Menurut WHO, Promosi kesehatan adalah proses atau upaya pemberdayaan masyarakat untuk
dapat memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
Untuk mencapai keadaan sehat, seseorang atau kelompok harus mampu mengidentifikasi dan
menyadari aspirasi, mampu memenuhi kebutuhan dan merubah atau mengendalikan lingkungan
(Piagam Ottawwa, 1986).
1. Perorangan / Keluarga
Contoh tindakan : Memperoleh informasi kesehatan melalui berbagai saluran baik langsung
maupun melalui media Massa, Berperan aktif dalam upaya / kegiatan kesehatan,dll.
Contoh tindakan: Adanya kader kesehatan untuk masing-masing tatanan, mewujudkan tatanan
yang sehat untuk menuju terwujudnya kawasan sehat,dll.
3. Ormas/Organisasi profesi/LSM
Contoh tindakan: Melakukan promosi kesehatan dalam setiap program kesehatan yang di
selenggarakan, mendukung tumbuhnya gerakan hidup sehat di masyarakat,dll.
Contoh tindakan: Peduli dan mendukung upaya kesehatan, minimal dalam mengembangkan
lingkungan dan perilaku sehat.
1. Advokasi (advocacy)
Agar pembuat kebijakan mengeluarkan peraturan yang menguntungkan kesehatan dengan cara
pendekatan kepada pengambil keputusan, sekutu/teman, kelompok yang menolak/lawan yang
mendorong suatu perubahan dalam kebijakan, program dan peraturan.
Agar kegiatan promosi kesehatan mendapat dukungan dari tokoh masyarakat dengan cara
menciptakan suasana kondusif untuk menunjang pembangunan kesehatan sehingga mayarakat
terdorong untuk melakukan perilaku hidup sehat.
Ref :
(buku promosi kesehatan untuk kebidanan, penerbit : trans info media, jakarta 2009)
Halaman 1-8
Lingkup promosi kesehatan terhadap bayi meliputi Air Susu ibu (ASI), Gizi/Nutrisi,
Pertumbuhan, Perkembangan, Bounding, Imunisasi, Keamanan, Kebersihan.
Memberikan promosi kesehatan mengenai tindakan-tindakan atau keadaan yang terkait dengan
kesehatan yang ditujukan kepada bayi bukan berarti bidan harus memberikan penyuluhan
langsung terhadap bayi. Tetapi bidan harus memberikan promosi kesehatan bayi kepada ibu,
ayah atau keluarga bayi. Banyak sekali lingkup promosi kebidanan terhadap bayi, salah satunya
adalah pentingnya ASI. Dalam praktiknya, bidan harus mampu mempromosikan kepada ibu
bahwa ASI sangat penting bagi bayi. Pemberian ASI harus dianjurkan kepada setiap ibu karena
ASI yang pertama (kolostrum) mengandung zar anti-bodi yang dapat mencegah infeksi pada
bayi, bayi yang minum ASI jarang mengalami gastroenteritis, lemak dan protein ASI mudah
dicerna, dapat mengeratkan hubungan ibu dan bayi serta ASI merupakan susu buatan alam yang
lebih baik, suci hama, segar, murah, tersedia setiap waktu. Dengan alasan-alasan yang diberikan
oleh bidan melalui promosi kesehatan diharapkan ibu bersedia melakukan anjuran yang
diberikan oleh bidan
Pembinaan remaja terutama wanitanya, tidak hanya ditujukan semata kepada masalah gangguan
kesehatan (penyakit sistem reproduksi). Faktor perkembangan psikologis dan sosial perlu
diperhatikan dalam membina kesehatan remaja. Remaja yang tumbuh berkembang secara
biologis diikuti oleh perkembangan pskologis dan sosialnya. Alam dan pikiran remaja perlu
diketahui. Remaja yang berjiwa muda memiliki sifat menantang sesuatu yang dianggap kaku dan
kolot serta ingin akan kebebasan dapat menimbulkan konflik di dalam diri mereka. Pendekatan
keremajaan di dalam membina kesehatan diperlukan. Penyampaian pesan kesehatan dilakukan
melalui bahasa remaja. Bimbingan kepada remaja antara lain mencakup perkawinan yang sehat,
keluarga yang sehat, sistem reproduksi dan masalahnya, sikap dan perilaku remaja yang positif
dan sebagainya.
D. Ibu Hamil
Lingkup promosi kesehatan terhadap ibu hamil meliputi lingkup fisik dan psikologis. Lingkup
fisik meliputi gizi, oksigen, personal hygiene, pakaian, eliminasi, sexual, mobilisasi, body
mekanik, exercise/senam hamil, istirahat, imunisasi, traveling, persiapan laktasi, ersiapan
persalinan dan kelahiran, kesejahteraan janin, ketidaknyamanan, pendidikan kesehatan dan
pekerjaan. Lingkup psikologis meliputi Support keluarga, support tenaga kesehatan, rasa aman
dan nyaman, persiapan menjadi orang tua, dan persiapan sibling.
Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan psikologis dan
adaptasi dari seorang wanita yang pernah mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita
menganggap bahwa kehamilan adalah peristiwa kodrati yang harus dilalui tetapi sebagian lagi
menganggap sebagai peristiwa khusus yang sangat menentuka kehidupan selanjutnya. Bahkan
sebagian ibu hamil merasa cemas, panik yang bisa berujung pada depresi berat.
Dukungan psikologis dan perhatian akan memberi dampak terhadap pola kehidupan sosial
(keharmonisan, penghargaan, pengorbanan, kasih sayang dan empati) pada wanita hamil dan
aspek teknis, dapat mengurangi aspek sumber daya (tenaga ahli, cara penyelesaian persalinan
normal, akselerasi, kendali nyeri dan asuhan kebidanan). Hal-hal tersebut dapat dilakukan oleh
suami bersama keluarga ibu atau bidan sebagai tenaga kesehatan melalui promosi kesehatan.
E. Ibu Bersalin
Lingkup promosi kesehatan terhadap ibu bersalin meliputi persiapan persalinan, nutrisi dan
cairan, dukungan, kesejahteraan janin, keterlibatan keluarga serta mengurangi rasa sakit.
Promosi kesehatan terhadap ibu bersalin dapat mencegah terjadinya depresi saat atau setelah
melahirkan. Cemas menghadapi persalinan adalah hal yang wajar tetapi seorang bidan harus
mampu mengatasi hal tersebut. Salah satunya adalah memberikan promosi kesehatan ibu
bersalin. Persainan dan kelahiran merupakan proses yang fisiologis. Kelahiran seorang bayi juga
merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga nantikan selama 9 bulan. Ketika persalinan
dimulai, peranan ibu adalah untuk melahirkan bayinya. Untuk itu, dengan diberikan promosi
kesehatan dapat mengatasi rasa cemas, khawatir, panik dan depresi ibu bersalin. Promosi ini
lebih baik diberikan jauh hari sebelum bersalin, misalnya saat hamil trimester III.
F. Ibu Nifas
Lingkup promosi kesehatan terhadap ibu nifas meliputi nutrisi dan cairan, ambulasi, eliminasi,
kebersihan diri dan bayi, istirahat, sexual, latihan/senam nifas, tanda bahaya, keluarga Berencana
dan pemberian ASI.
Bidan tetap mendampingi ibu selama 2 jam setelah pesalinan. Dalam masa nifas bidan
dianjurkan untuk menanyakan tentang perasaan ibu. Biasanya ibu merasa capek dan lemas. Ibu
dan bayi diberikan kesempatan untuk beristirahat. Saat ibu masih merasa lemas, promosi
kesehatan dapat diberikan melalui keluarga ibu nifas, misanya keluarga pasien diberitahukan
bawa ibu boleh minum dan makan ringan setiap waktu, bangun bila mau kencing dan
sebagainya.
Baru setelah ibu merasa lebih baik dan bersedia diberikan pendidikan kesehatan, bidan
diperkenankan untuk memberikan pendidikan kesehatan. Itupun sedikit demi sedikit sesuai
kemampuan ibu. Pendidikan kesehatan yang diberikan misalnya setelah melahirkan ibu boleh
makan seperti biasa, setiap hari minum air putih minimal 8 gelas, ibu diajari cara menyusui dan
perawatan payudara, gizi ibu nifas dan sebagainya. Diharapkan dengan memberikan promosi
kesehatan pada ibu nifas, ibu nifas dapat menghadapi masa nifas dengan baik dan normal.
G. Ibu Menyusui
Hak seorang bayi adalah menyusu kepada ibunya. Sebagai promotor kesehatan, bidan
diharapkan mampu memberikan pendidikan pada ibu menyusui. Pendidikan lebih baik diberikan
sebelum ibu bersalin, sehingga ibu dapat melakukan persiapan-persiapan ibu menyusui.
