8) Memberi bimbingan kepada tim tentang dokumentasi keperawatan.
Dokumentasi keperawatan menjadi bukti tanggung jawab perawat
kepada klien. Oleh karena itu, pengisisan dokumentasi secara tepat
menjadi penting.
f) Tahap Evaluasi
Evaluasi proses dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen evaluasi
MPKP oleh CCM. Evaluasi proses dilakukan oleh CCM dua kali dalam
seminggu. Evaluasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi secara dini
masalahmasalah yang ditemukan dan dapat segera diberi umpan balik atau
bimbingan. Evaluasi hasil (outcome) dapat dilakukan dengan (Sitorus, 2011)
:
1) Memberikan instrumen evaluasi kepuasan klien/keluarga untuk setiap
klien pulang.
2) Mengevaluasi kepatuhan perawat terhadap standar yang dinilai
berdasarkan dokumentasi
3) Penilaian infeksi nosokomial (biasanya ditetapkan per ruang rawat).
4) Penilaian rata-rata lama hari rawat.
g) Tahap Lanjut
MPKP merupakan penataan struktur dan proses (sistem) pemberian asuhan
keperawatan. Agar implementasi MPKP memberikan dampak yang lebih
optimal, perlu disertai dengan implementasi substansi keilmuan
keperawatan. Pada ruang MPKP diuji coba ilmu dan teknologi keperawatan
karena sudah ada sistem yang tepat untuk menerapkannya (Sitorus, 2011).
1) MPKP pemula ditingkatkan menjadi MPKP tingkat I. Pada tingkat ini,
PP pemula diberi kesempatan meningkatkan pendidikan sehingga
mempunyai kemampuan sebagai SKep/Ners. Setelah mendapatkan
pendidikan tambahan tersebut berperan sebagai PP (bukan PP pemula)
Sitorus, 2011).
2) MPKP tingkat I ditingkatkan menjadi MPKP tingkat II. Pada MPKP
tingkat I, PP adalah SKep/Ners. Agar PP dapat memberikan asuhan
keperawatan berdasarkan ilmu dan teknologi mutakhir, diperlukan

13
kemampuan seorang Ners spesialis yang akan berperan sebagai CCM.
Oleh karena itu, kemampuan perawat SKep/Ners ditingkatkan menjadi
ners spesialis (Sitorus, 2011).
3) MPKP tingkat II ditingkatkan menjadi MPKP tingkat III. Pada tingkat
ini perawat dengan kemampuan sebagai ners spesialis ditingkatkan
menjadi doktor keperawatan. Perawat diharapkan lebih banyak
melakukan penelitian keperawatan eksperimen yang dapat
meningkatkan asuhan keperawatan sekaligus mengembangkan ilmu
keperawatan (Sitorus, 2011).
h) Tingkatan MPKP
Berdasarkan pengalaman mengembangkan model PKP dan masukan dari
berbagai pihak perlu dipikirkan untuk mengembangkan suatu model PKP
yang disebut Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula (PKPP). Ada
beberapa jenis model PKP yaitu:
1) Model Praktek Keperawatan Profesional III
Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan kemampuan doktor
dalam keperawatan klinik yang berfungsi untuk melakukan riset dan
membimbing para perawat melakukan riset serta memanfaatkan
hasil-hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan.
2) Model Praktek Keperawatan Profesional II.
Pada model ini akan mampu memberikan asuhan keperawatan
profesional tingkat II. Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat
dengan kemampuan spesialis keperawatan yang spesifik untuk
cabang ilmu tertentu. Perawat spesialis berfungsi untuk memberikan
konsultasi tentang asuhan keperawatan kepada perawat primer pada
area spesialisnya. Disamping itu melakukan riset dan memanfaatkan
hasil-hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan. Jumlah
perawat spesialis direncanakan satu orang untuk 10 perawat primer
pada area spesialisnya.
3) Model Praktek Keperawatan Profesional I

14
Pada model ini perawat mampu memberikan asuhan keperawatan
profesional tingkat I dan untuk itu diperlukan penataan 3 komponen
utama yaitu: ketenagaan keperawatan. Metode pemberian asuhan
keperawatan yang digunakan pada model ini adalah kombinasi
metode keperawatan primer dan metode tim disebut tim primer.
4) Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula
Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula (MPKPP)
merupakan tahap awal untuk menuju model PKP. Model ini mampu
memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat pemula. Pada
model ini terdapat 3 komponen utama yaitu: ketenagaan
keperawatan, metode pemberian asuhan keperawatan dan
dokumentasi asuhan keperawatan.

A. Empat Pilar Manajemen Keperawatan


1. Pilar I : Pendekatan Keperawatan Manajemen
a. Perencanaan
Perencanaan adalah usaha sadar dan pengambilan keputusan yang telah
diperhitungkan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa
depan dalam dan oleh suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan
yang telah ditentukan sebelumnya. Kegiatan perencanaan dalam praktik
keperawatan profesional merupakan upaya untuk meningkatkan
profesionalisme dalam pelayanan keperawatan sehingga mutu pelayanan
bukan saja dapat dipertahankan tetapi juga dapat terus meningkat sampai
tercapai derajat tertinggi bagi penerima jasa pelayanan itu sendiri.
Jenis perencanaan dalam model praktik keperawatan profesional terdiri
dari perencanaan jangka pendek, jangka menengah, dan jangka pendek.
Rencana jangka panjang adalah perencanaan strategis yang disusun untuk
5 hingga 10 tahun kedepan. Rencana jangka menengah disusun untuk
waktu 1 hingga 5 tahun kedepan sedangkan rencana jangka pendek
disusun untuk kurun waktu 1 jam hingga 1 tahun. Kegiatan perencanaan
yang dilakukan dalam ruangan MPKP meliputi perumusan visi, misi,

15
filosofi dan kebijakan. Selain itu, untuk jenis perencanaan yang diterapkan
adalah rencana jangka pendek yang meliputi rencana kegiatan harian,
bulanan dan tahunan.
1) Rencana Jangka Pendek
Rencana jangka pendek yang diterapkan dalam ruangan MPKP
meliputi rencana harian, bulanan dan tahunan. Rencana harian adalah
kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat (kepala ruangan, ketua tim
dan perawat pelaksana) sesuai dengan perannya dan dibuat untuk
setiap jadwal dinas. Isi dari kegiatan tersebut disesuaikan dengan peran
dan fungsi perawat. Rencana harian dibuat sebelum operan jaga
dilakukan dan dilengkapi lagi saat dilakukan operan dan
preconference. Rencana harian kepala ruangan meliputi asuhan
keperawatan, supervisi ketua tim dan perawat pelaksana serta
melakukan supervisi terhadap tenaga selain perawat dan melakukan
kerjasama dengan unit lain yang terkait. Sedangkan rencana harian
ketua tim meliputi penyelenggaraan asuhan keperawatan pasien oleh
tim yang menjadi tanggung jawabnya, melakukan supervisi perawat
pelaksana, berkolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain serta
alokasi pasien sesuai dengan perawat yang berdinas. Rencana harian
perawat pelaksana berisi tindakan keperawatan untuk sejumlah pasien
yang dirawat pada jadwal dinasnya.
2) Rencana jangka menengah
Rencana bulanan merupakan rencana tindak lanjut yang dibuat oleh
kepala ruangan dan ketua tim. Rencana bulanan yang dibuat oleh
kepala ruangan adalah melakukan evaluasi hasil keempat pilar MPKP
pada akhir bulan dan berdasarkan evaluasi tersebut kepala ruangan
akan membuat rencana tindak lanjut untuk meningkatkan kualitas
hasil. Kegiatan yang mencakup rencana bulanan kepala ruangan adalah
membuat jadwal dan memimpin case conference, membuat jadwal dan
memimpin pendidikan kesehatan untuk kelompok keluarga, membuat
jadwal dinas, membuat jadwal petugas untuk terapi aktivitas kelompok

16
(TAK), membuat jadwal dan memimpin rapat tim kesehatan, membuat
jadwal supervisi dan penilaian kinerja ketua tim serta perawat
pelaksana, melakukan audit dokumentasi dan membuat laporan
bulanan. Sedangkan rencana bulanan yang dilakukan ketua tim adalah
melakukan evaluasi tentang keberhasilan kegiatan yang dilakukan oleh
tim nya. Kegiatan rencana bulanan ketua tim meliputi
mempresentasikan kasus dalam case conference, memimpin
pendidikan kesehatan kelompok keluarga serta melakukan supervisi
perawat pelaksana.
3) Rencana Jangka Panjang
Rencana tahunan hanya dilakukan oleh kepala ruangan yaitu dengan
melakukan evaluasi kegiatan di dalam ruangan MPKP selama satu
tahun dan menjadikannya acuan rencana tindak lanjut dan
penyusunan rencana tahunan berikutnya. Rencana kegiatan tahunan
yang dilakukan oleh kepala ruangan MPKP adalah membuat
laporan tahunan yang berisi tentang kinerja MPKP baik proses
kegiatan empat pilar MPKP serta evaluasi mutu pelayanan,
melaksanakan rotasi tim, melakukan pembinaan terkait dengan materi
MPKP khusus kegiatan yang memiliki pencapaian rendah dan hal ini
bertujuan untuk mempertahankan kinerja yang telah dicapai MPKP
bahkan meningkatkan dimasa mendatang. Hal lain yang dilakukan
adalah kepala ruangan melakukan pengembangan sumber daya
manusia dalam bentuk rekomendasi peningkatan jenjang karier
perawat, rekomendasi untuk melanjutkan pendidikan formal dan
membuat jadwal perawat untuk mengikuti pelatihan. Perencanaan
jangka panjang juga membahas ketenagaan yang dibutuhkan di ruang
MPKP. Perencanaan yang baik mempertimbangkan klasifikasi pasien
berdasarkan tingkat ketergantungan, metode pemberian asuhan
keperawatan, jumlah dan kategori tenaga keperawatan serta
perhitungan jumlah tenaga keperawatan. Untuk itu diperlukan
kontribusi dari manajer keperawatan dalam menganalisis dan

17
merencanakan.Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sudah
menetapkan standar praktik keperawatan yang dikembangkan
berdasarkan standar praktik yang dikeluarkan oleh American
Nursing Association/ANA (PPNI, 2012). Standar praktik keperawatan
yang ditetapkan yaitu : Standar I, Standar II Standar III, Standar IV
Standar V
1) perawat mengumpulkan data tentang kesehatan klien.
2) perawat menetapkan diagnosa keperawatan.
3) perawat mengidentifikasi hasil yang diharapkan untuk setiap klien.
4) perawat mengembangkan rencana asuhan keperawatan yang
5) berisi rencana tindakan untuk mencapai hasil
yang diharapkan
6) perawat mengimplementasikan tindakan yang sudah
ditetapkan dalam rencana asuhan keperawatan.
4. Pengklasifikasian Pasien
Berdasarkan metode triage yakni START (Simple Triage And Rapid Treatment)
untuk pengelompokkan pasien sesuai berat ringannya masalah pada pasien.
Pengklasifikasian pasien, antara lain:
a. Merah (High Priority) pasien cedera berat atau mengancam jiwa dan
memerlukan penanganan segera.
a) Gagal napas
b) Cedera thoracoabdominal
c) Syok atau perdarahan berat
d) Luka bakarderajat III (Full Thickness)
b. Kuning (Intermediate Priority pasien cedera yang dipastikan tidak
mengancam jiwa dalam waktu dekat. Dapat ditunda hingga beberapa jam.
a) Cedera abdomen tanpa syok
b) Cedera region thorac tanpa gangguan respirasi
c) Fraktur mayor tanpa syok
d) Cedera kepala atau servikal tanpa gangguan kesadaran
e) Lukar bakar derajat I (Superficial)

18
c. Hijau (Low Priority) pasien cedera ringan yang tidak
memerlukan stabilisasi segera, tidak mengancam jiwa dan
tidak menimbulkan kecacatan.
a) Cedera jaringan lunak
b) Fraktur dan dislokasi ekstremitas
c) Cedera maksilo-fasial tanpa gangguan jalan nafas
d) Gawat darurat psikologis
d. Hitam pasien meninggal atau cedera fatal yang tidak
memunginkan untuk resusitasi.
b. Kebutuhan Tenaga Perawat
Nursalam (2014) memaparkan ada berbagai cara perhitungan kebutuhan
tenaga perawat untuk suatu ruangan. Namun dalam kajian teori ini akan
dipaparkan cara perhitungan kebutuhan tenaga menurut Douglas. Douglas
menetapkan jumlah perawat yang dibutuhkan dalam suatu unit perawatan
berdasarkan klasifikasi pasien (tingkat ketergantungan)

