Anda di halaman 1dari 36

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mahasiswa adalah bagian dari masyarakat intelektual yang ada di negeri ini, diharapkan
mampu berkontrubusi dan mengambil andil dalam pembangunan Bangsa dan Negara.
Praktek Komunitas/ Praktek kerja lapangan terpadu (PK/PKLT) merupakan bentuk dalam
merealisasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi Yakni Pengabdian kepada masyarakat setalah
mendapatkan bekal ilmu pengetahuan selama proses belajar mengajar di bangku kuliah.

Dalam kegiatan pengabdian pada masyarakat, Mahasiswa memberikan pengalaman ilmu


pengetahuan untuk memberikan pengarahan agar dapat memecahkan masalah dan
menanggulanginya secara tepat. Dalam kata lain melauli program PK/PKLT ini mahasiswa
membantu pambangunan dalam masyarakat.

Dan dalam hal ini kami kelompok XIV mendapatkan amanah dalam merealisasikan Tri
Darma Perguruan Tinggi yakni pada poin penggabdian masyarakat. Desa maen menjadi
sasaran untuk pengembangan dan peningkatan dalam konteks kesehatan. Desa maen yang
terletak di kecamatan Likupang timur dimana terdapat 403 jumlah Kepala keluarga dengan
1549 jiwa penduduk.

Berdasarkan Quisioner yang di jalankan yang kemudian bisa kita ketahui masalah yang
hadir mewarnai desa maen yang tentunya menjadi tugas kita mahasiswa PK/PKLT dalam
mengatasi permasalahan.

Dengan demikian pelaksanaan PK/PKLT ini di harapkan mampu untuk mengikuti derap
langkah pembangunan yang semakin dinamis untuk meningkatkan Derajat kesehatan
khususnya dalam ruang lingkup desa Maen.

Upaya pelayanan kesehatan melalui Promotif dan preventif merupakan upaya awal untuk
mengatasi permaslahan kesehatan, Khususnya masyarakat Pendidikan sekolah. Promosi
kesehatan ini di lakukan agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan
kegiatan yang bersumber pada masyarakat, sesuain dengan kondisi social budaya setempat
dan di dukung oleh kebijakan secara internal maupun lingkungannya yang berwawasan
kesehatan.

Dalam hal ini kami juga memperdayakan keanekaragaman hayati yang ada di bumi ini
tidak hanya di gunakan sebagai bahan panggan atau pun untuk dinikmati Keindahannya saja,
tetapi juga bermanfaat sebagai bahan untuk mengobati berbagai penyakit.

Sehubungan dengan hal ini kami membuat rencana kegiatan “Penanaman nilai-nilai
perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan sekolah, pembuatan dan penanaman obat

1
keluarga dan penyuluhan pentingnya melahirkan di Fasilitas kesehatan” yang di tuangkan
dalam proposal kegiatan ini.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah ada pengaruh Pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan PHBS?

2. Apakah ada pengaruh Pendidikan kesehatan terhadap sikap PHBS?

C. Tujuan

1. Memperdaya setiap siswa serta komponen yang ada di lingkungan sekolah agar tahu,
mau dan mampu menolong diri sendiri dibidang kesehatan dengan menerapkan PHBS.
2. Membantu dan memandirikan masyarakat desa untuk menanam tanaman obat keluarga.

D. Manfaat
Mampu meningkatkan pengetahuan siswa dalam berperilaku hidup bersih dan sehat
khususnya dalam ruang lingkup sekolah sehingga memperkecil masalah kesehatan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
1. Pengertian
Beberapa pengertian kaitannya dengan PHBS adalah

a. Perilaku Sehat adalah pengetahuan, sikap, dan tindakan proaktif untuk memelihara
dan mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit,
serta berperan aktif dalam Gerakan Kesehatan Masyarakat.
b. PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga
anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang
kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat.
c. Program PHBS adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar bagi
perorangan, kelompok dan masyarakat dengan cara membuka jalur komunikasi,
memberikan informasi dan melakukan edukasi guna meningkatkan pengetahuan,
sikap dan perilaku melalui pendekatan advokasi, bina suasana dan melakukan
gerakan pemberdayaan masyarakat sehingga dapat menerapkan cara-cara hidup
sehat dalam rangka menjaga, memelihara, melindungi, dan meningkatkan
kesehatannya.
PHBS dapat dilakukan di rumah tangga, sekolah, tempat umum, tempat kerja
dan institusi kesehatan.

1) PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah


tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan PHBS serta berperan aktif dalam
gerakan kesehatan di masyarakat.6
2) PHBS di sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta
didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil
pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan
kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat.

3
3) PHBS di tempat kerja adalah upaya untuk memberdayakan para pekerja, pemilik
dan pengelola usaha/ kantor, agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan PHBS
serta berperan aktif dalam mewujudkan tempat kerja sehat.
4) PHBS di tempat umum adalah upaya untuk memberdayakan masyarakat
pengunjung dan pengelola tempat-tempat umum agar tahu, mau dan mampu untuk
mempraktikkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan tempat-tempat
umum sehat.
5) PHBS di institusi kesehatan adalah upaya untuk memberdayakan pasien,
masyarakat pengunjung dan petugas agar tahu, mau dan mampu untuk
mempraktikkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan Institusi Kesehatan
Sehat dan mencegah penularan penyakit di institusi kesehatan.

B. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah Tangga


PHBS di rumah tangga dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga Sehat.
Rumah Tangga Sehat adalah rumah tangga yang melakukan 10 PHBS di rumah
tangga yaitu

1) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan,


2) Memberi bayi ASI Eksklusif,
3) Menimbang bayi dan balita,
4) Menggunakan air bersih,
5) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun,
6) Menggunakan jamban sehat,
7) Memberantas jentik di rumah,
8) Makan buah dan sayur setiap hari,
9) Melakukan aktivitas fisik setiap hari,
10) Tidak merokok di dalam rumah.

