PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mahasiswa adalah bagian dari masyarakat intelektual yang ada di negeri ini, diharapkan
mampu berkontrubusi dan mengambil andil dalam pembangunan Bangsa dan Negara.
Praktek Komunitas/ Praktek kerja lapangan terpadu (PK/PKLT) merupakan bentuk dalam
merealisasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi Yakni Pengabdian kepada masyarakat setalah
mendapatkan bekal ilmu pengetahuan selama proses belajar mengajar di bangku kuliah.
Dan dalam hal ini kami kelompok XIV mendapatkan amanah dalam merealisasikan Tri
Darma Perguruan Tinggi yakni pada poin penggabdian masyarakat. Desa maen menjadi
sasaran untuk pengembangan dan peningkatan dalam konteks kesehatan. Desa maen yang
terletak di kecamatan Likupang timur dimana terdapat 403 jumlah Kepala keluarga dengan
1549 jiwa penduduk.
Berdasarkan Quisioner yang di jalankan yang kemudian bisa kita ketahui masalah yang
hadir mewarnai desa maen yang tentunya menjadi tugas kita mahasiswa PK/PKLT dalam
mengatasi permasalahan.
Dengan demikian pelaksanaan PK/PKLT ini di harapkan mampu untuk mengikuti derap
langkah pembangunan yang semakin dinamis untuk meningkatkan Derajat kesehatan
khususnya dalam ruang lingkup desa Maen.
Upaya pelayanan kesehatan melalui Promotif dan preventif merupakan upaya awal untuk
mengatasi permaslahan kesehatan, Khususnya masyarakat Pendidikan sekolah. Promosi
kesehatan ini di lakukan agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan
kegiatan yang bersumber pada masyarakat, sesuain dengan kondisi social budaya setempat
dan di dukung oleh kebijakan secara internal maupun lingkungannya yang berwawasan
kesehatan.
Dalam hal ini kami juga memperdayakan keanekaragaman hayati yang ada di bumi ini
tidak hanya di gunakan sebagai bahan panggan atau pun untuk dinikmati Keindahannya saja,
tetapi juga bermanfaat sebagai bahan untuk mengobati berbagai penyakit.
Sehubungan dengan hal ini kami membuat rencana kegiatan “Penanaman nilai-nilai
perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan sekolah, pembuatan dan penanaman obat
1
keluarga dan penyuluhan pentingnya melahirkan di Fasilitas kesehatan” yang di tuangkan
dalam proposal kegiatan ini.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Memperdaya setiap siswa serta komponen yang ada di lingkungan sekolah agar tahu,
mau dan mampu menolong diri sendiri dibidang kesehatan dengan menerapkan PHBS.
2. Membantu dan memandirikan masyarakat desa untuk menanam tanaman obat keluarga.
D. Manfaat
Mampu meningkatkan pengetahuan siswa dalam berperilaku hidup bersih dan sehat
khususnya dalam ruang lingkup sekolah sehingga memperkecil masalah kesehatan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
1. Pengertian
Beberapa pengertian kaitannya dengan PHBS adalah
a. Perilaku Sehat adalah pengetahuan, sikap, dan tindakan proaktif untuk memelihara
dan mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit,
serta berperan aktif dalam Gerakan Kesehatan Masyarakat.
b. PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga
anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang
kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat.
c. Program PHBS adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar bagi
perorangan, kelompok dan masyarakat dengan cara membuka jalur komunikasi,
memberikan informasi dan melakukan edukasi guna meningkatkan pengetahuan,
sikap dan perilaku melalui pendekatan advokasi, bina suasana dan melakukan
gerakan pemberdayaan masyarakat sehingga dapat menerapkan cara-cara hidup
sehat dalam rangka menjaga, memelihara, melindungi, dan meningkatkan
kesehatannya.
PHBS dapat dilakukan di rumah tangga, sekolah, tempat umum, tempat kerja
dan institusi kesehatan.
3
3) PHBS di tempat kerja adalah upaya untuk memberdayakan para pekerja, pemilik
dan pengelola usaha/ kantor, agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan PHBS
serta berperan aktif dalam mewujudkan tempat kerja sehat.