Lingkup promosi kesehatan yang diberikan kepada ibu menyusui meliputi kebersihan diri,
istirahat, sexual, pemberian ASI, nutrisi bagi bayi, pendidikan kesehatan gizi ibu menyusui, dan
meyakinkan pada ibu menyusui bahwa tidak ada pantangan makan selama menyusui. Sebagai
contoh terdapat mitos yang sudah beredar sejak dulu bahwa ibu menyusui tidak boleh makan
makanan yang berbau amis karena akan menyebabkan asinya amis. Disinilah tugas bidan untuk
meluruskan mitos tersebut bahwa justru makanan yang amis dibutuhkan oleh ibu menyusui
karena mengandung protein tinggi melalui promosi kesehatan.
H. PUS/WUS
Lingkup promosi kesehatan terhadap PUS/WUS meliputi persiapan hamil, keluarga berencana,
kesehatan, parenting, nutrisi dan produktifitas.
Penyuluhan tentang kesehatan pada masa pra kehamilan di sampaikan pada kelompok wanita
usia subur/pria usia subur yang akan menikah. Penyampaian tentang kesehatan ini disesuaikan
dengan tingkat intelektual klien. Nasehat yang diberikan menggunakan bahasa yang mudah
dicerna, karena informasi yang diberikan bersifat pribadi dan sensitif.
Wanita usia subur juga diberikan pendidikan mengenai gangguan kesehatan, akibat gangguan
sistem reproduksi. Gangguan sistem reproduksi tidak berdiri sendiri. Gangguan tersebut dapat
terhadap kondisi psikologis dan lingkungan sosial klien itu sendiri. Bila masalah kesehatan itu
sangat kompleks, perlu dikonsultasikan ke ahli yang relevan atau dirujuk ke unit pelayanan
kesehatan yang fasilitasnya lebih lengkap. Faktor keluarga juga turut mempengaruhi kondisi
WUS/PUS yang akan memasuki pintu gerbang pernikahan. Bidan dapat menggunakan pengaruh
keluarga untuk memperkuat mental WUS/PUS dalam memasuki masa perkawinan dan
kehamilan.
I. Klimakterium/ Menopause
Ref :
(buku promosi kesehatan untuk kebidanan, penerbit : trans info media, jakarta 2009)
Halaman 10-36
Model adalah suatu kerangka kerja atau kerangka berfikir di dalam menyelesaikan suatu keadaan
untuk mencapai hasil yang di harapkan.
Sedangkan model – model dalam promosi kesehatan merupakan Kerangka Kerja atau kerangka
berpikir di dalam mempengaruhi orang lain agar sesuai dengan kaidah/norma kesehatan yg
diharapkan.
4. Tidak mahal
Contoh :
“ Seorang wanita telah mempunyai beberapa orang anak dan mengetahui bahwa masih potensial
untuk hamil sampai beberapa tahun mendatang. Melihat kesehatan dan status ekonomi
tetangganya menjadi rusak karena terlalu banyak anak dan Mendengar bahwa teknik kontrasepsi
tertentu menunjukkan efektivitas sebesar 95 % aman dan tidak mahal maka dianjurkan oleh
petugas kesehatannya agar mulai memakai kontraseps ”
Kelemahan :
Pembentukan kepercayaan seseorang sesungguhnya lebih sering mengikuti perilaku dan bukan
mendahuluinya
Perilaku kesehatan yang tidak bergantung pada perangkap teoritik tertentu. Seseorang
mempertimbangkan untung dan rugi pengubahan suatu perilaku sebelum melangkah dari tahap
satu ke tahap berikutnya.
Prekontemplasi: Seseorang belum memikirkan sebuah perilaku sama sekali, orang tersebut
belum bermaksud mengubah suatu perilaku
Kontemplasi: seseorang benar-benar memikirkan suatu perilaku, namun masih belum siap untuk
melakukannya
Contoh :
“ Seorang Ibu karena kurang mendapat pengetahuan dan pelatihan tidak pernah berfikir untuk
menutup makanan, memasak air minum atau menjaga kebersihan dapur. Setelah mendengar
siaran radio tentang bahaya kuman dan melihat tetangganya membersihkan rumah, ia mulai
berkontemplasi untuk mengambil aksi menjaga kebersihan di rumah. Kemudian ia mencari
informasi dari tetangga dan petugas kesehatan setempat akhirnya memulai proses perubahan
perilaku. Setelah satu periode waktu, ibu tersebut menutup makanan, memasak air minum dan
menjaga kebersihan lingkungan dapur sebagai tugas rutin sehari-hari “
Merupakan niat seseorang menentukan apakah sebuah perilaku dilaksanakan, perilaku akan
mengikuti niat, dan tidak akan pernah terjadi tanpa niat.
Sikap-Sikap Terhadap Suatu Perilaku, melalui proses pengambilan keputusan yang teliti dan
beralasan. Perilaku banyak dipengaruhi oleh sikap yang spesifik terhadap sesuatu seperti :
apakah ia merasa suatu perilaku itu penting.
Norma Subyektif, seseorang berpikir tentang apa yang dilakukan orang lain (yang berpengaruh)
akan mempengaruhi perilaku yang akan dilakukan.
Contoh :
“Seseorang memiliki keyakinan Sikap bahwa suatu RS memberikan pelayanan cepat, ramah,
biaya relatif murah, lingkungan bersih, lokasi strategis dan mudah dicapai. Kemudian didukung
pula oleh keinginan orang dekat yang bersedia untuk berobat ke RS tersebut yang disebut Norma
Subjektif. Seperti Orang tua, Istri, Anak, Teman Dekat, Petugas Kesehatan”
Stress adalah respon tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap kebutuhan tubuh yang terganggu.
Stress menimbulkan dampak secara total pada individu yaitu terhadap fisik, psikologis, mental,
intelektual, social dan spiritual.
Stress ringan : Merusak aspek fisiologis, biasanya di rasakan oleh setiap orang dan biasanya
berakhir dalam beberapa menit/jam.
Stress berat : Stress kronis yang terjadi beberapa minggu atau sampai beberapa tahun.
Gejala yang bisa di amati seperti : Rasa cemas yang berlebihan, Marah, Menangis, Tertawa
sendiri, Teriak, Memukul dan menyepak,dsb.
Koping adalah proses yang di lalui oleh individu dalam menyelesaikan situasi stressfull,
merupakan respon individu terhalang situasi yang mengancam dirinya baik fisik maupun
psikologik.
Strategi coping adalah suatu cara yang di lakukan untuk merubah lingkungan/ situasi/ masalah
yang sedang di rasakan atau di hadapi.
Metode Copping :
Jangka panjang
Merupakan cara yang efektif dan realisasi dalam menangani psikologis untuk kurun waktu yang
lama.
Jangka pendek
Cara yang di gunakan untuk mengurangi stress/ ketegangan psikologis dan cukup efektif untuk
waktu sementara.
Ref :
(buku promosi kesehatan untuk kebidanan, penerbit : trans info media, jakarta 2009)
Halaman 37-44
--
______________________________________________________________________________
______
A. LATAR BELAKANG
Tuntutan berat terhadap tugas bidan adalah selalu berhadapan dengan sasaran dan target
pelayanan kebidanan, KB dan pelayanan kesehatan masyarakat dengan memperkuat
kepercayaan, sikap, ilmu pengetahuan, dan sejumlah keahlian yang telah diterima dan berguna
bagi masyarakat. Konsekuensi logis dari semua itu karena kepercayaan, sikap, ilmu pengetahuan,
dan keahlian yang bermanfaat dan diterima oleh sebuah masyarakat itu senantiasa berubah.
