Anda di halaman 1dari 13

i|UNISA

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas pembuatan buku yang berjudul Strategi Pendidikan
Kesehatan ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari buku ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata
kuliah Komunikasi kesehatan masyarakat. Selain itu, buku ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Strategi pendidikan kesehatan bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Essy Zulfiani, S.Psi. M. H. Kes, selaku dosen mata
kuliah komunikasi kesehatan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, buku yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan buku ini.

Kuningan, 07 juni 2021

M. Rifal A.
ii | U N I S A

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR I
DAFTAR ISI II

BAB I PEMAPARAN PENDIDIKAN KESEHATAN 1

PENDAHULUAN 1
A. PENDIDIKAN KESEHATAN 2
B. TUJUAN DAN SASARAN PENDIDIKAN KESEHATAN 2

C. METODE PENDIDIKAN KESEHATAN 3

BAB II PEMAPARAN STRATEGI PENDIDIKAN KESEHATAN 4

A. STRATEGI PENDIDIKAN KESEHATAN 4


B. KOMPONEN PENDIDIKAN KESEHATAN 4

C. PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KESEHATAN 6


D. STRATEGI PERUBAHAN PERILAKU 7

E. STRATEGI KOLABORASI BERBASIS PEMECAHAN MASALAH 8

DAFTAR PUSTAKA 10
1|UNISA

BAB I
PEMAPARAN PENDIDIKAN KESEHATAN

Pendahuluan
Kesehatan adalah kondisi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang
lengkap dan bukan sekadar tidak adanya penyakit atau kelemahan.
Pemahaman tentang kesehatan telah bergeser seiring dengan waktu.
Berkembangnya teknologi kesehatan berbasis digital telah memungkinkan
setiap orang untuk mempelajari dan menilai diri mereka sendiri, dan
berpartisipasi aktif dalam gerakan promosi kesehatan.
sebagaimana definisi WHO tentang kesehatan, seseorang atau
sekelompok orang perlu memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi dan
mewujudkan aspirasi, memenuhi kebutuhan, serta mengubah atau mengatasi
lingkungannya. Kesehatan dipandang sebagai sumber daya untuk kehidupan
sehari-hari, bukan tujuan hidup. Untuk mewujudkannya, ada beberapa
prasyarat yang perlu dipenuhi, yaitu perdamaian, tempat tinggal, pendidikan,
makanan, pendapatan, ekosistem yang stabil, sumber daya berkelanjutan, serta
keadilan sosial dan kesetaraan.
Dalam mewujudkan kesehatan pada diri sendiri dan masyarakat tentu
modal utamanya adalah ilmu tentang pendidikan kesehatan. Maka dari itu agar
ilmu pendidikan kesehatan dapat tersampaikan dan dapat mengubah perilaku
masyarakat, oleh karena itu Pendidikan kesehatan membutuhkan strategi dan
metode yang tepat, agar pelaksanaannya sesuai dengan tujuan yang telah
direncanakan. Tidak ada satu pun metode pendidikan kesehatan yang
dipandangn paling baik, karena baik tidaknya metode pendidikan kesehatan
tergantung kepada tujuan pendidikan kesehatan, materi yang diajarkan, jumlah
klien, fasilitas penunjang, kesanggupan individual dan lain-lain. Oleh karena
itu, pendidikan kesehatan dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan
sederhana maupun yang kompleks.
Implikasi dari paparan diatas adalah bahwa peranan pendidik atau
penyuluh bukan hanya mentransmisikan atau mendistribusikan pengetahuan
kepada klien, akan tetapi juga sebagai pengelola pendidikan kesehatan.
Pendidik bukanlah orang yang serba unggul secara kognitif, afektif dan
psikomotorik, ia adalah orang yang harus pandai membawa klien ke alam
kesadaran sehingga klien memahami pentingnya pendidikan kesehatan. Oleh
karena itu, dibutuhkan strategi dan metode khusus untuk mencapai tujuan
pendidikan kesehatan.
2|UNISA

A. Pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri manusia
yang ada hubungannya dengan tercapainya tujuan kesehatan perseorangan dan
masyarakat. Pendidikan kesehatan bukanlah sesuatu yang dapat diberikan oleh
seseorang kepada orang lain dan bukan pula sesuatu rangkaian tata laksana
yang akan dilaksanakan ataupun hasil yang akan dicapai, melainkan suatu
proses perkembangan yang selalu berubah secara dinamis dimana seseorang
dapat menerima atau menolak keterangan baru, sikap baru dan perilaku baru
yang ada hubungannya dengan tujuan hidup sehat (Nyswander, 1947 dalam
Azwar 1983).
Dari berbagai pengertian tentang pendidikan kesehatan di atas, maka
dapat ditarik kesimpulan tentang pendidikan kesehatan seperti yang ditetapkan
oleh WHO (1945) bahwa pendidikan kesehatan bertujuan untuk merubah
perilaku seseorang dan atau masyarakat dalam bidang kesehatan. (Azwar,
1983).
B. Tujuan dan Sasaran Pendidikan Kesehatan
Tujuan program pendidikan kesehatan adalah meningkatkan
pengetahuan, kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk hidup bersih dan
sehat, serta meningkatnya peran serta aktif masyarakat termasuk dunia usaha
dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal (Dahroni,
1996) Adapun sasaran program pendidikan kesehatan yang ditetapkan oleh
Depkes RI (1998) antara lain:
a. Membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat bagi pribadi,
keluarga dan masyarakat umum sehingga dapat memberikan
dampak yang bermakna terhadap derajat kesehatan masyarakat.
b. Meningkatnya pengertian terhadap pencegahan dan pengobatan
terhadap berbagai penyakit yang disebabkan oleh perubahan gaya
hidup dan perilaku seperti AIDS, Kanker, penyakit jantung,
ketergantungan obat dan minuman keras sehingga angka kesakitan
terhadap penyakit tersebut berkurang.
c. Meningkatnya peran swasta / dunia usaha dalam berbagai upaya
pembangunan kesehatan terutama pelayanan kesehatan pencegahan
dan peningkatan derajat kesehatan yang selama ini masih dibiayai
pemerintah seperti imunisasi, foging untuk DBD, penyediaan air
bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman.
d. Meningkatnya kreatifitas, produktifitas dan peran serta generasi
muda dalam mengatasi masalah kesehatan diri, lingkungan dan
masyarakat Pelaksanaan program..., Lina Marliana, FKMUI, 2008

e. Meningkatnya dan lebih rasionalnya pembiayaan kesehatan yang


berasal dari masyarakat termasuk swasta terutama melaui
3|UNISA

penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan masyarakat dan dikelola


berdasarkan JPKM.
C. Metode Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan mempunyai beberapa unsur, yaitu: input adalah
sasaran pendidikan (individu, kelompok, masyarakat), dan pendidik (pelaku
pendidikan), proses (upaya yang dilakukan) dan output. Metode pendidikan
merupakan salah satu unsur input yang berpengaruh pada pelaksanaan
pendidikan kesehatan ( Soekidjo, 2003)
1. Metode Pendidikan Individu (perseorangan) Bentuk pendekatan ini
antara lain :
a. Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling) Cara ini
memungkinkan kontak antara petugas dan klien lebih intensif,
sehingga petugas dapat membantu penyelesaian masalah klien.
b. Interview (wawancara) Metode ini bertujuan untuk menggali
informasi dari klien mengenai perilaku klien. Pelaksanaan
program..., Lina Marliana, FKMUI, 2008 28
2. Metode pendidikan kelompok
a. Ceramah Metode ini diperuntukan untuk kelompok besar dan
baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah
b. Diskusi kelompok Diskusi kelompok ini dimungkinkan
apabila peserta kegiatan kurang dari 15 orang dan termasuk ke
dalam metode kelompok kecil
c. Curah Pendapat Metode ini merupakan modifikasi dari diskusi
kelompok dan mempunyai prinsip yang sama dengan diskusi
kelompok. Perbedaannya terletak pada permulaannya, dimana
peserta diberikan suatu masalah dan peserta kemudian
memberikan tanggapannya.
d. Bola Salju Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1
pasang dan dua orang) kemudian dilontarkan suatu pertanyaan
atau masalah. Kemudian tiap 2 pasang bergabung,
mediskusikan masalah yang sama dan menarik kesimpulan.
Begitupun seterusnya sampai terjadi suatu diskusi seluruh
peserta.
e. Kelompok-kelompok kecil (buzz group) Pelaksanaan
program..., Lina Marliana, FKMUI, 2008 29
f. Memainkan peran (role playing) Beberapa anggota kelompok
memainkan suatu peran, kemudian mereka memperagakan,
misalnya bagaimana interaksi/komunikasi sehari-hari dalam
menjalankan tugas
g. Permainan stimulasi Metode ini merupakan gabungan dari
metode diskusi kelompok dan role play
4|UNISA

