Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEBIDANAN

PADA KELUARGA BPK N DI RT 04 RW 02


DESA PEKUNCEN KECAMATAN SEMPOR
KABUPATEN KEBUMEN

Laporan Individu PKMD

Disusun Oleh:

Shevia Triyani (B2020015)

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM DIPLOMA TIGA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG

2022/202
HALAMAN PERSETUJUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA KELUARGA BPK N


RT 04 RW 02 DESA PEKUNCEN
KECAMATAN SEMPOR KABUPATEN KEBUMEN

Laporan Individu Keluarga Binaan

Telah Memenuhi Persyaratan Dan Disetujui

Tanggal………………

Menyetujui

Pendidik Klinik Puskesmas Pendidik Klinik Akademik

(Esti Retiningsih S,Tr) (Wulan Rahmadhani,MMR,dr.PH)


HALAMAN PERSETUJUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA KELUARGA BPK N


RT 04 RW 02 DESA PEKUNCEN
KECAMATAN SEMPOR KABUPATEN KEBUMEN

Laporan Individu Keluarga Binaan

Telah Memenuhi Persyaratan Dan Disetujui

Tanggal………………

Menyetujui

Ketua Prodi Kebidanan Kepala Desa


Program DIII
Universitas Muhammadiyah Gombong

(Siti Mutoharoh, S.S.T., MPH) (Hasto Nugroho S,Pd)