4
Gambar 1. Indikator Rumah Tangga ber-PHBS

Penjelasan dari tiap indikator PHBS tersebut adalah sebagai berikut

1) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan

Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan (bidan, dokter, dan tenaga para
medis lainnya). Setiap persalinan dari ibu hamil harus ditolong oleh tenaga
kesehatan karena

a. Tenaga kesehatan merupakan orang yang sudah ahli dalam membantu


persalinan, sehingga keselamatan ibu dan bayi lebih terjamin.
b. Apabila terdapat kelainan dapat diketahui dan segera ditolong oleh atau dirujuk
ke Puskesmas atau Rumah Sakit.
c. Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan menggunakan peralatan yang
aman, bersih, dan steril sehingga mencegah terjadinya infeksi dan bahaya
kesehatan lainnya.
Apabila terdapat tanda-tanda persalinan seperti ibu mengalami mulas-mulas
yang timbulnya semakin sering dan semakin kuat, rahim terasa kencang bila
diraba terutama saat terasa mulas, keluar lendir bercampur darah dari jalan

5
lahir, keluar cairan ketuban yang berwarna jernih kekuningan dari jalan lahir,
merasa seperti mau buang air besar maka harus segera hubungi tenaga
kesehatan (bidan/ dokter), tetap tenang dan tidak bingung, untuk mengurangi
rasa sakit dari mulasnya dapat bernapas panjang melalui hidung dan
mengeluarkan melalui mulut.6

2) Memberi bayi ASI Eksklusif


ASI (Air Susu Ibu) adalah makanan alamiah berupa cairan dengan kandungan
gizi yang cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi, sehingga bayi tumbuh dan
berkembang dengan baik. ASI pertama berupa cairan bening berwarna kekuningan
(kolostrum), sangat baik untuk bayi karena mengandung zat kekebalan terhadap
penyakit.

Bayi disusui sesegera mungkin paling lambat 30 menit setelah melahirkan


untuk merangsang agar ASI cepat keluar dan menghentikan pendarahan, berikan
ASI dari kedua payudara secara bergantian. ASI Eksklusif diberikan pada bayi
usia 0-6 bulan, hanya diberi ASI saja tanpa memberikan tambahan makanan atau
minuman lain, sementara selain ASI diberikan pula Makanan Pendamping ASI
(MP-ASI) dalam bentuk lumat dan jumlah yang sesuai dengan perkembangan
umur bayi. Pemberian ASI tetap dilanjutkan hingga bayi berusia 2 tahun.

Pemberian ASI juga harus memperhatikan bahwa ibu harus yakin mampu
menyusui bayinya dan mendapat dukungan dari keluarga agar upaya pemberian
ASI Eksklusif selama enam bulan bisa berhasil.

3) Menimbang bayi dan balita

Penimbangan bayi dan balita dilakukan setiap bulan mulai umur 1 bulan
sampai 5 tahun di Posyandu untuk memantau pertumbuhannya setiap bulan. Setelah
bayi dan balita ditimbang, catat hasil penimbangan di Buku KIA (Kesehatan Ibu
dan Anak) atau Kartu Menuju Sehat (KMS) maka akan terlihat berat badannya naik
atau tidak naik (lihat perkembangannya).

6
Berat badan naik, bila :

a. Garis pertumbuhannya naik mengikuti salah satu pita warna pada KMS.
b. Garis pertumbuhannya pindah ke pita warna di atasnya.

Gambar 2. Berat badan anak dan balita naik pada KMS

Sementara yang tidak naik, bila :

a. Garis pertumbuhannya menurun.


b. Garis pertumbuhannya mendatar.
c. Garis pertumbuhannya naik tetapi pindah ke pita warna yang lebih muda.
Dengan melihat berat badan bayi dan balita naik atau tidak naik pada pencatatan
setiap bulan, dapat diketahui apakah bayi dan balita tumbuh sehat, bisa mencegah
gangguan pertumbuhan, jika berat badan dua bulan berturut-turut tidak naik atau
bahkan berat badannya dibawah garis merah (BGM) dan dicurigai gizi buruk, dapat

7
segera dirujuk ke Puskesmas. Datang secara rutin ke Posyandu juga berfungsi untuk
mengetahui kelengkapan imunisasi serta untuk mendapatkan penyuluhan gizi.

4) Menggunakan air bersih

Air bersih adalah air yang secara fisik dapat dibedakan melalui indera kita
(dapat dilihat, dirasa, dicium, dan diraba):

a. Air tidak berwarna, harus bening/ jernih.


b. Air tidak keruh, harus bebas dari pasir, debu, lumpur, sampah, busa dan kotoran
lainnya.
c. Air tidak berasa.
d. Air tidak berbau seperti bau amis, anyir, busuk, atau bau belerang.
Dengan menggunakan air bersih dapat terhindar dari gangguan penyakit
seperti diare, kolera, disentri, thypus, kecacingan, penyakit mata, penyakit kulit
atau keracunan selain itu, setiap anggota keluarga terpelihara kebersihannya.
Keberadaan air bersih ini yang sangat penting, maka perlu untuk menjaga
kebersihan sumber air bersih yaitu

a. Jarak letak sumber air dengan jamban dan tempat pembuangan sampah sampai
paling sedikit 10 meter.
b. Sumber mata air harus dilindungi dari bahan pencemaran.
c. Sumur gali, sumur pompa, kran umum dan mata air harus dijaga bangunannya
agar tidak rusak.
d. Harus dijaga kebersihannya seperti tidak ada genangan air di sekitar sumber air,
tidak ada bercak-bercak kotoran, tidak berlumut pada lantai/ dinding sumur.
Ember/ gayung pengambil air harus tetap bersih dan tidak diletakkan di lantai.
Meskipun air sudah bersih tetapi ketika diminum harus tetap dimasak mendidih
karena air belum tentu bebas kuman penyakit, yang hanya bisa mati pada suhu
1000C (saat mendidih).

5) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

8
Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun merupakan suatu intervensi kesehatan
yang paling hemat tapi sangat bermanfaat karena dapat membunuh kuman
penyakit yang ada di tangan sehingga tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman,
mencegah penularan penyakit, seperti disentri, flu burung, flu babi, typhus, dll.

Aktivitas yang dianjurkan untuk cuci tangan yaitu :

a. Setiap kali tangan kita kotor (setelah; memegang uang, memegang binatang,
berkebun, dll)

b. Setelah buang air besar.


c. Setelah menceboki bayi atau anak.
d. Sebelum makan dan menyuapi anak.
e. Sebelum memegang makanan.
f. Sebelum menyusui bayi.6

Gambar 3. Aktivitas yang dianjurkan untuk cuci tangan

9
Adapun cara yang benar untuk cuci tangan itu sendiri dengan menggunakan air
bersih yang mengalir dan memakai sabun seperlunya, selanjutnya bersihkan
telapak tangan, pergelangan tangan, sela-sela jari dan punggung tangan, dan yang
terakhir bersihkan tangan pakai lap bersih.