3. Metode Pendidikan Massa


a. Ceramah umum Penyajian materi di depan khalayak publik
yang berjumlah besar dan terutama disampaikan secara lisan
b. Siaran Radio Metodanya sama dengan ceramah, tetapi anak
didik tidak berada di dalam ruangan yang sama
c. Siaran TV Sama dengan radio, tetapi ditambah dengan
gerakan
d. Media cetak Penyajian materi disampaikan secara tulisan

BAB II
PEMAPARAN STRATEGI PENDIDIKAN
KESEHATAN

A. Strategi Pendidikan Kesehatan


Menurut Soekidjo (2003) untuk mencapai tujuan dan sasaran
pendidikan kesehatan dilakukan strategi kegiatan sebagai berikut :
1. Penyebarluasan Informasi Kesehatan
Kegiatan ini meliputi pengkajian sosial budaya kesehatan,
sistem komunikasi dan teknologi yang tepat dalam pengembangan
masyarakat. Pengembangan penciptaan dan penyebarluasan bahan
pendidikan kesehatan melalui media massa agar pesan kesehatan
menjadi bagian yang terpadu dengan pesan pembangunan nasional.
2. Pengembangan Potensi Swadaya Masyarakat di Bidang Kesehatan
Kegiatan ini meliputi pengembangan sikap, kemampuan dan
motivasi LSM dan organisasi kemasyarakatan lainnya dalam
pembudayaan hidup sehat dan penyebarluasan metodologi
pengembangan masyarakat melalui ormas dan kelompok potensial
lainnya. Pengembanagan kerja sama yang paling menguntungkan
antara pemerintah dan masyarakat berpenghasilan tinggi guna
menopang kesehatan masyarakat miskin serta mengembangkan
kelompok keluarga mandiri sebagai teladan.
3. Pengembangan Penyelenggaraan Penyuluhan
Di selenggarakan melalui pengembanagan sikap, kemampuan
dan motivasi petugas kesehatan baik pemerintah maupun swasta di
bidang penyuluhan, institusi pendidikan dan litbang serta pembentukan
kemitraan antara pemerintah, kelompok profesi dan masyarakat dalam
penyelenggaraan penyuluhan.

B. Komponen pendidikan kesehatan


Azrul (1983) Pendidikan kesehatan adalah mendidik masyarakat
dengan cara berkomunikasi. Hal ini pada proses perencanaa informasi yang
akan dilakukan dalam rangka berkomunkasi dan mendidik masyarakat adalah
menentukan jenis media termasuk kombinasi media yang akan digunakan dan
dapat mencapai sasaran.
5|UNISA