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada saat saya pengkajian Survey Mawas Diri di Desa Pekuncen
Rt 04 RW 02 saya menemukan keluarga Tn N yang merupakan pasangan
usia subur yang memiliki 2 anak berusia 5 dan 2 tahun. Anak kedua
mengalami gizi kurang.
Asuhan kebidanan pada keluarga merupakan asuhan kebidanan
komunitas yang bertujuan untuk meningkatkan derajat Kesehatan
keluarga. Dalam sebuah keluarga biasanya dijumpai lebih dari satu
permasalahan Kesehatan. Pada keluarga Tn N terdapat beberapa masalah,
dari beberapa masalah tersebut nantinya akan dicari penanganan masalah.
Dalam hal ini penulis mengambil kasus pada keluarga Tn N pada
Rt 04 RW 02, Desa Pekuncen kecamatan Sempor, Kabupaten Kebumen
sebagai bukti pelaksanaan praktek kebidanan komunitas dan melaksanakan
implementasi sesuai dengan prioritas masalah. Diharapkan keluarga lebih
mengerti dan memahami tentang pentingnya Kesehatan keluarga.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dapat melaksanakan Asuhan Kebidanan Komunitas terhadap
keluarga Tn. N yang dalam keluarganya memiliki bayi dengan gizi
kurang, dan perilaku hidup bersih dan sehat belum sempurna.
2. Tujuan Khusus
a) Mahasiswa mampu melakukan perencanaan, diagnosa dan
penatalaksanaan terhadap keluarga Tn. N
b) Mahasiswa dan keluarga dapat mengidentifikasi masalah
kebidanan di dalam keluarga.
c) Mahasiswa dan keluarga dapat mengidentifikasi masalah kesehatan
umum di dalam keluarga.
d) Mahasiswa membantu keluarga dalam menyelesaikan masalah
yang ada pada keluarga Tn. N
e) Keluarga mampu mengubah perilaku hidup agar lebih sehat.
f) Melaksanakan evaluasi kebidanan komunitas
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Untuk mengimplementasikan asuhan kebidanan terhadap keluarga
binaan dengan baik sehingga tercermin citra bidan yang profesional.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Laporan keluarga binaan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
tambahan sumber kepustakaan bagi Universitas Muhammadiyah
Gombong pada asuhan kebidanan komunitas.
3. Bagi Keluarga Binaan
Sebagai bahan masukan dan dapat menjadi suatu pengetahuan bagi
keluarga Tn. N guna mewujudkan keluarga yang sehat.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)
1. Pengertian
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah bentuk
perwujudan orientasi hidup sehat dalam budaya perorangan, keluarga,
dan masyarakat, yang bertujuan untuk meningkatkan, memelihara, dan
melindungi kesehatannya baik secara fisik, mental, spiritual, maupun
sosial. PHBS Perilaku hidup bersih dan sehat bertujuan memberikan
pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan,
kelompok, keluarga, dengan membuka jalur komunikasi, informasi,
dan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, serta perilaku
sehingga masyarakat sadar, mau dan mampu mempraktikkan perilaku
hidup bersih dan sehat. Melalui PHBS diharapkan masyarakat dapat
mengenali dan mengatasi masalah sendiri dan dapat menerapkan cara-
cara hidup sehat dengan menjaga, memeli-hara dan meningkatkan
kesehatannya (Notoadmodjo S, 2007).
2. Manfaat PHBS
Manfaat PHBS secara umum adalah untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat agar mau dan mampu menjalankan hidup bersih dan sehat.
Hal tersebut menjadi penting untuk dilakukan agar masyarakat sadar
dan dapat mencegah serta mengantisipasi atau menanggulangi
masalah-masalah kesehatan yang mungkin muncul. Selain itu, dengan
menerapkan dan mempraktikan PHBS diharapkan masyarakat mampu
menciptakan lingkungan yang sehat sehingga dapat meningkatkan
kualitas hidup. Dalam implementasinya, kebermanfaatan PHBS ini
dapat diterapkan di berbagai area, seperti sekolah, tempat kerja, rumah
tangga, dan masyarakat
a. Sekolah
PHBS merupakan kegiatan memberdaya-kan siswa, guru
dan masyarakat di lingkungan sekolah untuk mau menerap-kan dan
mempraktiKkan pola PHBS dalam rangka menciptakan lingkungan
sekolah yang bersih dan sehat. Manfaat menerap-kan PHBS di
sekolah mampu menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat
sehingga dapat mendukung kelancaran proses belajar mengajar
para siswa, guru serta masyarakat di sekitar lingkungan sekolah
tersebut.
b. Tempat kerja
PHBS adalah kegiatan untuk memberdaya-kan para pekerja
agar tahu dan mampu mempraktikkan PHBS dan berperan dalam
menciptakan tempat kerja yang bersih dan sehat. Manfaat yang
diperoleh dengan menerapkan pola PHBS di tempat kerja yaitu,
para pekerja mampu menjaga dan meningkatkan kesehatannya
sehing-ga tidak mudah sakit, serta meningkat-kan citra tempat
kerja yang positif, sehingga mendukung peningkatan semangat dan
produktivitas kerja
c. Keluarga
PHBS dapat menciptakan keluarga yang sehat dan mampu
mencegah atau memini-malisir munculnya permasalahan keseha-
tan. Manfaat menerapkan dan memprakti-kan PHBS di rumah
tangga termasuk di tempat pengasuhan anak lainnya antara lain,
setiap anggota keluarga tidak mudah terkena penyakit, dapat
meningkatkan kesejahteraan dikarenakan produktifitas anggota
keluarga juga meningkat. Selain itu, dengan menerapkan PHBS
secara konsisten akan menciptakan budaya hidup bersih dan sehat
dalam keluarga. Selain itu seluruh anggota keluarga dapat tumbuh
dan berkembang dengan sehat dan tercukupi asupan gizi
d. Masyarakat
PHBS merupakan upaya masyarakat untuk menerapkan
serta mempraktikkan pola hidup bersih dan sehat dalam rangka
menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat. Penerapan PHBS
ini diharapkan dapat mencegah, meminimali-sir munculnya serta
penyebaran penyakit. Selain itu masyarakat mampu memanfaat-
kan pelayanan fasilitas kesehatan dan mengembangkan kesehatan
yang bersumber dari masyarakat
3. Indikator PHBS
a. Persalinan ditolong oleh tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan yang dimaksud disini adalah dokter, bidan dan
tenaga paramedis lainnya. Hal ini dikarenakan masih ada
kelompok masyarakat yang masih mengandalkan tenaga non medis
untuk membantu persalinan, seperti dukun bayi (paraji). Selain
tidak aman dan penanganannya pun tidak steril, penanganan oleh