4) PHBS di tempat umum adalah upaya untuk memberdayakan masyarakat
pengunjung dan pengelola tempat-tempat umum agar tahu, mau dan mampu untuk
mempraktikkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan tempat-tempat
umum sehat.
5) PHBS di institusi kesehatan adalah upaya untuk memberdayakan pasien,
masyarakat pengunjung dan petugas agar tahu, mau dan mampu untuk
mempraktikkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan Institusi Kesehatan
Sehat dan mencegah penularan penyakit di institusi kesehatan.
4
Gambar 1. Indikator Rumah Tangga ber-PHBS
Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan (bidan, dokter, dan tenaga para
medis lainnya). Setiap persalinan dari ibu hamil harus ditolong oleh tenaga
kesehatan karena
5
lahir, keluar cairan ketuban yang berwarna jernih kekuningan dari jalan lahir,
merasa seperti mau buang air besar maka harus segera hubungi tenaga
kesehatan (bidan/ dokter), tetap tenang dan tidak bingung, untuk mengurangi
rasa sakit dari mulasnya dapat bernapas panjang melalui hidung dan
mengeluarkan melalui mulut.6
Pemberian ASI juga harus memperhatikan bahwa ibu harus yakin mampu
menyusui bayinya dan mendapat dukungan dari keluarga agar upaya pemberian
ASI Eksklusif selama enam bulan bisa berhasil.
Penimbangan bayi dan balita dilakukan setiap bulan mulai umur 1 bulan
sampai 5 tahun di Posyandu untuk memantau pertumbuhannya setiap bulan. Setelah
bayi dan balita ditimbang, catat hasil penimbangan di Buku KIA (Kesehatan Ibu
dan Anak) atau Kartu Menuju Sehat (KMS) maka akan terlihat berat badannya naik
atau tidak naik (lihat perkembangannya).
6
Berat badan naik, bila :
a. Garis pertumbuhannya naik mengikuti salah satu pita warna pada KMS.
b. Garis pertumbuhannya pindah ke pita warna di atasnya.
7
segera dirujuk ke Puskesmas. Datang secara rutin ke Posyandu juga berfungsi untuk
mengetahui kelengkapan imunisasi serta untuk mendapatkan penyuluhan gizi.
Air bersih adalah air yang secara fisik dapat dibedakan melalui indera kita
(dapat dilihat, dirasa, dicium, dan diraba):
a. Jarak letak sumber air dengan jamban dan tempat pembuangan sampah sampai
paling sedikit 10 meter.
b. Sumber mata air harus dilindungi dari bahan pencemaran.
c. Sumur gali, sumur pompa, kran umum dan mata air harus dijaga bangunannya
agar tidak rusak.
d. Harus dijaga kebersihannya seperti tidak ada genangan air di sekitar sumber air,
tidak ada bercak-bercak kotoran, tidak berlumut pada lantai/ dinding sumur.
Ember/ gayung pengambil air harus tetap bersih dan tidak diletakkan di lantai.
Meskipun air sudah bersih tetapi ketika diminum harus tetap dimasak mendidih
karena air belum tentu bebas kuman penyakit, yang hanya bisa mati pada suhu
1000C (saat mendidih).
8
Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun merupakan suatu intervensi kesehatan
yang paling hemat tapi sangat bermanfaat karena dapat membunuh kuman
penyakit yang ada di tangan sehingga tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman,
mencegah penularan penyakit, seperti disentri, flu burung, flu babi, typhus, dll.
a. Setiap kali tangan kita kotor (setelah; memegang uang, memegang binatang,
berkebun, dll)
9
Adapun cara yang benar untuk cuci tangan itu sendiri dengan menggunakan air
bersih yang mengalir dan memakai sabun seperlunya, selanjutnya bersihkan
telapak tangan, pergelangan tangan, sela-sela jari dan punggung tangan, dan yang
terakhir bersihkan tangan pakai lap bersih.
a. Tidak mencemari sumber air minum (Jarak antara sumber air minum dengan
lubang penampungan minimal 10 meter)
b. Tidak berbau.
c. Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus.
d. Tidak mencemari tanah disekitarnya.
e. Mudah dibersihkan dan aman digunakan.
f. Dilengkapi dinding dan atap pelindung.
g. Penerangan dan ventilasi cukup.
h. Lantai kedap air dan luas ruangan memadai.
i. Tersedia air, sabun, dan alat pembersih.
