Anda di halaman 1dari 21

BAB I

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak asasi dan sekaligus merupakan investasi

sumber daya manusia, serta memiliki kontribusi yang besar untuk

meningkatkan Indeks Pembangunan Masyarakat (IPM). Oleh karena itu

menjadi suatu keharusan bagi semua pihak untuk memelihara, meningkatkan,

dan melindungi kesehatan demi kesejahteraan masyarakat Indonesia. Dalam

UU No. 23 tahun 1992 dinyatakan bahwa pembangunan kesehatan bertujuan

mewujudkan tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap

penduduk agar dapat mewujudkan kesehatan masyarakat yang optimal

melalui pemberdayaan masyarakat sebagai salah satu unsur kesejahteraan

umum dan tujuan nasional (Damanik, 2011).

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Dari pengalaman dan

penelitian ternyata perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng

dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Wawan dan Dewi,

2010).

Upaya untuk mendukung perilaku masyarakat agar mendukung

peningkatan derajat kesehatan dilakukan melalui program pembinaan

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai

hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau

masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan

dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. Hingga saat ini

perilaku hidup sehat menjadi satu perhatian khusus terutama bagi


pemerintah. Hal ini karena PHBS dijadikan sebagai tolak ukur dalam

pencapaian untuk meningkatkan cakupan kesehatan pada program

Sustainable Development Goals (SDGs) tahun 2015- 2030. PHBS dalam

SDGs merupakan salah satu bentuk upaya pencegahan yang menimbulkan

dampak jangka pendek di dalam peningkatan kesehatan pada tiga tempat

antara lain, pada lingkup anggota keluarga, masyarakat umum, serta sekolah

(Kemenkes RI, 2015).alinan oleh tenaga kesehatan, menimbang balita setiap

bulan, mengimunisasi lengkap bayi, menjadi akseptor keluarga keberhasilan

pembinaan PHBS, praktik PHBS yang diukur adalah yang dijumpai di tatanan

rumah tangga (Kemenkes, 2011).

Menurut teori Health beliefe model yang dikembangkan oleh

Rosenstock (1950) dalam Notoatmodjo (2007), kemungkinan individu untuk

mengambil tindakan tepat untuk perilaku sehat/sakit dipengaruhi oleh : (1)

keyakinan tentang kerentanan individu terhadap keadaan sakit; (2) keyakinan

tentang keseriusan atau keganasan penyakit; (3) keyakinan tentang manfaat;

dan (4) isyarat atau petunjuk aksi (Cuest), (Notoatmodjo, 2007). Teori Health

Belief Model didasarkan atas 3 faktor esensial yaitu: (1) kesiapan individu

untuk merubah perilaku dalam rangka menghindari suaatu penyakit atau

memperkecil risiko kesehatan; (2) adanya dorongan dalam lingkungan

individu yang membuatnya merubah perilaku; dan (3) perilaku itu sendiri yang

dipengaruhi oleh karakteristik individu, interaksi yang berkaitan dengan

informasi kesehatan, dan pengalaman yang merubah perilaku (Notoatmodjo,

2007).
Terdapat tiga faktor yang masingmasing faktor mempunyai pengaruh

tersendiri terhadap perilaku hidup bersih dan sehat. Ketiga faktor tersebut

yaitu faktor pemudah, faktor pemungkin, dan faktor penguat (Green, 1980).

Faktor pemudah (predisposing factor) faktor ini mencakup aspek

tingkat pengetahuan individu serta sikapnya dalam menerapkan PHBS di

masyarakat. Faktor tersebut merupakan dasar seseorang dalam berperilaku

maupun menjadi motivasi bagi seseorang akibat dari kebiasaan yang

dilakukan, tradisi pada lingkungannya, serta kepercayaan yang dianut, dan

tingkat pendidikan juga sosial ekonominya.