Maka untuk menghadapi masyarakat seperti itu seorang bidan harus bisa mempersiapkan
segenap kemampuan dan keahliannya untuk menghadapi segala bentuk perubahan. Proses
dinamika masyarakat itulah yang menyebabkan bidan dapat menjadi agen pembaharu yang
mengambil peran besar, dan peran ini akan dapat dimainkan oleh bidan jika atasannya memang
mendayagunakannya secara optimal. Masalah ketenagaan atau bidan merupakan masalah besar
yang dihadapi para pemimpin instansi pelayanan kesehatan apalagi jika kaitannya terhadap
kebutuhan untuk mengembangkan sumber daya manusia itu ( bidan ) terutama pada saat bertugas
di desa padalingkungan yang memiliki kebudayaan yang sangat beragam( Wahyuni, 1996 ; 158 )
. Tantangan besar ini umumnya tidak akan bisa dijawab oleh Kepala Puskesmas yang seringkali
hanya banyak melontarkan wacana retorik, sebaliknya tidak membuktikan diri memiliki
kemampuan kerja profesional ( Gerbang, 2004 ; 47 )
Di makala ini kami akan membahas tentang peran dan fungsi bidan yang mana dalam
pelaksanaan profesinya bidan mempunyai banyak tugas-tugas dan peran.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu Promosi Kesehatan
2. Bagaimana peran bidan dalam promosi kesehatan
3. Bagaimana peran serta fungsi bidan dalam promosi kesehatan
C. TUJUAN
1. Mengetahaui pengertian promosi kesehatan
2. Memahami peran bidan dalam promosi kesehatan
3. Megetahui peran serta fungsi bidan dalam promosi kesehatan
BAB II
PEMBAHASAN
Program program kesehatan reproduksi untuk remaja cenderung akan mencapai keberhasilan
maksimal jika program program tersebut :
· secara akurat mengidentifikasi dan memahami kelompok yang akan dilayani
· melibatkan remaja dalam perencananan programnya
· bekerjasama dengan para pemuka masyarakat dan orang tua
· melepaskan hambatan hambatan kebijakan dan mengubah pra anggapan para pemberi layanan
· membantu remaja melatih keterampilan interpersonal untuk menghindari resiko
· menghubungkan informasi dan saran dengan pelayanan
g) Memberi asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang membutuhkan pelayanan keluarga
berencana, mencakup:
Ø Mengkaji kebutuhan pelayanan keluarga berencana pada pus (pasangan usia subur)
Ø Menentukan diagnosis dan kebutuhan pelayanan.
Ø Menyusun rencana pelayanan KB sesuai prioritas masalah bersama klien.
Ø Melaksanakan asuhan sesuai dengan rencana yang telah dibuat.
Ø Mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan.
Ø Membuat rencana tindak lanjut pelayanan bersama klien.
Ø Membuat pencatatan dan laporan.
2. Fungsi Pengelola
Fungsi bidan sebagai pengelola mencakup:
a. Mengembangkan konsep kegiatan pelayanan kebidanan bagi individu, keluarga, kelompok
masyarakat, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat yang didukung oleh
partisipasi masyarakat.
b. Menyusun rencana pelaksanaan pelayanan kebidanan di lingkungan unit kerjanya.
c. Memimpin koordinasi kegiatan pelayanan kebidanan.
d. Melakukan kerja sama serta komunikasi inter dan antarsektor yang terkait dengan pelayanan
kebidanan
e. Memimpin evaluasi hasil kegiatan tim atau unit pelayanan kebidanan.
3. Fungsi Pendidik
Fungsi bidan sebagai pendidik mencakup:
a. Memberi penyuluhan kepada individu, keluarga, dan kelompok masyarakat terkait dengan
pelayanan kebidanan dalam lingkup kesehatan serta keluarga berencana.
b. Membimbing dan melatih dukun bayi serta kader kesetan sesuai dengan bidang tanggung
jawab bidan.
c. Memberi bimbingan kepada para peserta didik bidan dalam kegiatan praktik di klinik dan di
masyarakat.
d. Mendidik peserta didik bidan atau tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan bidang
keahliannya.
4. Fungsi Peneliti
Fungsi bidan sebagai peneliti mencakup:
a. Melakukan evaluasi, pengkajian, survei, dan penelitian yang dilakukan sendiri atau
berkelompok dalam lingkup pelayanan kebidanan.
b. Melakukan penelitian kesehatan keluarga dan keluarga berencana.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
– Menurut WHO Promosi Kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu untuk mencapai derajat kesehatan
yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial, maka masyarakat harus mampu mengenal serta
mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya
(lingkungan fisik, sosial budaya dan sebagainya).
– Peran bidan dalam promosi kesehatan :
o Peran Sebagai Advokator
o Peran sebagai edukator
o Peran sebagai fasilitator
o Peran sebagai motivator
– Dalam melaksanakan profesinya bidan memiliki peran dan fungsi sebagai :
o Pelaksana
o Pengelola
o Pendidik
o Peneliti
B. SARAN
Dari penjelasan beberapa poin di atas dapat kita lihat bahwa peran dan fungsi seorang bidan
dalam promosi kesehatan sangat penting untuk melaksanakan program kesehatan baik pada masa
remaja, pra nikah, PUS, masa kehamilan, proses persalinan, masa nifas, dan usia lanjut.
Semoga beberapa penjelasan diatas dapat menginspirasi kita semua utamanya kita para
mahasiswa kebidanan generasi penerus. Insya Allah Aamiin….
DAFTAR PUSTAKA
Nesi Novita,dkk. 2012. Promosi Kesehatan Pelayanan Asuhan Kebidanan. Salemba :
Yogyakarta.
Kemenkes.2007. bidan menyongsong masa depan 50 tahun IBI Ilmu kebidanan. Jakarta
Tadjuddin norma.2004 Konsep Kebidanan. Poltekkes Kemenkes Makassar
http://dianhusadarefira.blogspot.com/p/peran-bidan-dalam-promosi-kesehatan.html
http://Menerepkan%20Peran%20dan%20Tugas%20bidan%20dalam%20PHC%20%20%20tugas
kuliah.htm
http://novi%20khoirotun%20nisak%20%20PROMOSI%20KESEHATAN.htm
Tetapi pada kenyataannya, perubahan perilaku hidup sehat tersebut sangat lamban, sehingga
dampaknya terhadap perbaikan kesehatan sangat kecil. Dari hasil studi yang dilakukan
oleh World Health Organization (WHO) dan para ahli pendidikan kesehatan, mengungkapkan
memang benar bahwa pengetahuan masyarakat tentang kesehatan sudah cukup baik, tetapi
praktik mereka masih rendah. Hal ini berarti bahwa perubahan atau peningkatan pengetahuan
masyarakat tentang kesehatan tidak diimbangi dengan peningkatan atau perubahan perilakunya.
Belajar dari pengalaman pelaksanaan pendidikan kesehatan dari berbagai tempat, dapat
disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan tersebut belum “memampukan” (ability) masyarakat
untuk berperilaku hidup sehat, tetapi baru dapat “memaukan” (wiliness) masyarakat untuk
berperilaku hidup sehat. Dari pengalaman ini juga menimbulkan kesan yang negatif bagi
pendidikan kesehatan, bahwa pendidikan kesehatan hanya mementingkan perubahan perilaku
melalui pemberian informasi atau penyuluhan kesehatan. Sedangkan pendidikan kesehatan
kurang melihat bahwa perubahan perilaku atau perlakuan baru tersebut juga memerlukan
fasilitas, bukan hanya pengetahuan saja. Misalnya Untuk praktik atau berperilaku memeriksakan
diri ke pelayanan kesehatan, minum air bersih dan makan-makanan yang bergizi bukan hanya
perlu pengetahuan tentang manfaat pemeriksaan kesehatan, manfaat air bersih atau tahu manfaat
tentang makanan yang bergizi, tetapi juga perlu sarana atau fasilitas keterjangkauan pelayanan
kesehatan, fasilitas air bersih dan bagaimana cara mendapatkan serta mengolah makanan yang
bergizi.
Oleh sebab itu, WHO (1980) menyimpulkan bahwa pendidikan kesehatan tidak mencapai
tujuannya, sebagai perwujudan dari perubahan konsep para ahli pendidikan kesehatan global
yang dimotori oleh WHO, pada tahun 1984 merevitalisasi pendidikan kesehatan tersebut dengan
menggunakan istilah promosi kesehatan (health promotion). Jika sebelumnya pendidikan
kesehatan diartikan sebagai upaya yang terencana untuk perubahan perilaku masyarakat sesuai
dengan norma kesehatan, maka promosi kesehatan tidak hanya mengupayakan perubahan
perilaku, tetapi juga perubahan lingkungan yang memfasilitasi perubahan perilaku
tersebut. WHO menyelenggarakan konferensi internasional pertama bidang promosi kesehatan
pada tanggal 21 November 1986 di Ottawa, Kanada. Konferensi dihadiri oleh para ahli kesehatan
seluruh dunia dan telah menghasilkan dokumen yang disebut Piagam Ottawa (Ottawa Charter) .
Berdasarkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter,1986) sebagai hasil rumusan Konferensi
Internasional Promosi Kesehatan di Ottawa, Canada, mengatakan bahwa :
“….Health promotion is the process of enabling people to increase control over, and improve
their health. To reach a state of complete physical, mental, and social well-being, and individual
or group must be able to indetify and realize aspiration, to satisfy needs, and to change or cope
with the environment”
Dari kutipan diatas jelas dinyatakan bahwa, promosi kesehatan adalah suatu proses untuk
memampukan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka. Dengan kata
lain, promosi kesehatan adalah upaya yang dilakukan terhadap masyarakat sehingga mereka mau
dan mampu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Batasan promosi
kesehatan ini mencakup 2 dimensi yakni “kemauan” dan “kemampuan”, atau tidak sekedar
meningkatnya kemauan masyarakat seperti dikonotasikan oleh pendidikan kesehatan. Lebih
lanjut dinyatakan, bahwa dalam mencapai derajat kesehatan yang sempurna baik fisik, mental,
maupun sosial, masyarakat harus mampu mengenal dan mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya,
dan mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya. Lingkungan disini mencakup lingkungan
fisik, lingkungan sosio budaya, dan lingkungan ekonominya.
