SIDOARJO
Disusun Oleh:
SITI HALIMAH
NIM. P27824416060
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLTEKKES KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI D4 KEBIDANAN KAMPUS SUTOMO
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan Rahmat dan
Hidayah-Nya kepada penulis sehingga laporan Praktik Kebidanan Komunitas di Kelurahan
Porong Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo ini dapat selesai dengan baik dan tepat waktu.
Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis sampaikan terima kasih yang sangat
dalam kepada:
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
TINJAUAN TEORI
Balita Bawah Garis Merah adalah balita yang ditimbang berat badannya berada pada
garis merah atau dibawah garis merah pada Kartu Menuju Sehat (KMS). Balita Bawah Garis
Merah (BGM) dapat ditemukan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Kondisi ini
berarti balita tersebut mengalami gangguan pertimbuhan dan perlu perhatian khusus. Bawah
Garis Merah (BGM) merupakan gambaran status gizi balita yang mengalami Kurang Energi
Protein (KEP) sedang atau berat.
Menurut Supariasa(2002), Kurang Energi Protein adalah seseorang yang kurang gizi yang
disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makana sehari-hari dan atau
gangguan penyakit tertentu. Kurang Energi Protein pada balita adalah keadaan kurang gizi
yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi protein dalam makanan sehari-hari
sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk usia dibawah lima tahun.
Faktor yang dapat menyebabkan BGM, yaitu penyebab langsung, penyebab tidak langsung,
akar masalah, dan pokok masalah dapat dilihat secara rinci pada bagan pada lembar
berikutnya (Supariasa, 2002).
2.1.2. Dampak dari BGM (Bawah Garis Merah)
1. Kecerdasan Berkurang
2. Anak sering lemas, sehingga menghambat aktifitas
3. Gangguan tumbuh kembang
4. Kematian
2.1.3. Konseling Gizi
Konseling gizi adalah kegiatan pemberian informasi atau nasehat gizi dan dietik
yang erat kaitannya dengan kondisi gizi dan kesehatan seseorang, konseling gizi terlebih
dahulu di awali dengan pengkajian gizi (Depkes RI, 2002). Konseling gizi merupakan
suatu proses komunikasi dua arah antara konselor dan klien untuk membantu klien
mengenali dan mengatasi masalah gizi (Depkes RI, 2010). Konseling kesehatan adalah
kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan
keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan
bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan. Penyuluhan
kesehatan bertujuan mengubah agar masyarakat memiliki perilaku hidup sehat
(Anneahira, 2010).
Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana
pembinaan keluarga. Menurut Dinkes (2005), secara umum rumah dapat dikatakan sehat
apabila memenuhi kriteria yaitu:
1) Memenuhi kebutuhan fisiologis, meliputi pencahayaan, penghawaan, ruang gerak
yang cukup, dan terhindar dari kebisingan yang mengganggu
2) Memenuhi kebutuhan psikologis meliputi privacy yang cukup, komunikasi yang sehat
antar keluarga dan penghuni rumah
3) Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah meliputi
penyediaan air bersih, pengelolaan tinja, limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit
dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, dan cukup sinat matahari pagi
4) Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena
keadaan luar maupun dalam rumah, antara lain fisik rumah yang tidak mudah roboh,
tidak mudah terbakar dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir
(Notoatmodjo, 2003)
Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) adalah bangunan yang digunakan untuk
mengumpulkan air bungan sisa pemakaian dari kran / hidran umum, sarana cuci tangan,
kamar mandi, dapur, dan lain-lain, sehingga air limbah tersebut dapat tersimpan atau meresap
kedalam tanah dan tidak menyebabkan penyebaran penyakit serta tidak mengotori lingkungan
sekitarnya. SPAL tidak menyalurkan air kotor dari peturasan/jamban .
Yang dimaksud dengan sampah adalah semua zat/ benda yang sudah tidak terpakai
lagi baik berasal dari rumah-rumah maupun sisa-sisa proses industri.