Kedua adalah faktor pemungkin (enabling factor) yang merupakan

pemicu adanya suatu perilaku yang memungkinkan suatu tindakan agar

terlaksana. Faktor ini meliputi tersedianya alat atau fasilitas kesehatan bagi

rumah tangga, misalnya air bersih, rumah sehat yang bertambah jumlahnya,

tempat untuk pembuangan sampah, tersedianya jamban pada tiap rumah.

Ketiga yaitu faktor penguat (reinforcing factor), dimana faktor ini

merupakan perwujudan yang dimunculkan dalam bentuk sikap seseorang

atau petugas, perilaku petugas kesehatan, maupun tokoh agama dan tokoh

masyarakat. Pihak-pihak tersebut dijadikan tokoh panutan bagi masyarakat

dalam melakukan suatu tindakan pada lingkungan masyarakat. Contohnya,

ada seorang kader kesehatan yang sedang memberikan penyuluhan atau

informasi mengenai PHBS pada masyarakat sekitar. Tindakan ini biasanya

akan menjadi sebuah penguat atau pendorong bagi masyarakat untuk

melakukan kebiasaan pola hidup sehat (Green, 1980). Penerapan dari

perilaku di tingkat rumah tangga merupakan bentuk pemberdayaan semua

anggota keluarga agar mereka mengetahui, mau, dan dapat menerapkan


PHBS pada kehidupan sehari-hari. Anggota keluarga juga diharapkan ikut

berperan aktif didalam gerakan kesehatan pada lingkungan masyarakat.

Salah satu upaya yang dilakukan yaitu melalui kegiatan promosi kesehatan

yang terintegrasi. Upaya tersebut bertujuan agar PHBS dapat tercapai dan

nantinya diharapkan masyarakat akan lebih paham mengenai masalah

kesehatan yang terjadi pada individu dan di lingkungan masyarakat

(Kemenkes RI, 2011).

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka tuuan penulisan ini adalah

untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait pentingya perilaku

hidup bersih dan sehat sebagai cara memperoleh derajat Kesehatan yang

ekonomis.

2. Rumusan Masalah
Dengan kodisi masyarakat yang masih kurang kesadaran akan pentingnya

PHBS terutama di NTB sehinga penulis membuat karya tulis yang bertujuan

untuk meningkatkan kesadaran masyarakat “Bagaimanakah masyarakat

tentang penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat sebagai upaya

memperoleh derajat Kesehatan yang ekonimis?”

3. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan masyarakat NTB terkair pentingnya PHBS
sebagai salah satu upaya memperoleh Kesehatan yang ekonomis.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pengetahuan masyarakat akan pentingnya menggunakan
air bersih.
b. Meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait pentingnya mencuci
tangan dengan sabun dan air mengalir.
c. Meningkatan pengetahuan smayarakat untuk memebrantas sarang
nyamuk minmal seminngu sekali.
d. Pentingnya menggunakan jamban yang sehat.
e. Himabauan kepada msyarakat untuk tidak merokok.
f. Pentingnya melakukan aktivitas fisik
g. Membrikan pengetahuan pentingnya makan buah dan sayur setiap hari.
h. Pentingnya menimbang balita setiap bulan.
i. Memberi asi eksklusif
j. Memberikan pengetahuan kepada msyarakat terkait pentingnya
pertolongan atau persalianan di fasilitas Kesehatan.
4. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai tambahan informasi, kepustakaan serta dapat digunakan sebagai

referensi bagi peneliti selanjutnya.

2. Bagi Profesi

Memberi informasi baru kepada rekan seprofesi serta pihak-pihak terkait

sehingga dapat disusun komunikasi, informasi dan edukasi tentang

penerapan PHBS dengan peningkatan mutu kesehatan dalam bidang

keperawatan komunitas.

3. Bagi Keluarga

Dapat memperoleh informasi yang kemudian akan diterapakn di

lingkuangan paling kecil yaitu keluarga.

4. Bagi pasien

Dengan adanya informasi tertulis diharapkan adanya kesadaran dari

individu untuk memulai perilaku hidup bersih dan sehat dan bisa

mempengaruhi individu yang lain.


