Anda di halaman 1dari 4

Konsep pendidikan kesehatan

1. Pengertian pendidikan kesehatan


Pendidikan kesehatan adalah sejumlah pengalaman yang berpengaruh secara
menguntungkan terhadap kebiasaan, sikap, dan pengetahuan yang ada hubungannya
dengan kesehatan perseorangan, masyarakat dan bangsa Wood (1992) yang dikutip di dalam
Susilo (2011). Kesemuanya ini dipersiapkan dalam rangka mempermudah diterimanya secara
sukarela perilaku yang akan meningkatkan atau memelihara kesehatan. Pendidikan
kesehatan bukanlah suatu yang dapat diberikan oleh seseorang kepada orang lain dan bukan
pula suatu rangkaian tata laksana yang akan dilaksanakan ataupun hasil yang akan dicapai,
melainkan suatu proses perkembangan yang selalu berubah secara dinamis di mana
seseorang dapat menerima atau menolak keterangan baru, sikap baru dan perilaku baru
yang ada hubungannya dengan tujuan hidup. Semua yang berlangsung sangat bergantung
kepada individu yang bersangkutan terhadap apa yang telah diproseskan. Apabila terdapat
penerimaan mengenai hal baru, maka dapat diharapkan akan mencapai tujuan yang
diharapkan yakni terjadinya perubahan kearah yang lebih baik. Sementara A joint
Committeon Terminologu in HealthEducationof United States (1951) di dalam Susilo (2011),
mendefinisikan pendidikan kesehatan adalah suatu proses penyediaan bahwa pendidikan
kesehatan 7 adalah pengalaman belajar yang bertujuan untuk mempengaruhi pengetahuan,
sikap dan perilaku yang ada hubungannya dengan kesehatan perseorangan ataupun
kelompok. Kemudian pada tahun 1973 definisi pendidikan kesehatan diubah menjadi suatu
proses yang mencakup dimensi dan kegiatan-kegiatan dari intelektual, Psikologi dan sosial
diperlukan untuk meningkatkan kemampuan manusia dalam mengambil keputusan secara
sadar dan yang mempengaruhi kesejahteraan diri, keluarga dan masyarakat. Proses ini
didasarkan pada prinsip-prinsip ilmu pengetahuan yang memberikan kemudahan untuk
belajar dan perubahan perilaku, baik bagi tenaga kesehatan maupun bagi pemakai jasa
pelayanan, termasuk anak-anak dan remaja. Batasan-batasan tersebut pada dasarnya semua
upaya pendidikan dengan tujuan mengubah perilaku yang tidak sehat atau belum sehat
menjadi perilaku sehat.
2. Tujuan pendidikan kesehatan
a. Tujuan kaitannya dengan batasan sehat
Menurut WHO (1954) yang dikutip oleh Susilo (2011) tujuan pendidikan kesehatan
adalah untuk mengubah perilaku orang atau masyarakat dari perilaku tidak sehat
menjadi perilaku sehat. Seperti kita ketahui bila Perilaku tidak sesuai dengan prinsip
kesehatan, maka dapat menyebabkan terjadinya gangguan terhadap kesehatan.
Mengingat istilah prinsip sehat maka perilaku kita mengetahui batasan sehat, Seperti
dikemukakan pada undang-undang nomor 23 tahun 1992, yakni bahwa kesehatan adalah
keadaan Sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomis. Masalah ini harus benar-benar dikuasai oleh
semua kader kesehatan di semua tingkat dan jajaran, sebab istilah sehat, bukan sekadar
apa yang terlihat oleh mata, yakni tampak badannya besar dan kekar. Mungkin saja
sebenarnya ia menderita batin atau menderita gangguan jiwa yang menyebabkan ia
tidak stabil, tingkah laku dan sikapnya.
b. Mengubah perilaku kaitannya dengan budaya
Salah satu contohnya yang berkaitan dengan mengubah perilaku yang kaitannya dengan
budaya ialah perilaku sehat menjaga hygiene mulut dan Gigi ialah, orang harus bersikap
gigi 4 kali sehari setiap habis makan dan hendak tidur, dengan cara sikat gigi yang benar.
Kegiatan pendidikan kesehatan seperti ini untuk menjaga agar gigi dan mulutnya tidak
diserang penyakit. Jadi kegiatan ini bertujuan menjaga kesehatan fisik.