Tabel 2.1. Klasifikasi Tingkat Ketergantungan Pasien


Klasifikasi Pasien
Minimal Partial Total
Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam
0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
Jumlah tenaga perawat = Jumlah pasien x tingkat ketergantungan pasien.

c. Pengorganisasian
Pengorganisasian atau organizing didefinisikan sebagai pengelompokan
aktivitas untuk mencapai tujuan, penugasan suatu kelompok tenaga
keperawatan, menentukan cara dari pengkordinasian aktivitas yang tepat
baik vertikal maupun horizontal serta bertanggung jawab untuk mencapai
tujuan. Bentuk pengorganisasian dalam ruangan MPKP meliputi
penyusunan struktur organsisasi, daftar dinas ruangan dan daftar pasien.
Penyusunan struktur organisasi dibuat untuk menunjukkan adanya
pembagian kerja. Selain itu struktur organisasi dibuat guna menunjukkan

19
spesialisasi pekerjaan di dalam ruangan MPKP.
1) Metode Penugasan
a) Metode Tim
Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan
keperawatan dimana seorang perawat profesional memimpin
sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan kelompok pasien melalui upaya kooperatif dan
kolaboratif (Douglas, 1984 dalam Sitorus, 2011). Metode ini
digunakan bila perawat pelaksana terdiri dari berbagai latar
belakang pendidikan dan kemampuannya. Tujuan metode
penugasan keperawatan tim untuk memberikan keperawatan yang
berpusat pada pasien
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2–3 tim/group
yang terdiri dari tenaga professional, teknikal dan pembantu dalam
satu grup kecil yang saling membantu. Kelebihan :Memungkinkan
pelayanan keperawatan yang menyeluruh, mendukung pelaksanaan
proses keperawatan, memungkinkan komunikasi antar tim,
sehingga konflik mudah diatasi dan memberi kepuasan pada
anggota tim.Kelemahan: komunikasi antar anggota tim terbentuk
terutama dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya
membutuhkan waktu, yang sulit dilaksanakan pada waktu-waktu
sibuk.
2) Konsep Metode Tim menurut Kron & Gray (1987) pelaksanaan model
tim harus berdasarkan konsep berikut:
a) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu
menggunakan teknik kepemimpinan.
b) Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas rencana
keperawatan terjamin.
c) Anggota tim menghargai kepemimpinan ketua tim.

20
d) Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan
berhasil baik bila didukung oleh kepala ruang.
3) Tugas dan Tanggung Jawab Anggota Tim
a) Melaksanakan tindakan keperawatan yang telah direncanakan ketua
tim.
b) Mendokumentasikan tindakan keperawatan yang dilakukan.
c) Membantu ketua tim melakukan pengkajian, menentukan
diagnose keperawatan dan membuat rencana keperawatan.
d) Membantu ketua tim mengevaluasi hasil tindakan keperawatan.
e) Membantu/bersama dengan ketua tim mengorientasikan pasien
baru.
f) Mengganti tugas pembantu keperawatan bila perlu.
4) Tugas dan Tanggung Jawab Ketua Tim
a) Bertanggung jawab terhadap pengelolaan asuhan keperawatan pasien
sejak masuk sampai pulang.
b) Mengorientasikan pasien yang baru dan keluarganya.
c) Mengkaji kondisi kesehatan pasien dan keluarganya.
d) Membuat diagnose keperawatan dan rencana keperawatan.
e) Mengkomunikasikan rencana keperawatan kepada anggota tim.
f) Mengarahkan dan membimbing anggota tim dalam melakukan
tindakan keperawatan.
g) Mengevaluasi tindakan dan rencana keperawatan.
h) Melaksanakan tindakan keperawatan tertentu.
i) Mengembangkan perencanaan pulang.
j) Memonitor pendokumentasian tindakan keperawatan yang
dilakukan oleh anggota tim.
k) Melakukan/mengikuti pertemuan dengan anggota tim/tim
kesehatan lainnya untuk membahas perkembangan kondisi pasien.
l) Membagi tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota
kelompok dan memberikan bimbingan melalui konferensi.
m) Mengevaluasi pemberian askep dan hasil yang di

21
capai dalam pendokumentasian.
Tanggung Jawab Kepala Ruangan
a) Dalam Perencanaan
 Menunjuk ketua tim yang akan bertugas di ruangan masing-
masing.
 Mengikuti serah terima pasien pada shift sebelumnya.
 Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien bersama
ketua tim.
 Mengidentifikasi jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan
berdasarkan aktifitas dan kebutuhan pasien bersama ketua
tim, mengatur penugasan/penjadwalan.
 Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan.
 Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi,
patofisiologi, tindakan medis yang dilakukan, program
pengobatan, dan mendiskusikan dengan doketr tentang
tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien.
 Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan, termasuk
kegiatan membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan,
membimbing pelaksanaan proses keperawatan dan menilai
asuhan keperawatan, mengadakan diskusi untuk pemecahan
masalah, serta memberikan informasi kepada pasien atau
keluarga yang baru masuk.
 Dalam Pengorganisasian
o Merumuskan metode penugasan yang digunakan.
o Merumuskan tujuan metode penugasan.
o Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim
secara jelas.
o Membuat rentang kendali, kepala
ruangan membawahi 2 ketua tim, dan
ketua tim membawahi 2-3 perawat.

22
 Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan: membuat proses
dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari, dan lain-lain.
 Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan.
 Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik.
 Mendelegasikan tugas saat kepala ruangan tidak berada di tempat
kepada ketua tim.
 Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus
administrasi psien
 Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya.
 Identifikasi masalah dan cara penanganannya.
b) Dalam Pengarahan
 Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim.
 Memberi pujian pada anggota tim.
 Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan,
dan sikap.
 Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berkaitan
dengan askep pasien.
 Melibatkan bawahan dari awal hingga akhir kegiatan.
 Membimbing bawahan yang kesulitan dalam melaksanakan
tugasnya.
 Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.
c) Dalam Pengawasan
 Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung
dengan ketua tim maupun pelaksana mengenai asuhan keperawatan
yang diberikan.
 Melalui supervisi:
(a) pengawasan langsung dilakukan melalui inspeksi, mengamati
sendiri, atau melalui laporan langsung secara lisan, dan
memperbaiki/mengawasi kelemahan-kelamahan yang ada saat
itu juga,

23
(b) pengawasan tidak langsung, yaitu mengecek daftar hadir ketua
tim, membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta
catatan yang dibuat selama atau sesudah proses keperawatan
dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar laporan ketua tim
tentang pelaksanaan tugas,
(c) evaluasi,
(d) mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan
rencana keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim,
(e) audit keperawatan.

Skema penugasan pada metode penugasan tim dapat dilihat p


ada Gambar 2

(Sumber: Marquis & Huston, 1998 dalam Nursalam, 2014)

24
5. Sistim Pemberian Asuhan Keperawatan Tim
a) Metode Primer
Metode primer adalah suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana
perawat professional bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap
asuhan keperawatan pasien selama 24 jam. Menurut Nursalam (2014),
metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh
selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk
sampai keluar rumah sakit. Tanggung jawab meliputi pengkajian pasien,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi askep dari sejak pasien masuk
rumah sakit hingga pasien dinyatakan pulang ini merupakan tugas utama
perawat primer yang dibantu oleh perawat asosiet. Perawat yang
menggunakan metode keperawatan primer dalam pemberian asuhan
keperawatan disebut perawat primer (primary nurse). Pada metode
keperawatan primer terdapat kontinuitas keperawatan dan bersifat
komprehensif serta dapat dipertanggung jawabkan. Setiap perawat primer
biasanya mempunyai 4–6 pasien dan bertanggung jawab selama 24 jam
selama pasien dirawat di rumah sakit. Perawat primer bertanggung jawab
untuk mengadakan komunikasi dan koordinasi dalam merencanakan asuhan
keperawatan dan juga akan membuat rencana pulang pasien jika diperlukan.
Jika perawat primer sedang tidak bertugas, kelanjutan asuhan akan
didelegasikan kepada perawat lain (associate nurse).
Kelebihan:
 Bersifat kontinuitas dan komprehensif.
 Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap
hasil, dan memungkinkan pengembangan diri.
 Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter, dan rumah
sakit (Gillies, 1989 dalam Nursalam, 2014).
 Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa dimanusiawikan
karena terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu, asuhan
yang diberikan bermutu tinggi dan tercapai pelayanan yang efektif
terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi.

25
Dokter juga merasakan kepuasan dengan model primer karena
senantiasa mendapatkan informasi tentang kondisi pasien yang selalu
diperbarui dan komprehensif.
Kelemahan: metode ini hanya dapat dilakukan oleh perawat yang
memiliki pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria
asertif, self direction, kemampuan mengambil keputusan yang tepat,
menguasai keperawatan klinis, penuh pertimbangan, serta mempu
berkolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu.
Konsep Dasar Metode Primer
a) Ada tanggung jawab dan tanggung gugat.
b) Ada otonomi.
c) Ketertiban pasien dan keluarga.
Tugas Perawat Primer
a) Mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif.
b) Membuat tujuan dan rencana keperawatan.
Menerima pasien baru
a) Memimpin rapat
b) Mengevaluasi kinerja perawat
c) Membuat jadwal dinas
d) Perencanaan,
pengarahan, dan
pengawasan Perawat
Primer
a) Membuat perencanaan asuhan keperawatan
b) Mengadakan tindakan kolaborasi
c) Memimpin timbang terima
d) Mendelegasikan tugas
e) Memimpin ronde keperawatan
f) Mengevaluasi pemberian asuhan keperawatan
g) Bertanggung jawab terhadap pasien
h) Memberi petunjuk bila pasien akan pulang

26
6. Membuat jadwal dinas dan daftar pasien
Daftar dinas ruangan mencakup jadwal dinas, nama perawat yang bertugas dan
nama perawat yang bertanggung jawab dalam jadwal dinas tersebut. Daftar
dinas disusun berdasarkan tim dan dibuat untuk kurun waktu 1 minggu. Hal ini
mempermudah perawat untuk mempersiapkan dan mengetahui tugas yang akan
dilakukannya. Setiap tim memiliki anggota yang berdinas pagi, sore dan malam
serta yang lepas dinas atau libur.
Daftar pasien berisi informasi tentang nama pasien, nama dokter yang
merawatnya, nama perawat ketua tim, nama perawat pelaksana yang
bertanggung jawab terhadap pasien yang bersangkutan serta alokasi perawat.
7. Pengarahan
Pengarahan atau directing dalah suatu usaha untuk penerapan perencanaan
dalam bentuk tindakan untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan
sebelumnya. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan dalam pengarahan dalam
ruangan MPKP yaitu menciptakan budaya motivasi, melakukan komunikasi
efektif pada operan antar jadwal dinas, preconference dan postconference,
manajemen konflik, supervisi serta pendelegasian. Di dalam ruangan MPKP
penciptaan iklim motivasi diterapkan dengan beberapa cara, diantaranya adalah :
a. Pemberian reinforcement positif yaitu menguatkan perilaku positif
dengan memberikan reward. Reward yang dimaksud adalah
membudayakan dalam tim untuk membudayakan pemberian pujian yang
tulus antar karyawan.
b. Melakukan doa bersama sebelum memulai kegiatan yang dilakukan
setiap pergantian dinas. Hal ini bertujuan agar timbul kesadaran diri dan
dorongan spiritual.
c. Membantu mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah setiap personil
dengan cara kepala ruangan mampu untuk berkomunikasi intensif
dengan semua staf baik ketua tim maupun perawat pelaksana untuk
mempererat hubungan.
d. Melakukan pengembangan jenjang karier dan kompetensi para staf.