BAB II

A. LANDASAN TEORI

1. Pengertian PHBS

Beberapa pengertian kaitannya dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) adalah :

a. Perilaku Sehat, adalah pengetahuan, sikap dan tindakan proaktif untuk

memelihara dan mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari

ancaman penyakit, serta berperan aktif dalam Gerakan Kesehatan

Masyarakat.

b. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), adalah wujud pemberdayaan

masyarakat yang sadar, mau dan mampu mempraktekkan PHBS. Dalam

hal ini ada 5 program prioritas yaitu KIA, Gizi, Kesehatan Lingkungan,

Gaya Hidup, dan Dana Sehat/Asuransi Kesehatan/JPKM.

c. Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), adalah upaya untuk

memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi

perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur

komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk

meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan

pimpinan (Advokasi), bina suasana (Social Support) dan pemberdayaan

masyarakat (Empowerment). Dengan demikian masyarakat dapat

mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, terutama dalam tatanan

masing-masing, dan masyarakat/dapat menerapkan cara-cara hidup


sehat dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya

(Dinkes, 2006).

d. Tatanan, adalah tempat dimana sekumpulan orang hidup, bekerja,

bermain, berinteraksi dan lain-lain. Dalam hal ini ada 5 tatanan PHBS

yaitu Rumah Tangga, Sekolah, Tempat Kerja, Sarana Kesehatan dan

Tempat Tempat Umum.

e. Kabupaten Sehat/Kota Sehat, adalah kesatuan wilayah administrasi

pemerintah terdiri dari desa-desa, kelurahan, kecamatan yang secara

terus menerus berupaya meningkatkan kemampuan masyarakat untuk

hidup sehat dengan prasarana wilayah yang memadai, dukungan

kehidupan sosial, serta perubahan perilaku menuju masyarakat aman,

nyaman dan sehat secara mandiri

f. Manajemen PHBS, adalah pengelolaan PHBS yang dilaksanakan melalui

4 tahap kegiatan. yaitu

1) Pengkajian

2) Perencanaan

3) Penggerakkan pelaksanaan

4) Pemantauan dan penilaian.

Tujuan PHBS adalah untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran

dan kemauan masyarakat agar hidup sehat, serta meningkatkan peran aktif

masyarakat termasuk swasta dan dunia usaha, dalam upaya mewujudkan

derajat hidup yang optimal (Dinkes,2006). Ada 5 tatanan PHBS yaitu Rumah

Tangga, Sekolah, Tempat Kerja, Sarana Kesehatan dan Tempat Tempat

Umum. Tatanan adalah tempat dimana sekumpulan orang hidup, bekerja,

bermain, berinteraksi dan lain-lain. Untuk mewujudkan Perilaku Hidup Bersih


dan Sehat (PHBS) ditiap tatanan diperlukan pengelolaan manajemen program

PHBS melalui tahap pengkajian, perencanaan, penggerakan pelaksanaan

sampai dengan pemantauan dan penilaian. Sebagai contoh, setiap jam 2

orang meninggal atau lebih dari 17.000 ibu meninggal setiap tahun. Sekitar 4

juta ibu hamil dan ibu menyusui menderita gangguan Anemia karena

kekurangan zat besi. Lebih dari 1,5 juta balita yang terancam gizi buruk

diseluruh pelosok tanah air. Setiap jam 10 dari sekitar 520 bayi yang di

Indonesia meninggal dunia. Sehingga diharapkan dengan adanya program

PHBS di tatanan rumah tangga khususnya, angka kejadiaan tersebut bisa

ditekan.

2. Manajemen Program PHBS

Untuk mewujudkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ditiap

tatanan; diperlukan pengelolaan manajemen program PHBS melalui tahap

pengkajian, perencanaan, penggerakan pelaksanaan sampai dengan

pemantauan dan penilaian. Selanjutnya kembali lagi ke proses semula. Untuk

lebih jelasnya digambarkan dalam bagan berikut ini :

a. Tahap Pengkajian

Tujuan pengkajian adalah untuk mempelajari, menganalisis dan

merumuskan masalah perilaku yang berkaitan dengan PHBS. Kegiatan

pengkajian meliputi pengkajian PHBS secara kuantitatif, pengkajian PHBS

secara kualitatif dan pengkajian sumber daya (dana, sarana dan tenaga).