Batasan promosi kesehatan yang lain dirumuskan oleh Yayasan Kesehatan Victoria (Victorian
Health Fondation – Australia, 1997), sebagai berikut “
“Health promotion is a programs are design to bring about “change” within people,
organization, communities, and their environment”
Batasan ini menekankan, bahwa promosi kesehatan adalah suatu program perubahan perilaku
masyarakat yang menyeluruh, dalam konteks masyarakatnya. Bukan hanya perubahan perilaku
(within people), tetapi juga perubahan lingkungannya. Perubahan perilaku tanpa diikuti
perubahan lingkungan tidak akan efektif, maka perilaku tersebut tidak akan bertahan lama.
Contoh : anak-anak saat disekolah yang belajar tentang budaya mencuci tangan sebelum dan
sesudah makan, namun setelah kembali ke lingkungan keluarga dimana mereka melihat bahwa
tidak ada budaya mencuci tangan sebelum dan sesudah makan maka ia akan mengikuti budaya
yang dilakukan di lingkungan tersebut. Oleh sebab itu, promosi kesehatan bukan sekedar
merubah perilakunya saja tetapi juga mengupayakan perubahan lingkungan, system, dan
sebagainya.
Pada awal tahun 2000, Departemen Kesehatan Republik Indonesia baru dapat menyelesaikan
konsep WHO dengan mengubah penyuluhan Kesehatan masyarakat (PKM) menjadi Direktorat
Promosi Kesehatan. Pada akhir tahun 2001 terjadi reorganisasi kembali berdasarkan Surat
Keputusaan Menkes No 1277/Menkes/SK/XI/2001 tanggal 27 November 2001
menetapkanbahwa Direktorat Promosi Kesehatan berganti nama menjadi Pusat Promosi
Kesehatan. Promosi kesehatan bagi individu terkait dengan dengan pengembangan program pola
hidup sehat sejak muda, dewasa hingga lanjut usia, yang melibatkan berbagai sektor seperti
praktisi medis, psikolog, media massa, serta para pembuat kebijakan public dan perumus
perundang-undangan serta sector yang lainnya, sehingga promosi kesehatan lebih menekankan
kepada peningkatan kemampuan hidup sehat serta memfasilitasi perubahan perilaku tersebut,
bukan hanya sekedar berperilaku sehat.
Tetapi tantangan pembangunan kesehatan semakin hari cukup berat yaitu trend semakin
meningkatnya penyakit tidak menular (PTM) dan penyakit yang disebabkan karena perubahan
gaya hidup (life style). Data Riskesdas Kemenkes RI 2010 menunjukkan 59% kematian di
Indonesia disebabkan penyakit tidak menular yang membutuhkan biaya pengobatan yang sangat
besar seperti stroke, kanker, diabetes, gagal ginjal dan penyakit jantung. Tentunya untuk
menciptakan gaya hidup sehat yang lebih baik melalui upaya promosi kesehatan, dengan
promosi kesehatan maka dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat serta dapat berperan dalam
upaya peningkatan kesehatan. Seperti di tingkat desa atau kelurahan harus dilakukan
pemberdayaan terhadap kader dan masyarakat untuk meningkatkan upaya kesehatan yang
bersumber dari masyarakat seperti Posyandu (Pos Pelayanan terpadu), Posbindu (Pos Pembinaan
Terpadu), dan lain sebagainya, berbagai program pemberdayaan masyarakat yang sudah berhasil
namun mati suri harus dihidupkan kembali agar masyarakat dapat hidup sehat.
Pengertian promosi kesehatan menurut beberapa ahli:
Menurut WHO, berdasarkan Ottawa charter (1986) “Health promotion is the process of
enabling people to control over and improve their health. To reach a state of complete
physical, mental, and social-well being, an individual or group must be able to identify
and realize aspiration, to satisfy needs, and to change or cope with or cope with the
environment” dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan
merupakan suatu proses yang bertujuan untuk memelihara serta meningkatkan kesehatan
baik pada tingkat individu, keluarga dan masyarakat. Untuk mencapai keadaan fisik,
mental dan sosial yang baik maka diperlukan kesadaran atau kemauan agar mampu
melaksanakan perilaku hidup sehat (self empowerment) sesuai dengan sosial budaya
setempat sehingga dapat mengubah atau mengatasi lingkungan (ekonomi, kebijakan atau
perundang-undangan dan lain sebagainya).
Green (1984), promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi dan intervensi kesehatan
terkait dengan politik, ekonomi serta organisasi yang dirancang untuk memudahkan
perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.
Gillies (1998), promosi kesehatan merupakan payung dan digunakan untuk
menggambarkan suatu rentang aktivitas yang mencakup pendidikan kesehatan dan
pencegahan penyakit.
Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan merupakan suatu
proses kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan
dan memperbaiki lingkungan sesuai dengan sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan
publik yang berwawasan kesehatan.
Sasaran primer
Upaya promosi kesehatan yang difokuskan sesuai dengan masalah kesehatan (individu,
dan keluarga ) dengan harapan dapat merubah perilaku hidup yang tidak sehat menjadi perilaku
sehat.
Sasaran sekunder
Individu atau kelompok yang memeiliki pengaruh atau disegani oleh sasaran primer seperti
Tokoh masyarakat (tokoh agama, tokoh adat, petugas kesehatan, pejabat pemerintahan dan lain
lain), organisasi kemasyarakatan, media massa diharapkan dapat turut serta dalam meningkatkan
kesehatan pada individu dan keluarga, dengan cara berperan sebagai panutan dalam
melaksanakan praktik hidup bersih dan sehat, menyebarluaskan informasi dan menciptakan
suasana yang kondusif berperan sebagai kelompok penekan (preasure group) untuk mempercepat
terbentuknya perilaku hidup bersih dan sehat.
Sasaran tersier
Para pembuat kebijakan publik berupa peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan
dan bidang lain yang berkaitan sehingga mereka yang dapat memfasilitasi atau menyediakan
sumber daya, dengan adanya kebijakan yang dikeluarkan oleh kelompok tersier diharapkan dapat
mempengaruhi perilaku sehat pada sasaran sekunder dan sasaran primer .
Disadari bahwa untuk merubah perilaku tidaklah mudah, maka harus didukung oleh sistem nilai
dan norma sosial serta norma hukum yang ada. suasana lingkungan yang kondusif, sumber daya
atau fasilitas harus didukung dan diupayakan oleh stakeholders, pemerintahan, dan dunia usaha
agar tercipta gerakan hidup sehat di masyarakat contohnya memberlakukan kebijakan yang
mendukung PHBS, membantu menyediakan sumber daya (dana, sarana dan lain lain)
Kader, Kader,
PKK, tokoh PKK, tokoh KIA, gizi,
agama,tokoh agama,tokoh kesehatan
Rumah Ibu, anggota masyarakat, masyarakat, lingkungan,
tangga keluarga LSM LSM gaya hidup
Guru, kepala
dosen, sekolah,
karyawan, dekan,
OSIS, BEM, pengelola
Seluruh BP3, sekolah,
Institusi siswa dan pengelola pemilik
pendidikan mahasiswa kantin sekolah Gizi, JPKM
Pengunjung, Kesehatan
Tempat pengguna Karyawan, Kepala lingkungan,gaya
umum jasa pengelola daerah hidup
Bina suasana, upaya untuk menciptakan lingkungan sosial yang mendorong perubahan
perilaku. Strategi Bina Suasana perlu ditetapkan untuk menciptakan norma-norma dan
kondisi/situasi yang konduktif di masyarakat dalam mendukung PHBS. Bina Suasana
sering dikaitkan dengan pemasaran sosial dan kampanye. Karena pembentukan opini
memerlukan kegiatan pemasaran sosial dan kampanye. Namun
perlu diperhatikan bahwa Bina Suasana dimaksud untuk menciptakan suasana yang
mendukung penggerak pemberdayaan masyarakat secara partisipatif dan kemitraan.