Semua anggota keluarga harus menggunakan jamban untuk membuang tinja,
sehingga dapat menjaga lingkungan menjadi bersih, sehat, nyaman dan tidak
berbau, tidak mencemari sumber air yang dijadikan sebagai air baku air minum
atau air untuk kegiatan sehari-hari, dan tidak mengundang serangga dan binatang
yang dapat menyebarluaskan bibit penyakit
10
Keluarga perlu melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3
M Plus (Menguras, Menutup, Mengubur, plus Menghindari gigitan nyamuk). 3 M
Plus adalah tiga cara plus yang dilakukan pada saat PSN yaitu :
kandungan vitamin dan mineral. Buah dan sayur juga kaya akan senyawa
fitokimia anti-kanker serta serat.
Adapun porsi ideal sayur dan buah tiap hari untuk menjaga tubuh tetap sehat yaitu
mengkonsumsi minimal 3 porsi buah dan 2 porsi sayuran atau sebaliknya setiap
hari. Konsumsi sayur dan buah yang tidak merusak kandungan dari gizinya adalah
dengan memakannya dalam keadaan mentah atau dikukus.
bertahap sampai mencapai 30 menit setiap hari, bisa dilakukan sebelum makan
atau 2 jam sesudah makan, berupa kegiatan sehari-hari dan olahraga. Aktivitas
11
fisik yang dilakukan secara teratur dapat menyehatkan jantung, paru-paru serta alat
tubuh lainnya.
Bahaya merokok di dalam rumah yaitu asap rokok yang mengandung zat-zat
nikotin, tar dan zat berbahaya lainnya terhisap oleh perokok pasif yang dapat
menyebabkan berbagai penyakit antara lain jantung dan pembuluh darah.
12
lain dalam pembinaan PHBS di Rumah Tangga.
Pengkajian
Perencanaan
Penggerakan
Pelaksanaan
dan
pemantauan
Penilaian
2.1.3.1 Pengkajian
13
pengkajian meliputi pengkajian PHBS secara kuantitatif, pengkajian
PHBS secara kualitatif dan pengkajian sumber daya (dana, sarana dan
tenaga).
2.1.3.2 Perencanaan
14
Penyusunan rencana kegiatan PHBS berguna untuk menentukan tujuan
dan strategi komunikasi PHBS. Adapun langkah-langkah perencanaan yaitu
menentukan tujuan dan menentukan jenis kegiatan intervensi.
2.1.3.3 Pemantauan
2.1.3.4 Penilaian
15
b) Menganalisis data PHBS oleh kader/ koordinator PHBS.
Pembinaan PHBS di rumah tangga diawali dengan pengumpulan data oleh
kader dengan cara menyiapkan tenaga pengumpul data, disarankan
menggunakan kader desa/ kelurahan yang telah dilatih PHBS di rumah
tangga dengan menggunakan Formulir atau Kartu PHBS sesuai jumlah
rumah tangga yang ada.
yang telah dilatih PHBS di rumah tangga, mengumpulkan data Rumah Tangga ber-
PHBS berdasarkan 10 indikator yang dikelompokkan menjadi kesehatan ibu dan
anak (KIA) dan gizi, kesehatan lingkungan, gaya hidup, usaha kesejahteraan
masyarakat dengan 10 indikator pusat yaitu persalinan oleh tenaga kesehatan, ASI
eksklusif, gizi, air bersih, jamban, kepadatan hunian, lantai rumah, aktifitas fisik,
tidak merokok dan JPK.19,20 Pengkajian PHBS tingkat rumah tangga dengan 16
indikator adalah
1 Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (bidan, dokter, dan tenaga para
medis lainnya).