Latihan seperti itu berarti memperkuat kesehatan jasmani dan rohani. Dikarenakan
sehat dalam batasan tersebut diikuti oleh kesehatan sosial, maka sikap dan perilaku
bersahabat dengan tetangga dan masyarakat serta hubungan sosial yang sehat perlu
dikembangkan. Implementasi batasan sehat, bagi orang Indonesia itu, yakni bila fisik
sehat, rohani sehat, hubungan antar manusia di tengah masyarakat juga sehat. Tentu bila
ditambah lagi tidak miskin, memiliki penghasilan yang cukup untuk mendukung
kehidupan sehari-hari yang layak.
Sikap dan perilaku adalah bagian dari budaya. Kebiasaan adat istiadat, tata nilai atau
norma, adalah kebudayaan. Mengubah kebiasaan, apalagi adat kepercayaan, yang telah
menjadi norma atau nilai di suatu kelompok masyarakat, tidak segampang itu untuk
mengubahnya. Hal itu memerlukan suatu proses yang panjang. Kebudayaan adalah suatu
sikap dan perilaku serta cara berpikir orang yang terjadinya melalui suatu proses belajar.
Ahli-ahli sosial mengartikan konsep kebudayaan dalam arti amat luas, yakni seluruh total
dari pikiran, karya dan Hasil karya manusia yang tidak berangkat kepada nalurinya dan
yang terjadinya melalui proses belajar (Kuncoroningrat,197:14). Sebagai contoh adalah
sistem religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem
pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian hidup dan sistem teknologi
dan peralatan. Oleh karena itu mengubah perilaku memerlukan waktu yang panjang.
Meskipun secara garis besar tujuan dari pendidikan kesehatan mengubah perilaku belum
sehat menjadi perilaku sehat, namun perilaku tersebut, ternyata mencakup hal yang
luas, sehingga perlu perilaku tersebut dikategorikan secara mendasar. Aswar (1983:18)
membagi perilaku Kesehatan sebagai tujuan pendidikan kesehatan menjadi tiga macam:
 Perilaku yang menjadikan Kesehatan sebagai suatu yang bernilai di masyarakat.
Dengan demikian kata kesehatan mempunyai tanggung jawab di dalam penyuluhan
nya mengarahkan kepada keadaan bahwa cara cara hidup sehat menjadi kebiasaan
hidup masyarakat seharihari.
 Secara mandiri mampu menciptakan perilaku sehat bagi dirinya sendiri maupun
menciptakan perilaku sehat di dalam kelompok. Itulah sebabnya dalam hal ini
pelayanan kesehatan dasar ( PHC = Primary Health Care) diarahkan agar dikelola
sendiri oleh masyarakat, dalam hal bentuk yang nyata adalah PKMD. Satu contoh
PKMD adalah posyandu. Seterusnya dalam kegiatan ini diharapkan adanya langkah
langkah mencegah timbulnya penyakit.
 Menolong berkembangnya dan penggunaan sarana pelayanan kesehatan yang ada
secara tepat. Ada kalanya masyarakat memanfaatkan sarana kesehatan yang ada
secara berlebihan. Sebaliknya sudah sakit belum pulang menggunakan sarana
kesehatan yang ada sebagaimana mestinya.
3. Sasaran dalam pendidikan kesehatan
Sasaran pendidikan kesehatan di Indonesia, berdasarkan kepada program pembangunan
Indonesia adalah:
 Masyarakat umum dengan berorientasi pada masyarakat pedesaan
 Masyarakat dalam kelompok tertentu, seperti wanita, Pemuda, remaja. Termasuk
dalam kelompok khusus ini adalah kelompok lembaga pendidikan mulai dari TK
sampai perguruan tinggi. Sekolah agama swasta maupun negeri
 Sasaran individu dengan teknik pendidikan kesehatan individu Susilo (2011)
4. Metode pendidikan kesehatan
Penggunaan metode untuk semua bahan tidak sama, beberapa pertimbangan dalam
menentukan metode harus sesuai dengan hal-hal berikut:
a. Tujuan dan dapat mempercepat pencapaian tujuan
b. Bahan atau materi yang akan diajarkan
c. Alat yang tersedia
d. Jumlah sasaran
e. Mendorong sasaran tingkat aktif belajar
f. Waktu dan kondisi saat proses belajar berlangsung