Metode Bina Suasana dapat berupa:
1. Pelatihan
2. Mini lokakarya
3. Konferensi pers
4. Dialog terbuka
5. Sarasehan
6. Promosi
7. Pertunjukkan, dan lain lain.
Untuk menjaga kelanggengan dan kesinambungan bina suasana diperlukan:
1. Makro
2. Membangun komitmen di setiap jenjang
3. Membangun masyarakat
4. Menyediakan juklak dan biaya operasional
5. Memonitoring dan evaluasi serta koordinasi
6. Mikro:
7. Menggali potensi yang belum disadari Potensi dapat muncul dari adanya kebutuhan
masyarakat (demand creation), yang diperoleh melalui
pengarahan, pemberian masukan, dialog, kerjasama dan pendelegasian.
8. Membuat model-model percontohan pengembangan masyarakat, seperti menerapkan
Pendekatan Edukatif dan Manajemen ARRIF (Analisis, Rumusan, Rencana, Intervensi,
Forum Komunikasi) .
9. Beberapa tolak ukur keberhasilan gerakan masyarakat
dapat disebutkan antara lain: Peningkatan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat, peningkatan peserta dana sehat/JPKM.
Kemitraan, adalah kerjasama yang formal antara individu individu, kelompok-
kelompok atau organisasi-organisasi untuk
mencapai suatu tugas atau tujuan Dalam kerjasama ada
kesepakatan tentang komitmen dan harapan masing-masing,
tentang peninjauan kembali terhadap kesepakatan –kesepakatan
yang telah dibuat, dan berbagi baik dalam risiko maupun keuntungan. Kemitraan
inilah yang mendukung dan menyemangati penerapan 3 (tiga) strategi dasar.
Prinsip kemitraaan, antara lain:
1. Kesetaraan (equity)
Semua harus diawali dengan kesediaan menerima bahwa masing-masing berada dalam
kedudukan yang sama (berdiri sama tinggi, duduk sama rendah). Keadaan ini dapat dilihat dari
pihak bersedia mengembangkan hubungan kekeluargaan. Yaitu hubungan yang dilandasi
kebersamaan atau kepentingan bersama.
Keterbukaan (Transparancy)
Dalam setiap langkah diperlukan adanya kejujuran dari masing-masing pihak. Setiap
usul/saran/komentar harus disertai dengan alasan yang jujur, sesuai fakta, tidak menutupi
sesuatu. Pada awalnya hal ini mungkin akan menimbulkan diskusi yang seru layaknya
“pertengkaran”. Akan tetapi kesadaran akan kekeluargaan dan kebersamaan, akan mendorong
timbulnya solusi yang adil dari “pertengkaran” tersebut.
Solusi yang adil ini terutama dikaitkan dengan adanya keuntungan yang didapat oleh semua
pihak yang terlibat
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan kasih Sayang-Nya, dan
karena izin-Nyalah kami dapat menyelesaikan tugas Konsep Kebidanan mengenai Peran Fungsi
Bidan dan Praktik Profesionalisme Bidan. Tak lupa shalawat serta salam kepada Rasul akhir
zaman, panutan dalam segala hal, Nabi Muhammad SAW. Pada kesempatan ini kami ingin
mengucapkan terimakasih kepada :
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, karena kami masih
dalam tahap pembelajaran. Oleh karena itu, apabila ada kekurangan atau kesalahan dalam
makalah ini, kami sangat mengarapkan kritik dan saran untuk kami lebih baik lagi.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya untuk kami dan umumnya untuk kita semua.
BAB I : PENDAHULUAN
Latar Belakang……………………………………………………………………….. 1
Rumusan Masalah…………………………………………………………………. … 1
Tujuan …………………………………………………………………………………… 1
BAB II : PEMBAHASAN
A.Pengertian Bidan………………………………………………………………. 2
Kesimpulan…………………………………………………………….. 20
Saran…………………………………………………………………… 20
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… 28
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Dalam dewasa terakhir ini angka kematian ibu dan bayi di desa semakin meningkat.
Meningkatnya angka kematian ibu dan bayi didesa disebabkan karena kurangnya pengetahun
masyarakat desa tentang pentingnya menjaga kesehatan. Upayah yang dilakukan untuk
mengurangi peningkatan kematian ibu dan bayi adalah dengan menempatkan bidan disetiap desa.
Penempatan bidan disetiap desa diharapkan dapat menurunkan angka kematian ibu dan bayi pada
saat proses persalinan, memberikan wawasan kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga
kesehatan dan melakukan penelitian terapan dalam bidang kesehatan sesuai dengan peran dan
fungsi bidan.
RUMUSAN MASALAH
TUJUAN
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN BIDAN
Bidan adalah seorang perempuan yang telah lulus pendidikan kebidan yang diakui oleh
pemerintah. Seorang bidan dalam menjalankan prakteknya mempunyai peran dan fungsi yaitu
sebagai pelaksana, pengelola, pendidik dak peneliti.
Memberikan pelayanan dasar pada anak, remaja dan wanita pra nikah dengan melibatkan klien.
Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinan dengan melibatkan keluarga
Memberikan asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan melibatkan klien atau
keluarga
Memberikan asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang membutuhkan pelayanan KB
Memberikan asuhan kebidanan pada wanita gangguan sistem reproduksi dan wanita dalam masa
klimakterium dan menopause
b. Berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan dan sektor lain di wilayah
kerjanya melalui peningkatan kemampuan dukun bayi dan kader kesehatan
b. Melihat dan membimbing kader termasuk siswa bidan dan keperawatan serta membina
dukun diwilayah atau tempat kerjanya.
Bidan adalah seorang perempuan yang telah lulus pendidikan kebidan serta telah diakui oleh
pemerintah dan mendapatkan izin praktek. Seorang bidan yang sudah buka praktek diharapkan
dapat memberikan penyuluhan, membantu proses persalinan serta dapat memberikan pengertian
kepada masyarakat tentang pentingny menjaga kesehatan dan dapat menerapkan sebagaimana
peran dan fungsi bidan dalam masyarakat yaitu sebagai pelaksana, pengelola, pendidik dan
peneliti.
Menurut bidan senior sebagai nara sumber yang telah bersedia memberikan keterangan tentang
peran dan fungsi bidan dalam lingkungan masyarakat, bahwa peran dan fungsi seorang bidan
sebagai pelaksana yaitu seorang bidan dalam menjalankan tugasnya dengan menyusun rencan
tindakan masalah yang dihadapi kemudian melakukan rencana yang telah disusun. Membuat
rencana tindakan lanjutan setelah mengevaluasi tindakan yang diberikan kepada klien serta
melakukan pencatatan dan pelaporan dalam setiap kegiatan.
Peran dan fungsi bidan sebagai pengelola yaitu seorang bidan mengembangkan pelayanannyan
kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat diwilayah dimana bidan itu ditempatkan
yang melibatkan masyarakat serta ikut berpartisipasi melaksanakan program kesehatan dan
meningkatkan kemampuan dukun bayi dalam wilayah kerja bidan.
Peran dan fungsi bidan sebagai pendidik yaitu seorang bidan dalam menjalankan tugasnya dapat
memberikan penyuluhan kesehatan didaerah bidan itu bekerja yang melibatkan individu,
keluarga, masyarakat desa tentang penanggulangan masalah kesehatan ibu dan anak serta
penyuluhan KB. Disamping itu peranan bidan sebagai pendidik dapat dilakukan dengan melatih
kader PKK termasuk melatih para mahasiswa bidan serta membimbing dukun bayi.
Peran dan fungsi bidan sebagai peneliti yaitu seorang bidan dalam menjalankan tugasnya tidak
hanya membantu proses persalinan tetapi seorang bidan diharapkan bisa meneliti tentng kelinan-
kelainan yang timbul pada kehamilan atau pada proses persalinan, setelah diteliti kelainan-
kelainan yang timbul pada klien hendaknya seorang bidan melakukan pencatatan dan pelaporan
serta melakukan tindakan evaluasi selanjutnya atau segera merujuknya kedokter.
Fungsi dan peran bidan hendaknya selalu diterapkan oleh seorang bidan yang professional agar
terciptanya pelayanan kesehatan yang bermutu tinggi, dapat menanggulangi terjadinya kematian
ibu dan anak pada proses persalinan serta bisa memberikan pengetaahuan kepada masyarakat
agar masyarakat bisa menerapkan pola hidup sehat.
Masyarakat yang tidak mengetahui pentingnya peranan bidan sering kali menyepelekan dan
tidak menjalankan apa yang diberitahukan kepada mereka. Agar seorang bidan dapat diterima
oleh masyarakt, seorang bidan harus bisa melakukan pendekatan terhadap tokoh-tokoh
masyarakat, memahami adat istiadat dan budaya masyarakat setempat serta bersikap ramah
terhadap semua orang.
Seorang bidan yang sudah diterima dalam lingkungan masyarakat hendaknya tetap dapat
memberikan pelayanan yang baik agar masyarakat merasa nyaman dan selalu mau menjaga
kesehatan diri untuk menciptakan masyarakat yang sehat.