Menurut Azrul (1983) hal ini didasarkan pada prinsip komunikasi


yang baik yang sangat ditentukan oleh empat komponennya, yaitu : Sumber
Informasi, Isi Pesan, Media dan Sasaran.
1. Komunikan / sasaran (Receiver)
Penetuan kelompok sasaran sangat penting karena sasaran yang
satu akan berbeda dengan sasaran lainnya, sehingga isi pesan yang
sama mungkin akan diinterpretasikan berbeda oleh masing-masing
kelompok sasaran yang berbeda.
2. Komunikator / Sumber Informasi (Source)
Umumnya masyarakat cenderung percaya terhadap informasi
yang diterima dari orang yang mereka percaya. Dalam KRR sumber
informasi terpercaya ini perlu dipelajari, apakah institusi pemerintah,
tokoh masyarakat, teman sebaya, orang tua atau para tenaga medis.
Menyarankan setidaknya empat faktor yang harus diperhitungkan
dalam memilih sumber informasi/komunikator, yaitu : kredibilitas
komunikator, terus menerus melakukan perubahan perilaku, jarak kelas
sosial antara komunikator dan sasaran, dan jenis sumber informasi.
Pelaksanaan program..., Lina Marliana, FKMUI, 2008 32
3. Isi Pesan (Message)
Isi pesan mempunyai dua tujuan, yaitu untuk memberikan
informasi kepada sasaran dan meyakinkan sasaran terhadap nilai suatu
informasi tersebut. Sedangkan mencatat berbagai karakteristik isi
pesan yang mempengaruhi proses komunikasi, yaitu : a. Jumlah
komunikasi, termasuk volume dan isi pesan yang disampaikan kepada
sasaran b. Frekuensi komunikasi yang membahas topik yang spesifik.
4. Saluran atau media (Channel or Media)
Mengacu kepada definisi komunikasi massa yaitu sebagai jenis
komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar,
heterogen dan anonim, melalui media cetak dan elektronis sehingga
pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat maka media
massa berfungsi untuk membuat orang tertarik, sebagai sumber
informasi, merubah sikap dan menstimulasi perubahan perilaku.
Beberapa kendala yang dijumpai dalam mengevaluasi media massa
sebagiamana diungkapkan oleh Kar (1997) yaitu umumnya kesulitan
untuk menentukan atau membedakan antara responden yang telah dan
belum menerima informasi dari media massa. Hal ini dikarenakan
media massa menjangkau banyak sasaran, juga disebabkan karena
masyarakat mungkin telah menerima informasi dari sumber lain.
Kendala yang lain adalah sulitnya mengukur kualitas dampak yang
timbul pada masyarakat tersebut karena banyaknya faktor yang
mempengaruhinya.
6|UNISA

C. Pengembangan Strategi pendidikan kesehatan


Menurut Yuliati (2015), manusia belajar melalui berbagai macam
penginderaan (penciuman, raba, pendengaran, penglihatan, dan rasa), dari
kelima indera tersebut paling banyak belajar melalui indera penglihatan dan
pendengaran sehingga memiliki 11 keefektifan yang cukup tinggi dalam
memberi edukasi kesehatan. Menurut penelitian ahli, pancaindra yang paling
banyak menyalurkan pengetahuan ke otak adalah mata 75% - 87%, sedangkan
13 % - 25 % didapat melalui indra lainnya (Maulana, 2009).
Respon seseorang dalam menerima informasi dari media berbeda-
beda, tidak semua orang dapat menerima stimulus dari media tersebut. Efek
stimulus respons pada individu dimulai dengan perhatian atau terpaan pada
pesan di media dan keberhasilan stimulus yang disampaikan kepada seseorang
melalui media dapat dilihat dari perhatian dan reaksi seseorang tersebut
(Abdurahman, 2014).
1. Pengaruh Media Audio Visual dalam pendidikan kesehatan
Video adalah kontekstual unggul rekaman audio yang
memberikan data pengamatan tentang komunikasi nonverbal dan
spesifik sehingga dapat mengamati beberapa perilaku dan hubungan
antara fenomena yang menarik atau peristiwa. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh (Scherer, 2013; HS, 2011) bahwa respon otak
untuk memproses gambar/visual sangat cepat, bisa mencapai 60.000
kali lebih cepat dibandingkan dengan memproses pesan berupa teks,
keadaan ini 12 dipengaruhi oleh peningkatan aktivitas listrik otak
manusia ketika dirangsang dengan gambar/visual.
Visualisasi adalah suatu bentuk penyampaian informasi yang
digunakan untuk menjelaskan sesuatu dengan gambar, animasi atau
diagram yang bisa dieksplor, dan upaya dalam mendeskripsipkan
maksud tertentu menjadi sebuah bentuk informasi yang lebih mudah
dipahami agar dapat memprediksi kesimpulan, dengan adanya
visualisasi.
Hasil belajar mahasiswa yang menggunakan media audio visual
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar mahasiswa yang
menggunakan pendekatan konvensional karena dengan pembelajaran
menggunakan pendekatan konvensional mahasiswa dapat mengalami
kejenuhan sedangkan dengan pembelajaran dengan media audio visual
mahasiswa dapat dibawa dalam dunia yang mendekati kenyataan
sehingga dengan penggunaan audio visual dapat merangsang pikiran,
perasaan dan minat serta perhatian.
2. Manfaat Penggunaan Audio Visual
Beberapa kelebihan dalam penggunaan audio visual adalah
dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap sehingga
dengan penggunaan media audio visual maka informasi belajar atau
penyalur 13 pesan lebih efektif, dapat menambah wawasan insan
pendidikan. Audio visual bahkan dapat memberikan rangsangan,
7|UNISA