6) Menggunakan jamban sehat


Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan

kotoran manusia. Jamban yang sehat harus memenuhi persyaratan

a. Tidak mencemari sumber air minum (Jarak antara sumber air minum dengan
lubang penampungan minimal 10 meter)
b. Tidak berbau.
c. Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus.
d. Tidak mencemari tanah disekitarnya.
e. Mudah dibersihkan dan aman digunakan.
f. Dilengkapi dinding dan atap pelindung.
g. Penerangan dan ventilasi cukup.
h. Lantai kedap air dan luas ruangan memadai.
i. Tersedia air, sabun, dan alat pembersih.
Semua anggota keluarga harus menggunakan jamban untuk membuang tinja,
sehingga dapat menjaga lingkungan menjadi bersih, sehat, nyaman dan tidak
berbau, tidak mencemari sumber air yang dijadikan sebagai air baku air minum
atau air untuk kegiatan sehari-hari, dan tidak mengundang serangga dan binatang
yang dapat menyebarluaskan bibit penyakit

7) Memberantas jentik di rumah

10
Keluarga perlu melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3
M Plus (Menguras, Menutup, Mengubur, plus Menghindari gigitan nyamuk). 3 M
Plus adalah tiga cara plus yang dilakukan pada saat PSN yaitu :

a. Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi,


tatakan kulkas, alas pot kembang.
b. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air seperti lubang bak kontrol,
lubang
pohon, lekukan-lekukan yang dapat menampung air hujan.
c. Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung
air.
d. Plus menghindari gigitan nyamuk yaitu dengan menggunakan kelambu,
memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk, menghindari kebiasaan
menggantung pakaian dalam kamar, mengupayakan pencahayaan dan ventilasi
yang memadai, menabur larvasida di tempat yang sulit dikuras dan memelihara
ikan pemakan jentik di kolam.

8) Makan buah dan sayur setiap hari


Sayur dan buah merupakan sumber nutrisi antioksidan dengan

kandungan vitamin dan mineral. Buah dan sayur juga kaya akan senyawa
fitokimia anti-kanker serta serat.

Adapun porsi ideal sayur dan buah tiap hari untuk menjaga tubuh tetap sehat yaitu
mengkonsumsi minimal 3 porsi buah dan 2 porsi sayuran atau sebaliknya setiap
hari. Konsumsi sayur dan buah yang tidak merusak kandungan dari gizinya adalah
dengan memakannya dalam keadaan mentah atau dikukus.

9) Melakukan aktivitas fisik setiap hari


Setiap anggota keluarga diharapkan melakukan aktivitas fisik secara

bertahap sampai mencapai 30 menit setiap hari, bisa dilakukan sebelum makan
atau 2 jam sesudah makan, berupa kegiatan sehari-hari dan olahraga. Aktivitas

11
fisik yang dilakukan secara teratur dapat menyehatkan jantung, paru-paru serta alat
tubuh lainnya.

10) Tidak merokok di dalam rumah

Bahaya merokok di dalam rumah yaitu asap rokok yang mengandung zat-zat
nikotin, tar dan zat berbahaya lainnya terhisap oleh perokok pasif yang dapat
menyebabkan berbagai penyakit antara lain jantung dan pembuluh darah.

Jika di dalam lingkungan masyarakat, semua rumah tangga menerapkan PHBS


maka akan diperoleh manfaat sebagai berikut

1) Bagi Rumah Tangga


a. Setiap anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit.
b. Anak tumbuh sehat dan cerdas.
c. Anggota keluarga giat bekerja.
d. Pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi gizi
keluarga, pendidikan dan modal usaha untuk menambah pendapatan keluarga.
2) Bagi Masyarakat
a. Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat.
b. Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan.
c. Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
d. Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber
Masyarakat (UKBM) seperti posyandu, tabungan ibu bersalin, arisan jamban,
ambulans desa dan lain-lain.
3) Bagi Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/ Kota
a. Peningkatan persentasi Rumah Tangga ber-PHBS menunjukkan kinerja dan
citra pemerintah provinsi dan kabupaten/kota yang baik.
b. Biaya yang tadinya dialokasikan untuk menanggulangi masalah-masalah
kesehatan dapat dialihkan untuk pengembangan lingkungan yang tertata rapi
dan sehat serta penyediaan sarana pelayanan kesehatan yang bermutu, merata
dan terjangkau.
c. Provinsi dan kabupaten/ kota dapat dijadikan pusat pembelajaran bagi daerah

12
lain dalam pembinaan PHBS di Rumah Tangga.

C. Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)


Untuk mewujudkan PHBS di setiap tatanan masyarakat, diperlukan pengelolaan
manajemen program PHBS sebagai berikut

Pengkajian

Perencanaan

Penggerakan
Pelaksanaan
dan
pemantauan

Penilaian

Gambar 4. Alur program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

2.1.3.1 Pengkajian

Tujuan pengkajian adalah untuk mempelajari, menganalisis dan


merumuskan masalah perilaku yang berkaitan dengan PHBS. Kegiatan

13
pengkajian meliputi pengkajian PHBS secara kuantitatif, pengkajian
PHBS secara kualitatif dan pengkajian sumber daya (dana, sarana dan
tenaga).

a. Pengkajian PHBS secara kuantitatif yaitu dengan cara pengumpulan


data sekunder selanjutnya dibuat simpulan hasil analisis data sekunder,
data tersebut diolah dan dianalisis sehingga dapat dibuat pemetaan nilai
IPKS (Indeks Potensi Keluarga Sehat) sehingga semua masalah PHBS
dapat diintervensi dengan tepat dan terarah selain itu juga dapat
ditentukan prioritas utama. Adapaun besar pengambilan sampel PHBS
sederhana rekomendasi WHO:

30 x 7 = 210 rumah tangga ( 30 kluster, 7 rumah tangga;


kluster disetarakan dengan desa atau kelurahan)

b. Pengkajian PHBS secara kualitatif


Setelah ditentukan prioritas masalah perilaku, selanjutnya dilakukan
pengkajian kualitatif. Tujuannya untuk memperoleh informasi yang lebih
mendalam tentang kebiasaan, kepercayaan, sikap, norma, budaya perilaku
masyarakat yang tidak terungkap dalam kajian kuantitatif PHBS.

c. Pengkajian sumber daya (dana, tenaga dan sarana)


Pengkajian sumber daya dilakukan untuk mendukung pelaksanaan program
PHBS.