Dalam menjalankan tugasnya seorang bidan berperan untuk meningktkan jangkauan dan mutu
pelayanan kesehatan kepada masyarakat terutama dalm pelayanan KB, KIA dan kegawat
daruratan sesuai dengan wewenang bidan serta menurunkan angka kematian ibu dan janin.
Seorang bidan mempunyai peran dan fungsi sebagai pelaksana, pengelola, pendidik dan peneliti.
Sebagai pelaksana seorang bidan mempunyai tugas memberikan pelayanan kepada anak, remaja,
dan wanita pra nikah. Sebagai pengelola seorang bidan memberikan pelayanan kepada
masyarakat serta meningkatkan kemampuan dukun bayi. Sebagai pendidik seorang bidan dapat
memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat serta membimbing kader
dan siswa bidan diwilayah kerjanya. Sebagai peneliti seorang bidan dapat melakukan penelitian
dalam bidang kesehatan.
Menurut WHO Promosi Kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu untuk mencapai derajat kesehatan
yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial, maka masyarakat harus mampu mengenal serta
mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya
(lingkungan fisik, sosial budaya dan sebagainya).
Promosi Kesehatan ( Health Promotion ) adalah ilmu dan seni membantu masyarakat menjadikan
gaya hidup mereka sehat optimal. Kesehatan yang optimal didefinisikan sebagai keseimbangan
kesehatan fisik, emosi, sosial, spiritual, dan intelektual. Agar promosi kesehatan dapat berjalan
secara sistematis, terarah dan terencana sesuai konsep promosi kesehatan bahwa individu dan
masyarakat bukan hanya sebagai objek/sasaran yang pasif menunggu tetapi juga sebagai pelaku
maka perlu pengelolaan program promosi kesehatan mulai dari pengkajian, perencanaan,
penggerakan pelaksanaan, pemantauan dan penilaian.
Dan agar promosi kesehatan berjalan secara efektif dan efesien maka pesan harus sesuai dengan
karakteristik serta kebutuhan / masalah sasaran. Sasaran utama promosi kesehatan adalah
masyarakat khususnya perilaku masyarakat. Karena terbatasnya sumber daya, akan tidak efektif
apabila upaya atau kegiatan promosi kesehatan langsung dialamatkan kepada masyarakat, oleh
karena itu perlu dilakukan pentahapan sasaran promosi kesehatan
Advokasi adalah suatu pendekatan kepada seseorang/ badan organisasi yang di duga mempunyai
pengaruh terhadap keerhasilan suatu program atau kelancaran suatu kegiatan.
Memberikan pendidikan kesehatan dan konseling dalam asuhan dan pelayanan kebidanan di
setiap tatanan pelayanan kesehatan agar mereka mampu memelihara dan meningkatkan
kesehatan mereka.
Ø Melaksanakan pendidikan kesehatan dan konseling dalam asuhan dan pelayanan kebidanan.Ø
Ø Mentorship dan preseptorsip bagi calon tenaga kesehatan dan bidan baru.Ø
Bidan mempunyai tanggung jawab untuk menciptakan, mengkondisikan iklim kelompok ang
harmonis, serta menfasilitasi terjadinya proses saling belajar dalam kelompok.
Upaya yang di lakukan bidan sebagai pendamping adalah menyadarkan dan mendorong
kelompok untuk mengenali potensi dan masalah, dan dapat mengembangkan potensinya untuk
memecahkan masalah itu.
Tetapi Dalam melaksanakan profesinya bidan memiliki peran sebagai pelaksana, pengelola,
pendidik, dan peneliti.
Menentukan diagnosis.Ø
Mengkaji status kesehatan dan kebutuhan anak remaja dan wanita dalam masa pranikah.ü
upaya upaya advokasi dapa difokuskan untuk membuat perubahan di tingkat lokal, daerah, atau
nasional dengan menargetkan penerimaan informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi bagi
para remaja .
Program program kesehatan reproduksi untuk remaja cenderung akan mencapai keberhasilan
maksimal jika program program tersebut :
melepaskan hambatan hambatan kebijakan dan mengubah pra anggapan para pemberi layanan
Memberikan informasi mengenai HIVØ & PMS di kalangan remaja, kehamilan dini ,
pendidikan seks bebasis sekolah dan memberikan pelayanan klinik bagi remaja.
Melibatkan Wanita Dalam Pengambilan Keputusan
o memberikan pandangan akibat yang akan di timbulkan atas keputusan yang ia ambil
Menyusun rencana asuhan kebidanan bersama klien sesuai dengan prioritas masalah.Ø
Membuat rencana tindak lanjut asuhan yang telah diberikan bersama klien.Ø
d) Memberi asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinar dengan melibatkan
klien/keluarga, mencakup:
Menyusun rencana asuhan kebidanan bersama klien sesuai dengar prioritas masalah.ü
Membuat rencana tindakan pada ibu selama masa persalinan sesuai dengan prioriras.ü
Menentukan diagnosis dan kebutuhan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.Ø
f) Memberi asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan melibatkan klien/keluarga,
mencakup:
g) Memberi asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang membutuhkan pelayanan keluarga
berencana, mencakup:
Mengkaji kebutuhan pelayanan keluarga berencana pada pus (pasangan usia subur)Ø
Mengkaji kebutuhan terutama yang berhubungan dengan kesehatan· ibu dan anak untuk
meningkatkan serta mengembangkan program pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya bersama
tim kesehatan dan pemuka masyarakat.
Mengoordinir, mengawasi, dan membimbing kader, dukun, atau· petugas kesehatan lain
dalam melaksanakan program/kegiatan pelayanan kesehatan ibu dan anak-serta KB.
Bidan berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan dan sektor lain di
wilayah kerjanya melalui peningkatan kemampuan dukun bayi, kader kesehatan, serta tenaga
kesehatan lain yang berada di bawah bimbingan dalam wilayah kerjanya, mencakup:
Bekerja sama dengan puskesmas, institusi lain sebagai anggotaü tim dalam memberi asuhan
kepada klien dalam bentuk konsultasi rujukan dan tindak lanjut.
Membina hubungan baik dengan dukun bayi dan kader kesehatanü atau petugas lapangan
keluarga berencaca (PLKB) dan masyarakat.
Melaksanakan pelatihan serta membimbing dukun bayi, kader dan petugas kesehatan lain.ü
Sebagai pendidik bidan memiliki 2 tugas yaitu sebagai pendidik dan penyuluh kesehatan bagi
klien serta pelatih dan pembimbing kader.
Bidan memberi pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada klien (individu, keluarga,
kelompok, serta maryarakat) tentang penanggulangan masalah kesehatan, khususnya yang
berhubungarn dengan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana, mencakup:
Menyusun rencana penyuluhan kesehatan sesuai dengan kebutuhan· yang telah dikaji, baik
untuk jangka pendek maupun jangka panjang bersama klien.
Menyiapkan alat serta materi pendidikan dan penyuluhan sesuai dengan rencana yang telah
disusun.·
Bidan melatih dan membimbing kader, peserta didik kebidanan dan keperawatan, serta membina
dukun dl wilayah atau tempat kerjanya, mencakup:
Mengkaji kebutuhan pelatihan dan bimbingan bagi kader, dukun bayi, serta peserta didikü
Menyiapkan alat bantu mengajar (audio visual aids, AVA) danü bahan untuk keperluan
pelatihan dan bimbingan sesuai dengan rencana yang telah disusun.
Melaksanakan pelatihan untuk dukun bayi dan kader sesuai denganü rencana yang telah
disusun dengan melibatkan unsur-unsur terkait.
Mendokumentasikan semua kegiatan termasuk hasil evaluasi pelatihan serta bimbingan secara
sistematis dan lengkap.ü
Bidan melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang kesehatan baik secara mandiri
maupun berkelompok, mencakup:
Memanfaatkan hasil investigasi untuk meningkatkan dan mengembangkan program kerja atau
pelayanan kesehatan.
Berdasarkan peran bidan seperti yang dikemukakan di atas, maka fungsi bidan adalah sebagai
berikut.
Fungsi Pelaksana
Melakukan bimbingan dan penyuluhan kepada individu, keluarga, serta masyarakat (khususnya
kaum remaja) pada masa praperkawinan.
Melakukan asuhan kebidanan untuk proses kehamilan normal, kehamilan dengan kasus patologis
tertentu, dan kehamilan dengan risiko tinggi.
Merawat bayi segera setelah lahir normal dan bayi dengan risiko tinggi.
Melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas.
Memberi bimbingan dan pelayanan kesehatan untuk kasus gangguan sistem reproduksi,
termasuk wanita pada masa klimakterium internal dan menopause sesuai dengan wewenangnya.
