Anda di halaman 1dari 5

PHBS Masyarakat Pesisir

A. Maksud dan Tujuan PHBS


Perilaku Hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan langkah yang harus dilakukan untuk
mencapai derajat kesehatan yang optimal bagi setiap orang. Kondisi sehat tidak serta merta
terjadi, tetapi harus senantiasa diupayakan dari yang tidak sehat menjadi hidup yang sehat
serta menciptakan lingkungan yang sehat. Upaya dalam PHBS yaitu memberikan
pengalaman belajar bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka
jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, guna meningkatkan
pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan Advokasi, Bina Suasana (Social
Support) dan Gerakan Masyarakat (Empowerment) sehingga dapat menerapkan cara-cara
hidup sehat, dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat
(Depkes RI 2006).

Dalam mengupayakan perilaku ini dibutuhkan komitmen bersama-sama saling mendukung


dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya keluarga sehingga
pembangunan kesehatan dapat tercapai maksimal. Upaya ini harus dimulai dari menanamkan
pola pikir sehat kepada masyarakat yang harus dimulai dan diusahakan oleh diri sendiri.

Tujuan PHBS adalah meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan dan kemampuan


masyarakat agar hidup bersih dan sehat serta masyarakat dapat berperan aktif dalam
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.

B. Perilaku Kesehatan yang termasuk dalam PHBS


1) PHBS dalam bidang gizi adalah makan dengan gizi seimbang, minum tablet besi selama
hamil, memberi bayi ASI eksklusif, mengkonsumsi garam beryodium, memberi bayi dan
balita kapsul vitamin A.
2) PHBS bidang KIA dan KB adalah memeriksa kehamilan, persalinan ditolong tenaga
kesehatan, menimbang balita setiap bulan, mengimunisasi lengkap bayi, ikut Keluarga
Berencana, makan makanan bergizi dan ibu hamil tidak merokok.
3) PHBS bidang kesehatan lingkungan misalnya cuci tangan dengan sabun dan air setelah
buang air besar, menghuni rumah sehat, memiliki akses dan menggunakan jamban,
memberantas jentik nyamuk, membuang sampah ditempat sampah dan mencuci tangan.
4) PHBS bidang pemeliharaan kesehatan, misalnya: memiliki jaminan pemeliharaan
kesehatan, aktif mengurus Usaha Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM)/sebagai
kader, memanfaatkan puskesmas/sarana kesehatan.
5) PHBS bidang gaya hidup sehat, misalnya: tidak merokok di dalam rumah, melakukan
aktivitas fisik/olah raga setiap hari, makan sayur dan buah-buahan setiap hari.
6) PHBS bidang obat dan farmasi, misalnya: memiliki tanaman obat keluarga, tidak
menggunakan napza, menggunakan obat generik, jauhkan anak dari bahan- bahan
berbahaya/beracun, minum oralit jika diare (Depkes, 2006).

C. Gambaran PHBS di Masyarakat Pesisir


Perilaku Hidup Bersih dan Sehat merupakan salah satu bentuk tindakan atau kegiatan sehari-
hari individu, keluarga, dan masyarakat yang tercermin pada pola hidup mereka dalam
menjaga kesehatannya. Masyarakat pesisir menganggap bahwa PHBS bukan merupakan
suatu kebutuhan utama bagi mereka, dan persepsi masyarakat pesisir itu sendiri berbeda
tentang konsep hidup sehat.

Terlihat seolah-olah mereka cenderung tidak peduli terhadap kondisi rumah sebagai tempat
tinggalnya, kesehatan ibu dan bayinya, kesehatan balita, sanitasi lingkungan dan kebersihan
diri (personal hygiene). Mereka cenderung lebih memikirkan kebutuhan ekonomi, memenuhi
kebutuhan sandang dan pangan keluarga.

Pada daerah pesisir seringkali mendapat masalah kesehatan, hal ini disebabkan karena
kurangnya perilaku hidup bersih dan sehat serta kebanyakan masyarakat daerah pesisir
membuat rumah diatas laut sehingga tidak memiliki septic tank dan limbah langsung dibuang
ke laut. Adapun gangguan kesehatan yang seringkali dialami oleh masyarakat pesisir ialah
kurang gizi, kelainan kulit karena seringkali terpapar cahaya matahari (hyperpigmentasi) baik
di muka maupun ditangan, serta kelainan mata (Kartikasari, 2017).
D. Faktor yang Mempengaruhi PHBS di Masyarakat Pesisir
 Faktor predisposisi, seperti pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai,
tradisi, dan sebagainya.
 Faktor enabling, seperti sarana, prasarana, fasilitas.
 Faktor reinforcing, yaitu faktor-faktor yang mendorong dan memperkuat terjadinya
perilaku.