2.1.3.2 Perencanaan

14
Penyusunan rencana kegiatan PHBS berguna untuk menentukan tujuan
dan strategi komunikasi PHBS. Adapun langkah-langkah perencanaan yaitu
menentukan tujuan dan menentukan jenis kegiatan intervensi.

2.1.3.3 Pemantauan

Pemantauan dilakukan untuk mengetahui program PHBS telah berjalan


dan memberikan hasil atau dampak seperti yang diharapkan, maka perlu
dilakukan pemantauan.

Waktu pemantauan dapat dilakukan secara berkala atau pada pertemuan


bulanan, topik bahasannya adalah kegiatan yang telah dan akan dilaksanakan
dikaitkan dengan jadwal kegiatan yang telah disepakati bersama. Selanjutnya
kendala-kendala yang muncul perlu dibahas dan dicari solusinya.

Cara pemantauan dapat dilaksanakan dengan melakukan kunjungan lapangan


ke tiap tatanan atau dengan melihat buku kegiatan/ laporan kegiatan intervensi
penyuluhan PHBS.

2.1.3.4 Penilaian

Penilaian dilakukan dengan menggunakan Formulir atau Kartu PHBS


yang telah dirancang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Waktu
penilaian dapat dilakukan pada setiap tahun atau setiap dua tahun. Caranya
dengan membandingkan data dasar PHBS dibandingkan dengan data PHBS
hasil evaluasi selanjutnya menilai kecenderungan masing-masing indikator
apakah mengalami peningkatan atau penurunan, mengkaji penyebab masalah
dan melakukan pemecahannya, kemudian merencanakan intervensi
berdasarkan data hasil evaluasi PHBS.

Cara melakukan penilaian melalui :

a) Pengkajian ulang tentang PHBS.

15
b) Menganalisis data PHBS oleh kader/ koordinator PHBS.
Pembinaan PHBS di rumah tangga diawali dengan pengumpulan data oleh
kader dengan cara menyiapkan tenaga pengumpul data, disarankan
menggunakan kader desa/ kelurahan yang telah dilatih PHBS di rumah
tangga dengan menggunakan Formulir atau Kartu PHBS sesuai jumlah
rumah tangga yang ada.

Sebelum dilakukan pengumpulan data, kader diberi penjelasan singkat tentang


cara pengumpulan PHBS di rumah tangga. Kader desa/ kelurahan

yang telah dilatih PHBS di rumah tangga, mengumpulkan data Rumah Tangga ber-
PHBS berdasarkan 10 indikator yang dikelompokkan menjadi kesehatan ibu dan
anak (KIA) dan gizi, kesehatan lingkungan, gaya hidup, usaha kesejahteraan
masyarakat dengan 10 indikator pusat yaitu persalinan oleh tenaga kesehatan, ASI
eksklusif, gizi, air bersih, jamban, kepadatan hunian, lantai rumah, aktifitas fisik,
tidak merokok dan JPK.19,20 Pengkajian PHBS tingkat rumah tangga dengan 16
indikator adalah

a. Indikator perilaku yaitu,

1 Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (bidan, dokter, dan tenaga para
medis lainnya).
2 Pemberian ASI Eksklusif pada usia bayi 0-6 bulan.
3 Penimbangan balita setiap bulan atau minimal 8 kali dalam setahun sampai
berusia 60 bulan.
4 Anggota rumah tangga mengkonsumsi aneka ragam makanan dalam jumlah
cukup untuk mencapai gizi seimbang.
5 Aktivitas fisik dilakukan secara terukur minimal 30 menit setiap hari.
Dilakukan 3 – 5 kali seminggu.

16
6 Tidak merokok yaitu anggota rumah tangga yang merokok di luar rumah/
rumah bebas asap rokok.
7 Cuci tangan dengan sabun sebelum makan dan sesudah BAB.
8 Gosok gigi minimal 2 kali sehari sesudah makan dan sebelum tidur.
9 Tidak minum minuman keras dan tidak menyalah gunakan narkoba.
10 Anggota rumah tangga menjadi anggota JPK (Dana Sehat, Askes, Jamsostek,
KIS (Kartu Indonesia Sehat), BPJS, dll.

11 Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan 3 M : Menguras, Menutup,


Mengubur (bak, mandi, tempayan, drum, vas bunga, dll)

b. Indikator lingkungan yaitu

1.Air bersih yaitu anggota rumah tangga menggunakan air bersih untuk minum,
memasak, mandi dan mencuci.
2.Jamban sehat yaitu anggota rumah tangga menggunakan jamban sehat (leher
angsa, septic tank atau jamban cemplung tertutup)
3.Sampah ditampung dan dibuang setiap hari pada tempat yang memenuhi
syarat.
4.Kepadatan hunian yaitu setiap anggota rumah tangga menempati ruang
minimal 9 m2.
5.Lantai rumah yaitu kedap air dan dijaga kebersihannya
6.Sehat Pratama (Merah) : Jumlah nilai keluarga antara 0 sampai dengan 5.
7.Sehat Madya (Kuning) : Jumlah nilai keluarga antara 6 sampai dengan 10.
8. Sehat Utama (Hijau): Jumlah nilai keluarga antara 11 sampai dengan
9.Sehat Paripurna (Biru) : Jumlah nilai keluarga 16.20
c) Melakukan analisis laporan rutin di Dinas Kesehatan kabupaten/ kota (SP2TP).
d) Observasi, wawancara mendalam, diskusi kelompok terarah kepada petugas
kader dan keluarga.

Hasil yang dicapai pada tahap pemantauan dan penilaian adalah :

17
a) Pelaksanaan program PHBS sesuai rencana.
b) Adanya pembinaan untuk mencegah terjadinya penyimpangan.
c) Adanya upaya jalan keluar apabila terjadi kemacetan/ hambatan.
d) Adanya peningkatan program PHBS.

D. Desa dan Kelurahan Siaga Aktif


1. Pengertian
Desa Siaga Aktif merupakan pengembangan dari Desa Siaga, yaitu desa atau

kelurahan yang

1) Penduduknya dapat mengakses dengan mudah pelayanan kesehatan dasar


yang memberikan pelayanan setiap hari melalui Poskesdes, atau sarana
kesehatan yang ada di wilayah tersebut seperti Pustu, Puskesmas, atau
sarana kesehatan lainnya.
2) Penduduknya mengembangkan UKBM dan melaksanakan survailans
berbasis masyarakat, kedaruratan kesehatan dan penanggulangan
bencana, serta penyehatan lingkungan sehingga masyarakatnya menerapkan
PHBS.1

Poskesdes atau UKBM lainnya yang buka setiap hari dan berfungsi sebagai
pemberi pelayanan kesehatan dasar, penanggulangan bencana dan

kegawatdaruratan, survailans berbasis masyarakat yang meliputi gizi, penyakit,


lingkungan dan perilaku sehingga masyarakatnya menerapkan PHBS.