27
e. Melakukan sistem reward yang adil sesuai dengan kinerja yang telah
dilakukan staf.
Seperti dalam semua organisasi, maka komunikasi juga berperan penting
dalam penerapan MPKP di dalam ruangan perawatan. Komunikasi yang
tidak akan akan membawa dampak yang tidak baik pula untuk kelangsungan
organisasi dalam mencapai tujuan. Komunikasi adalah tukar menukar
pikiran, perasaan, pendapat dan saran yang terjadi antar dua manusia atau lebih
yang bekerja sama. Terdapat beberapa bentuk komunikasi di dalam ruangan
MPKP yaitu operan, preconference dan postconference.
Langkah Supervisi
1) Pra Supervisi
 Menetapkan kegiatan yang akan disupervisi
 Menetapkan tujuan.
2) Pelaksanaan Supervisi
 Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan alat
ukur atau instrumen yang telah disiapkan.
 Supervisor mendapat beberapa hal yang memerlukan pembinaan.
 Supervisor memanggil Ketua Tim dan AN untuk
mengadakan pembinaan dan klarifikasi permasalahan.
 Pelaksanaan supervisi dengan inspeksi, wawancara dan
memvalidasi data sekunder.
3) Pasca Supervisi
 Supervisor memberikan penilaian supervisi (F-Fair).
 Supervisor memberikan feedback dan klarifikasi.
 Supervisor memberikan reinforcement dan follow up
Cara Supervisi
Supervisi dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
a. Langsung
Supervisi dilakukan secara langsung pada kegiatan yang sedang
berlangsung dimana supervisor dapat terlibat dalam kegiatan, umpan

28
balik dan perbaikan.
b. Secara tidak langsung
Supervisi dilakukan nelalui laporan baik tertulis maupun lisan.
Supervisor tidak melihat langsung apa yang terjadi di lapangan.

Preconference
Preconfrence adalah komunikasi yang dilakukan antara ketua tim dan
perawat pelaksana yang dilakukan setelah perawat-perawat dalam ruangan
MPKP melakukan operan. Preconference membahas tentang rencana
kegiatan perawat dalam jadwaldinas tersebut termasuk didalamnya adalah
rencana masing-masing perawat (rencana harian) dan rencana tambahan dari
ketua tim.

Manajemen konflik
Dalam sebuah organisasi, konflik sangat mungkin terjadi antar individu yang
bekerja di suatu tempat yang sama. Konflik ini terjadi karena sekumpulan
orang memiliki latar belakang, sifat, karakter dan cara pandang yang berbeda.
Ruangan MPKP pun tidak terbebas dari konflik karena alasan-alasan tersebut.
Penangananan konflik dapat berupa melakukan kompetisi atau bersaing,
berkolaborasi, menghindar, akomodasi atau berkompromi. Tetapi
penyelesaian konflik yang dianjurkan adalah dengan melakukan kolaborasi,
karena cara ini dapat untuk memuaskan kedua belah pihak yang sedang
mengalami konflik. Pihak yang sedang mengalami konflik didorong untuk
menyelesaikan masalah yang mereka hadapi dengan jalan mencari atau
menemukan persamaan kepentingan sehingga tidak ada salah satu pihakpun
yang merasa dirugikan.

Pendelegasian
Pendelegasian adalah melakukan pekerjaan melalui orang lain. Pendelegasian
sangat diperlukan agar aktivitas organisasi tetap berjalan untuk mencapai
tujuan organisasi. Pendelegasian dalam ruangan MPKP dilaksanakan dalam

29
bentuk pendelegasian kepala ruangan kepada perawat primer atau ketua tim,
dan perawat primer atau ketua tim kepada perawat pelaksana atau perawat
asosiet. Mekanisme pendelegasian ini adalah pelimpahan tugas dan
wewenang, dan dilakukan secara berjenjang. Dalam penerapannya,
pendelegasian terbagi atas pendelegasian terencana dan pendelegasian
insidental (sewaktu-waktu). Pendelegasian terencana adalah pendelegasian
yang secara otomatis terjadi sebagai konsekuensi sistem penugasan yang
diterapkan di ruang MPKP. Sedangkan pendelegasian insidental terjadi jika
salah satu personel dalam ruangan MPKP berhalangan hadir. Beberapa
prinsip yang dilakukan di dalam ruangan MPKP untuk pendelegasian adalah
sebagai berikut : Pada pendelegasian tugas yang terencana harus
menggunakan format pendelegasian tugas dan uraian tugas harus jelas dan
terinci baik secara verbal maupun tulisan.
1) Personil yang menerima pendelegasian tugas harus personil yang
memiliki kompetensi dan setara dengan kemampuan yang digantikan
tugasnya.
2) Pejabat yang mengatur pendelegasian wajib mamantau pelaksanaan
tugas dan bersedia menjadi rujukan jika ditemukan adanya kesulitan
dalam pelaksanaannya.
3) Setelah pendelegasian selesai, maka dilakukan serah terima tugas yang
sudah dilaksanakan beserta hasilnya.

1. Konsep Kepala Ruangan


Kepala ruangan merupakan tenaga perawat yang diberi tugas memimpin satu
ruang rawat, dan bertanggung jawab terhadap pemberian asuhan keperawatan, yang
berperan sebagai first line manager di sebuah rumah sakit, yang diharapkanmampu
melaksanakan fungsi manajemen keperawatan (Sitorus, R & Panjaitan,2011)
Peran dan fungsi kepala ruangan diruang rawat dalam fungsi manajemen
keperawatan antara lain perencanaan, pengorganisasian, pengaturan ketenagaan,
pengarahan, pengawasan dan pengendalian mutu yang merupakan satu siklus

30
Kepala ruangan sebagai manajer operasional, yang memimpin secara langsung,
dalam mengelola seluruh sumber daya di unit perawatan untuk menghasilkan
pelayanan yang bermutu, dan dituntut untuk menjadi motor penggerak, bagi sumber-
sumber dan alat-alat dalam suatu organisasi melalui pengambilan keputusan,
penentuan kebijakan dan menggerakkan orang lain untuk mencapai yang saling
berkaitan satu sama lain (Marquis, B.L & Huston, 2012)
Kepala ruangan memerlukan suatu pemahaman tentang mengelola dan memimpin
orang lain, dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan yang berkualitas dan aman,
untuk kesembuhan pasien melalui pemberian asuhan keperawatan yang sesuai dengan
standar asuhan keperawatan yang konsisten, kontiniyu dan bermutu (Nursalam, 2014).
Pemberian asuhan yang aman merupakan asuhan keperawatan yang efektif, tepat
waktu, dan memenuhi kebutuhan pasien. Keselamatan pasien merupakan sistem
pemberian asuhan yang aman, melalui penurunan tindakan untuk mencegah terjadinya
cedera akibat kesalahan melakukan tindakan yang tidak aman kepada pasien, dan
memberikan tindakan terbaik untuk mendapatkan derajat kesehatanpasien yang
optimal, sehingga dapat menurunkan biaya perawatan dan mengurangi lama hari
rawat pasien (KKP-RS, 2015; Chartey, & Clarke, 2010)
Keselamatan pasien telah menjadi isu dunia yang perlu mendapat perhatian bagi
pelayanan kesehatan. Keselamatan pasien merupakan prinsip dasar dari pelayanan
kesehatan, yang memandang bahwa keselamatan merupakan hak setiap pasien dalam
menerima pelayanan kesehatan (Kemenkes, 2011). Keselamatan pasien merupakan
suatu sistem yang difokuskan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Fokus
tentang keselamatan pasien didorong oleh masih tingginya angka kejadian tidak
diharapkan (KTD) di rumah sakit baik secara global maupun nasional (KKP-RS,
2015)
Insiden keselamatan pasien berhubungan dengan pelayanan keperawatan
khususnya perawat, yang berkontribusi terhadap terjadinya kesalahan yang
mengancam keselamatan pasien, akibat tindakan keperawatan yang dilakukan di unit
rawat inap, hal ini berhubungan dengan terjadinya komplikasi, injury dan kejadian
yang tidak diharapkan dalam perawatan rutin setiap hari, oleh karena pelayanan
keperawatan yang diberikan 24 jam secara terus-menerus, tenaga profesional yang

31
sering berinteraksi, dan lama kontak dengan pasien dalam melaksanakan berbagai
tindakan keperawatan, melakukan tindakan kolaborasi dalam pelaksanaan praktek
keperawatan dengan tim kesehatan lain (Cahyono,2012; Kemenkes, 2015)
1) Tanggung jawab kepala ruang pada penugasan tim :
a. Menetapkan standar kinerja staf
b. Membantu staf menetapkan sasaran kbidanan pada unit yang dipimpinnya
c. Memberikan kesempatan pada klien tim dan membantu untuk
mengembangkan ketrampilan manajemen dan kepemimpinan.
d. Secara berkesinambungan mengorientasikan staf baru tantang prosedur tim
kebidanan
e. Menjadi narasumber bagi ketua tim dan staf tempat diskusi
f. Memotivasi staf untuk meningkatkan kualitas asuhan kebidanan
g. Melakukan kemunikasi terbuka untuk setiap staf yang dipimpinnya
h. Peka terhadap anggaran rumah sakit dan kualitas pelayanan kebidanan
i. Bertanggung jawab terhadap hasil dari pelayanan kebidanan yang berkualitas,
j. Menghindari terjadinya kebosanan perawat serta menghindari kemungkinan
terjadinya saling melempar kesalahan.
2). Fungsi kepala ruang :
Adapun fungsi kepala ruangan menurut Marquis dan Houston (2000) sebagai
berikut:
a. Perencanaan
Dimulai dengan penerapan filosofi, tujuan, sasaran, kebijaksanaan, dan
peraturan – peraturan : membuat perencanaan jangka pendek dan jangka panjang
untuk mencapai visi, misi, dan tujuan, organisasi, menetapkan biaya – biaya
untuk setiap kegiatan serta merencanakan dan pengelola rencana perubahan.
b. Pengorganisasian
Meliputi pembentukan struktur untuk melaksanakan perencanaan,
menetapkan metode pemberian asuhan keperawatan kepada pasien yang paling
tepat, mengelompokkan kegiatan untuk mencapai tujuan unit serta melakukan
peran dan fungsi dalam organisasi dan menggunakan power serta wewengan
dengan tepat.

32
c. Ketenagaan
Pengaturan ketegagaan dimulai dari rekruetmen, interview, mencari, dan
orientasi dari staf baru, penjadwalan, pengembangan staf, dan sosialisasi staf.
d. Pengarahan
Mencankup tanggung jawab dalam mengelola sumber daya manusia
seperti motivasi untuk semangat, manajemen konflik, pendelegasian,
komunikasi, dan memfasilitasi kolaborasi.
e. Pengawasan
Meliputi penampilan kerja, pengawasan umum, pengawasan etika aspek
legal, dan pengawasan professional. Seorang manajer dalam mengerjakan
kelima fungsinya tersebut sehari – sehari akan bergerak dalam berbagai bidang
penjualan, pembelian, produksi, keuangan, personalia dan lain – lain.