stimulus yang kuat bagi seseorangyang dapat memperlancar,


memperkuat ingatan seseorang sehingga pada akhirnya dapat
mengoptimalkan kemampuannya dan potensinya (Haryoko, 2009).
Seseorang cenderung lebih tertarik dalam penggunaan video dengan
materi berwarna karena materi yang terkandung dalam video dapat
lebih cepat dihayati. Kemudahan penghayatan materi yang terkandung
dalam video disebabkan oleh penyajian video yang memuat alur cerita.
contoh orang yang merokok sampai dengan penyakit-penyakit
yang dideritanya, sehingga seseorang mampu berempati dengan
keadaan tokoh yang ada dalam cerita video tersebut (Ambarwati dkk,
2014). Penggunaan pesan media audio bahaya merokok pada seseorang
perokok dapat mengalokasikan sumber daya kognitifnya sehingga
dapat memproses pesan media dengan aliran satu atau beberapa audio
terus menerus dan menerima informasi yang ada dari video tersebut.
Otak juga telah menunjukkan bahwa isyarat merokok berhubungan
dengan aktivasi saraf yang terlibat dalam visuo-spasial perhatian dan
tidak hanya berhubungan dengan reward pengolahan (Lee, 2013).
Alokasi sumber daya kognitif seseorang terbatas, dan pengolahan
pesan terjadi melalui mekanisme yang otomatis dan dikendalikan, hal
ini diarahkan pada tujuan dari sumber daya yang disengaja dan
didorong karena adanya faktor biologis, dengan adanya fitur struktural
dalam pesan media seperti pemotongan atau suntingan dari video, efek
dari suara maka respon otomatis seseorang dalam menanggapi pesan
media akan timbul 14 sehingga memunculkan fitur pesan dan pengaruh
konten motivasi yang relevan terhadap tingkat sumber daya benar-
benar dialokasikan untuk memproses pesan (Lee, 2013).
Treisman, A., & Zhang. W. (2006), media audio visual
khususnya film bersuara memiliki karakteristik khusus yaknidapat
menggambarkan suatu proses, kejadian dan sebagainya, dapat
menimbulkan kesan ruang dan waktu sehingga suara yang dihasilkan
dapat menimbulkan realita pada gambar dalam bentuk ekspresi murni.
Penurunan memori dapat terjadi ketika informasi yang ditampilkan
hanya dalam bentuk visual saja, sedangkan memori cenderung naik
ketika informasi yang ditampilkan dalam bentuk audio dan visual.
Semakinbanyak indera yang bekerja dalam menerima informasi, maka
semakin banyak pulayang tersimpan dalam memori. Menurut teori
Treisman, penyeleksian informasi dilakukan di bagian akhir.
Perbedaan penyeleksian informasi sangat mempengaruhi informasi
seseorang dan informasi yang diberikan atensi lebih besar maka
seseorang lebih mudah untuk mengingat.