Berdasarkan pengertian tersebut di atas maka Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
memiliki komponen

1) Pelayanan kesehatan dasar.

18
2) Pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan UKBM dan mendorong
upaya survailans berbasis masyarakat, kedaruratan kesehatan dan
penanggulangan bencana serta penyehatan lingkungan.
3) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).2

2. Latar Belakang Terbentuknya


Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan di Kabupaten/Kota
menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 741/Menkes/Per/VII/2008 adalah
tolak ukur kinerja pelayanan kesehatan yang diselenggarakan Daerah
Kabupaten/Kota. SPM bidang kesehatan meliputi empat jenis pelayanan yaitu

1) Pelayanan Kesehatan Dasar.


2) Pelayanan Kesehatan Rujukan.
3) Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa
(KLB).
4) Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.
Jenis pelayanan ke-4, Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Kesehatan
memiliki indikator kinerja cakupan Desa Siaga Aktif dengan target 80 % pada tahun
2015.22 Oleh sebab sebagian desa yang ada di Indonesia telah berubah status menjadi
kelurahan, maka perlu ditegaskan bahwa dalam target tersebut juga

mencakup Kelurahan Siaga Aktif. Dengan demikian, target SPM harus dimaknai
sebagai sebagai tercapainya 80 % desa dan kelurahan menjadi Desa dan

2
Kelurahan Siaga Aktif.

Upaya pemerintah dimulai dengan gerakan Pembangunan Kesehatan

Masyarakat Desa (PKMD) pada era 1970an-1980an. Masa kejayaan tersebut hendak
diulang dan dibangkitkan kembali melalui gerakan pengembangan dan pembinaan
Desa Siaga yang dimulai pada tahun 2006 melalui Keputusan Menteri Kesehatan No

19
564/ Menkes/ SK/ VIII/ 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Desa Siaga. Sampai
dengan tahun 2009 tercatat 42.295 desa dan kelurahan (56,1 %) dari 74.410 desa dan
kelurahan yang ada di Indonesia telah memulai sebuah proses mewujudkan Desa dan
Kelurahan Siaga.

Kemudian program tersebut direvitalisasi guna mengakselerasi pencapaian


target Desa Siaga Aktif pada tahun 2015. Landasan hukumnya Keputusan Menteri
Kesehatan No 1529/Menkes/SK/X/2010 tentang Pedoman Umum Pengembangan
Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.

3. Komponen Desa dan Kelurahan Siaga Aktif


Komponen dari Desa dan Kelurahan Siaga Aktif adalah

1) Pelayanan kesehatan dasar

Pelayanan kesehatan bagi masyarakat di Desa atau Kelurahan Siaga


Aktif diselenggarakan melalui berbagai UKBM, serta kegiatan kader dan
masyarakat. Pelayanan kesehatan dasar adalah pelayanan primer,

sesuai dengan kewenangan tenaga kesehatan yang bertugas. Pelayanan


kesehatan dasar terdiri atas

a. Pelayanan untuk ibu hamil.


b. Pelayanan kesehatan untuk ibu menyusui.
c. Pelayanan kesehatan untuk anak.
d. Penemuan dan penanganan penderita.
Pelayanan ini selanjutnya didukung oleh sarana-sarana kesehatan yang
ada seperti Pustu, Puskesmas dan Rumah Sakit.2 Dengan begitu masyarakat
dapat dengan mudah mengakses pelayanan kesehatan dasar yang
memberikan pelayanan setiap hari.

2) Pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan UKBM. Pemberdayaan


masyarakat melalui pengembangan UKBM

20
difokuskan kepada upaya survailans berbasis masyarakat, kedaruratan
kesehatan,dan penanggulangan bencana, serta penyehatan lingkungan.

a. Survailans berbasis masyarakat adalah pengamatan dan pencatatan


penyakit yang diselenggarakan oleh masyarakat (kader) dibantu oleh
tenaga kesehatan.

b. Kedaruratan dan penanggulangan bencana diharapkan


masyarakat

dapat melakukan upaya dalam mencegah dan mengatasi bencana


dan kedaruratan kesehatan, dengan berpedoman kepada petunjuk
teknis dari Kementrian Kesehatan.

c. Penyehatan lingkungan bertujuan untuk menciptakan dan


memelihara lingkungan desa/ kelurahan dan permukiman agar.

terhindar dari penyakit dan masalah kesehatan berupa promosi tentang


pentingnya sanitasi dasar, bantuan/ fasilitas pemenuhan kebutuhan
sarana sanitasi dasar dan upaya pencegahan pencemaran lingkungan.2

3) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Indikator bagi keberhasilan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif adalah


PHBS yang dipraktikkan di tatanan rumah tangga.2

4. Tujuan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif


Berikut adalah tujuan yang ingin dicapai dari program Desa dan Kelurahan
Siaga

Aktif sebagai berikut

1) Tujuan umum dari Desa dan Kelurahan Siaga Aktif adalah

21
Percepatan terwujudnya masyarakat desa dan kelurahan yang peduli,
tanggap, dan mampu mengenali, mencegah, serta mengatasi permasalahan
kesehatan yang dihadapi secara mandiri, sehingga derajat kesehatan
kesehatannya meningkat.

2) Tujuan khusus dari Desa dan Kelurahan Siaga Aktif adalah


a. Mengembangkan kebijakan pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga
Aktif di setiap tingkat pemerintahan.
b. Meningkatkan komitmen dan kerjasama semua pemangku kepentingan
pusat, provinsi, kabupaten, kota, kecamatan, desa, dan kelurahan untuk
pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
c. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar di
desa dan kelurahan.
d. Mengembangkan UKBM yang dapat melaksanakan survailans berbasis
masyarakat (meliputi pemantauan penyakit, kesehatan ibu, pertumbuhan
anak, lingkungan, dan perilaku), penanggulangan bencana dan
kedaruratan kesehatan, serta penyehatan lingkungan.
e. Meningkatkan ketersediaan sumber daya manusia, dana, maupun
sumberdaya lain, yang berasal dari pemerintah, masyarakat dan swasta/
dunia usaha, untuk pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.