1) Pengkajian-pengkajian masalah PHBS secara kuantitatif. Langkah-

langkah kegiatan sebagai berikut :

a) Pengumpulan Data Sekunder Kegiatan ini meliputi data perilaku dan

bukan perilaku yang berkaitan dengan 5 program prioritas yaitu KIA,


Gizi, Kesehatan lingkungan, gaya hidup, dan JPKM dan data lainnya

sesuai dengan kebutuhan daerah. Data tersebut dapat diperoleh

dari Puskesmas, Rumah Sakit dan sarana pelayanan kesehatan

lainnya. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif sebagai

informasi pendukung untuk memperkuat permasalahan PHBS yang

ditemukan di lapangan. Selanjutnya dibuat simpulan hasil analisis

data sekunder tersebut. Hasil yang diharapkan pada tahap

pengkajian ini :

 Teridentifikasinya masalah perilaku kesehatan di wilayah tertentu

 Dikembangkannya pemetaan PHBS pertatanan

 Teridentifikasinya masalah lain yang berkaitan (masalah

kesehatan, faktor penyebab perilaku, masalah pelaksanaan dan

sumber daya penyuluhan, masalah kebijakan, administrasi,

organisasi, dan lain-lain).

b) Cara Pengambilan Sampel PHBS Tatanan Rumah Tangga Dalam

melaksanakan pengumpulan data perilaku sehat di tatanan rumah

tangga secara keseluruhan terlalu berat untuk dilaksanakan, hal ini

disebabkan karena keterbatasan dana, waktu dan sumber daya

yang ada. Untuk mengatasi hal tersebut perlu diambil sampel yang

dapat mewakili populasi. Metoda Pengambilan sampel perilaku

sehat di tatanan runah tangga adalah dengan rapid survai atau

survai cepat. Sedangkan untuk tatanan lainnya dapat dilakukan

keseluruh populasi. Berikut ini cara pengambilan sampel tatanan

rumah tangga di tingkat kabupaten/kota. Untuk mengukur masalah

PHBS di tatanan rumah tangga, maka jumlah sampel harus


mencukupi. Perhitungan sampel sederhana yang direkomendasikan

WHO yaitu : 30 x 7 = 210 rumah tangga (30 kluster dan 7 rumah

tangga per kluster) Di tingkat kabupaten/kota kluster dapat

disetarakan dengan kelurahan atau desa. Ada 2 tahapan kluster

yang digunakan untuk tatanan rumah tangga, tahap pertama dapat

dipilih sejumlah kluster (kelurahan /desa), tahap kedua ditentukan

rumah tangganya

Langkah-langkah cara pengambilan sampel tatanan rumah

tangga

 Langkah 1 : List kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten

 Langkah 2 : Tulis jumlah desa yang berada pada masingmasing

kecamatan

 Langkah 3 : Beri nomor urut desa mulai no 1 sampai terakhir

 Langkah 4 : Hitung interval desa dengan cara total desa / 30 = X

 Langkah 5 : Tentukan nomor Kluster pertama desa. Dengan

mengundi nomor unit desa. selanjutnya desa kedua dapat

ditentukan dengan menambahkan interval. Demikian seterusnya

hingga diperoleh 30 kluster. (6) Langkah 6 : Dan desa yang terpilih

diambil secara acak 7 rumah tangga

2) Pengkajian PHBS secara kualitatif

Setelah ditentukan prioritas masalah perilaku, selanjutnya dilakukan

pengkajian kualitatif Tujuannya untuk memperoleh informasi yang lebih

mendalam tentang kebiasaan, kepercayaan, sikap, norma, budaya

perilaku masyarakat yang tidak terungkap dalam kajian kuantitatif PHBS.

