Terlihat seolah-olah mereka cenderung tidak peduli terhadap kondisi rumah sebagai tempat
tinggalnya, kesehatan ibu dan bayinya, kesehatan balita, sanitasi lingkungan dan kebersihan
diri (personal hygiene). Mereka cenderung lebih memikirkan kebutuhan ekonomi, memenuhi
kebutuhan sandang dan pangan keluarga.
Pada daerah pesisir seringkali mendapat masalah kesehatan, hal ini disebabkan karena
kurangnya perilaku hidup bersih dan sehat serta kebanyakan masyarakat daerah pesisir
membuat rumah diatas laut sehingga tidak memiliki septic tank dan limbah langsung dibuang
ke laut. Adapun gangguan kesehatan yang seringkali dialami oleh masyarakat pesisir ialah
kurang gizi, kelainan kulit karena seringkali terpapar cahaya matahari (hyperpigmentasi) baik
di muka maupun ditangan, serta kelainan mata (Kartikasari, 2017).
D. Faktor yang Mempengaruhi PHBS di Masyarakat Pesisir
Faktor predisposisi, seperti pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai,
tradisi, dan sebagainya.
Faktor enabling, seperti sarana, prasarana, fasilitas.
Faktor reinforcing, yaitu faktor-faktor yang mendorong dan memperkuat terjadinya
perilaku.
WHO merumuskan determinan perilaku ini sangat sederhana. Dikatakan mengapa seseorang
berperilaku, karena ada 4 alasan pokok, yaitu :
1) Pemikiran dan perasaan
Hasil pemikiran-pemikiran dan perasaan-perasaan seseorang atau lebih tepat diartikan
pertimbangan-pertimbangan pribadi terhadap objek atau stimulus, merupakan modal awal
untuk bertindak atau berperilaku.
2) Adanya acuan atau referensi dari seseorang atau pribadi yang dipercayai (personal
references). Di dalam masyarakat, dimana sikap paternalistik masih kuat, maka
perubahan perilaku masyarakat bergantung acuan kepada tokoh masyarakat setempat.
3) Sumber daya yang tersedia
Pendukung terjadinya perubahan perilaku seperti sarana, prasarana, fasilitas
4) Sosio budaya setempat biasanya sangat berpengaruh terhadap terbentuknya perilaku
seseorang. Hal ini dapat kita lihat dari perilaku tiap-tiap etnis berbeda-beda, karena
memang masing-masing etnis mempunyai budaya berbeda yang khas.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang
kesehatan ditentukan dan dibentuk oleh pengetahuan yang diterima.
Tahap kegiatan :
a. Tahap Pertama: Persiapan
Pada tahap ini dilakukan persiapan berupa: perijinan lokasi kegiatan, pembuatan
kuesioner penelitian, pengembangan bahan KIE yang akan digunakan dalam penyuluhan
kesehatan.
b. Tahap Kedua : Pelaksanaan Kegiatan
Pada tahap ini dilakukan kegiatan penyuluhan dan sosialisasi perilaku hidup bersih dan
sehat melalui media KIE seperti poster, booklet, dan lain-lain.
c. Tahap Ketiga : Pemilihan dan optimalisasi peran kader kesehatan
Pada tahap ini dilakukan pemilihan kader kesehatan, dan optimalisasi peran mereka
dalam peningkatan perilaku PHBS, melalui focus group discussion.
d. Tahap Keempat: Monitoring dan Evaluasi
Pada tahap ini dilakukan monitoring dan evaluasi kegiatan secara keseluruhan baik tim
maupun kader kesehatan mengenai upaya-upaya peningkatan pengetahuan, sikap, dan
perilaku hidup bersih dan sehat.
e. Tahap Kelima: Penulisan Laporan Kegiatan
Pada tahapan ini dilakukan penulisan laporan kegiatan.
Sumber:
Andriansyah, Yuli dan Desi Natalia Rahmantari. 2013. Penyuluhan dan Praktik PHBS dalam
Mewujudkan Masyarakat Desa Peduli Sehat. Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan Vol 2
No.1.
Nursavira, Adinda Cindy, dkk. 2019. Makalah Kajian Masyarakat Pantai Tasikmalaya Pesisir
Pantai. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember.
Sari, Sondha. 2009. Pengaruh Persepsi dan Dukungan Sosial Terhadap Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat Pada Masyarakat Nelayan Desa Bagan Kuala Kecamatan Tanjung Beringin
Kabupaten Serdang Bedagai. Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Silviana, Intan, dkk. 2015. Upaya Komunikasi, Informasi, Dan Edukasi (Kie) Dalam
Peningkatan Pengetahuan Mengenai Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (Phbs) Tatanan
Rumah Tangga Pada Ibu Nelayan Di Muara Angke, Jakarta. Jurna Abdimas Volume
2 Nomor 1, September 2015.