22
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Kerangka pemecahan masalah

Penyuluhan dan Demonstrasi PHBS serta pembuatan Tanaman Obat keluarga.

“Pelayanan Promotif, Preventif sebagai upaya dini dalam meningkatkan derajad kesehatan
masyarakat”

B. Khalayak sasaran

1. Memperdaya setiap siswa serta komponen yang ada di lingkungan sekolah agar tahu, mau
dan mampu menolong diri sendiri dibidang kesehatan dengan menerapkan PHBS.
2. Membantu dan memandirikan masyarakat desa untuk menanam tanaman obat keluarga.

C. Metode pengabdian

1. Berdasarkan hasil MMD I


2. Program kerja tambahan

3. Penyuluhan dan Demonstrasi

D. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Waktu Pelaksanaan : Senin-Sabtu, 24-29 Februari 2020


Tempat : SD Negeri Maen, SD Negeri Tamba Permai dan Kantor
balai desa Maen

E. Sasaran dan Alat yang digunakan

1. Anak sekolah

23
2. Masyarakat
3. LCD
4. Speaker dan Mic

F. Pihak yang terlibat

1. SD Negeri Maen dan SD Negeri Tamba Permai


2. Masyarakat Desa Maen

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pembagian kuisoner di temukan masalah yang terjadi di desa maen
di antaranya :
1) Vaktor penyebab penyakit : banyaknya nyamuk di lingkungan masyarakat., sehingga
tingginya presentasi dari penyakit chikungmunya.
2) Pentingnya melahirkan di FASKES : Sebagian besar masyarakat yang melahirkan dirumah
karena masih kurangnya pemahaman tentang pentingnya melahirkan di fasilitas kesehatan
3) Pemahaman tentang DAGUSIBU :
Sebagian besar masyrakat desa Maen masih kurang memahami tentang cara mendapatkan,
menggunakan, menyimpan, dan membuang obat dengan baik dan benar.

Dan berdasarkan masalah ini maka kami kelompok X1V memiliki beberapa program yang
kemudian menjadi bagian untuk memecahkan masalah yang sedang di hadapi masyarakat desa
maen.
Tabel 4.1 Rencana Program Kegiatan

NO Keperawatan Kebidanan Farmasi Umum


1 1. Sosialisasi 1. Sosialisasi 1. Sosialisasi 1. Sosialisasi
PHBS
Sosialisasi pentingnya DAGUSIBU
2. Sosialisasi
tentang melahirkan 2. Sosialisasi Ganaz
(Gaul Tanpa
penyebab, di fasilitas dan
Napza,
penyebaran, kesehatan demonstrasi Narkotika
Psikotropika
pencegahan 2. Senam Ibu tanaman
dan Zat
chikungunya hamil obat Adiktif)
3. Sosialisasi
2. Pembersihan keluarga
GCS
Lingkungan 3. Penanaman (Gerakan
Cegah Seks
3. Pembuatan obat

24
Tempat keluarga Bebas)
Sampah
4. Senam Lansia

Adapun waktu pelaksanaan kegiatan kami kelompok XIV yang terurai dalam table
pelaksanaan kegiatan ini.
Tabel 4.2 pelaksanaan kegiatan

No Kegiatan Hari/Tgl Waktu Tujuan


1. Sosialisasi Jum’at, 28 22.00 Untuk menambah pemahaman
Februari WITA- seluruh warga masyarakat desa
Sosialisasi tentang
2020 Sampai maen mengenai factor penyebab,
penyebab, dengan cara penularan penyakit dan
selesai bagaimana kemudian untuk
penyebaran,
memutuskan mata rantai
pencegahan perjalanan penyakit
Chikungmunyah
chikungunya

2. Pembersihan Jum’at, 28 06.00- Untuk menciptakan lingkungan


Februari Sampai yang bersih serta
Lingkungan
2020 dengan membangkitkan semangat
selesai masyarakat dalam merawat serta
menjaga kebersihan lingkungan
sekitar.
3 Sosialisasi Jum’at, 28 22.00 Untuk menambah pemahaman
Februari WITA- seluruh warga masyarakat desa
DAGUSIBU
2020 Sampai maen mengenai bagaimana
dengan mendapatkan Obat yang baik,
selesai bagaimana menggunakan obat
dengan baik dan benar, dan
bagaimana menggunakan obat
dengan tepat dan bagaiamana
membuang obat dengan baik dan
benar.
4 Sosialisasi dan Jum’at, 28 22.00 Untuk menambah pengetahuan
demonstrasi Febar WITA- seluruh warga masyarakat desa
pembuatan tanaman Sampai maen mengenai manfaat serta
obat keluarga dengan kegunaan dari Tanaman obat
selesai keluarga (Tradisional)
5 Penanaman obat Kamis, 27 15.30 Untuk melengkapi obat-obatan

25
keluarga Februari WITA- keluarga yang tradisional, alami
2020 Sampai dan tanpa efek samping
dengan
selesai
6 Sosialisasi Sabtu, 29 09.30 Di harapkan dengan Informasi
Februari WITA- pentingnya melahirkan di
pentingnya
2020 Sampai Fasilitas Kesehatan dapat
melahirkan di dengan mengurangi Angka kematian
selesai pada ibu dan Bayi
fasilitas kesehatan

7 Senam Ibu Hamil Sabtu, 29 06.00 Untuk membantu ibu hamil


Februari WITA dalam mempersiapkan diri
2020 menghadapi proses persalinan.
8 Senam Lansia Sabtu, 29 07.00 Untuk menguranggi resiko dari
Februari WITA masalah kesehatan dan untuk
2020 menghilangkan stress pada
lansia.
9 Pembuatan Tempat Senin, 02 07.00 Untuk merubah perilaku
Maret 2020 WITA- masyarakat yang awalnya
Sampah
Selesai membuang sampah
sembarangan, agar membuang
sampah pada tempatnya.
10 Sosialisasi PHBS Selasa, 25 08.00 Untuk mengedukasi seluruh
februari WITA- warga dilikungan sekolah dalam
2020 Selesai menjaga kebersihan dengan
Rabu, 26 mempertahankan keseharian
Februari dalam perilaku hidup bersih dan
2020 sehat.
11 Sosialisasi GCS Rabu, 26 08.00 Untuk mengedukasi secara dini
Februaru WITA- pada remaja bahaya serta
(Gerakan cegah seks
2020 Selesai dampak dari seks bebas
bebas)
12 Sosialisasi GANAZ Rabu, 26 08.00 Untuk mengedukasi secara dini
Februaru WITA- pada remaja bahaya serta
(Gaul tanpa
2020 Selesai dampak dari penggunaan obat-
narkotika, obatan Narkotika, psikotropika,
dan zat adiktif
psikotropika, dan zat
adiktif)

Dan dalam pelaksanaan program yang telah di susun oleh kelompok XIV semua mampu
di Implementasikan sesuai uraian dalam table 4.2 Pelaksanaan kegiatan.