Ada dua metoda untuk melakukan pengkajian PHBS secara kualitatif, yaitu:
a) Diskusi Kelompok Terarah (DKT) Adalah diskusi informal bersama 6

s/d 10 orang, tujuannya untuk mengungkapkan informasi yang lebih

mendalam tentang masalah perilaku PHBS.

Dalam DKT :

1) Diperlukan seorang pemandu yang terampil mendorong orang

untuk saling bicara dan memperoleh pemahaman tentang

perasaan dan pikiran peserta yang hadir terhadap masalah

tertentu.

2) Melibatkan dan memberikan kebebasan peserta untuk

mengungkapkan pendapat dan perasaannya.

3) Memperoleh informasi tentang nilai-nilai kepercayaan dan

perilaku seseorang yang mungkin tidak terungkap melalui

wawancara biasa

b) Wawancara Perorangan Mendalam (WPM) Adalah wawancara

antara pewancara yang trampil dengan perorangan selaku sumber

informasi kunci, melalui serangkaian tanya jawab (dialog) yang

bersifat terbuka dan mendalam. Dalam WPM :

1) Pewawancara adalah seorang yang terampil dalam menggali

informasi secara mendalam tentang perasaan dan pikiran tentang

masalah tertentu.

2) Sumber informasi kunci adalah peserta wawancara yang

dianggap mampu dan dipandang menguasai informasi tentang

masalah tertentu.

3) Tanya jawab dilakukan secara terbuka dan mendalam.

3) Pengkajian sumber daya (dana, tenaga, dan sarana)


Pengkajian sumber daya dilakukan untuk mendukung pelaksanaan

program PHBS, bentuk kegiatannya :

a) Kajian tenaga pelaksana PHBS, secara kuantitas (jumlah) dan

pelatihan yang pernah diikuti oleh lintas program maupun lintas

sektor.

b) Penjajagan dana yang tersedia di lintas program dan lintas sektoral

dalam jurnlah dan sumbernya.

c) Penjajagan jenis media dan sarana yang dibutuhkan dalam jumlah

dan sumbernya.

b. Tahap perencanaan

Penyusunan rencana kegiatan PHBS gunanya untuk menentukan tujuan

dan strategi komunikasi PHBS. Adapun langkah-langkah perencanaan

sebagai berikut:

1) Menentukan tujuan

Berdasarkan kegiatan pengkajian PHBS dapat ditentukan klasifikasi

PHBS wilayah maupun klasifikasi PHBS tatanan, maka dapat ditentukan

masalah perilaku kesehatan masyarakat di tiap tatanan dan wilayah.

Selanjutnya, berdasarkan masalah perilaku kesehatan dan hasil

pengkajian sumber daya petugas kesehatan, maka ditentukan tujuan

yang akan dicapai untuk mengatasi masalah PHBS yang ditemukan.

Contoh hasil pengkajian PHBS secara kuantitatif ditemukan masalah

merokok pada tatanan rumah tangga, maka ditentukan tujuannya.

Tujuan Umum : Menurunkan prosentase keluarga yang merokok selama

satu tahun. Tujuan Khusus : Menurunkan prosentase tatanan rumah

tangga yang merokok, dari 40% menjadi 20%.


2) Menentukan jenis kegiatan intervensi

Setelah ditentukan tujuan, selanjutnya ditentukan jenis kegiatan

Intervensi yang akan dilakukan. Caranya adalah dengan

mengembangkan berbagai alternatif intervensi, kemudian dipilih

intervensi mana yang bisa dilakukan dengan dikaitkan pada

ketersediaan sumber daya. Penentuan kegiatan intervensi terpilih

didasarkan pada :

a) Prioritas masalah PHBS, yaitu dengan memilih topik penyuluhan

yang sesuai dengan urutan masalah PHBS.

b) Wilayah garapan, yaitu mengutamakan wilayah yang mempunyai

PHBS hasil kajian rendah.