dukun bayi (paraji) inipun dikhawatirkan berisiko
b. Memberi bayi ASI (Air Susu Ibu) Eksklusif
Seorang ibu perlu memberikan ASI Eksklusif pada bayi, yaitu
pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain, sejak
kelahiran hingga usia enam bulan.
c. Menimbang bayi dan anak sampai dengan usia 6 tahun secara rutin
setiap bulan
Penimbangan bayi dan balita setiap bulan dimaksudkan untuk
memantau per-tumbuhan balita tersebut setiap bulan. Penimbangan
ini dilaksanakan di Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) mulai usia
1 bulan hingga 5 tahun. Setelah dilakukan penimbangan, catat
hasilnya di buku KMS (Kartu Menuju Sehat). Dari catatan KMS
dapat diketahui dan dipantau perkembangan dari bayi dan balita
tersebut
d. Menggunakan Air Bersih.
Menggunakan air bersih dalam kehidupan sehari-hari seperti
memasak, mandi, hingga untuk kebutuhan air minum. Air yang
tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri yang dapat
menyebabkan berbagai macam penyakit.
e. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) dengan benar
Mencuci tangan di air mengalir dan memakai sabun dapat
menghilangkan berbagai macam kuman dan kotoran yang
menempel di tangan sehingga tangan bersih dan terbebasas dari
kuman. Cucilah tangan setiap kali sebelum makan dan melakukan
aktifitas yang menggunakan tangan, seperti meme-gang uang dan
hewan, setelah buang air besar, sebelum memegang makanan
maupun sebelum menyusui bayi. Pada situasi berkembangnya virus
korona seperti saat ini, cuci tangan menggunakan sabun dengan air
mengalir adalah keharusan. Mencuci tangan harus memperhatikan
aturan dengan membersihkan seluruh bagian dari tangan
f. Gunakan Jamban Sehat.
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas
pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok
atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa
(cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran
dan air untuk membersihkannya. Ada beberapa syarat untuk
jamban sehat, yakni tidak mencemari sumber air minum, tidak
berbau, tidak dapat dijamah oleh hewan seperti serangga dan tikus,
tidak mencemari tanah sekitarnya, mudah dibersihkan dan aman
digunakan, dilengkapi dinding dan atap pelindung, penerangan dan
ventilasi udara yang cukup, lantai kedap air, tersedia air, sabun,
dan alat pembersih yang memadai.
g. Memberantas jentik nyamuk di rumah sekali seminggu secara
rutin.
Lakukan Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) di lingkungan rumah
tangga. PJB adalah pemeriksaan tempat perkembangbiakan
nyamuk yang ada di dalam rumah, seperti bak mandi, WC, vas
bunga, tatakan kulkas, talang air, dan media penyimpanan lainnya
yang menampung air. Kegiatan ini dianjurkan dilakukan secara
teratur setiap minggu dan konsisten. Selain itu juga perlu dilakukan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3 M
(Menguras, Mengubur, Menutup) dan melakukan fogging di
tempat-tempat yang dimungkinkan adanya jentik nyamuk secara
berkala.
h. Makan makanan yang sehat dan bergizi.
Dianjurkan agar keluarga mengkonsumsi jenis makanan yang
bersih dan sehat seperti mengandung banyak vitamin, serat,
mineral dan zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh serta bermanfaat
bagi kesehatan.
i. Melakukan aktifitas fisik setiap hari.
Melakukan aktifitas fisik, baik berupa olahraga maupun kegiatan
lain yang mengeluarkan tenaga yang sangat penting bagi
pemeliharaan kesehatan fisik, mental, dan mempertahankan
kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari. Jenis
aktifitas fisik yang dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari
yakni olahraga ringan, jalan kaki, jogging, berkebun, dan lain-
lainnya
j. Tidak merokok.
Hindari merokok asap rokok dapat mencemari kualitas udara yang
dihirup. Di dalam satu puntung rokok yang diisap, akan
dikeluarkan lebih dari 4.000 bahan kimia berbahaya, diantaranya
adalah nikotin, tar, dan karbon monoksi-da (CO) (Promkes, 2013)
B. Pijat Tuina
1. Pengertian
Para ahli mempelajari efek pijatan pada kekuatan otak dan
melaporkan fungsi yang menerima pijat lebih reseptif dan lebih
komunikatif terutama setelah pijat. Ini kesiapan meningkat membantu
kita untuk berhubungan dengan dunia dalam yang efektif dan cara
yang lebih produktif yang merupakan sifat yang efektif dan cerdas
orang yang sangat. Dalam keadaan rileks, pikiran dibuat sebagai hasil
dari pijatan relaksasi juga dapat membuat lebih reseptif dalam kegiatan
pembelajaran. Ini berarti bahwa pikiran menjadi rileks cukup untuk
lebih berkonsentrasi pada tugas di tangan (Sukanta, 2010).
Pijat Tui Na ini merupakan tehnik pijat yang lebih spesifik untuk
meningkatkan kualitas tidur dengan cara memperlancar peredaran
darah bagian kepala, tangan, kaki dan punggung, melalui modifikasi
dari akupunktur tanpa jarum, teknik ini menggunakan penekanan pada
titik meridian tubuh atau garis aliran energi sehingga relatif lebih
mudah dilakukan dibandingkan akupuntur (Sukanta, 2010).
2. Manfaat
Pijat dikenal sebagai salah satu bentuk terapi dalam dunia
kesehatan, baik bagi orang dewasa maupun anak. Terapi pijat dapat
meningkatkan kecerdasan otak dan meningkatkan daya ingat serta
memberikan dampak rileks pada otak maupun tubuh dengan
melancarkan peredaran darah. Dengan pijat, maka otak berkembang
lebih baik dan meningkatkan kemampuan kerja otak. Pijatan pada anak
akan memberikan dampak positif bagi anak karena anak akan merasa
lebih siap untuk menerima stimulus sehingga dapat belajar dengan
lebih cepat, dan berkaitan erat dengan perkembangan yang terjadi di
otak (Sukanta, 2010).
Manfaat lain dari pijatan adalah membuat tidur lebih nyenyak
sehingga dapat meningkatkan daya konsentrasi dan meningkatkan
kecerdasan. Dengan pijat, stress dapat berkurang. Pijatan akan
meningkatkan pertumbuhan, perkembangan, serta daya ingat.
Sentuhan pijat akan membantu mencerdaskan juga menyehatkan dan
meningkatkan daya tahan tubuh. Sementara itu, waktu yang paling
baik untuk memijat adalah pagi hari sehingga pada malam harinya
si kecil.
BAB III