26
Adapun kendala yang di temui dalam pelaksaan program kami hanya berupa kurangnya
partisipasi dari warga masyrakat desa maen yang dimana menjadi harapan kami sebagai sasaran
utama dalam setiap program yang telah di buat.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Hasil survey yang telah dilakukan, ditemukan masalah kesehatan sebagai berikut :
1. Masalah penyakit Chikungunya :

27
Dari jumlah 1549 jiwa yang terdata di Desa Maen,dengan jumlah sampel sebanyak
426 jiwa terdata 102 jiwa yang menderita penyakit chikungunya
2. Maslah pemahaman tentang DAGUSIBU :
Sebagian besar masyrakat desa Maen masih kurang memahami tentang cara
mendapatkan, menggunakan, menyimpan, dan membuang obat dengan baik dan benar
3. Masalah kurangnya pemahaman pentingnya melahirkan difasilitas kesehatan :
Sebagian besar masyarakat Desa Maen kurang memahami pentingnya melahirkan di
fasilitas kesehatan.

Berdasarkan masalah kesehatan diatas maka, untuk menyelesaikan masalah yang timbul
tersebut, di adakan program-program sebagai pemecah masalah yaitu :
1. Sosialisasi tentang penyebab, penyebaran, pencegahan chikungunya
2. Melakukan pembersihan lingkungan
3. Sosialisasi DAGUSIBU
4. Sosialisasi dan demonstrasi pembuatan tanaman obat keluarga
5. Penanaman obat keluarga
6. Sosialisasi pentingnya melahirkan di fasilitas kesehatan
7. Senam Ibu Hamil
8. Senam Lansia
9. Pembuatan Tempat Sampah

B. SARAN
1. Untuk Puskesmas
Diharapkan bagi puskesmas untuk meningkatkan promosi kesehatan di Desa-desa
agar masyarakat mengetahui pentingnya hidup sehat.
2. Untuk Masyarakat (Desa Kecamatan)

28
Setelah diberikan penyuluhan oleh mahasiswa, diharapkan bisa menjadi masukan,
motivasi dan menambah ilmu pengetahuan kemudian bisa diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari, sehingga masyarakat bisa hidup dengan sehat dan bisa berkerja secara total
tanpa terhalang factor kesehatan.
3. Untuk Institusi Pendidikan
Di harapkan waktu pelaksanaan PK/PKLT bisa lebih lama misalnya ditambah
waktu 1 minggu agar nantinya kelompok PK/PKLT bisa mempunyai waktu untuk
menyelesaikan program yang telah direncanakan sehingga tidak menjadi beban pada
kelompok nantinya menginggat banyaknya masalah yang ditumbulkan di desa yang
kelompok tempati.

Lampiran 2 : Anggaran Belanja

No Uraian Satuan Satuan Harga Jumlah


1. Sikat Gigi 4 pics 3.000 12.000
2. Paket Kodomo 4 pics 9.500 39.000
3. Buku Tulis 12 pics 2000 24.000
4. Kertas Kadou 1 lmbr 2.000 2.000

29
5. Polibag 24 pics 2.500 60.000
6. Kertas A4 1 Rim 55.000 55.000
7. Baliho 1 buah 125.000+25000 150.000
8. Katriks (canon PG-810) 1 pics 215.000 215.000
8. Tinta warna 1 pcs 40.000 40.000
9. Paku 2 kg 10.000 20.000
10. Dettol 1 pics 33.000 33.000
11.
TOTAL 750.000

Lampiran II : Struktur Kepanitiaan

Ketua Panitia : Nurul Valia M. Aba

Sekertaris : Djesica L. Mamonto

Bendahara : Indrawati Ahad

Anggota : Nurul Safira Lahati

Greis Paputungan

Taufik M. Saleh

Novianti Eato

Fajriani Naipon
30
Shintia

Maen, 26 Februari 2020

Koordinator Desa Ketua Panitia

Putri Utami .H. Abdul Nurul Valia Aba

Mengetahui

Hukum Tua Maen

Muhammad Idris Abasi

DAFTAR PUSTAKA

Anik, M. (2013). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Jakarta: Trans Info Media

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik; Penerbit Rineka Cipta:
Jakarta

Banun, T. S. (2016). Hubungan antara Pengetahuan PHBS dengan Pola Hidup Sehat Siswa di
SD Tamanan. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Edisi 14. Diakses dari:
journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/pgsd/article/.../1680. Pada Tanggal 20 April 2017

Dewi. (2007). Sekolah Anda Sekolah Sehat. Diakses dari http://www.dinkes-


ntt/media/swara20pep/swara20pep20052020for20web.pdf. Pada tanggal 10 April 2017.

31
Diana, F. M., Susanti, F., & Irfan, A. (2014). Pelaksanaan Program Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) di SD Negeri 001 Tanjung Balai Karimun. Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol. 8,
No. 1. p-ISSN : 19783833, e-ISSN: 2442-6725. Diakses dari :
jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/article/view/123/128. Pada Tanggal 14 April 2017

Dinkes Jateng. (2015). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015. Semarang. Diakses
dari: dinkesjatengprov.go.id/v2015/dokumen/profil2015/Profil_2015_fix.pdf. Pada Tanggal 20
Maret 2017

Diva, F. 2013. Gambaran Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Siswa SDN 29 Ulak Karang
Padang Tahun 2013.Padang. Politeknik Kemenkes Padang. Diakses dari : https://e-
journal.unair.ac.id/PROMKES/article/view/5809. Pada Tanggal 17 Desember 2017

Hapsari , I. I. (2016). Psikologi Perkembangan Anak. PT Indeks: Jakarta

Harrington J, Perry I. J & Lutomski J. (2013). Living Longer and Feeling Better : Healthy
Lifestyle, Self Rated Health, Obesty and Depression in Ireland. European Journal Publich
Health Volume 20, Issue 1: 91-95 Doi : 10.1093/EURPUB/CKP 102 ISSN 1464-360x. Diakses
dari : https://epubs.rcsi.ie/cgi/viewcontent.cgi?article=1007. Pada Tanggal 14 Desember 2017

Hurlock, EB. (2000). Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Rineka Cipta.