D. Strategi perubahan perilaku menurut WHO


Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan
yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat
(Maulana, 2009). Untuk membina dan meningkatkan kesehatan masyarakat
khususnya remaja, intervensi terhadap faktor perilaku sangat strategis. Bentuk
8|UNISA

intervensi terhadap faktor perilaku secara umum dapat dilakukan melalui dua
upaya, yaitu tekanan (enforcement) dan edukasi (education) (Notoatmodjo,
2003). Menurut WHO, strategi perubahan perilaku dikelompokkan menjadi
tiga cara, yaitu
1. Tekanan
memberi informasi atau edukasi, dan diskusi partisipasi.
Perubahan perilaku dengan cara tekanan dilakukan melalui
penggunaan kekuatan atau kekuasaan. Dengan cara ini, perubahan
perilaku dipaksakan pada sasaran. Cara ini dapat mengubah perilaku
secara cepat, tetapi perubahannya tidak bertahan lama karena belum
atau tidak didasari kesadaran pribadi.
2. Upaya
mengubah perilaku dengan memberikan informasi atau edukasi
dilaksanakan dengan cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan, dan
memberi kesadaran melalui kegiatan pendidikan kesehatan. Upaya ini
dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan kelompok sasaran.
Dengan pengetahuan yang didapat akan menimbulkan perubahan
sikap, dan akhirnya menyebabkan individu, kelompok sasaran akan
berperilaku yang didasarkan pada kesadaran, kemauan individu yang
bersangkutan. Perubahan perilaku dengan cara ini memerlukan waktu
relatif lama, tetapi perubahannya bersifat langgeng.
3. Diskusi dan partisipasi
Cara perubahan perilaku melalui diskusi dan partisipasi
merupakan cara lanjutan setelah melalui informasi atau edukasi.
Melalui diskusi partisipasi, pengetahuan yang diterima semakin
mantap sehingga perilaku kelompok sasaran menjadi lebih mantap,
bahkan merupakan referensi perilaku orang lain.
E. Strategi kolaborasi berbasis pemecahan masalah
dengan Strategi Kolaborasi dan Pemecahan Masalah Keterampilan
pemecahan masalah dapat dilatih melalui pembelajaran berbasis masalah.
Peningkatan keterampilan melalui pembelajaran berbasis masalah ditemukan
pada penelitian yang dilakukan oleh Adnyana, dkk. (2003), Afcariano (2008),
Krishnan, dkk, (2011), dan Astika, dkk. (2013). Hasil penelitian Adyana, dkk.
(2003) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah dapat
meningkatkan kompetensi dan keterampilan hidup siswa. Hasil penelitian
Afcariano (2008), Krishna, dkk. (2011), dan Astika, dkk. (2013), juga
mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan
keterampilan berpikir siswa. Di samping itu, Delisle (1997) menguraikan
bahwa pembelajaran berbasis masalah mendorong pembelajaran kolaboratif.
Pembelajaran berbasis masalah menekankan pada kerja sama (kolaboratif).
Seperti yang dikemukakan oleh Hesson & Shad (2007) bahwa pembelajaran
berbasis masalah digunakan untuk mengubah pembelajaran dari guru ke siswa,
dan dengan pembelajaran berbasis masalah transformasi pengetahuan menjadi
lebih baik. Pembelajaran kolaboratif akan memberi kesempatan pada siswa
untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi, seorang siswa dapat
9|UNISA