ASUHAN / MANAJEMEN KEBIDANAN PADA KELUARGA BINAAN

A. Pengkajian
1. Identitas
Kepala Keluarga
Nama : Tn. N
Umur : 32 Tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh Swasta
Alamat : Selokerto 04/02
Anggota 1
Nama : Ny. S
Umur : 31 tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Alamat : Selokerto 04/02
Anggota 2
Nama : An R
Umur : 5 Tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : Belum Sekolah
Pekerjaan : Belum Bekerja
Alamat : Selokerto 04/02
Anggota 3
Nama : An B
Umur : 2 Tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : Belum Sekolah
Pekerjaan : Belum Bekerja
Alamat : Selokerto 04/02

2. Penghasilan keluarga rata-rata perbulan : < 1.000.000


3. Kepemilikan Jaminan Kesehatan
4. Kesehatan Lingkungan Rumah (Kepala Keluarga)
a. Kebiasaan makan
1) Keluarga Tn. N kadang-kadang makan teratur dengan frekuensi
2-3 kali per hari
2) Keluarga memakan makanan yang memenuhi gizi seimbang
dengan jenis nasi,sayur,lauk
3) Keluarga melakukan kebiasaan cuci tangan dengan air sebelum
makan dan sesudah makan
4) Pengolahan makanan memenuhi syarat kesehatan
5) Keluarga menggunakan bahan masak garam beryodium
b. Sanitasi Lingkungan
1) Keluarga memiliki satu jamban
2) Jamban keluarga cukup bersih
3) Keluarga tidak memiliki kandang ternak
4) Keluarga memiliki tempat pembuangan sampah
5) Sampah di lingkungan rumah tidak berserakan
6) Pembuangan air limbah rumah tangga,keluarga memiliki resapan
air limbah di halaman
7) Keluarga memiliki sumber air bersih yaitu sumur
c. Indicator Capaian Keluarga Yang Diharapkan Pada Program Indonesia
Sehat
1) Keluarga mengikuti program KB
2) Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan
3) Bayi dalam keluarga sudah mendapat imunisasi dasar lengkap
4) Bayi mendapatkan ASI ekslusif
5) Balita pada keluarga Tn. N mendapatkan pengobatan sesuai standar
6) Di dalam keluarga tidak terdapat penderita TB paru
7) Di dalam keluarga terdapat penderita hipertensi
8) Di dalam keluarga tidak terdapat penderita gangguan jiwa
9) Di dalam keluarga terdapat anggota keluarga yang merokok
10) Keluarga merupakan anggota jaminan kesehatan nasional
11) Keluarga memiliki sarana air bersih
12) Keluarga menggunakan jamban sehat
d. Pengkajian Pasangan Usia Subur
1) Ibu tidak ingin memiliki anak lagi dalam waktu dekat.
2) Ibu memakai kontrasepsi KB suntik.
3) Pengetahuan ibu mengenai KB kurang baik
4) Pengetahuan ibu tentang HIV/AIDS kurang baik
e. Pengkajian Balita An. B
1) An. B berusia 2 tahun 6 bulan
2) An. B rutin di bawa ke posyandu oleh ibunya
3) An. B memiliki buku KIA/KMS
4) Tinggi badan An.B saat ini 94 cm bulan lalu 95 cm
5) Berat badan An. B saat ini 9,8 kg dan bulan lalu 9,8 kg
6) Status gizi An. B gizi kurang.
7) An. N tidak stunting
8) An. N mendapatkan Asi Ekslusif sampai 6 bulan
9) An. N tidak diberikan susu formula dan makanan tambahan
lainnya ( pisang madu ) sebelum usia 6 bulan
10) Usia anak ketika diberikan MPASI yaitu 6 bulan
11) Perkembangan anak normal
12) An. N mengalami muntah muntah dalam 3 bulan terakhir
13) Imunisasi yang di dapatkan An. N sudah lengkap
14) An. N mendapatkan vitamin A ketika usia 6 bulan – sekarang