2. Konsep Ketua tim


Tanggung jawab ketua tim :
1. Mengkaji setiap klien dan menerapkan tindakan keperawatan yang tepat.
2. Pengkajian merupakan proses yang berlanjut dan berkesinambungan. Dapat
dilakukan serah terima tugas.
3. Mengkoordinasikan rencana perawatan yang tepat waktu, membimbing
anggota tim untuk mencatat tindak kepemimpinan yang telah dilakukan
4. Meyakinkan semua hasil evaluasi berupa respon klien terhadap tindakan
keperawatan tercatat.
5. Menilai kemajuan semua klien dari hasil pengamatan langsung atau laporan
anggota tim

3.. Konsep Bidan Pelaksana


Dalam asuhan kebidanan sebagai bidan yang profesional salah satu peran
sebagai bidan pelaksana. Bidan sebagai pelaksana secara langsung maupun tidak
langsung memberikan asuhan keperawatan kepada pasien individu, keluarga, dan
masyarakat. Peran bidan sebagai perawat pelaksana perawat sebagai bidan

33
pelaksana disebut Care Giver yaitu bidan menggunakan metode pemecahan masalah
dalam membantu pasien mengatasi masalah kesehatan. Peran bidan dalam
memberikan asuhan kebidanan secara langsung atau tidak langsung (Praptianingsi,
2006). Dalam melaksanakan peran sebagai bidan pelaksana bertindak sebagai:
a. Comferter
Bidan mengupayakan kenyamanan dan rasa aman pasien (Praptianingsi,
2006). Menurut Potter & Perry (2005), peran sebagai pemberi kenyamanan yaitu
memberikan pelayanan kebidanan secara utuh bukan sekedar fisik saja, maka
memberikan kenyamanan dan dukungan emosi sering kali memberikan kekuatan
kepada klien untuk mencapai kesembuhan. Dalam memberikan kenyamanan
kepada klien, bidan dapat mendemonstrasikan dengan klien.
b. Protector dan Advocat
Bidan berupaya melindungi pasien, mengupayakan terlaksananya hak
dan kewajiban pasien dalam pelayanan kesehatan (Praptianingsi, 2006).
Menurut Potter & Perry (2005), sebagai pelindung bidan membantu
mempertahankan lingkungan yang aman bagi klien dan mengambil tindakan
untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan melindungi klien dari
kemungkinan efek yang tidak diinginkan dari suatu tindakan diagnostik atau
pengobatan. Untuk menjalankan tugas sebagai advokat, bidan melindungi hak
dan kewajiban klien sebagai manusia secara hukum, serta membantu klien
dalam menyatakan hak–haknya bila dibutuhkan. Bidan juga melindungi hak –
hak klien melalui cara–cara yang umum dengan penolakan aturan atau
tindakan yang mungkin membahayakan kesehatan klien atau menetang hak –
hak klien.
c. Communication
Bidan sebagai mediator antara pasien dan anggota tim kesehatan, hal
ini terkait dengan keberadaan perawat yang mendampingi pasien selama 24
jam untuk memberikan asuhan kebidanan dalam rangka upaya pelayanan
kesehatan di rumah sakit (Praptianingsi, 2006). Menurut Potter & Perry
(2005), peran sebagai komunikator merupakan pusat dari seluruh peran bidan
pelaksana yang lain. Kebidanan mencakup komunikasi dengan klien,

34
keluarga, antara sesama bidan profesi kesehatan lainnya, sumber informasi
dan komunitas. Memberikan asuhan yang efektif, pembuatan keputusan
dengan klien dan keluarga, memberikan perlindungan pada klien dari
ancaman terhadap kesehatannya, mengokordinasi dan mengatur asuhan
kebidanan dan lain–lain tidak mungkin dilakukan tanpa komunikasi yang
jelas.
d. Rehabilitator
Bidan memberikan asuhan kebidanan adalah mengembalikan fungsi
organ atau bagian tubuh agar sembuh dan berfungsi normal. Rehabilitas
merupakan proses dimana individu kembali ketingkat fungsi maksimal
setelah sakit, kecelakaan, atau kejadian yang menimbulkan ketidakberdayaan
lainnya. Rentang aktivitas rehabilitas dan restoratif mulai dari mangajar klien
berjalan dengan menggunakan alat pembantu berjalan sampai membantu
klien mengatasi perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan penyakit kronis
(Potter & Perry, 2005)
Bidan sebagai pelaksana maksudnya adalah Profesi yang tugasnya merupakan
pengaplikasian ilmu secara langsung dalam bentuk pelayanan kepada masyarakat
Dalam pelaksanaannya bidan selalu menerapkan manajemen. Sebagai pelaksana
bidan mempunyai 3 kategori tugas, yaitu:
a. Tugas mandiri
Tugas mandiri yaitu tugas yang menjadi tanggung jawab dan wewenangnya
sendiri.
1) Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang
diberikan
2) Memberikan pelayanan dasar pada anak remaja dan wanita pranikah dengan
melibatkan
3) Memberikan asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan normal:
4) Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinan dengan
melibatkan klien/keluarga :
5) Memberikan Asuhan Bayi baru Lahir

35
6) Memberikan asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan melibatkan
klien/keluarga:
7) Memberikan asuhan kebidanan kepada wanita usia subur yang membutuhkan
pelayanan keluarga berencana
8) Memberikan asuhan kebidanan pada wanita gangguan system reproduksi dan
wanita dalam masa klimaterium dan menopause:
9) Memberikan asuhan kebidanan pada bayi, balita dengan melibatkan keluarga:
4.. Tugas kolaborasi
Tugas kolaborasi (kerjasama) yaitu tugas yang dilakukan oleh bidan sebagai
anggota tim yang kegiatannya dilakukan secara bersama-sama atau sebagai salah
satu urutan dalam proses kegiatan pelayanan kesehatan. Tugas kolaborasi dapat
dilakukan dengan teman sejawat atau lintas sektoral mapun sengan dokter Obein
1. Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai
fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.
2. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan risiko tinggi dan
pertolongan pertama pada kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan
kolaborasi.
3. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan
risiko tinggi dan memerlukan tindakan kolaborasi
4. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan risiko
tinggi dan pertolongan pertama pada kegawatdaruratan yang memerlukan
tindakan kolaborasi dengan klien dan keluarga.
5. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan risiko tinggi
dan yang mengalami komplikasi serta kegawatdaruratan yang memerlukan
pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien dan
keluarga.
6. Memberikan asuhan kebidanan pada balita dengan risiko tinggi yang
mengalami komplikasi serta kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan
kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga
5.. Tugas ketergantungan/merujuk

36
Tugas ketergantungan/merujuk yaitu yang dilakukan oleh bidan dalam rangka
rujukan kesistem pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu pelayanan yang
dilakukan oleh bidan sewaktu menerima rujukan dari dukun yang menolong
persalinan, juga layanan rujukan yang dilakukan
a. Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai dengan
fungsi keterlibatan klien dan keluarga
b. Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada hamil
dengan resiko tinggi dan kegawat daruratan :
c. Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu dalam
masa nifas dengan penyulit tertentu dengan kegawat daruratan dengan
melibatkan klien dan keluarga :
d. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan kelainan tertentu
dan Menentukan diagnosa, prognosa dan prioritas

6.. Konsep Kepuasan Pasien/klien


Memahami kebutuhan dan keinginan pasien adalah hal penting yang
mempengaruhi kepuasan pasien. Pasien yang puas merupakan aset yang sangat
berharga karena apabila pasien merasa puas mereka akan terus melakukan pemakaian
terhadap jasa pilihannya, tetapi jika pasien merasa tidak puas mereka akan
memberitahukan dua kali lebih hebat kepada orang lain tentang pengalaman
buruknya. Untuk menciptakan kepuasan pasien, rumah sakit harus menciptakan dan
mengelola suatu sistem untuk memperoleh pasien yang lebih banyak dan kemampuan
untuk mempertahankan pasiennya.
Pasien adalah orang sakit yang dirawat dokter dan tenaga kesehatan lainnya
ditempat praktek (Yuwono; 2003). Sedangkan kepuasan adalah perasaan senang
seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesenangan terhadap aktivitas dan
suatu produk dengan harapannya (Nursalam; 2011). Kotler (dalam Nursalam; 2011)
menyebutkan bahwa kepuasan adalah perasan senang atau kecewa seseorang yang
muncul setelah membandingkan antara persepsi atau kesannya terhadap kinerja atau
hasil suatu produk dan harapan-harapannya

37
Westbrook & Reilly (dalam Tjiptono; 2007) berpendapat bahwa kepuasan
pelanggan merupakan respon emosional terhadap pengalamanpengalaman berkaitan
dengan produk atau jasa tertentu yang dibeli, gerai ritel, atau bahkan pola perilaku
(seperti perilaku berbelanja dan perilaku pembeli), serta pasar secara keseluruhan.
Menurut Yamit (2002), kepuasan pelanggan adalah hasil (outcome) yang dirasakan
atas penggunaan produk dan jasa, sama atau melebihi harapan yang diinginkan.
Sedangkan Pohan (2007) menyebutkan bahwa kepuasan pasien adalah tingkat
perasaan pasien yang timbul sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang
diperolehnya, setelah pasien membandingkan dengan apa yang diharapkannya.
Pendapat lain dari Endang (dalam Mamik; 2010) bahwa kepuasan pasien merupakan
evaluasi atau penilaian setelah memakai suatu pelayanan, bahwa pelayanan yang
dipilh setidak-tidaknya memenuhi atau melebihi harapan.

B. Analisa Data dan Perencanaan Managemen Pelayanan Kebidanan


1. Analisa SWOT
1) Pengertian
Analisis SWOT adalah kependekan dari Strength, Weakness, Opportunities, dan
Threats.
a) S – Strength/Kekuatan
Mengenali dan memahami kekuatan terbesar dalam pelayanan kebidana.
Proses pengenalan dan pemahaman ini akan menghasilkan sejumlah bahan
temuan yang diharapkan berpengaruh positif bagi kesuksesan pelayanan
kebidanan
b) W – Weakness/Kelemahan
Setiap pelayanan kebidanan memiliki kelemahan. Meski nampak sempurna,
celah-celah yang berpotensi menimbulkan kesalahan/kerugian selalu ada.
Analisis mengidentifikasi kelemahan dapat dicari hasilnya dengan
mengajukan sejumlah pertanyaan.
c) O – Opportunities/Peluang

38
Dalam manajemen pelayanan kebidanan, segala hal peluang mesti dapat
dipantau dan diambil demi perkembangan di masa mendatang. Pembacaan
peluang-peluang itu dapat dianalisis melalui sejumlah pertanyaan.

d) T- Threats/Ancaman
Semua manajemen pelayanan kebidanan selalu menghadapi beragam
ancaman yang jika dibiarkan begitu saja akan menurunkan kualitas
pelayanan kebidanan Oleh karena itu, berbagai jenis ancaman itu wajib
dianalisis melalui sejumlah pertanyaan.
2) Unsur-unsur Analisa SWOT
SWOT akan memetakan perencanaan yang lebih jeli, taktis, dan sebenarnya
sangat mudah. Model analisis SWOT paling sering digunakan dalam bisnis
karena mudah dipahami siapa saja. Nah, untuk melakukan model analisis
ini,wajib memahami setiap unsur yang dipakai. Unsur-unsur itu tak lain adalah
empat hal yang menjadi singkatan dari model analisisnya.
2. Prioritas Masalah
1) Pengertian
Penetapan prioritas masalah menjadi bagian penting dalam proses pemecahan
masalah dikarenakan dua alasan yaitu :
a) terbatasnya sumber daya yang tersedia, karena itu tidak mungkin
menyelesaikan semua masalah.
b) adanya hubungan antara satu masalah dengan masalah lainnya, karena itu
tidak perlu semua masalah diselesaikan.
2) Prioritas masalah dengan pendekatan PSBH/PHBN
Setelah masalah teridentifikasi, maka proses selanjutnya adalah mepriorit
askan dua masalah yang akan menjadi focus, target/perhatian untuk dilakukan im
plementasi selama kegiatan. Untuk penentuan masalah yang menjadi prioritas dil
akukan perhitungan dengan pembobotan pada setiap masalah yang ditemukan de
ngan metode Problem Solving for Better Health ( PSBH ) / Problem Solving for
Better Nurshing ( PSBN ). Pendekatan ini pertama kali diperkenalkan oleh DR. B

39
arry smith, seorang dokter ahli bedah otak dari Boston University School of Publ
ic Health USA yang didefenisikan sebagai pendekatan untuk mengatasi berbagai
masalah di rumah sakit dengan cara yang mudah dan menarik ( Smith, Fitzpatrick
& Hoyt Hudson, 2009 )
Proses memprioritaskan masalah dalam PSBH/PSBN akan dilakukan den
gan pembobotan yang memperhatikan aspek sebagai berikut :
1. Magnitude (Mg) yaitu kecendrungan besar dan seringnya kejadian masalah
2. Severity (Sv) yaitu besarnya kerugian yang ditimbulkan
3. Manageability (Mn) yaitu dilihat dari kemungkinan msalah dapat dipecahkan
4. Nursing content (Nc) yaitu melibatkan perhatian dan pertimbangan bidan
5. Affordability ( Af ) yaitu ketersediaan sumber daya
Aspek di atas dapat diukur dengan cara yaitu :
1. Magnitude ( Mg ) / prevelensi masalah yaitu apabila masalah tersebut lebih b
anyak ditemukan
2. Severity ( Sv ) / akibat yang ditimbulkan yaitu apabila akibat yang ditimbulk
an suatu masalah lebih serius
3. Manageability ( Mg ) / bisa dipecahkan yaitu apabila masalah yang ada diya
kini dapat terpecahkan ( menemukan solusi )
4. Nursing concent ( Ns ) / keterlibatan bidan yaitu jika masalah tersebut akan s
elalu melibatkan dan memerlukan pertimbangan bidan
5. Affordability ( Af ) / ketersediaan sumber daya yaitu adanya sumber daya ya
ng mencakup dana, sarana dan tenaga yang diperlukan untuk menyelesaikan
masalah
Rentang nilai dalam PSBH/PSBN adalah sebagai berikut :
Sangat penting :5
Penting :4
Cukup penting :3
Kurang penting :2
Sangat kurang penting :1
Urutan prioritas masalah dilakukan dengan melihat jumlah nilai / skor paling bes
ar. Skor akhir rumus dengan cara : Mg x Sv x Mn x Nc x AF.