c) Penentuan tatanan yang akan diintervensi , yaitu menentukan

tatanan yang akan digarap, baik secara menyeluruh atau sebatas

pada tatanan tertentu. Kemudian secara bertahap dikembangkan ke

tatanan lain.

d) Penentuan satu jenis sasaran untuk tiap tatanan, yaitu

mengembangkan PHBS pada tiap tatanan, tetapi hanya satu jenis

sasaran untuk tiap tatanan. Misalnya, satu unit tatanan sekolah, satu

unit pasar untuk tatanan tempat umum, satu unit industri rumah

tangga untuk tatanan tempat kerja. Rumusan rencana kegiatan

intervensi terpilih pada intinya merupakan operasionalisasi strategi

PHBS, yaitu :

Advokasi. kegiatan pendekatan pada para tokoh / pimpinan wilavah


1) Bina Suasana. kegiatan mempersiapkan kerjasama lintas

program, lintas sektor, organisasi kemasyarakatan, LSM, dunia

usaha, swasta dan lain-lain.

2) Gerakan masyarakat. kegiatan mempersiapkan dan

menggerakkan sumber daya, mulai mempersiapkan petugas,

pengadaan media dan sarana.

c. Tahap Penggerakan dan Pelaksanaan

a. Advokasi (pendekatan pada para pengambil keputusan)

a) Ditingkat keluarga/rumah tangga, strategi ini ditujukan kepada para

kepala keluarga/ bapak/suami, ibu, kakek, nenek. Tuiuannya agar

para pengambil keputusan di tingkat keluarga/rumah tangga dapat

meneladani dalam berperilaku sehat. memberikan dukungan,

kemudahan, pengayoman dan bimbingan kepada anggota keluarga

dan lingkungan disekitarnya.

b) Ditingkat petugas, strategi ini ditujukan kepada para pimpinan atau

pengambil keputusan, seperti Kepala Puskesmas, pejabat di tingkat

kabupaten/kota, yang secara fungsional maupun struktural pembina

program kesehatan di wilayahnya. Tujuannya adalah agar para

pimpinan atau pengambil keputusan mengupayakan kebijakan,

program atau peraturan yang berorientasi sehat, seperti adanya

peraturan tertulis, dukungan dana, komitmen, termasuk memberikan

keteladanan.

b. Mengembangkan dukungan suasana


a. Ditingkat keluarga/RT, strategi ini ditujukan kepada para kepala

keluarga/suami/bapak ibu. kakek. nenek. dan lain-lain. Tujuannya

adalah agar kelompok ini dapat mengembangkan atau menciptakan

suasana yang mendukung dilaksahakannva PHBS di lingkungan

keluarga. Caranya antara lain melalui anjuran untuk selalu datang ke

Posyandu mengingatkan anggota keluarga untuk tidak merokok di

dekat ibu hamil dan balita

b. Di tingkat petugas, strategi ini ditujukan kepada kelompok sasaran

sekunder, seperti petugas kesehatan, kader, lintas sektor, lintas

program, Lembaga Swadaya Masyarakat yang peduli kesehatan, dan

media masa. Tujuannya adalah agar kelompok ini dapat

mengembangkan atau menciptakan suasana yang mendukung

dilaksanakannya PHBS. Caranya antara lain melalui penyuluhan

kelompok, lokakarya, seminar studi banding, pelatihan, dan

sebagainya.

c. Gerakan masyarakat

1) Di tingkat keluarga/RT, strategi ini ditujukan kepada anggota keluarga

seperti bapak, ibu yang mempunyai tanggung jawab sosial untuk

lingkungannya dengan cara menjadi kader posyandu, aktif di LSM

peduli kesehatan dll. Tujuannya agar kelompok sasaran meningkat

pengetahuan, kesadaran maupun kemampuannya, sehingga dapat

berperilaku sehat Caranya dengan penyuluhan perorangan,

kelompok, membuat gerakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.