2 Pemberian ASI Eksklusif pada usia bayi 0-6 bulan.
3 Penimbangan balita setiap bulan atau minimal 8 kali dalam setahun sampai
berusia 60 bulan.
4 Anggota rumah tangga mengkonsumsi aneka ragam makanan dalam jumlah
cukup untuk mencapai gizi seimbang.
5 Aktivitas fisik dilakukan secara terukur minimal 30 menit setiap hari.
Dilakukan 3 – 5 kali seminggu.
16
6 Tidak merokok yaitu anggota rumah tangga yang merokok di luar rumah/
rumah bebas asap rokok.
7 Cuci tangan dengan sabun sebelum makan dan sesudah BAB.
8 Gosok gigi minimal 2 kali sehari sesudah makan dan sebelum tidur.
9 Tidak minum minuman keras dan tidak menyalah gunakan narkoba.
10 Anggota rumah tangga menjadi anggota JPK (Dana Sehat, Askes, Jamsostek,
KIS (Kartu Indonesia Sehat), BPJS, dll.
1.Air bersih yaitu anggota rumah tangga menggunakan air bersih untuk minum,
memasak, mandi dan mencuci.
2.Jamban sehat yaitu anggota rumah tangga menggunakan jamban sehat (leher
angsa, septic tank atau jamban cemplung tertutup)
3.Sampah ditampung dan dibuang setiap hari pada tempat yang memenuhi
syarat.
4.Kepadatan hunian yaitu setiap anggota rumah tangga menempati ruang
minimal 9 m2.
5.Lantai rumah yaitu kedap air dan dijaga kebersihannya
6.Sehat Pratama (Merah) : Jumlah nilai keluarga antara 0 sampai dengan 5.
7.Sehat Madya (Kuning) : Jumlah nilai keluarga antara 6 sampai dengan 10.
8. Sehat Utama (Hijau): Jumlah nilai keluarga antara 11 sampai dengan
9.Sehat Paripurna (Biru) : Jumlah nilai keluarga 16.20
c) Melakukan analisis laporan rutin di Dinas Kesehatan kabupaten/ kota (SP2TP).
d) Observasi, wawancara mendalam, diskusi kelompok terarah kepada petugas
kader dan keluarga.
17
a) Pelaksanaan program PHBS sesuai rencana.
b) Adanya pembinaan untuk mencegah terjadinya penyimpangan.
c) Adanya upaya jalan keluar apabila terjadi kemacetan/ hambatan.
d) Adanya peningkatan program PHBS.
kelurahan yang
Poskesdes atau UKBM lainnya yang buka setiap hari dan berfungsi sebagai
pemberi pelayanan kesehatan dasar, penanggulangan bencana dan
Berdasarkan pengertian tersebut di atas maka Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
memiliki komponen
18
2) Pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan UKBM dan mendorong
upaya survailans berbasis masyarakat, kedaruratan kesehatan dan
penanggulangan bencana serta penyehatan lingkungan.
3) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).2
mencakup Kelurahan Siaga Aktif. Dengan demikian, target SPM harus dimaknai
sebagai sebagai tercapainya 80 % desa dan kelurahan menjadi Desa dan
2
Kelurahan Siaga Aktif.
Masyarakat Desa (PKMD) pada era 1970an-1980an. Masa kejayaan tersebut hendak
diulang dan dibangkitkan kembali melalui gerakan pengembangan dan pembinaan
Desa Siaga yang dimulai pada tahun 2006 melalui Keputusan Menteri Kesehatan No
19
564/ Menkes/ SK/ VIII/ 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Desa Siaga. Sampai
dengan tahun 2009 tercatat 42.295 desa dan kelurahan (56,1 %) dari 74.410 desa dan
kelurahan yang ada di Indonesia telah memulai sebuah proses mewujudkan Desa dan
Kelurahan Siaga.
20
difokuskan kepada upaya survailans berbasis masyarakat, kedaruratan
kesehatan,dan penanggulangan bencana, serta penyehatan lingkungan.