40
3) Metode CARL
Metode CARL merupakan metode yang cukup baru di kesehatan. Metode
CARL juga didasarkan pada serangkaian kriteria yang harus diberi skor 0-
10. Kriteria CARL tersebut mempunyai arti:
C : Capability yaitu ketersediaan sumber daya (dana, sarana dan peralatan)
A : Accessibility yaitu kemudahan, masalah yang ada mudah diatasi atau 
tidak. Kemudahaan dapat didasarkan pada ketersediaan 
metode/cara/teknoloi serta penunjang pelaksanaan seperti peraturan atau 
juklak.
R : Readiness yaitu kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan 
sasaran, seperti keahlian atau kemampuan dan motivasi.
L : Leverage yaitu seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang
lain dalam pemecahan masalah yang dibahas.
Setelah masalah atau alternatif pemecahan masalah diidentifikasi, kemudian
dibuat tabel kriteria CARL dan diisi skornya. Bila ada beberapa pendapat
tentang nilai skor yang diambil adalah rerata. Nilai total merupakan hasil
perkalian: C x A x R x L.
3. POA
1) Pengertian
Perencanaan POA berawal dari perencanaan yang lebih besar atau merupakan
bahagian detail dari suatu perencanaan. Perencanaan adalah cara berpikir
mengatasi permasalahan social dan ekonomi, untuk menghasilkan sesuatu di
masa depan. Sasaran yang dituju adalah keinginan kolektif dan mengusahakan
keterpaduan dalam kebijakan dan program.
2) Manfaat perencanaan
a) Menemukan tujuan
b) Menegakkan dasar-dasar dan menetapkan langkah-langkah
c) Memanfaatkan hal-hal positif dan menghindari yang negative
d) Menghilangkan ketidakpastian
e) Membentuk dari depan
3) Langkah pokok perencanaan

41
a) Langkah 1 : tetapkan tujuan
b) Langkah 2 : pelajari situasi sekarang
c) Langkah 3 : identifikasi pendukung dan penghambat
d) Langkah 4 : kembangkan seperangkat tindakan.
BAB III
HASIL KAJIAN

A. Gambaran Umum RSUD Dr.Achmad Mochtar Bukittinggi


1. Sejarah
RSUD Dr.Achmad mochtar Bukittinggi awalnya merupakan Rumah saki
t militer Belanda yang didirikan tahun 1908. Pada waktu penjajahan Jepang, rum
ah sakit ini diambil alih oleh Jepang dan digunakan sebagai RS Militer Jepang. S
ejak perang kemerdekaan Ri sampai tahun 1952 dijadikan sebagai RS tentara. Pa
da tanggal 8 September 1952 rumah sakit ini diserahkan kepada dinas pekerjaan
umum dan tenaga kerka Sumatra barat. Tahun 1979 ditetapkan menjadi sebagai
RSUD Bukittinggi kelas C dengan kapasitas 250 tempat tidur. Berdasarkan SK
Menkes RI, tanggal 13 Oktober 1981 RSUD Bukittinggi resmi berganti nama m
enjadi RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi. Surat keputusannya langsung di
berikan oleh menteri kesehatan Republik Indonesia saat itu yaitu Bapak Dr. Sur
warjono suryaningrat. Nama tersebut dipakai karena Bapak Prof.Dr. Achmad m
ochtar adalah dokter yang berasal dari Bonjol Sumatera barat dan berjasa di ting
kat nasional, yang telah dianugerahi tanda jasa, antara lain satya lencana kebakti
an social tahun 1968 dan tanda kehormatan bintang jasa klas III.
Berdasarkan keputusan bersama menteri Dalam Negri No.23 tahun 1983,
menteri kesehatan No 273/Menkes/SKB/VII/1983 dan Menteri keuangan 335a/
KMK-03/1983 ditetapkan RS Dr.Achmad Mochtar Bukittinggi sebagai Rumah s
akit pendidikan. Dimasa Pelita IV dan V RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukitting
gi berubah secara bertahap, bangunan lama peninggalan Belanda diubah menjadi
bangunan baru dengan bantuan dana APBN, OPRS dan dana Pemda TkI Sumatr
a Barat. Sejak 30 November 1987 resmi menjadi Rumah sakit kelas B dengan 32
0 tempat tidur bedasarkan Kepmenkes RI No.41/Menkes/SK/I/1987. Selanjutnya

42
dengan persetujuan Menteri Dalam Negri Nomor : 061/2688/SJ tanggal 9 Septe
mber 1997 dan Perda No. 7 Tahun 1997 tentang organisasi dan tata kerja RSUD
Dr.Achmad Mochtar Bukittinggi ditetapkan bahwa RSUD Dr. Achmad Mochtar
sebagai RS Klas B pendidikan. Berdasarkan Perda Provinsi Daerah Tingkat I Su
matra Barat nomor 4 tahun 1997 ditetapkan RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukitti
nggi sebagai unit Swadana daerah. Hal ini memberikan kesempatan mahasiswa
untuk mengkaji kembali mutu pelayanan kebidanan di RSUD Achmad Mochtar
apakah sesuai dengan standard atau memilki kesempatan untuk melakukan inova
si lebih dari standard yang diharapkan.
2. Letak geografis
RSUD Dr.Achmad Mochtar Bukittinggi terletak dipusat kota Bukittinggi
yang memiliki udara sejuk dengan ketinggian sekitar 780-950 meter diatas perm
ukaan laut. Luas area kota Bukittinggi 0,06% dari wilayah provinsi Sumatra Bar
at. Batas wilayah kota Bukittinggi adalah sebagai berikut :
1) Sebelah utara berbatasan dengan nagari Gadut dan kapau Kecamatan Tilant
ang kamang kabupaten Agam
2) Sebelah selatan berbatasan dengan nagari Banuhampu, kecamatan Banuham
pu Sungai Puar Kabupaten Agam
3) Sebelah barat berbatasan dengan nagari Sianok, Guguak dan Koto Gadang
kecamatan IV Koto kabupaten Agam
4) Sebelah Timur berbatasan dengan nagari Tanjuang alam, Ampang gadang k
ecamatan IV Angkat canduang kabupaten Agam.
3. Visi, Misi dan Nilai RSUD Dr.Achmad Mochtar Bukittinggi
1. Visi
” Terwujudnya RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi sebagai Rumah Sakit
Rujukan Terdepan, Berdaya Saing dan Bermartabat Tahun 2021"
2. Misi
a. Meningkatkan pelayanan rujukan yang bermutu dan paripurna bagi seluruh
lapisan masyarakat.
b. Meningkatkan kemandirian rumah sakit dalam pengelolaan pelayanan kese
hatan, administrasi dan manajemen.

43
3. Motto
“Mengutamakan Pelayanan Yang Ramah, Cepat, Tepat Dan Siap Berkinerja “TER
BAIK”
4. Nilai
Nilai Organisasi merupakan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh setiap pegaw
ai dan dijadikan sebagai panduan dalam memilih berbagai alternatif yang diperluk
an untuk menuju masa depan. Dengan diterapkannya nilai-nilai Organisasi oleh se
mua pihak sebagai panduan dalam bertindak, diharapkan citra Organisasi akan se
makin baik dan pelayanan yang diberikan dapat memuaskan pasien (konsumen).
Budaya kerja Rumah Sakit dapat dilaksanakan dengan memegang nilai-nilai d
asar sebagai acuan bagi RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi dalam berperilak
u yang menunjang tercapainya Visi dan Misi. Nilai dasar tersebut, nantinya dihara
pkan dapat menjadi budaya organisasi di RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi
dengan selalu memakai pin smile dengan tulisan nilai dasar. Nilai dasar tersebut a
dalah yang TERBAIK, dengan makna sebagai berikut :
T : Tulus,tepatjanji
E : Empati
R : Responsibilitas
B : Bijak
A : Adil
I : Integritas
K : Kebersamaan, kompak

4. Tujuan RSUD Dr.Achmad Mochtar Bukittinggi


Berkurangnya anka kesakitan, kematian dan kecacatan melalui pelayanan
kuratif, rehabilitative disamping pelayanan preventif dan promotif sesuai dengan
perundang undangan yang berlaku, dan kaidah ajaran islam tanda memandang p
erbedaan agama, kedudukan, warna kulit serta status social.

44
5. Jenis layanan
RSUD Dr. Achmad mochtar Bukittinggi merupakan Rumah sakita rujuka
n wilayah sumatera barat bagian utara. Pelayanan yang diberikan berupa pelayan
an spresialis dan sub spesialis. Saat ini pelayanan RSUD Dr. Achmad Mochtar B
ukittinggi terdiri dari :
1) Instalasi gawat darurat 24 jam
2) Instalansi rawat jalan
3) Instalansi rawat inap bedah
4) Instalansi rawat inap non bedah
5) Instalansi rawat inap ibu dan anak
a. Ruangan anak
b. Ruan bayi / perinatology
c. Ruangan kebidanan
6) Instalansi Hemodialisa
7) Instalansi bedah central
8) Instalansi penunjang dan umum
9) Bank darah
6. Cakupan layanan
RSUD Dr.Achmad Mochtar Bukittinggi merupakan Rumah sakit pemeri
ntah provinsi Sumatera Barat yang berada di kota Bukittinggi dengan fasilitas cu
kup memadai yang dapat melayani rujukan dari 7 daerah kota/kabupaten di Sum
atera barat bagian utara dan daerah daerah perbatasan seperti Provinsi Riau, Prov
insi Jambi, dan provinsi Sumatera bagian selatan.
7. Penampilan kinerja layanan Rumah sakit
Data mutu layanan Rumah sakit diambil dari total data yang diperoleh se
lama satu tahun dan melalui perhitungan dihasilkan nilai BOR, LOS, TIi, dan B
TO Rumah sakit. Penilaian mutu dan efisiensi Rumah sakit.

45
Table indikator mutu layanan rumah sakit
Tahun 2019-2020
No Indicator Standard indi Tahun
2019 2020
cator
1 BOR 60-85%
2 Av.LOS 609 hari
3 TOI 1-3 hari
4 GDR < 45/1000
5 NDR < 25/1000
6 BTO 40-50 x/th
( Sumber : Profil RSUD Dr. Achmad Mochtar, 2020 )

B. Ruang Kebidanan RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi


Dari pengumpulan data yang dilakukan oleh kelompok di Ruangan Kebidanan
Rumah Sakit Dr. Achmad Moechtar Bukittinggi, pada tanggal 19-20 Juni 2021
dengan menggunkan metode Observasi dan wawancara. Dapat dijabarkan sebagai
berikut :
1. Visi dan Misi Ruangan kebidanan
Menurut hasil wawancara dengan kepala ruangan, untuk visi dan misi ru
ang kebidanan merujuk pada visi dan misi Rumah sakit supaya sejalan antara vis
i dan misi ruang kebidanan dengan visi dan misi Rumah Sakit. Selain itu, penyu
sunan visi dan misi Rumah sakit sudah berdasarkan unsur unsur ruang kebidana
n dan dalam proses pembuatan visi dan misi rumah sakit ikut melibatkan ruang k
ebidanan.
2. Sruktur organisasi Ruang kebidanan
Ruang rawat Kebidanan dipimpin oleh Kepala Ruangan dan dibantu
dengan 17 orang Bidan Pelaksana, Pegawai Administrasi serta cleaning service
2 orang.

3. Sumber Daya Manusia (M1-Man)

46
a. Ketenagaan
Berikut dijelaskan dalam diagram, mengenai jumlah tenaga,baik tenaga
kebidanan maupun non kebidanan.