Metode sendiri diartikan sebagai cara atau pendekatan tertentu. Di dalam proses belajar,
pendidik harus dapat memilih dan menggunakan metode (cara) mengajar yang cocok atau
relevan sesuai dengan kondisi setempat. Pemberian pendidikan kesehatan pada sasaran yang
sama, tetapi waktu dan atau tempat berbeda, dalam pelaksanaannya juga memerlukan
metode yang berbeda. Demikian juga sebaliknya, pada sasaran yang berbeda dengan tempat
yang sama, membutuhkan metode yang mungkin berbeda atau bahkan metode yang sama.
Pada pembahasan sebelumnya juga telah disebutkan jenis-jenis metode, yaitu metode
didaktif dan metode sokratik.

 Definisi dari metode didaktif adalah metode yang didasarkan atau dilakukan secara
satu arah atau one way method. Tingkat keberhasilan metode didaktif sulit
dievaluasi karena peserta didik bersifat pasif dan hanya pendidik yang bersifat aktif
(misalnya: ceramah, film, leaflet, buklet, poster dan siaran radio (kecuali siaran radio
yang bersifat interaktif dan tulisan di media cetak)).
 Selanjutnya adalah metode sokratik, yaitu metode yang dilakukan secara dua arah
atau two ways method. Dengan metode ini, kemungkinan antara pendidik dan
peserta didik bersikap aktif dan kreatif (misalnya: diskusi kelompok, debat, panel,
forum, buzzgroup, bermain peran, sosiodrama, brain storming, studi kasus, dan
masih banyak lagi). Dari pengertian kedua metode diatas, didapatkan bahwa dengan
menggunakan metode sokratik lebih menguntungkan baik untuk pendidik ataupun
peserta didik, dikarenakan peserta didik menjadi aktif dan kreatif sehingga
memudahkan pendidik untuk mengevaluasi tingkat keberhasilan peserta didik..
5. Media pendidikan kesehatan
Alat bantu kesehatan merupakan alat yang digunakan oleh petugas dalam menyampaikan
bahan materi atau pesan kesehatan alat bantu sering disebut juga sebagai alat peraga, alat
peraga berfungsi untuk membantu sesuatu dalam proses pendidikan kesehatan. alat peraga
dibuat berdsarkan bahwa pengetahuan yang ada pada setiap manusia diterima melalui
panca indera, semakin banyak indera yang ikut serta maka semakin banyak pula
pengetahuan yang diperoleh (Notoadmodjo, 2012). Tetapi masing-masing alat bantu
memiliki intensitas yang berbeda-beda dalam membantu pemahaman pesan, Edgar Dale
dalam Notoadmodjo (2012) membagi alat peraga menjadi sebelas macam dan sekaligus
menggambarkan tingkat intensitas tiap alat dalam sebuah kerucut, memperkirakan bahwa
pemerolehan hasil belajar melalui indera pengelihatan berkisar 30%, melalui indera
pendengaran sekitar 20%, terlibat dalam diskusi 50%, menyajikan atau presentasi sebesar
70% berbuat sekitar 90%.
Sedangkan menurut Akbar (2015) pembelajaran yang memiliki kebermaknaan yang lebih
tinggi yaitu dengan berbuat dan terlibat. Pembelajaran yang melibatkan partisipan untuk
mengerjakan hal yang nyata, kebermaknaannya agak tinggi, menyajikan atau presentasi,
terlibat diskusi, kebermaknaannya agak rendah, melihat demonstrasi, video atau film,
gambar kebermaknaannya rendah dan yang sangat rendah jika pengalaman belajar hanya
membaca dan mendengarkan.

http://perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1502450024/7._BAB_II_.pdf
http://perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1602450028/7._BAB_II_.pdf

Anda mungkin juga menyukai