21
Percepatan terwujudnya masyarakat desa dan kelurahan yang peduli,
tanggap, dan mampu mengenali, mencegah, serta mengatasi permasalahan
kesehatan yang dihadapi secara mandiri, sehingga derajat kesehatan
kesehatannya meningkat.
22
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN
“Pelayanan Promotif, Preventif sebagai upaya dini dalam meningkatkan derajad kesehatan
masyarakat”
B. Khalayak sasaran
1. Memperdaya setiap siswa serta komponen yang ada di lingkungan sekolah agar tahu, mau
dan mampu menolong diri sendiri dibidang kesehatan dengan menerapkan PHBS.
2. Membantu dan memandirikan masyarakat desa untuk menanam tanaman obat keluarga.
C. Metode pengabdian
1. Anak sekolah
23
2. Masyarakat
3. LCD
4. Speaker dan Mic
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pembagian kuisoner di temukan masalah yang terjadi di desa maen
di antaranya :
1) Vaktor penyebab penyakit : banyaknya nyamuk di lingkungan masyarakat., sehingga
tingginya presentasi dari penyakit chikungmunya.
2) Pentingnya melahirkan di FASKES : Sebagian besar masyarakat yang melahirkan dirumah
karena masih kurangnya pemahaman tentang pentingnya melahirkan di fasilitas kesehatan
3) Pemahaman tentang DAGUSIBU :
Sebagian besar masyrakat desa Maen masih kurang memahami tentang cara mendapatkan,
menggunakan, menyimpan, dan membuang obat dengan baik dan benar.
Dan berdasarkan masalah ini maka kami kelompok X1V memiliki beberapa program yang
kemudian menjadi bagian untuk memecahkan masalah yang sedang di hadapi masyarakat desa
maen.
Tabel 4.1 Rencana Program Kegiatan
24
Tempat keluarga Bebas)
Sampah
4. Senam Lansia
Adapun waktu pelaksanaan kegiatan kami kelompok XIV yang terurai dalam table
pelaksanaan kegiatan ini.
Tabel 4.2 pelaksanaan kegiatan
25
keluarga Februari WITA- keluarga yang tradisional, alami
2020 Sampai dan tanpa efek samping
dengan
selesai
6 Sosialisasi Sabtu, 29 09.30 Di harapkan dengan Informasi
Februari WITA- pentingnya melahirkan di
pentingnya
2020 Sampai Fasilitas Kesehatan dapat
melahirkan di dengan mengurangi Angka kematian
selesai pada ibu dan Bayi
fasilitas kesehatan
Dan dalam pelaksanaan program yang telah di susun oleh kelompok XIV semua mampu
di Implementasikan sesuai uraian dalam table 4.2 Pelaksanaan kegiatan.
26
Adapun kendala yang di temui dalam pelaksaan program kami hanya berupa kurangnya
partisipasi dari warga masyrakat desa maen yang dimana menjadi harapan kami sebagai sasaran
utama dalam setiap program yang telah di buat.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Hasil survey yang telah dilakukan, ditemukan masalah kesehatan sebagai berikut :
1. Masalah penyakit Chikungunya :
27
Dari jumlah 1549 jiwa yang terdata di Desa Maen,dengan jumlah sampel sebanyak
426 jiwa terdata 102 jiwa yang menderita penyakit chikungunya
2. Maslah pemahaman tentang DAGUSIBU :
Sebagian besar masyrakat desa Maen masih kurang memahami tentang cara
mendapatkan, menggunakan, menyimpan, dan membuang obat dengan baik dan benar
3. Masalah kurangnya pemahaman pentingnya melahirkan difasilitas kesehatan :
Sebagian besar masyarakat Desa Maen kurang memahami pentingnya melahirkan di
fasilitas kesehatan.
