Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas pembuatan buku yang berjudul Strategi Pendidikan
Kesehatan ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari buku ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata
kuliah Komunikasi kesehatan masyarakat. Selain itu, buku ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Strategi pendidikan kesehatan bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Essy Zulfiani, S.Psi. M. H. Kes, selaku dosen mata
kuliah komunikasi kesehatan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, buku yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan buku ini.
M. Rifal A.
ii | U N I S A
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR I
DAFTAR ISI II
PENDAHULUAN 1
A. PENDIDIKAN KESEHATAN 2
B. TUJUAN DAN SASARAN PENDIDIKAN KESEHATAN 2
DAFTAR PUSTAKA 10
1|UNISA
BAB I
PEMAPARAN PENDIDIKAN KESEHATAN
Pendahuluan
Kesehatan adalah kondisi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang
lengkap dan bukan sekadar tidak adanya penyakit atau kelemahan.
Pemahaman tentang kesehatan telah bergeser seiring dengan waktu.
Berkembangnya teknologi kesehatan berbasis digital telah memungkinkan
setiap orang untuk mempelajari dan menilai diri mereka sendiri, dan
berpartisipasi aktif dalam gerakan promosi kesehatan.
sebagaimana definisi WHO tentang kesehatan, seseorang atau
sekelompok orang perlu memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi dan
mewujudkan aspirasi, memenuhi kebutuhan, serta mengubah atau mengatasi
lingkungannya. Kesehatan dipandang sebagai sumber daya untuk kehidupan
sehari-hari, bukan tujuan hidup. Untuk mewujudkannya, ada beberapa
prasyarat yang perlu dipenuhi, yaitu perdamaian, tempat tinggal, pendidikan,
makanan, pendapatan, ekosistem yang stabil, sumber daya berkelanjutan, serta
keadilan sosial dan kesetaraan.
Dalam mewujudkan kesehatan pada diri sendiri dan masyarakat tentu
modal utamanya adalah ilmu tentang pendidikan kesehatan. Maka dari itu agar
ilmu pendidikan kesehatan dapat tersampaikan dan dapat mengubah perilaku
masyarakat, oleh karena itu Pendidikan kesehatan membutuhkan strategi dan
metode yang tepat, agar pelaksanaannya sesuai dengan tujuan yang telah
direncanakan. Tidak ada satu pun metode pendidikan kesehatan yang
dipandangn paling baik, karena baik tidaknya metode pendidikan kesehatan
tergantung kepada tujuan pendidikan kesehatan, materi yang diajarkan, jumlah
klien, fasilitas penunjang, kesanggupan individual dan lain-lain. Oleh karena
itu, pendidikan kesehatan dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan
sederhana maupun yang kompleks.
Implikasi dari paparan diatas adalah bahwa peranan pendidik atau
penyuluh bukan hanya mentransmisikan atau mendistribusikan pengetahuan
kepada klien, akan tetapi juga sebagai pengelola pendidikan kesehatan.
Pendidik bukanlah orang yang serba unggul secara kognitif, afektif dan
psikomotorik, ia adalah orang yang harus pandai membawa klien ke alam
kesadaran sehingga klien memahami pentingnya pendidikan kesehatan. Oleh
karena itu, dibutuhkan strategi dan metode khusus untuk mencapai tujuan
pendidikan kesehatan.
2|UNISA
A. Pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri manusia
yang ada hubungannya dengan tercapainya tujuan kesehatan perseorangan dan
masyarakat. Pendidikan kesehatan bukanlah sesuatu yang dapat diberikan oleh
seseorang kepada orang lain dan bukan pula sesuatu rangkaian tata laksana
yang akan dilaksanakan ataupun hasil yang akan dicapai, melainkan suatu
proses perkembangan yang selalu berubah secara dinamis dimana seseorang
dapat menerima atau menolak keterangan baru, sikap baru dan perilaku baru
yang ada hubungannya dengan tujuan hidup sehat (Nyswander, 1947 dalam
Azwar 1983).
Dari berbagai pengertian tentang pendidikan kesehatan di atas, maka
dapat ditarik kesimpulan tentang pendidikan kesehatan seperti yang ditetapkan
oleh WHO (1945) bahwa pendidikan kesehatan bertujuan untuk merubah
perilaku seseorang dan atau masyarakat dalam bidang kesehatan. (Azwar,
1983).