BAB 3
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
I. Data Umum
a. Daftar nama anggota rumah tangga
b. Genogram
Keterangan:
c. Tipe keluarga :
Beri tanda check (√ ), pada pilihan tipe keluarga berikut, sesuai tipe keluarga
yang anda asuh :
Keluarga inti Keluarga Dyad (suami=istri tanpa anak)
√
Keluarga besar Single parent
Single adult Keluarga lansia
Ayah+ibu tanpa nikah Comunity family (tanpa pertalian darah)
d. Status ekonomi (berdasarkan acuan Rp.20.000/hari/keluarga)
√
Miskin (penghasilan < Rp.600.000)/bulan
Menengah (penghasilan Rp.600.000-1.500.000)/bulan
Kaya (penghasilan > Rp.1.500.000)/bulan
e. Aktivitas rekreasi keluarga (nonton TV, mendengarkan radio, wisata, dll)
Tidak pernah
Pernah
√
II. Data Khusus
Jenis Bulan
Lahir 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Imunisasi
Hepatitis B √
Polio √ √ √ √
BCG √
DPT √ √ √
Campak √
Adakah masalah dalam riwayat imunisasi ini:
Pemberian imunisasi sudah lengkap sesuai dengan umur balita.
t. Riwayat ASI Eksklusif
Ya
Tidak
√
u. Status Gizi sekarang, bisa ditimbang, bisa dilihat riwayat penimbangan 3
bulan berurutan, kalau ditimbang gunakan konversi TB/BB saja.
√ Kurus sekali
Kurus
Normal
Gemuk
B. ANALISIS DATA
Data Mayor: Keluarga inti, keluarga dengan anak balita yang mengalami BGM , dengan
status gizi kurus sekali,ketidakmampuan daya beli makanan dan kurangnya pengetahuan
mengenai makanan yang bervariasi dan bergizi.
Data Minor: Status ekonomi rendah,ketika terdapat masalah selalu menerima masalah
dengan positif, hubungan keluarga harmonis, keputusan ada di suami, ibu menggunakan KB
suntik 1 bulan,berada di lingkungan pedesaan yang teratur, serta keadaan rumah permanen
dan bersih.
Rasional diagnosa :
Data Mayor Data Minor
(Dari tugas perkembangan dan pemeriksaan fisik) (Dari data lainnya)
Keluarga dengan balita BGM, usia 24 bulan, Keputusan keluarga ada di suami,
status gizi kurus sekali,balita mengalami strategi coping keluarga dengan cara
kelumpuhan dikarenakan adanya kelainan sejak problem solving, ibu sedang
lahir. menggunakan KB suntik, stres dan
koping adaptif, tipe keluarga inti,
D. PERENCANAAN
Keluarga Bapak “H” dengan balita yang mengalami BGM berhubungan
ketidakmampuan daya beli makanan dan kurangnya pengetahuan mengenai makanan yang
bervariasi dan bergizi serta cara mengolahnya.
E. PELAKSANAAN
F. POA
No Kegiatan Hari Ke
1. Menyampaikan hasil Ke-1
pengkajian bersama
menetapkan masalah dan
merencanakan kegiatan:
Memberikan
penjelasan mengenai
pengertian BGM dan
faktor yang
menyebabkan
terjadinya BGM
Memberikan
penjelasan mengenai
dampak yang
ditimbukan dari BGM
dan cara
penanganannya
Memberikan
penjelasan mengenai
macam-macam
MODISCO yang
praktis dan mudah
dibuat, serta cara
membuatnya
Memberikan PMT
(pemberian makanan
tambahan)
Memberikan
dukungan agar ibu
dan keluarga bersedia
melakukan konsultasi
dengan dokter dan
ahli gizi di Puskesmas
untuk mengatasi
BGM.
2. Kunjungan rumah kedua Ke-2
untuk melaksanakan
kegiatan:
Memastikan ibu dan
keluarga sudah
melakukan konsultasi
gizi ke Puskesmas.
Memastikan ibu
sudah bisa membuat
MODISCO dan
memberikannya
kepada anaknya untuk
makanan tambahan
sehari-hari.
Mengulang kembali
pengetahuan ibu
mengenai penjelasan
tentang
pengertian,faktor
penyebab,dampak,
serta cara penanganan
BGM.
3. Evaluasi terhadap capaian Ke-3
kegiatan :
Ibu sudah mengetahui gizi
balita yang baik, cara
pembuatan modisco, dan
sudah konsultasi ke poli
gizi puskesmas