2) Ditingkat petugas, strategi ini ditujukan kepada sasaran primer.

meliputi pimpinan puskesmas. kepala dinas kesehatan, pemuka

masyarakat. Tujuannya meningkatkan motivasi petugas untuk

membantu masyarakat

d. Tahap Pemantauan dan Penilaian

1) Pemantauan Untuk mengetahui program PHBS telah berjalan dan

memberikan hasil atau dampak seperti yang diharapkan, maka perlu

dilakukan pemantauan. Waktu pemantauan dapat dilakukan secara

berkala atau pada pertemuan bulanan, topik bahasannya adalah

kegiatan yang telah dan akan dilaksanakan dikaitkan dengan jadwal

kegiatan yang telah disepakati bersama. Selanjutnya kendala-kendala

yang muncul perlu dibahas dan dicari solusinya. Cara pemantauan

dapat dilaksanakan dengan melakukan kunjungan lapangan ke tiap

tatanan atau dengan melihat buku kegiatan/laporan kegiatan intervensi.

2) Panilaian Penilaian dilakukan dengan menggunakan instrumen yang

sudah dirancang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Penilaian

dilaksanakan oleh pengelola PHBS lintas program dan lintas sektor.

Penilaian PHBS meliputi masukan, proses dan luaran kegiatan.

Misalnya jumlah tenaga terlatih PHBS, media yang telah dikembangkan,

frekuensi dan cakupan penyuluhan.

3. KIE PHBS di Indonesia

Visi dan misi Promosi Kesehatan ditetapkan melalui Kepmenkes No.

1193/MENKES/SK/X/2004 tanggal 18 Oktober 2004 tentang Kebijakan

Nasional Promosi kesehatan (PromKes). Adapun program PromKes sekarang

meliputi:
a. Peningkatan Pendidikan Kesehatan Kepada Masyarakat

b. Pengembangan Media Promosi Kesehatan dan Teknologi Komunikasi,

Informasi dan Edukasi (KIE)

c. Pengembangan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM)

(Depkes, 2004).

4. Indikator PHBS

Jenis-jenis indikator Jenis indikator ada 3, yaitu indikator input, indikator

proses dan indikator output/outcome. Apabila diuraikan sebagai berikut :

a. Indikator Input Yaitu indikator yang berkaitan dengan penunjang

pelaksanaan program dan turut menentukan keberhasilan program. Seperti

: tersedia air bersih, tersedia jamban yang bersih, tersedia tempat

sampah,dll.

b. Indikator Proses Yaitu indikator yang menggambarkan bagaimana proses

kegiatan/program berjalan atau tidak. Seperti: terpelihara tempat

penampungan air, tersedia alat pembersih jamban, digunakan dan

dipeliharanya tempat sampah dan lain-lain. I

c. Indikator output/outcome Yaitu indikator yang menggambarkan bagaimana

hasil output suatu program kegiatan telah berjalan atau tidak. Seperti :

Digunakannya air bersih, digunakannya jamban, di halaman dan di dalam

ruangan dalam keadaan bersih dan lain-lain.


BAB III

A. PEMBAHASAN

Pola penerapan hidup bersih dan sehat merupakan bentuk dari perilaku

berdasarkan kesadaran sebagai wujud dari pembelajaran agar individu bisa

menolong diri sendiri baik pada masalah kesehatan ataupun ikut serta dalam

mewujudkan masyarakat yang sehat di lingkungannya.

Program penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan

bentuk dari upaya untuk memberikan pelajaran berupa pengalaman pada tiap

individu, anggota keluarga, sekumpulan, maupun pada masyarakat umum.