Izzaty R. E, dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press

Kementerian Kesehatan RI. (2015). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementerian


Kesehatan RI. Diakses dari: www.depkes.go.id/.../profilkesehatan-indonesia/profil-kesehatan-
Indonesia-2015.pdf. Pada Tanggal 23 Maret 2017

32
Kholid, A. (2015). Promosi Kesehatan dengan Pendekatan Teori Perilaku, Media, dan Aplikasi.
Jakarta: Rajawali Pers.

Khoiruddin, Kirnantoro, & Sutanta. (2015). Tingkat Pengetahuan Berhubungan dengan Sikap
Cuci Tangan Bersih Bersih Pakai Sabun Sebelum dan Setelah Makan Pada Siswa SD N Ngebel,
Tamantirta, Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Journal Ners And Midwifery Indonesia Vol. 3 Mo. 3
ISSN 2354-7642, Hal 176-180. Diakses dari:
ejournal.almaata.ac.id/index.php/JNKI/article/download/175/172. Pada Tanggal 14 Desember
2017

Koem, Z. A., Joseph, B., & Sondak, R. C. (2015). Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap
dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Pelajar di SD Inpres Sukur Kecamatan
Airmadidi Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal Ilmisah Farmasi - UNSRAT Vol. 4, No 4. Diakses
dari ejournal.unsrat.ac.id/index.php/pharmacon/article/10219. Pada Tanggal 14 April 2017

Lina, H. P. (2016). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Siswa DI SDN 42 Korong Gadang
Kecamatan Kuranji Padang. Jurnal Promkes vol 4. no 1, 92-103. Diakses dari
https://ejournal.unair.ac.id/PROMKES/article/view/5809/3718. Pada Tanggal 14 Desember
2017

Lisafatur, R. (2013). Hubungan Karakteristik dan Pengetahuan tentang Kebersihan Perorangan


dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Pada MI Matholiul Ulum Mencu Wedung
Demak, Semarang. Jurnal Ilmu Keperawatan . diakses dari :
https://pt.scribd.com/document/351480687/92-183-1-SM-pdf . Pada Tanggal 16 Desember 2017

Notoatmodjo, S. (2010). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. jakarta: Rineka Cipta.

_____________, (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka


Cipta.

_____________, (2014). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

33
Manda. (2006). Pedoman Pengembangan Kabupaten/Kota Percontohan Program PHBS.
Diakses dari http://www.slideshare.net/harrisclp/phbs- pedomanpengembangan. Pada tanggal
20 April 2017.

Maryam, S. (2015). Promosi Kesehatan Dalam Pelayanan Kebidanan. Jakarta: EGC.

Nursalam, (2008). Konsep dan Metodologi Penelitan Ilmu Keperawatan : Pedoman Skripsi,
Tesis, dan Instrumen Penelitian. Salemba Medika : Jakarta

Paulik E, Boka F, Kertesz A & Balogh H. (2014). Determinants of healthpromoting lifestyle


behaviour in the rural areas of Hungary. Health Promotion International Volume 25, Issue 3 :
277-288 doi: 10.1093/heapro/daq025 ISSN 1460-2245. Diakses dari :
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20413403. Pada tanggal 14 Desember 2017

Proverawati, A., & Rahmawati, E. (2012). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Putra, R. S. (2016). Perilaku Hidup Bersih Sehat. Diakses dari http://


promkes.depkes.go.id/perilaku-hidup-bersih-dan-sehat-di-sekolah. Pada tanggal 16 April 2017.

Raharjo, A. S., & Indarjo, S. (2015). Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap, Dan Ketersediaan
Fasilitas Di Sekolah Dalam Penerapan Phbs Membuang Sampah Pada Tempatnya. Unnes
Journal of Public Health, hal 1-11 ISSN 225-6528. Diakses dari :
https://journal.unnes.ac.id/artikel_sju/ujph/5969. Pada tanggal 17 Desember 2017

Rahayu A. S, Muhlisin A & Sudaryanto A. (2016). Hubungan Perawatan Botol Susu Dan
Perilaku Mencuci Tangan Dengan Kejadian Diare Pada Batita Di Wilayah Kerja Puskesmas
Delanggu. Diakses dari: eprints.ums.ac.id/42539/. Pada tanggal 20 Desember 2017

34
Riskesdas. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI , Diakses di: www.depkes.go.id/resources/down-lo ad/general/Hasil
Riskesdas 2013.pdf (Diakses 16 Maret 2017).

Santjaka, A. (2015). Aplikasi SPSS untuk Analisis Data Penelitian Kesehatan. Yogyakarta :
Nuha Medika

Sari, N. I., Widjanarko, B., & Kusumawati, A. (2016). Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Sebagai Upaya untuk Pencegahan Penyakit Diare
pada Siswa di SD N Karangtowo Kecamatan Karang Tengah Kabupaten Demak. Jurnal
Kesehatan Masyarakat - FKM UNDIP Vol. 4 No. 3. ISSN: 2356-3346. Diakses dari:
https://media.neliti.com/.../163264-ID-faktor-faktor-yang-berhubungandengan-pe.p. Pada
Tanggal 20 April 2017

Saryono. (2013). Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dalam bidang kesehatan.
Yogyakarta : Nuha Medika

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif dan R &
D. Bandung: Alfabeta.

Suhri M, Sudaryanto A & Sulastri. (2014). Gambaran Sikap Tentang Perilaku Hidup Bersih
Dan Sehat Pada Anak Sekolah Dasar Negeri Di Desa Gonilan Kecamatan Kartasura
Kabupaten Sukoharjo. Diakses dari : eprints.ums.ac.id/28617/. Pada tanggal 18 Desember 2017

Suryaningsih. (2014). Cara Cuci Tangan yang Benar. Diakses dari


http://www.readersdigest.co.id/sehat/info.medis/cara.cuci.tangan.yang.be nar/005/001/260.
Pada tanggal 16 April 2017.

Susila, S. (2015). Metodologi Penelitian Cross Sectional Kedokteran & Kesehata. Klaten
Selatan : Bosscript

35
Swarjana, I. K. (2016). Metodologi Penelitian Kesehatan (edisi revisi). Yogyakarta : Andi Offset

Wijayanti, E. S. (2008). Mengenal Makanan Sehat. Yogyakarta: Niaga Swadaya.

36

Anda mungkin juga menyukai