Berdasarkan masalah kesehatan diatas maka, untuk menyelesaikan masalah yang timbul
tersebut, di adakan program-program sebagai pemecah masalah yaitu :
1. Sosialisasi tentang penyebab, penyebaran, pencegahan chikungunya
2. Melakukan pembersihan lingkungan
3. Sosialisasi DAGUSIBU
4. Sosialisasi dan demonstrasi pembuatan tanaman obat keluarga
5. Penanaman obat keluarga
6. Sosialisasi pentingnya melahirkan di fasilitas kesehatan
7. Senam Ibu Hamil
8. Senam Lansia
9. Pembuatan Tempat Sampah
B. SARAN
1. Untuk Puskesmas
Diharapkan bagi puskesmas untuk meningkatkan promosi kesehatan di Desa-desa
agar masyarakat mengetahui pentingnya hidup sehat.
2. Untuk Masyarakat (Desa Kecamatan)
28
Setelah diberikan penyuluhan oleh mahasiswa, diharapkan bisa menjadi masukan,
motivasi dan menambah ilmu pengetahuan kemudian bisa diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari, sehingga masyarakat bisa hidup dengan sehat dan bisa berkerja secara total
tanpa terhalang factor kesehatan.
3. Untuk Institusi Pendidikan
Di harapkan waktu pelaksanaan PK/PKLT bisa lebih lama misalnya ditambah
waktu 1 minggu agar nantinya kelompok PK/PKLT bisa mempunyai waktu untuk
menyelesaikan program yang telah direncanakan sehingga tidak menjadi beban pada
kelompok nantinya menginggat banyaknya masalah yang ditumbulkan di desa yang
kelompok tempati.
29
5. Polibag 24 pics 2.500 60.000
6. Kertas A4 1 Rim 55.000 55.000
7. Baliho 1 buah 125.000+25000 150.000
8. Katriks (canon PG-810) 1 pics 215.000 215.000
8. Tinta warna 1 pcs 40.000 40.000
9. Paku 2 kg 10.000 20.000
10. Dettol 1 pics 33.000 33.000
11.
TOTAL 750.000
Greis Paputungan
Taufik M. Saleh
Novianti Eato
Fajriani Naipon
30
Shintia
Mengetahui
DAFTAR PUSTAKA
Anik, M. (2013). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Jakarta: Trans Info Media
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik; Penerbit Rineka Cipta:
Jakarta
Banun, T. S. (2016). Hubungan antara Pengetahuan PHBS dengan Pola Hidup Sehat Siswa di
SD Tamanan. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Edisi 14. Diakses dari:
journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/pgsd/article/.../1680. Pada Tanggal 20 April 2017
31
Diana, F. M., Susanti, F., & Irfan, A. (2014). Pelaksanaan Program Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) di SD Negeri 001 Tanjung Balai Karimun. Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol. 8,
No. 1. p-ISSN : 19783833, e-ISSN: 2442-6725. Diakses dari :
jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/article/view/123/128. Pada Tanggal 14 April 2017
Dinkes Jateng. (2015). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015. Semarang. Diakses
dari: dinkesjatengprov.go.id/v2015/dokumen/profil2015/Profil_2015_fix.pdf. Pada Tanggal 20
Maret 2017
Diva, F. 2013. Gambaran Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Siswa SDN 29 Ulak Karang
Padang Tahun 2013.Padang. Politeknik Kemenkes Padang. Diakses dari : https://e-
journal.unair.ac.id/PROMKES/article/view/5809. Pada Tanggal 17 Desember 2017
Harrington J, Perry I. J & Lutomski J. (2013). Living Longer and Feeling Better : Healthy
Lifestyle, Self Rated Health, Obesty and Depression in Ireland. European Journal Publich
Health Volume 20, Issue 1: 91-95 Doi : 10.1093/EURPUB/CKP 102 ISSN 1464-360x. Diakses
dari : https://epubs.rcsi.ie/cgi/viewcontent.cgi?article=1007. Pada Tanggal 14 Desember 2017
32
Kholid, A. (2015). Promosi Kesehatan dengan Pendekatan Teori Perilaku, Media, dan Aplikasi.
Jakarta: Rajawali Pers.