WHO merumuskan determinan perilaku ini sangat sederhana. Dikatakan mengapa seseorang
berperilaku, karena ada 4 alasan pokok, yaitu :
1) Pemikiran dan perasaan
Hasil pemikiran-pemikiran dan perasaan-perasaan seseorang atau lebih tepat diartikan
pertimbangan-pertimbangan pribadi terhadap objek atau stimulus, merupakan modal awal
untuk bertindak atau berperilaku.
2) Adanya acuan atau referensi dari seseorang atau pribadi yang dipercayai (personal
references). Di dalam masyarakat, dimana sikap paternalistik masih kuat, maka
perubahan perilaku masyarakat bergantung acuan kepada tokoh masyarakat setempat.
3) Sumber daya yang tersedia
Pendukung terjadinya perubahan perilaku seperti sarana, prasarana, fasilitas
4) Sosio budaya setempat biasanya sangat berpengaruh terhadap terbentuknya perilaku
seseorang. Hal ini dapat kita lihat dari perilaku tiap-tiap etnis berbeda-beda, karena
memang masing-masing etnis mempunyai budaya berbeda yang khas.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang
kesehatan ditentukan dan dibentuk oleh pengetahuan yang diterima.

E. Metode/Teknik KIE untuk Meningkatkan PHBS


Rendahnya perilaku hidup bersih dan sehat pada masyarakat pesisir yang disebabkan oleh
kurangnya pengetahuan dan sikap masyarakat mengenai perilaku hidup bersih dan sehat.
Oleh karena itu, perlu diberikannya upaya-upaya Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE)
dalam rangka meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku hidup bersih dan sehat pada
masyarakat pesisir. Selain itu, juga perlu ditingkatkan peran kader-kader kesehatan sebagai
agen perubahan dalam rangka sosialisasi pesan perilaku hidup bersih dan sehat secara
berkesinambungan.

Tahap kegiatan :
a. Tahap Pertama: Persiapan
Pada tahap ini dilakukan persiapan berupa: perijinan lokasi kegiatan, pembuatan
kuesioner penelitian, pengembangan bahan KIE yang akan digunakan dalam penyuluhan
kesehatan.
b. Tahap Kedua : Pelaksanaan Kegiatan
Pada tahap ini dilakukan kegiatan penyuluhan dan sosialisasi perilaku hidup bersih dan
sehat melalui media KIE seperti poster, booklet, dan lain-lain.
c. Tahap Ketiga : Pemilihan dan optimalisasi peran kader kesehatan
Pada tahap ini dilakukan pemilihan kader kesehatan, dan optimalisasi peran mereka
dalam peningkatan perilaku PHBS, melalui focus group discussion.
d. Tahap Keempat: Monitoring dan Evaluasi
Pada tahap ini dilakukan monitoring dan evaluasi kegiatan secara keseluruhan baik tim
maupun kader kesehatan mengenai upaya-upaya peningkatan pengetahuan, sikap, dan
perilaku hidup bersih dan sehat.
e. Tahap Kelima: Penulisan Laporan Kegiatan
Pada tahapan ini dilakukan penulisan laporan kegiatan.
Sumber:
Andriansyah, Yuli dan Desi Natalia Rahmantari. 2013. Penyuluhan dan Praktik PHBS dalam
Mewujudkan Masyarakat Desa Peduli Sehat. Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan Vol 2
No.1.
Nursavira, Adinda Cindy, dkk. 2019. Makalah Kajian Masyarakat Pantai Tasikmalaya Pesisir
Pantai. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember.
Sari, Sondha. 2009. Pengaruh Persepsi dan Dukungan Sosial Terhadap Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat Pada Masyarakat Nelayan Desa Bagan Kuala Kecamatan Tanjung Beringin
Kabupaten Serdang Bedagai. Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Silviana, Intan, dkk. 2015. Upaya Komunikasi, Informasi, Dan Edukasi (Kie) Dalam
Peningkatan Pengetahuan Mengenai Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (Phbs) Tatanan
Rumah Tangga Pada Ibu Nelayan Di Muara Angke, Jakarta. Jurna Abdimas Volume
2 Nomor 1, September 2015.

Anda mungkin juga menyukai