Bagan 3.1 Jumlah Tenaga Bidan Ruang Kebidanan


Tahun 2020

Pada Bagan 3.1 menjelaskan bahwa di ruangan kebidanan RSUD Dr Achmad


Mochtar adanya ketenagaan PNS berjumlah 17 orang dan NON PNS berjumlah 1
orang.

Bagan 3.2 Jumlah Tenaga Bidan Ruang Kebidanan


Berdasarkan Tingkat Pendidikan

47
Pada bagan 3.2 menjelaskan bahwa jumlah tenaga bidan di ruang kebidanan
berdasarkan tingkat pendidikan yakni D4 Pendidik berjumlah 2 orang, D3 Kebidanan
berjumlah 15 orang, dan S1 (Administrasi).
Bagan 3.3 Pola Ketenagaan dan Masa Kerja di Ruang Kebidanan
Tahun 2020

b. Pelayanan rawat inap ruangan kebidanan


Pelayanan rawat inap di ruangan kebidanan dilakukan 24 jam dengan
system pembagian sift sebagai berikut :
Sift pagi : 08.00-14.00
Sift siang : 14.00-20.00
Sift malam : 20.00-08.00
Pasien yang datang ke ruangan kebidanan adalah pasien yang masuk dari
rujukan poli kebidanan dan KB IGD rumah sakit. Untuk melihat pelayanan
dari ruangan kebidanan rumah sakit dapat dilihat dari tabel berikut ini :
Tabel 3.2 Data Persalinan Tahun 2020

48
Berdasarkan jenis persalinan yang dilakukan pada tahun 2020, persalinan yang
terbanyak adalah persalinan normal terbanyak adalah persalinan normal sebanyak
46,08% , disusul dengan persalinan section caesarea sebanyak 33,98%. Angka ini lebih
rendahdari tahun 2019 yakni : SC 43,93% dan persalinan normal 44,43%. Angka ini
lebih tinggi dari indicator mutu klinik berdasarkan SPM yakni persalinan dengan SC <
20%. Hal ini disebabkan karena RSUD Dr Achmad Mochtar Bukittinggi adalah Rumah
Sakit tingkat lanjut, rujukan pasien berjenjang mulai dari RS tipe D, RS tipe C dan
Puskesmas.

Tabel 3.1 Angka Kematian Ibu Tahun 2020


Penyebab Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan Jumlah Total
I II III IV AKI Kasus
Perdarahan 0 0 0 0 0 (0%) 0
PEB/Eklampsia 0 0 0 0 0 (0%) 0
Sepsis 0 0 0 0 0 (0%) 0
KET 0 0 0 0 0 (0%) 0

49
Ikterik 0 0 0 0 0 (0%) 0
Jumlah 0 0 0 0 0 (0%) 0

Tabel 3.3 Penyakit Terbanyak di Ruang Kebidanan dan Penyakit Kandungan


Tahun 2020
No Kasus Obstetri Jumlah Kasus Jumlah
Gynaecology
1 Kehamilan normal 283 PUA 14
2 Bekas SC 43 Myoma Uteri 11
3 HEG 24 Mola Hidatidosa 6
4 PEB/Eklampsia 20 CA Ovarium 3
5 KPD 18 Myoma geburt 3
6 CPD 13 Kista Ovarium 2
7 Kelainanan Letak 10 Kista bartholini 1
8 HAP 9 Laserasi Perinium 1
9 Hamil dengan 8 Ca Cervix 1
HbsAg+
10 Fetal distress 7 Colid Abdomen 1

Capaian Indikator Mutu Sasaran Keselamatan Pasien


1. Ketepatan Identifikasi Pasien : 100%
2. Peningkatan Komunikasi Efektif : 100%
3. Peningkatan Keamanan obat yang perlu diawasi : 100%
4. Ketepatan Lokasi, tepat prosedur, tepat operasi pasien ; 100%
5. Pengurangan resiko Infeksi : 0%
6. Pencegahan resiko jatuh : 100%

Capaian Indikator Mutu Unit


Capaian Indikator Mutu Unit yakni :
1. Kejadian kematian Ibu karena bersalin : 0%
2. Jam visite Dokter Spesialis : 53%
3. Pertolongan dengan SC : 33,64%

50
Tabel 3.4 Capaian Standar Pelayanan Minimal
No Indikator Standar Capaian
1 Pemberi Pelayanan Dokter Spesialis 100%
Rawat Inap Bidan Minimal 100%
pendidikan D3
2 Dokter Penanggung 100% 100%
jawab Pasien rawat
inap
3 Ketersediaan 100% 100%
Pelayanan rawat Inap
4 Jam visite Dokter 08.00-14.00 setiap 53%
hari
5 Kejadian infeksi pasca 1,5% 0%
operasi
6 Kejadian infeksi <1,5% 0%
nosocomial
7 Tidak adanya kejadian 100% 100%
pasien jatuh yang
berakibat
kecacatan/kematian
8 Kematian Pasien > 48 0,24% 0%
jam
( sumber laporan tahunan ruang kebidanan tahun 2020 )

2. Sarana dan Prasarana ( M2-Material )


Berdasarkan dari data yang di dapat dari laporan tahunan ruang kebidanan tahun
2020 dapat di jelaskan di dalam tabel tentang sarana dan prasarana yang ada di ruang
kebidanan sebagai berikut :

51
Tabel 3.5 Daftar Alat Di Ruangan Kebidanan Tahun 2020

Kondisi
No Nama Alat Jumlah KET
Baik Rusak
1 Lemari Obat 1 1
2 Standar handuk 4 4
3 Tong Sampah Injak 17 17
4 Lemari alat tenun 2 2
5 Loker Petugas 3 3
6 Lemari Dokumen 3 2 1
7 Dispenser 1 1
8 Meja setengah biro 13 13
9 Nurse station set 1 1
10 Kursi tamu 1 1
11 Perlak 30 30
12 Laken 70 70
13 Sarung bantal 50 50
14 Tirai pembatas 10 10
15 Gorden 1 1
16 Skor Petugas 10 10
17 Baju operasi 10 10
18 Selimut 30 30
19 Bantal 25 25
20 Alas meja 10 10
21 Stik laken 20 20

Tabel 3.6 Daftar Alat Kedokteran di Ruang Kebidanan Tahun 2020

Kondisi
No Nama Alat Jumlah KET
Baik Rusak
1 Monitor TTV 3 1 2
2 Tromol kecil 1 1
3 Tromol sedang 1 1
4 Tromol besar 4 2 2

52
5 Sunction 1 1
6 Tensi Meter 2 2
7 Blood Warmer 1 1
8 Termogan 1 1
9 Stetoskop 1 1
10 Inkubator Transpor 1 1
11 Resusitasi set Dewasa 1 1
12 Infant warmer 1 1
13 Lampu sorot 2 1 1
14 Lampu emergency 1 1
15 Glucocek 1 1
16 Timbangan dewasa 1 1
17 Timbangan bayi 2 2
18 EKG 1 1
19 Sterilisator 1 1
20 Meja instrument 1 1
21 Tempat tidur pasien 38 26 12
22 Standar O2 + meteran 4 4
23 Box bayi 17 16 1
24 Set tukar verbant 1 1
25 Set Vena secti 1 1
26 Ambu bag 2 2
27 Gunting perban 1 1
28 Troli 3 3
29 Bengkok 4 4
30 Bed Gyn 1 1
31 Dopler 2 2
32 Kursi Roda 1 1

Tabel 3.7 Daftar Alat Non Kedokteran di Ruang Kebidanan Tahun 2020
Kondisi
No Nama Alat Jumlah KET
Baik Rusak
1 TV 1 1
2 Infokus 1 1
3 Laptop HP 1 1
4 White Board 1 1
5 Mesin Air Panas 2 2
6 Computer SIM RS + 1 1
7 CPU 1 1
8 Printer 1 1
9 Kulkas Obat 1 1
10 Kulkas ASI 1 1

53
3. Metode (M3-Methode)
a. Penerapan Tim Dinas
b. Overan
Berdasarkan pengumpulan data diperoleh bahwa overan dilakukan tiga
kali sehari, yaitu malam ke pagi pukul 08.00 WIB, dari pagi ke Sore pukul 14.00
WIB, dan dari Sore ke malam pukul 20.00 WIB. Berdasarkan observasi overan
dilaksanakan lebih dari 30 menit dan seringkali selesai tidak tepat waktu. Hal ini
disebabkan karena saat overan berlangsung, adanya visite dokter bertepatan
dengan waktu overan, sehingga kegiatan overan sering terganggu. Overan
dipimpin oleh Kepala Ruangan dan dihadiri oleh semua Bidan yang
berkepentingan. Sebelum overan dilaksanakan para Bidanyang ada
mempersiapkan hal-hal yang berkaitan dengan pasien seperti status pasien, list
pasien, terutama rencana tindakan yang akan dilakukan terhadap masing-masing
pasien. Seluruh bidan yang ada telah mengetahui hal-hal apa yang harus
disampaikan saat pelaporan overan. Semua yang dilaporrkan saat overan dicatat
dalam buku laporan. 80% bidan melakukan pendokumentasian.
Setelah melakukan overan, masing-masing bidan langsung menuju ruang
perawatan pasien untuk melakukan interaksi dengan pasien (visite kebidanan).
Adapun interaksi yang dilakukan didepan pasien yaitu perawat yang bertugas
pada shift selanjutnya dan memastikan kondisi pasien apakah sesuai dengan
yang dioverkan atau tidak.

4. Pembiayaan (M4-Money)
Tidak dikaji
5. Mutu (M5-Machine)
Pengembalian rekam medis 2 x 24 jam masih menjadi masalah, hal ini
disebabkan karena pengisian kelengkapan rekam medis yang kurang lengkap,
baik pengisian oleh bidan maupun dokter (dokter residen obgyn tidak ada
selama pandemic, dokter residen baru ada bulan Desember 2020). Untuk
meningkatkan kualitas pelayanan di Rumah Sakit khususnya di ruang kebidanan
dan penyakit kandungan.

54
( sumber : laporan tahunan 2020 )

BAB IV
ANALISA DATA DAN PERENCANAAN

Setelah dilakukan pengkajian data serta pengolahan data yang dilakukan dengan
menggunakan observasi dan wawancara maka selanjutnya dilakukan analisa data serta
perencanaan yang akan dilakukan terhadap prioritas masalah yang ditemukan, berikut
dijelaskan konsep yang dilakukan dalam melakukan analisa data dan perencanaan
kegiatan .

A. Analisa data SWOT


Tabel analisa SWOT manajemen pelayanan kebidanan di ruangan kebidanan
RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi
N Pengumpula Strenght Weaknesses Opportunities Threats
O n Data (Kekuatan /Keleb Kekuatan / Kelema Peluang / Kesempat Ancaman
ihan ) han an
1 M1-Man 1. Struktur Org 1. Tingkat Pendid 1. Adanya kemaua 1. Adanya tuntut
(Sumber Day anisasi dibaw ikan : n dari Bidan unt an masyaraka
a Manusia ) ah Komando Pendidikan D4 uk meningkatka t terhadap pel
Wadir 2 orang, D3 Ke n kemampuan K ayanan keseh
2. Memiliki ket bidanan 15 ora erja Melalui Pel atan yang pro
enagaan : PN ng, S1 Adminis atihan / Pendidi fessional
S 17 oang da trasi 1 orang kan tambahan 2. Masyarakat le
n Non –PNS 2. Kurang Optima 2. bih banyak m
1 orang l pelaksanaan P emilih Rumah
3. Masa Kerja elatihan Sakit Swasta
Ketenagaan : 3. BOR 27 % yang professi
a. 0-10 tahu 4. Tenaga Kebida onal
n 35 % nan tidak menc

55
b. 11-20 tah ukupi pada mas
un 35 % ing – masing sh
c. 20-30 tah ift karena ada y
un 18 % ang cuti, pinda
d. > 30 tahu h tugas dan terp
n 12 % apar covid-19