Khoiruddin, Kirnantoro, & Sutanta. (2015). Tingkat Pengetahuan Berhubungan dengan Sikap
Cuci Tangan Bersih Bersih Pakai Sabun Sebelum dan Setelah Makan Pada Siswa SD N Ngebel,
Tamantirta, Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Journal Ners And Midwifery Indonesia Vol. 3 Mo. 3
ISSN 2354-7642, Hal 176-180. Diakses dari:
ejournal.almaata.ac.id/index.php/JNKI/article/download/175/172. Pada Tanggal 14 Desember
2017
Koem, Z. A., Joseph, B., & Sondak, R. C. (2015). Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap
dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Pelajar di SD Inpres Sukur Kecamatan
Airmadidi Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal Ilmisah Farmasi - UNSRAT Vol. 4, No 4. Diakses
dari ejournal.unsrat.ac.id/index.php/pharmacon/article/10219. Pada Tanggal 14 April 2017
Lina, H. P. (2016). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Siswa DI SDN 42 Korong Gadang
Kecamatan Kuranji Padang. Jurnal Promkes vol 4. no 1, 92-103. Diakses dari
https://ejournal.unair.ac.id/PROMKES/article/view/5809/3718. Pada Tanggal 14 Desember
2017
Notoatmodjo, S. (2010). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. jakarta: Rineka Cipta.
33
Manda. (2006). Pedoman Pengembangan Kabupaten/Kota Percontohan Program PHBS.
Diakses dari http://www.slideshare.net/harrisclp/phbs- pedomanpengembangan. Pada tanggal
20 April 2017.
Nursalam, (2008). Konsep dan Metodologi Penelitan Ilmu Keperawatan : Pedoman Skripsi,
Tesis, dan Instrumen Penelitian. Salemba Medika : Jakarta
Proverawati, A., & Rahmawati, E. (2012). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Raharjo, A. S., & Indarjo, S. (2015). Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap, Dan Ketersediaan
Fasilitas Di Sekolah Dalam Penerapan Phbs Membuang Sampah Pada Tempatnya. Unnes
Journal of Public Health, hal 1-11 ISSN 225-6528. Diakses dari :
https://journal.unnes.ac.id/artikel_sju/ujph/5969. Pada tanggal 17 Desember 2017
Rahayu A. S, Muhlisin A & Sudaryanto A. (2016). Hubungan Perawatan Botol Susu Dan
Perilaku Mencuci Tangan Dengan Kejadian Diare Pada Batita Di Wilayah Kerja Puskesmas
Delanggu. Diakses dari: eprints.ums.ac.id/42539/. Pada tanggal 20 Desember 2017
34
Riskesdas. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI , Diakses di: www.depkes.go.id/resources/down-lo ad/general/Hasil
Riskesdas 2013.pdf (Diakses 16 Maret 2017).
Santjaka, A. (2015). Aplikasi SPSS untuk Analisis Data Penelitian Kesehatan. Yogyakarta :
Nuha Medika
Sari, N. I., Widjanarko, B., & Kusumawati, A. (2016). Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Sebagai Upaya untuk Pencegahan Penyakit Diare
pada Siswa di SD N Karangtowo Kecamatan Karang Tengah Kabupaten Demak. Jurnal
Kesehatan Masyarakat - FKM UNDIP Vol. 4 No. 3. ISSN: 2356-3346. Diakses dari:
https://media.neliti.com/.../163264-ID-faktor-faktor-yang-berhubungandengan-pe.p. Pada
Tanggal 20 April 2017
Saryono. (2013). Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dalam bidang kesehatan.
Yogyakarta : Nuha Medika
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif dan R &
D. Bandung: Alfabeta.
Suhri M, Sudaryanto A & Sulastri. (2014). Gambaran Sikap Tentang Perilaku Hidup Bersih
Dan Sehat Pada Anak Sekolah Dasar Negeri Di Desa Gonilan Kecamatan Kartasura
Kabupaten Sukoharjo. Diakses dari : eprints.ums.ac.id/28617/. Pada tanggal 18 Desember 2017
Susila, S. (2015). Metodologi Penelitian Cross Sectional Kedokteran & Kesehata. Klaten
Selatan : Bosscript
35
Swarjana, I. K. (2016). Metodologi Penelitian Kesehatan (edisi revisi). Yogyakarta : Andi Offset
36