membandingkan pemikiran dan pengetahuan yang telah dibentuknya dengan


pemikiran dan pengetahuan siswa lain. untuk semakin mengembangkan
pikiran dan pengetahuannya sendiri. Peningkatan belajar harus adanya
interaksi antara siswa, dan antara siswa dengan guru juga dikemukakan oleh
Dewi, dkk. (2013). Sebagaimana yang juga dikemukakan oleh Ostroff (2013),
bahwa pada saat berdiskusi dalam kelompok, siswa secara simultan sebagai
peserta aktif dan juga sebagai pengamat. Jadi, dalam pembelajaran kolaboratif
memberi siswa pengalaman melakukan, sementara itu siswa juga
menginternalisasi pemikiran orang lain.
Tanggaard (2005) menguraikan bahwa siswa lebih menginternalisasi
keterampilan dan pengetahuannya pada pembelajaran kolaboratif. Sedangkan
Suyatno (2008) mengemukakan, proses pembelajaran kolaboratif merupakan
proses membangun makna dari materi yang dipelajari melalui interaksi sosial.
Muijs dan Reynold (2008) menguraikan bahwa belajar dalam kelompok
membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan berkomunikasi,
keterampilan berpartisipasi, keterampilan mendengarkan, kemampuan empati,
dan mengakomodasi pendapat orang lain. Dalam Murmanto (2007) dinyatakan
bahwa pada proses pembelajaran siswa diberikan kesempatan untuk
berkomunilasi menyampaikan gagasannya. Siswa yang memiliki keterampilan
berkomunikasi akan dapat mengkomunikasikan ide-idenya kepada orang lain
secara efektif. Kalau siswa dapat mengkomunikasikan pengetahuannya, berarti
siswa sudah menginternalisasi dan memahami hal-hal atau konsep yang
disampaikan tersebut. Sebagimana yang dikemukakan oleh Ostroff (2013),
bahwa seseorang atau siswa yang menjelaskan pemikirannya, bukan saja
mengkomunikasikan pengetahuannya, tetapi juga meningkatkan
pengetahuannya. Pada saat mengkomunikasikan pemikirannya, siswa dibantu
oleh guru. Kegiatan pembelajaran seperti ini, guru membantu siswa
mengkonstruksi pengetahuan sehingga pengetahuan siswa meningkat.
Mengintegrasikan pendidikan kesehatan dengan strategi pembelajaran
berdasarkan masalah merupakan pembelajaran aktif yang diawali dengan
masalah-masalah otentik tentang kesehatan yang relevan dengan materi pokok
sesuai silabus. Masalah kesehatan dapat dijadikan tema dalam pembelajaran.
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Ostroff (2013), bahwa strategi
yang efektif untuk meningkatkan pengetahuan siswa adalah dengan membahas
masalah atau pengalaman yang konkrit. Motivasi siswa akan meningkat jika
diminta untuk mencari solusi dalam mengatasi masalah kehidupan nyata.
Muhzon (2009) menyatakan bahwa membahas kasus riil dalam pembelajaran
menjadikan proses pembelajaran menjadi menarik dan bermakna. Peningkatan
motivasi pada pembelajaran kolaboratif dan meningkatkan hasil belajar,
dikemukakan oleh Santoso (2013). Hal yang sama dikemukakan oleh Eggen
dan Kauchak (2012) bahwa pembelajaran melalui pemecahan masalah otentik
sangat meningkatkan motivasi siswa karena didorong oleh tantangan dan rasa
ingin tahu. Slavin (1997) mengemukakan bahwa siswa yang termotivasi untuk
belajar akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam
mempelajari materi pelajaran. Mulyasa (2005) juga mengemukakan bahwa
motivasi merupakan salah satu faktor yang meningkatkan kualitas
10 | U N I S A

pembelajaran. Siswa akan belajar dengan sungguhsungguh apabila memiliki


motivasi yang tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

 http://desistikes.blogspot.com/2013/12/strategi-penkes.html?m=1
 http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/122947-S-5237-Pelaksanaan%20program-
Literatur.pdf
 http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/7329/6.%20BAB
%20II.pdf?sequence=6&isAllowed=y
 https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/semnasmipa/article/download/10486/
6697

Anda mungkin juga menyukai