2 M2-Material 1. Alat penunja 1. Jumlah alat tida 1. Dapat meningka 2. Tersedianya f


( Sarana Pras ng seperti Li k sesuai dengan tkan pelayanan asilitas RS ya
arana) nen dalam ko rasio paisen kepada pasien ng lengkap m
ndisi baik da 2. Saran dan Pras enjadi item pe
n layak paka arana Memadai rsaingan antar
i. Dengan Kapasi RS
2. Bidan menge tas Ruangan : 2 3. Sarana dan pr
rti cara meng 6 Tempat Tidur sarana yang l
gunakan sem 3. Inventaris Alat engkap menja
ua alat peraw Kesehatan dan di daya tarik
atan pasien Kebutuhan Keb Klien
idanan belum c 4. Adanya tuntut
ukup memadai an masyaraka
dengan kondisi t untuk melen
kurang baik gkapi SARPR
AS dan akred
itasi Rumah S
akit
5. Makin tinggin
ya kebijakan
pemerintah da
lam pelayana
n dengan ada
nya program
BPJS
3 M3-Methode 1. Setiap hari di 1. Pengisian Reka 1. Adanya ko Adanya tuntutan
(Metode) lakukan 3 kal m Medis yang munitas Bid masyarakat untuk
i overan kurang an yang pro tenaga kesehatan
2. Bidan memp 2. Nilai rata-rata p fessional yang profesional
erhatikan kel endokumentasi 2. Terciptanya
uhan pasien an asuhan kebi pelayanan y
danan sebesar 8 ang kondusi
0% f terhadap p
3. Belum Optimal asien.
melakukan ove
ran sesuai fung
si managerial
4. Belum Optimal

56
dalam pemberi
an Edukasi pad
a Asuhan Kebi
danan Terutam
a Pasien pulang
4 M4-Machine 1. Bidan bersik 1. Minimnya tena Adanya tuntutan
(Mutu) ap sopan dan ga Kebidanan y akreditasi yang
ramah dalam ang berlatarbel tinggi terhadap
melayani pas akang sarjana/ masyarakat
ien. Diploma
2. Bidan selalu
memantau da
n mengobser
vasi keadaan
pasien secara
rutin

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan gambaran umum, pengkajian laporan tahunan ruang kebidanan RSUD
Dr.Achmad Mochtar Bukittinggi, observasi, wawancara dan analisa SWOT yang dilaku
kan maka msalah yang teridentifikasi adalah sebagai berikut :
1. Belum optimalnya pelayanan kebidann oleh tenaga kesehatan yang professional
2. Belum optimalnya sarana dan prasarana yang memadai sesuai data BOR hanya 27%
dan ketersediaan alat belum memadai sesuai data yang ditemukan
3. Belum optimalnya Pemberian Asuhan pelayanan kebidanan yang professional dilihat dari
pendokumentasian yang dilakukan
4. Belum efektifnya pengaplikasian hasil Akreditasi di lapangan

57
C. Prioritas masalah dengan pendekatan PSBH/PSBN

No Masalah Bobot Mg Sv Mn Nc Af Total Proritas


S b.s S b.s S b.s S b.s S b.s
1 Belum 4 4 16 3 12 5 20 5 20 4 16 84 IV
Optimalnya
Pelayanan
Kebidanan oleh
tenaga kesehatan
yang profesional
2 Belum 5 4 20 3 15 3 15 3 15 4 20 85 III
optimalnya sarana
prasarana yang
memadai sesuai
data BOR hanya
27% dan
ketersediaan Alat
Belum
Mencukupi sesuai
data yang ditemui
3 Belum 5 5 25 5 25 5 25 5 25 5 25 125 I
optimalnya
Pemberian
Asuhan pelayanan
kebidanan yang
professional
dilihat dari
pendokumentasia
n yang dilakukan
4 Belum efektifnya 5 3 15 4 20 5 25 4 20 5 25 105 II
pengaplikasian
hasil Akreditasi di
lapangan

Keterangan ;
Rentang nilai dalam PSBH/PSBN adalah sebagai berikut :
Sangat penting :5
Penting :4
Cukup penting :3
Kurang penting :2
Sangat kurang penting :1

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa masalah yang menjadi prioritas adalah
1. Belum optimalnya Pemberian Asuhan pelayanan kebidanan yang professional
dilihat dari pendokumentasian yang dilakukan
2. Belum efektifnya pengaplikasian hasil Akreditasi di lapangan
D. POAC

58
No Masalah Tujuan Sasaran Metode Media Waktu PJ
1 Belum MengoptimalkSeluruh a. Merencana a. Membuat daftar Sabtu 26 Astar
optimalnya an pelayananpetugas di kan asuhan List Kerja -27 Juni neni,
Pemberian Asuhan Ruang kebidanan harian sesuai 2021 Agrom
Asuhan Kebidanan Kebidanan dalam fungsi elfira
pelayanan pendokum managerial
kebidanan yang entassian pelayanan
professional b.Mengatur kebidanan
dilihat dari pembagian b.Membuat
pendokumentas fungsi Leaflet
ian yang managerial
dilakukan dalam
asuhan
pelaayann
kebidanan
c. Melakukan
overran
asuhan
tindak
lanjut
d.Melakkan
Evaluasi
pendokum
entasian
2 Belum Meningkatakan Seluruh Membuat Membuat Alur Sabtu 26 Vilya
efektifnya Mutu layanan petugas di Banner Alur Pelayanan -27 Juni Hema
pengaplikasian Kebidanan Ruang Pelayanan Kebidanan 2021 indri,
hasil Akreditasi sesuai Standar Kebidanan Kebidanan
di lapangan Akreditasi

BAB V
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

59
A. Implementasi
1. Prioritas masalah yang ditemukan di Ruangan Kebidanan adalah belum
optimalnya catatan perencanaan harian Bidan Pelaksana. Pengumpulan data
dilakukan sejak tanggal 18 Juni 2021 – 21 Juni 2021, pembuatan desain rencana
kerja harian tanggal 22 Juni 2021 – 24 Juni 2021. Implementasi berupa sosialisasi
dan penggunaan format rencana kerja harian tanggal 25 Juni 2021-26 Juni 2021.
Evaluasi dilakukan tanggal28 Juni 2021.
a. Data Pre Implementasi
Hasil Observasi
Hasil Observasi sebelumdilakukan implementasi adlah sebagai berikut :
a. Pendokumentasian SOAP
Bidan pelaksana di Ruang Kebidanan belum optimal dalam melaksanakan
pendokumentasian SOAP. Dari 10 pendokumentasian yang di Observasi
diruang Kebidanan. Semua dokumentasi tidak optimal sampai dengan
edukasi pasien pulang.
b. Ketersediaan Alat
Ketersediaan Alat diruang Kebidanan tidak mencukupi standar rasio
pasien, hal ini dilakukan pengecekan terhadapjumlah alat dan kondisi alat
diruang Kebidanan. 30% alat diruang kebidanan mengalami kerusakan dan
31% bed diruang kebidanan rusak.
c. Overan
Berdasarkan pengumpulan data diperoleh bahwa overan dilakukan tiga kali
sehari, yaitu malam ke pagi pukul 08.00 WIB, dari pagi ke Sore pukul
14.00 WIB, dan dari Sore ke malam pukul 20.00 WIB. Berdasarkan
observasi overan dilaksanakan lebih dari 30 menit dan seringkali selesai
tidak tepat waktu. Hal ini disebabkan karena saat overan berlangsung,
adanya visite dokter bertepatan dengan waktu overan, sehingga kegiatan
overan sering terganggu. Overan dipimpin oleh Kepala Ruangan dan
dihadiri oleh semua Bidan yang berkepentingan. Sebelum overan
dilaksanakan para Bidanyang ada mempersiapkan hal-hal yang berkaitan
dengan pasien seperti status pasien, list pasien, terutama rencana tindakan

60
yang akan dilakukan terhadap masing-masing pasien. Seluruh bidan yang
ada telah mengetahui hal-hal apa yang harus disampaikan saat pelaporan
overan. Semua yang dilaporrkan saat overan dicatat dalam buku laporan.
80% bidan melakukan pendokumentasian.
Setelah melakukan overan, masing-masing bidan langsung menuju ruang
perawatan pasien untuk melakukan interaksi dengan pasien (visite
kebidanan). Adapun interaksi yang dilakukan didepan pasien yaitu perawat
yang bertugas pada shift selanjutnya dan memastikan kondisi pasien
apakah sesuai dengan yang dioverkan atau tidak.

B. Evaluasi
Tahap evaluasi dilakukan selama 2 hari yaitu pada tanggal 26 Juni 2021 ( shift pagi
dan shift sore ) sampai 27 Juni 2021 ( shift pagi dan shift malam ). Dari keselruhan
Bidan Pelaksana berjumlah 10 orang tersebut telah menggunakan SOP SOAP dan
perencanaan harian yang dibuat dan dibagikan oleh kelompok dengan presentasi
100%. Dengan pemberian implementasi kelompok mendapatkan hasil sebagai
berikut :
1. Tersedianya catatan perencanaan harian Bidan pelaksana yang seragam. Setelah
dilakukan implementasi dengan memberikan format catatan perencanaan harian
Bidan pelaksana dan telah digunakan oleh Bidan pelaksana yang dinas saat
implementasi maka kelompok menyimpulkan bahwa telah ada keseragaman
dalam pendokumentasian dan pemberian edukasi terhadap pasien pulang.
2. Serah terima
Setelah adanya keseragaman dalam pendokumentasian catatan perencanaan
harian Bidan pelaksana diruang kebidanan, serah terima yang dilaksanakan
berjalan lancar dan selesai tepat pada waktunya.
3. Ketua tim lebih mudah mengevaluasi rencana keperawatan yang telah
dilaksanakan oleh Bidan pelaksana.
BAB VI
PENUTUP

61
A. Kesimpulan
1. Manajemen kebidanan adalah suatu proses menyelesaikan suatu pekerjaan
melalui perencanaa, pengorgaisasian, pengarahan dan pengawasan dengan
menggunakan sumber daya secara efektif, efisiensi dan rasional dalam
memberikan pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang komprehensif pada
individu, keluarga, dan masyarakat, baik yang sakit maupun yang sehat melalui
proses keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2. Model Praktik Kebidanan professional merupakan penataan strukturdan proses
sistem pemberian asuhan kebidanan pada tingkat ruang rawat sehingga
memungkinkan pemberian asuhan kebidanan pada tingkat ruang rawat
sehingga memungkinkan pemberian asuhan kebidanan professional.
3. Perencanaan adalah keselurhan proses pemikiran dan penentuan secara matang
hal-hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan.
4. Berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan di ruangan kebidanan, proritas
masalah yang diperoleh adalah belum optimalnya penggunaan perencanaan
harian Bidan pelaksana yang mempengaruhi Efektifitas dan efisiensi kerja
harian perawat.
5. Rencana harian Bidan pelaksana adalah tindakan kebidanan untuk sejumlah
pasien dengan pemberian edukasi dan melakukan dokumentasi yang lengkap
dan optimal.
6. Dengan adanya format catatan perencanaan kegiatan harian Bidan pelaksana
maka semua catatan harian bidan pelaksana aka nada keseragaman dan
lengkap.

B. Saran
1. Institusi Pendidikan

62
Diharapkan makalah ini dapat menjadi pedoman atau masalah dalam penelitian
kesehatan dan pengembangan. Maka mata kuliah manajemen Kebidanan sebagai
bimbingan terhadap mahasiswa yang berkecimpung di bidang kebidanan
khususnya untuk Profesi Bidan Fakultas Kesehatan Universitas Fort De Kock
Bukittinggi.
2. Rumah Sakit
Diharapkan penggunaan format catatan perencanaan harian Bidan pelaksana,
Bidan tidak lagi menggunakan buku catatn pribadi tetapi dapat menggunakan
format yang telah tersedia untuk keseragaman dan kemudahan dalam pencatatn
rencana harian.
3. Bidan
Diharapkan dengan adanya format catatan harian Bidan pelaksana, Bidan tidak
lagi menggunakan sop catatan.
4. Mahasiswa
Setelah menyelesaikan siklus Manajemen Kebidanan, diharapkan mahasiswa
sudah mampu melakukan pengumpulan data dengan metode 5 M ( Man,
Material, Money, dan Machine ) serta mampu menerapkan proses manajemen
keperawatan ( Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling ).