Fungsi Pengelola
Melakukan kerja sama serta komunikasi inter dan antarsektor yang terkait dengan pelayanan
kebidanan
Fungsi Pendidik
Memberi penyuluhan kepada individu, keluarga, dan kelompok masyarakat terkait dengan
pelayanan kebidanan dalam lingkup kesehatan serta keluarga berencana.
Membimbing dan melatih dukun bayi serta kader kesetan sesuai dengan bidang tanggung jawab
bidan.
Memberi bimbingan kepada para peserta didik bidan dalam kegiatan praktik di klinik dan di
masyarakat.
Mendidik peserta didik bidan atau tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan bidang keahliannya.
Fungsi Peneliti
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Menurut WHO Promosi Kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu untuk mencapai derajat kesehatan
yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial, maka masyarakat harus mampu mengenal serta
mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya
(lingkungan fisik, sosial budaya dan sebagainya).
o Pelaksana
o Pengelola
o Pendidik
o Peneliti
SARAN
Dari penjelasan beberapa poin di atas dapat kita lihat bahwa peran dan fungsi seorang bidan
dalam promosi kesehatan sangat penting untuk melaksanakan program kesehatan baik pada masa
remaja, pra nikah, PUS, masa kehamilan, proses persalinan, masa nifas, dan usia lanjut.
Semoga beberapa penjelasan diatas dapat menginspirasi kita semua utamanya kita para
mahasiswa kebidanan generasi penerus. Insya Allah Aamiin….
Peran Bidan
Sebagai pelaksana bidan memiliki 3 kategori tugas yaitu tugas mandiri, tugas kolaborasi, dan
tugas ketergantungan. Bidan mempunyai tugas mandiri sebagai pelaksana untuk memberikan
asuhan kebidanan pada klien dalam masa persalinan dengan melibatkan klien/ keluarga dan
memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir. (Heni, P.W., Asmar Y.Z., 2005). Dalam
ruang lingkup yang lebih luas dalam hal ini bidan menolong persalinan, mendukung ibu untuk
menyusui termasuk membantu terlaksananya Inisiasi Menyusu Dini yang benar. ( Utami, R,
2008)
Bidan memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada individu, keluarga, masyarakat
tentang penanggulangan masalah kesehatan khususnyan yang berhubungan dengan pihak terkait
dengan kesehatan ibu, anak dan Keluarga Berencana. (Heni, P.W., Asmar Y.Z., 2005).
Dalam persiapan pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini bidam memotivasi ibu hamil dan suami/
keluarga untuk melakukan pertemuan, untuk membahas keuntungan ASI, tatalaksana menyusui
yang benar, dan Inisiasi Menyusu Dini. (Utami, R, 2008).
Melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidan kesehatan baik secara mandiri
ataupun secara kelompok. (Heni, P.W., Asmar Y.Z., 2005).
Definisi Bidan Ada beberapa pengertian tentang bidan. Dari berbagai pengertian tersebut dapat
disimpulakan bahwa bidan adalah orang yang pertama yang melakukan penyelamat kelahiran
sehingga ibu dan bayinya lahir dengan selamat. Pada saat ini pengertian bidan adalah seseorang
yang telah menyelesaikan pendidikan kebidanan yang diakui dan mendapatkan lisensi untuk
melaksanakan praktek kebidanan. (Wahyuningsih, 2005)
1. Tugas mandiri
Memberikan pelayanan dasar pada anak remaja dan wanita pra nikah dengan melibatkan klien.
Memberikan asuhan kebidanankepada klien dalam masa persalinan dengan melibatkan klien /
keluarga.
Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir. Asuhan yang diberikan oleh bidan
diantaranya adalah :
Keberhasilan pemberian ASI Eksklusif diperlukan petugas kesehatan terutama petugas perinatal
yang terlatih dan mengerti akan seluk beluk menyusui. Agar dapat melayani ibu-ibu menyusui
secara efektif, maka perlu didukung oleh peraturan instansi yang searah berupa : bayi harus
segera menyusu dan sesuai dengan keinginannya, rawat gabung, bayi tidak boleh disusui atau
diberi makanan “Prelakteal”. (madu, air gula, aquades, glukosa). Dan pemakaian dot atau
empongan (pacifer).
– Klinik laktasi
Bidan dapat bertemu langsung dengan pasangan ibu dan bayi, memeriksa bayi secara
menyeluruh, memeriksa buah dada ibu, dan melakukan pengamatan dengan seksama cara
menyusui bayinya. Dengan demikian dapat diketahui segala masalah pasangan ibu dan bayinya
sehingga dapat diberikan penanggulangan yang sesuai termasuk perbaikan gizi ibu guna
keberhasilan laktasi. Kalau perlu dilakukan kunjungan rumah oleh bidan. (Soetjiningsih, 2000)
Memberikan asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan melibatkan klien / keluarga.
Memberikan asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang membutuhkan pelayanan keluarga
bercncana.
Memberikan asuhan kebidanan pada wanita gangguan sistem reproduksi dan wanita dalam masa
klimakterium dan menopause.
Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan resiko tinggi dan pertolongan pertama
pada kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan resiko tinggi dan dan keadaan
kegawatan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi dengan
melibatkan klien dan keluarga.
Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan resiko tinggi dan pertolongan
pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan klien
dan keluarga.
Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan resiko tinggi dan mengalami
komplikasi serta kegawat daruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan melibatkan
keluarga.
Memberikan asuhan kebidanan pada balita dengan resiko tinggi yang mengalami komplikasi
atau kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi yang melibatkan keluarga.
Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai dengan fungsi
keterlibatan klien dan keluarga.
Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu hamil dengan resiko
tinggi dan kegawatdaruratan.
Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada masa persalinan dengan
penyulit tertentu dengan melibatkan klien dan keluarga.
Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu dalam masa nifas
dengan penyulit tertentu dengan keadaan kegawatdaruratan dengan melibatkan klien dan
keluarga.
Memberikan asuhan pada bayi baru lahir dengan kelainan tertentu dan kegawatan yang
memerlukan konsultasi dan rujukan dengan melibatkan keluarga.
Memberikan asuhan kebidanan kepada anak balita dengan kelainan tertentu dan kegawatan yang
memerlukan konsultasi dan rujukan dengan melibatkan klien / keluarga.
Berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan dan sektor lain di wilayah
kerjanya melalui peningkatan kemampuan dukun bayi, kader kesehatan dan tenaga kesehatan
lain yang berada di bawah bimbingan wilayah kerjanya.
Memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada individu, keluarga dan masyarakat
tentang penanggulangan masalah kesehatan khususnya yang berhubungan dengan pihak terkait
kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana.
Walaupun sudah dipersiapkan dengan baik serta ditambah pelayanan pascanatal yang sesuai,
masih sering timbul masalah menyusui yang perlu ditanggulangi agar laktasi dapat
dipertahankan. Anggota Tim Manajemen Laktasi (TML) akan menjawab serta memecahkan
masalah mengenai pemberian ASI Eksklusif melalui konsultasi yang bila perlu akan dilanjutkan
kunjungan rumah. (Soetjiningsih, 2000)
Melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang kesehatan baik secara mandiri
maupun secara kelompok
Ruang lingkup yang menjadi kajian mata kuliah ini meliputi hal-hal berikut ini strategi promosi
kesehatan yang merupakan salah satu upaya pendidikan kesehatan secara utuh termasuk peran
dan kedudukan analisis kesehatan dan laboratorium keseatan dalam mewujudkan perubahan
perilaku kelompok sasaran dan masyarakat luas pada umumnya.
Mg Kemampuan Akhir Bahan Kajian Bentuk/ Metode/ Kriteria Penilaian (indikator) Waktu Bela
Ke yang Diharapkan (Materi Ajar) ModelPembelajaran Tatap Tug
Muka Terstu
1 Mahasiswa Konsep dasar Ceramah kemampuan menjelaskan 100
mampu promosi
memahami kesehatan
tentang konsep
promosi
kesehatan
2 Mahasiswa Ruang lingkup Ceramah, small Kelengkapan dan kebenaran 100
mampu promosi group discussion identifikasi
memahami ruang kesehatan
lingkup promosi
kesehatan
Jumlah
16 Remedy bg mhs yg blm mencapai kompetensi
Daftar Pustaka:
Nesi Novita,Yunetra Fransisca.2011.Promosi Kesehatan dalam pelayanan kebidanan,Jakarta : Salemba
Medika
Lanjut ke konten
Perihal
RENCANA PEMBELAJARAN
SEMESTER
ON 7 SEPTEMBER 2015 BY BIDANALFA
Semester : I (satu)
SKS :4
Deskripsi MK :
Mata kuliah ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk dapat memahami
konsep kebidanan secara komprehensif yang meliputi kerangka filosofis kebidanan,
paradigma asuhan kebidanan, metodologi asuhan kebidanan, model dan teori dalam
praktik kebidanan, peran dan fungsi bidan, konsep profesi bidan sebagai tenaga
profesional, perkembangan profesi bidan dan pendidikan bidan secara nasional dan
internasional, prospek pengembangan karir bidan, sistem penghargaan bagi bidan, dan
pendekatan manajemen dalam asuhan kebidanan.