B. Analisis Data

No. Data Masalah


1. Keluarga Tn. N Keluarga Tn N masih
DS: Kurangnya perilaku hidup
kurang pengetahuan
bersih dan sehat, ibu mengatakan
suami merokok tentang PHBS
DO : Pengetahuan PHBS masih
kurang
2. Keluarga Tn. N Pengetahuan Gizi pada
DS: Ibu mengatakan An. B sulit
balita kurang
makan.
DO: Status gizi kurang
3. Keluarga Tn N Ibu
DS : Ibu mengatakan bapak
memiliki hipertensi
DO : TD 150/90

C. Perumusan Masalah
Kurangnya pengetahuan keluarga tentang PHBS
No Kriteria Penilaian Skor Pembenaran

a. Sifat masalah 1/3 x 1 1/3 Keluarga kurang


pengetahuan
1) Potensial : 1
tentang PHBS
2) Resiko :2
3) Aktual :3
Bobot : 1
b. Kemungkinan masih dapat 1/2 x 2 1 keluarga dapat
diubah menerima
penjelasan yang
1) Mudah :2
diberikan
2) Sebagian :1
3) Tidak dapat: 0
Bobot : 2
c. Potensial pencegahan 2/3 x 1 2/3 Adanya
1) Tinggi :3 keinginan
2) Cukup :2 keluarga untuk
3) Rendah : 1 memperbaiki
Bobot : 1 kesehatan

d. Penonjolan masalah 1/2 x 1 ½ Masalah tidak


dirasakan
1) Segera ditangani : 2
2) Ada masalah tapi tidak
segera ditangani : 1
3) Masalah tidak dirasakan
:0
Bobot : 1
Jumlah 2½

Kurangnya pengetahuan keluarga tentang gizi bayi balita

No. Kriteria Penilaian Skor Pembenaran


a. Sifat Masalah 2/3 x 1 2/3 Keluarga kurang
1) Potensial :1 pemahaman
2) Resiko : 2 tentang gizi bayi
3) Aktual : 3 balita
Bobot : 1
b. Kemungkinan masih dapat 2/1x 2 2 Keluargadapat
diubah menerima
1) Mudah : 2 penjelasan yang
2) Sebagian : 1 diberikan
3) Tidak dapat: 0
Bobot : 2
c. Potensial 2x1 2 Keluarga
1) Tinggi : 3 memiliki potensi
2) Cukup : 2
3) Rendah : 1
Bobot : 1

d. Penonjolan masalah 1/2x1 1 /2 Masalah


1) Segera ditangani : 2 sebagian
2) Ada masalah tapi dirasakan
tidak segera
ditangani : 1
3) Masalah tidak
dirasakan : 0
Bobot : 1

D. Prioritas Masalah
1. Kurangnya pengetahuan tentang PHBS
2. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang gizi bayi balita

E. Perencanaan
1. Lakukan pendidikan kesehatan tentang PHBS
2. Lakukan pendidikan kesehatan tentang gizi bayi balita.
3. Mengajarkan pijat tuina untuk menambah napsu makan

F. Pelaksanaan
1. Melakukan pendidikan kesehatan tentang PHBS
2. Lakukan pendidikan kesehatan tentang gizi bayi balita.
3. Mengajarkan pijat tuina untuk menambah napsu makan

G. Evaluasi
1. Pendidikan kesehatan tentang PHBS sudah diberikan
2. Lakukan pendidikan kesehatan tentang gizi bayi balita.
3. Mengajarkan pijat tuina untuk menambah napsu makan.

Anda mungkin juga menyukai