DAFTAR PUSTAKA

63
Cahyono, S. 2012. Membangun Budaya Keselamatan Pasien dalam Praktik
Kedokteran. Yogyakarta

CAN. 1999. Mayes Midwafery:A Texbook For Midwifes. 12 ed. London: Bailiere Tindal

Chartey, Clarke, J. 2010. Implementing Patien Seperi Human Faktors In Walkrounds


Healthcare

Depres RI. 2002. Keputusan Menkes RI No. 228/MENKES/SK/III/2002 Tentang


Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit yang wajib
dilaksanakan daerah

Depkes RI. 2016. Konsep Kebidanan. Jakarta: Departemen Kesehtanan RI

Depres RI. 1999. Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat. Jakarta

IBI.2007. Buku Acuan Midwiferynupdate 2016. Jakarta.

KKP-RS. 2015. Pedoman Pelapor IKP, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Mamik. 2010. Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan dan Kebidanan.


Surabaya: Prins Media

Markues, B. L, Huston. 2012. Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan: Teori dan


aplikasi, ( ed.4 ). Jakarta: egc

Nurjanah, W. (2017). ) Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Kehamilan, Persalinan


Patologis Dengan Suspect Cpd, Bayi Baru Lahir (Bbl), Nifas Dan Perencanaan
Keluarga Berencana (Kb) Pada Ny.L Di Puskesmas Ii Kembaran. Skripsi.

Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional. Jakarta: Salemba Medika

Nursalam. 2014. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional. Jakarta: Salemba Medika

Nursalam. (2011). Proses dan Dokumentasi Keperawatan, Konsep dan Praktek .


Jakarta: Salemba Medika.
Permenkes. (2019, 06 19). Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit . Jakarta.
Retrieved

64
PANDUAN OBSERVASI MANAJEMEN PELAYANAN KEBIDANAN
DI RUANGAN KEBIDANAN RSUD DR.ACHMAD MOCHTAR
BUKITTINGGI

Petunjuk pengisian
Berilah tanda check list ( ) pada kolom jawaban yang tersedian sesuai dengan yang
dialami.
No Objek observasi Hasil observasi
Ada Tidak ada
1 Visi ruangan kebidanan
2 Misi, filosofi, tujuan, kebijakan dan
aturan
3 Standar Operasional Prosedur
Asuhan kebidanan
4 Standar Operasional Prosedur
kegiatan harian
5 Struktur organisasi ruangan
6 Ketersediaan format pengkajian
asuhan kebidanan
7 Kelengkapan setiap tahap
pendokumentasian asuhan
kebidanan berdasarkan instrument
8 Jumlah kunjungan pasien
9 Indicator penilaian mutu
10 File kepegawaian

KUESIONER TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN KEBIDANAN DI


RS.ACHMAD MUCHTAR BUKITTINGGI

65
PETUNJUK :
MOHON BERIKAN TANDA SILANG (X) PADA JAWABAN YANG ANDA PILIH.

Jenis Kelamin : Lama anda dirawat di Rumah Sakit ini:


( ) Pria ( ) kurang dari 3 hari
( ) Wanita ( ) 3 – 6 hari
( ) 7 – 15 hari
( ) diatas 15 hari

Umur Anda saat ini Pekerjaan Anda saat ini :


( ) 17 – 24 tahun ( ) Pelajar/Mahasiswa
( ) 25 – 34 tahun ( ) Pegawai Negeri
( ) 35 – 49 tahun ( ) Pegawai Swasta
( ) 50 – 64 tahun ( ) Buruh
( ) 65 tahun keatas ( ) Pedagang
( ) Tidak bekerja
( ) Lain-lain,sebutkan
Pendidikan akhir yang anda miliki: ..............................
( ) SD
( ) SLTP
( ) SLTA
( )
DIPLOM
A ( ) S-
1
( ) S-2
( ) S-3

Keterangan cara pengisian :


Berilah tanda () untuk setiap pernyataan ini sesuai dengan “KENYATAAN” yang diterima
dalam pelayanan, pada kolom :
1. YA 2. TIDAK

66
No PERNYATAAN Ya Tidak
A TANGIBLES/NYATA
1 Bangunan RS terlihat indah dan bersih.
2 Ruang kebidanan memiliki ruang tunggu yang cukup,
nyaman, WC dan air.
3 Ruangan kebidanan memiliki peralatan yang
lengkap.
4 Bidan berpenampilan apid an bersih
5 Ruang kebidanan memiliki papan petunjuk yang jelas.

B EMPATHY/EMPATI

6 Dokter memberikan waktu pelayanan yang cukup pada pasien.

7 Bidan memberikan pelayanan sesuai


dengan keinginan dan memahami kebutuhan
pasien.
8 Bidan memperhatikan sungguh-sungguh kepada pasien

9 Dokter mendengarkan keluhan tentang penyakit yang


anda derita serta memberikan
jalan keluar dalam konsultasi.
10 Bidan dalam melayani bersikap sopan dan ramah.

C RELIABILITY/KEANDALAN

11 Bidan memberikan pelayanan teliti, hati-hati dan tepat waktu


sesuai dengan yang di-janjikan.
12 Bidan dan petugas lainnya,
membantu jika ada permasalahan pasien
13 Bidan memberitahu jenis penyakit secara lengkap,
memberitahu cara perawatan dan cara minum obat
14 Bidan memberikan informasi kepada pasien sebelum
pelayanan diberikan.
15 Bidan menerangkan tindakan yang
akan dilakukan.
D RESPONSIVENESS / KETANGGAPAN

16 Bidan bersedia menanggapi keluhan pasien.

17 Bidan tanggap melayani pasien

67
18 Bidan menerima dan melayani dengan baik

19 Bidan melakukan tindakan secara tepat dan cepat.

20 Bidan melakukan tindakan sesuai


prosedur.
E ASSURANCE / KEPASTIAN

21 Dokter mempunyai kemampuan dan pengetahuan dalam


menetapkan diagnosa penyakit anda cukup baik , sehingga
mampu menjawab setiap pertanyaan pasien secara
meyakinkan.
22 Bidan menyediakan obat-obatan / alat-alat medis yang
lengkap
23 Bidan bersifat cekatan serta
menghargai pasien.
24 Dokter melayani dengan sikap meyakinkan sehingga pasien
merasa aman.
25 Bidan mempunyai catatan medis
pasien.`

PANDUAN OBSERVASI TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RUANGAN KEBIDANAN


RSUD DR.ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI

Petunjuk pengisian

68
Berilah tanda check list ( ) pada kolom jawaban yang tersedian sesuai dengan yang
dialami.
Insial pasien :
No Observasi Hasil observasi

1 Sikap dan perhatian pertugas


administrasi
2 Sikap dan penampilan petugas
terhadap pasien
3 Penjelasan yang diberikan bidan
tentang tindakan kebidanan yang
dilakukan dan masalah kesehatan
yang dialami
4 Waktu tunggu administrasi
5 Waktu tunggu pelayanan dokter
6 Waktu tunggu pelayanan obat
7 Kenyamanan ruang tunggu dan
pemeriksaan
8 Cara komunikasi tenaga medis
dan non medis
9 Perhatian bidan terhadap keluhan
pasien
10 Respon cepat bidan terhadap
kebutuhan pasien
11 Edukasi pasien pulang tentang
kebutuhan kesehatan dirumah

SOP PELAKSANAAN SOAP FAKULTAS


No.Dokumen : /SOP/SOAP/2020 KESEHATAN
No.Revisi : - PRODI
Tanggal Revisi : - PENDIDIKAN
SOP Tanggal disahkan : Juni 2021
PROFESI BIDAN
Halaman : -
Pendokumentasian Tim Pendidikan
Kebidanan Profesi Bidan
1. Pengertian Pendokumentasian SOAP merupakan catatan perubahan subjektif

69
dan objektif, serta pengkajian selanjutnya. Rekaman dilakukan
dengan menggabungkan dokumentasi yang datang dari berbagai
sumber secara

2. Tujuan Memudahkan pemberi pelayanan kesehatan dalampemberian


pelayana dan pengobatan pasien.
3. Kebijakan -
4. Prosedure 1. Mengisi Bagian Subjektif
a. Keluhan utama / chief complaint :
b. Keluhan tambahan oldcharts
1) Onset (permulaan serangan) pertama kali keluhan
utama
2) Location (Lokasi) Letak Keluhan
3) Duration (Durasi) Lama keluhan dirasakan
4) Characterization (Karakteristik) deskripsi keluhan
5) Alleviating or Aggravating Factors (faktor yang
memperbaiki or memperparah)
6) Radiation (Keluhan utama muncul di satu titik atau
berpindah-pindah)
7) Temporal Patterns (keluahn utama muncul diwaktu
spesifik)
8) Saverity (Tingkat keparahan )
c. Riwayat keluarga/kesehatan pasien
d. Nama /jenis obat yang dikonsumsi
2. Mengisi Bagian Objektif
a. Rekam ttv
b. Hasil px.fisik
c. Cantumkan hasil px.khusus (laboratorium, usg atau ct
scan)
3. Mengisi Bagian Assasement
a. Catat perubahan kondisi medis pasien
b. Catat permasalahan medis
c. Cantumkan seluruh diagnosa yang dibuat
d. Cantumkan alasan dibalik diagnosa
4. Mengisi Bagian Planning
a. Sediakan format yang terkait sesuai tindakan yang akan
dilakukan dan cantumkan informasi semua pemeriksaan
b. Tuliskan segala bentukterapi dan asuhan yang perlu
dicoba pasien
c. Cantumkan rujukan untuk konsultasi dr.Speialis jika
diperlukan

RENCANA HARIAN KEPALA RUANGAN FAKULTAS


No.Dokumen : /SOP/KARU/2020 KESEHATAN

70
No.Revisi : - PRODI
Tanggal Revisi : - PENDIDIKAN
SOP Tanggal disahkan : Juni 2021 PROFESI BIDAN
Halaman : -

Rencana Harian Tim Pendidikan


Profesi Bidan
1. Pengertian Kepala Ruangan merupakan manager yang mengelola langsung
ruang rawat, bertanggung jawab dalam pelaksanaan peningkatan
mutu di ruang yang dikelolanya.

2. Tujuan Memudahkan fungsi managerial dalam sebuah pelayanan.


3. Kebijakan -
4. Prosedure Rencana Harian
1. 07.00 : OPERAN
Pre Cinferences (jika jumlah Timlebih dari 1), mengecek SDM
dan sarana prasarana
2. 08.00 : Mengecek kebutuhan pasien (pemeriksaan, kondisi dll)
3. 09.00 : Melakukan interaksi dengan pasien baru atau pasien yang
memerlukan perhatian khusus.
4. 10.00 :Melakukan Supervisi pada ketua Tim/Bidan Pelaksana
Bidan 1
.................................................. (nama)
.................................................. (tindakan)
Bidan 2
................................................... (nama)
................................................... (tindakan)
Bidan 3
.................................................. (nama)
...................................................(tindakan)
5. 11.00: Hubungan dengan bagian lain-lain terkait rapat-rapat
terstruktur/insidentil
6. 12.00 : Mengecek ulang keadaan pasien, Bidan, lingkungan yang
belum teratasi, ISHOMA
7. 13.00 :Mempersiapakn dan merencanakan kegiatan asuhan
kebidanan untuk sore, malamdan esokhari sesuai tingkat
ketergantungan pasien
Mengobservasi Post Conference
14.00 : Operan

71
RENCANA HARIAN KEPALA TIM FAKULTAS
No.Dokumen : / KESEHATAN
SOP/KATIM/2020 PRODI
No.Revisi : - PENDIDIKAN
SOP Tanggal Revisi : - PROFESI BIDAN
Tanggal disahkan : Juni 2021
Halaman : -
Rencana Harian Tim Pendidikan
Profesi Bidan
1. Pengertian Kepala Tim adalah seorang Bidan yang bertugas yang mengepalai
sekelompok tenaga kebidanan dalam melaksanakan

2. Tujuan Memudahkan fungsi managerial dalam sebuah pelayanan.


3. Kebijakan -
4. Prosedure Rencana Harian
1. 07.30 : Operan
2. 08.00 : Pre Conferences
3. 09.00 : Melakukan Case Conference
4. 10.00 : Memenuhi Kebutuhan dasar pasien
5. 11.00 : Membimbing makan dan memberi obat pasien
6. 12.00 : Ishoma
7. 13.00 : Post Conference dan menulis dokumentasi
Memeriksa kelengkapan dokumentasi askeb dan alokasi jam
pasien sesuai dengan Bidan yang dinas
8. 14.00 : Operan

72

Anda mungkin juga menyukai