Pelajaran dapat melalui media komunikasi, pemberian berita, serta adanya

pendidikan agar terjadinya peningkatan pada pengetahuan, perubahan sikap,

dan perilaku melalui metode pendekatan dari pimpinan, membina suasana, dan

juga melakukan gerakan memampukan diri pada kelompok masyarakat. Kondisi

ini sebagai salah satu wujud pencerminan yang berguna untuk membantu

masyarakat dalam mengenali dan mengetahui serta mengatasi masalah yang

terjadi pada individu dalam tatanan rumah tangga. Tujuannya tidak lain adalah

agar terbentuknya masyarakat yang menerapkan cara kebiasaan hidup yang


sehat pada kesehariannya yang merupakan upaya dalam meningkatkan derajat

kesehatannya pada tatanan rumah tangga atau lingkungan masyarakat

(Kemenkes RI, 2011).

Penerapan dari perilaku di tingkat rumah tangga merupakan bentuk

pemberdayaan semua anggota keluarga agar mereka mengetahui, mau, dan

dapat menerapkan PHBS pada kehidupan sehari-hari. Anggota keluarga juga

diharapkan ikut berperan aktif didalam gerakan kesehatan pada lingkungan

masyarakat. Salah satu upaya yang dilakukan yaitu melalui kegiatan promosi

kesehatan yang terintegrasi. Upaya tersebut bertujuan agar PHBS dapat

tercapai dan nantinya diharapkan masyarakat akan lebih paham mengenai

masalah kesehatan yang terjadi pada individu dan di lingkungan masyarakat

(Kemenkes RI, 2011).

Ada sepuluh indikator PHBS yang harus dicapai dalam rumah tangga

(Kemenkes RI, 2011). Sepuluh indikator tersebut yakni:

a. Kelahiran yang dibantu oleh bidan

b. Pemberian ASI eksklusif pada anak hingga usia 2 tahun

c. Melakukan penimbangan rutin setiap kali ada posyandu

d. Penggunaan air bersih untuk memasak dan mencuci baju

e. Selalu membiasakan mencuci kedua tangan menggunakan sabun dan air

mengalir sebelum dan sesudah makan

f. Mempunyai dan menggunakan jamban sehat pada tiap rumah tangga

g. Melakukan pemberantasan jentik dalam waktu seminggu sekali 8.

Mengkonsumsi sayuran dan buahbuahan sehat secara seimbang

h. Olahraga atau jalan-jalan setiap hari

i. Tidak menghisap asap rokok.


Pencanangan Program Pembinaan PHBS sebenarnya sudah lama

dilakukan oleh pemerintah, namun nyatanya keberhasilan dari program tersebut

masih jauh dari target. Persentase angka penerapan PHBS pada tatanan rumah

tangga mengalami peningkatan dari 50,1% tahun 2010 naik menjadi 53,9%

tahun 2011, tahun 2012 56,5%, kemudian turun menjadi 55% tahun 2013. Ini

berarti anggota keluarga yang sudah menerapkan PHBS masih sangat rendah.

Dikarenakan menurut capaian tahun 2013 adalah sebesar 65%, sedangkan

target untuk tahun 2014 70% (Kemenkes RI, 2008). Bisa dikatakan untuk

capaian PHBS tahun 2013 ini masih tergolong rendah. Kementerian Kesehatan

pada 2011 juga menyebutkan bahwa capaian tersebut masih dibawah indikator

pencapaian yang dicanangkan oleh kebijakan Rencana Strategis pada tahun

2010-2014. Capaian target rumah yang sudah melakukan perilaku hidup bersih

dan sehat didalam kehidupan sehari-harinya untuk tahun 2014 adalah sebesar

70% (Kemenkes RI, 2011)


BAB IV

A. KESIMPULAN

Dari uraian pembahsan tentang PHBS penulis dapat mengambil kesimpulan

bahwa suksesnya perilaku PHBS tergantung dari individu itu sendiri. PHBS

merupakan suatu kegiatan yang sangat penting untuk meningkatkan derajat

Kesehatan masyarakat sehingga diperlukan kesdaran yang dimulai dari individu.

B. SARAN

Diharapkan dengan adanya penulisan karya tulis ini dapat dijadikan sebagai

referensi atau pembelajaran bagi masyarakat untuk menerapkan perilaku hidup

bersih dan sehat (PHBS).

Anda mungkin juga menyukai