B. Tujuan dan Sasaran Pendidikan Kesehatan
Tujuan program pendidikan kesehatan adalah meningkatkan
pengetahuan, kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk hidup bersih dan
sehat, serta meningkatnya peran serta aktif masyarakat termasuk dunia usaha
dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal (Dahroni,
1996) Adapun sasaran program pendidikan kesehatan yang ditetapkan oleh
Depkes RI (1998) antara lain:
a. Membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat bagi pribadi,
keluarga dan masyarakat umum sehingga dapat memberikan
dampak yang bermakna terhadap derajat kesehatan masyarakat.
b. Meningkatnya pengertian terhadap pencegahan dan pengobatan
terhadap berbagai penyakit yang disebabkan oleh perubahan gaya
hidup dan perilaku seperti AIDS, Kanker, penyakit jantung,
ketergantungan obat dan minuman keras sehingga angka kesakitan
terhadap penyakit tersebut berkurang.
c. Meningkatnya peran swasta / dunia usaha dalam berbagai upaya
pembangunan kesehatan terutama pelayanan kesehatan pencegahan
dan peningkatan derajat kesehatan yang selama ini masih dibiayai
pemerintah seperti imunisasi, foging untuk DBD, penyediaan air
bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman.
d. Meningkatnya kreatifitas, produktifitas dan peran serta generasi
muda dalam mengatasi masalah kesehatan diri, lingkungan dan
masyarakat Pelaksanaan program..., Lina Marliana, FKMUI, 2008
BAB II
PEMAPARAN STRATEGI PENDIDIKAN
KESEHATAN
intervensi terhadap faktor perilaku secara umum dapat dilakukan melalui dua
upaya, yaitu tekanan (enforcement) dan edukasi (education) (Notoatmodjo,
2003). Menurut WHO, strategi perubahan perilaku dikelompokkan menjadi
tiga cara, yaitu
1. Tekanan
memberi informasi atau edukasi, dan diskusi partisipasi.
Perubahan perilaku dengan cara tekanan dilakukan melalui
penggunaan kekuatan atau kekuasaan. Dengan cara ini, perubahan
perilaku dipaksakan pada sasaran. Cara ini dapat mengubah perilaku
secara cepat, tetapi perubahannya tidak bertahan lama karena belum
atau tidak didasari kesadaran pribadi.
2. Upaya
mengubah perilaku dengan memberikan informasi atau edukasi
dilaksanakan dengan cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan, dan
memberi kesadaran melalui kegiatan pendidikan kesehatan. Upaya ini
dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan kelompok sasaran.
Dengan pengetahuan yang didapat akan menimbulkan perubahan
sikap, dan akhirnya menyebabkan individu, kelompok sasaran akan
berperilaku yang didasarkan pada kesadaran, kemauan individu yang
bersangkutan. Perubahan perilaku dengan cara ini memerlukan waktu
relatif lama, tetapi perubahannya bersifat langgeng.
3. Diskusi dan partisipasi
Cara perubahan perilaku melalui diskusi dan partisipasi
merupakan cara lanjutan setelah melalui informasi atau edukasi.
Melalui diskusi partisipasi, pengetahuan yang diterima semakin
mantap sehingga perilaku kelompok sasaran menjadi lebih mantap,
bahkan merupakan referensi perilaku orang lain.
E. Strategi kolaborasi berbasis pemecahan masalah
dengan Strategi Kolaborasi dan Pemecahan Masalah Keterampilan
pemecahan masalah dapat dilatih melalui pembelajaran berbasis masalah.
Peningkatan keterampilan melalui pembelajaran berbasis masalah ditemukan
pada penelitian yang dilakukan oleh Adnyana, dkk. (2003), Afcariano (2008),
Krishnan, dkk, (2011), dan Astika, dkk. (2013). Hasil penelitian Adyana, dkk.
(2003) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah dapat
meningkatkan kompetensi dan keterampilan hidup siswa. Hasil penelitian
Afcariano (2008), Krishna, dkk. (2011), dan Astika, dkk. (2013), juga
mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan
keterampilan berpikir siswa. Di samping itu, Delisle (1997) menguraikan
bahwa pembelajaran berbasis masalah mendorong pembelajaran kolaboratif.
Pembelajaran berbasis masalah menekankan pada kerja sama (kolaboratif).
Seperti yang dikemukakan oleh Hesson & Shad (2007) bahwa pembelajaran
berbasis masalah digunakan untuk mengubah pembelajaran dari guru ke siswa,
dan dengan pembelajaran berbasis masalah transformasi pengetahuan menjadi
lebih baik. Pembelajaran kolaboratif akan memberi kesempatan pada siswa
untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi, seorang siswa dapat
9|UNISA
DAFTAR PUSTAKA
http://desistikes.blogspot.com/2013/12/strategi-penkes.html?m=1
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/122947-S-5237-Pelaksanaan%20program-
Literatur.pdf
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/7329/6.%20BAB
%20II.pdf?sequence=6&isAllowed=y
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/semnasmipa/article/download/10486/
6697