Capaian Pembelajaran MK:
1. Sikap:
2. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap religius ;
3. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas berdasarkan agama,
moral dan etika;
4. Berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
bernegara, dan peradaban berdasarkan Pancasila;
5. Berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air, memiliki
nasionalisme serta rasa tanggungjawab pada negara dan bangsa;
6. Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, agama, dan kepercayaan, serta
pendapat atau temuan orisinal orang lain;
7. Bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian terhadap masyarakat dan
lingkungan;
8. Taat hukum dan disiplin dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara ;
9. Menginternalisasi nilai, norma, dan etika akademik;
10. Menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang keahliannya secara
mandiri;
11. Menginternalisasi semangat kemandirian, kejuangan, dan kewirausahaan
12. Keterampilan Umum:
13. Mampu menyelesaikan pekerjaan berlingkup luas dan menganalisis data dengan
beragam metode yang sesuai , baik yang belum maupun yang sudah baku ;
14. Mampu menunjukkan kinerja bermutu dan terukur;
15. Mampu memecahkan masalah pekerjaan dengan sifat dan konteks yang sesuai dengan
bidang keahlian terapannya, didasarkan pada pemikiran logis, inovatif, dan
bertanggung jawab atas hasilnya secara mandiri;
16. Mampu menyusun laporan hasil dan proses kerja secara akurat dan sahih, serta
mengomunikasikannya secara efektif kepada pihak lain yang membutuhkan;
17. Mampu bekerja sama, berkomunikasi, dan berinovatif dalam pekerjaannya
18. Mampu bertanggungjawab atas pencapaian hasil kerja kelompok dan melakukan
supervisi dan evaluasi terhadap penyelesaian pekerjaan yang ditugaskan kepada
pekerja yang berada di bawah tanggungjawabnya;
19. Mampu melakukan proses evaluasi diri terhadap kelompok kerja yang berada dibawah
tanggungjawabnya , dan mengelola pengembangan kompetensi kerja secara mandiri;
20. Mampu mendokumentasikan, menyimpan, mengamankan, dan menemukan kembali
data untuk menjamin kesahihan dan mencegah plagiasi;
3. Keterampilan Khusus:
4. Mampu mengidentifikasi konsep kebidanan dengan menggunakan kemampuan yang
komprehensif.
5. Mampu melaksanakan konsep kebidanan dengan menggunakan kemampuan yang
komprehensif.
6. Mampu mengembangkan konsep kebidanan dalam pelayanan kebidanan,.
4. Pengetahuan:
5. Menjelaskan konsep kebidanan berdasarkan pengertian dan kerangka filosofis
lahirnya profesi bidan, sejarah perkembangan bidan dan pendidikan kebidanan di
Indonesia dan dunia, paradigma asuhan kebidanan, peran dan fungsi bidan, teori dan
model konseptual asuhan kebidanan, konsep dasar manajemen kebidanan, kompetensi
bidan Indonesia, standar pelayanan praktik kebidanan di Indonesia konsep kebidanan
sebagai dasar dalam praktik asuhan kebidanan, prinsip pengembangan karir bidan dan
sistem penghargaan bidan.
6. Mengembangkan konsep kebidanan berdasarkan pengertian dan kerangka filosofis
lahirnya profesi bidan, sejarah perkembangan bidan dan pendidikan kebidanan di
Indonesia dan dunia, paradigma asuhan kebidanan, peran dan fungsi bidan, teori dan
model konseptual asuhan kebidanan, konsep dasar manajemen kebidanan, kompetensi
bidan Indonesia, standar pelayanan praktik kebidanan di Indonesia konsep kebidanan
sebagai dasar dalam praktik asuhan kebidanan, prinsip pengembangan karir bidan dan
sistem penghargaan bidan.
7. Mengaplikasikan konsep kebidanan berdasarkan pengertian dan kerangka filosofis
lahirnya profesi bidan, sejarah perkembangan bidan dan pendidikan kebidanan di
Indonesia dan dunia, paradigma asuhan kebidanan, peran dan fungsi bidan, teori dan
model konseptual asuhan kebidanan, konsep dasar manajemen kebidanan, kompetensi
bidan Indonesia, standar pelayanan praktik kebidanan di Indonesia konsep kebidanan
sebagai dasar dalam praktik asuhan kebidanan, prinsip pengembangan karir bidan dan
sistem penghargaan bidan.
– Pelayanan
kebidanan
– Praktik kebidanan
– Asuhan kebidanan
Mahasiswa
Sejarah perkembangan
mampu
pelayanan dan
menjelaskan
pendidikan kebidanan
perkembangan
Perhatian, minat,
profesi Ceramah,
sikap, keterampilan,
2 pelayanan dan – Perkembangan di diskusi dan 100 5%
dan penguasaan
pendidikan luar negeri tanya jawab
materi
kebidanan
secara nasional
dan – Perkembangan di
internasional
dalam negeri
Paradigma asuhan
kebidanan
– Pengertian
paradigma
Mahasiswa
mampu Perhatian, minat,
– komponen Ceramah,
menjelaskan sikap, keterampilan,
3-4 paradigma kebidanan diskusi dan 2×200 5%
paradigma dan penguasaan
tanya jawab
asuhan materi
kebidanan
· Manusia
· Lingkungan
· Kesehatan
· Kebidanan
– Macam – macam
asuhan kebidanan
– Manfaat
paradigma dikaitkan
dengan asuhan
kebidanan
4. Kebidanan sebagai
Mahasiswa profesi Perhatian, minat,
mampu Ceramah,
sikap, keterampilan,
5 mengidentifikasi diskusi dan 200 5%
– Profesi bidan dan penguasaan
kebidanan tanya jawab
materi
sebagai profesi
– Profesionalisme
Mahasiswa
– Peran fungsi bidan Perhatian, minat,
mampu Ceramah,
sikap, keterampilan,
6 menjelaskan diskusi dan 100 5%
dan penguasaan
peran fungsi – Praktek tanya jawab
materi
bidan professional bidan
Mahasiswa
mampu
7 UTS 200 20
menjawab soal
UTS
– Ramona
– Ernestin
– Jen ball
Model konseptual
asuhan kebidanan
– Midwifery Care
– Paradigma sehat
Konsep kebidanan
sebagai dasar dalam
praktik kebidanan,
Manajemen Kebidanan
Mahasiswa
– konsep dan prisip
mampu
menggunakan manajemen pada Perhatian, minat,
Ceramah,
10- konsep sikap, keterampilan,
umumnya diskusi dan 2×200 5%
11 kebidanan dan penguasaan
tanya jawab
sebagai dasar materi
dalam praktik – pengertian
kebidanan
manajemen kebidanan
– langkah- langkah
manajemen kebidanan
Lingkup Praktek
kebidanan
– Ruang
lingkup dan sasaran
– Lahan praktik
pelayanan kebidanan
Pengorganisasian
praktek asuhan
kebidanan
–
Pelayanan mandiri
– Kolaborasi
– Rujukan
Mahasiswa
Prinsip pengembangan
mampu Perhatian, minat,
karir Ceramah,
menjelaskan sikap, keterampilan,
13 diskusi dan 200 10
prinsip dan penguasaan
tanya jawab
pengembangan – pendidikan lanjut materi
karir bidan
– job fungsional
– prinsip
pengembangan karir
bidan dikaitkan dengan
peran, fungsi, dan
tanggung jawab
Proses Berubah
– Pengertian
– Macam- macam
perubahan
– Ciri-ciri
perubahan pemasaran
sosial jasa asuhan
kebidanan
Mahasiswa
mampu
14 UAS 200 30
menjawab soal
UAS
Jumlah 2.900 10
Daftar Pustaka:
1. Kroll, D.L. 1996. Midwifery Care for The Future. First Edition. Bailliere Tindal,
London
2. Varney, 1997, Varney’s Midwifery, 3rd Edition, Jones and Barlet Publishers,
Sudbury: England
3. Pyne, R.H. 1992. Professional Disciplin in Nursing, Midwifery, and Health Visiting.
Balackwell Scientific, London
4. 2002. Health Promotion in Midwidery Practice. Bailliere Tindall, London
5. 2000. Promosi Kesehatan. Depkes RI, Jakarta
6. Webb, P. 1994, Health Promotion and Patient Education. Chapma & Hall, London
UK
Iklan
Report this ad
Report this ad