Anda di halaman 1dari 21

RANCANGAN PEMBELAJARAN

DENGAN SASARAN KOMUNITAS

A. PENDAHULUAN

Dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat akan dihadapi pada


berbagai pertanyaan mengenai masalah kesehatan. Maka dari itu perawat harus
bisa memberikan penyuluhan kesehatan pada pasien.Pendidikan kesehatan pada
dasarnya untuk meningkatan derajat kesehatan (kesejahteraan) menurunkan
ketergantungan dan memberikan kesempatan pada individu, keluarga,
kelompok, dan komunitas untuk mengaktualisasikan dirinya dalam
mempertahankan keadaan sehat yang optimal.

Pendidikan kesehatan merupakan tindakan mandiri keperawatan dalam


membantu klien (individu, kelompok, masyarakat) dalam mengatasi masalah
kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran, yang didalamnya perawat sebagai
pendidik.Perawat mengalihkan pengetahuan, keterampilan dan pembentukan
sikap selama pembelajaran yang berfokus pada pasien.Pendidikan kesehatan
bukan hanya berhubungan dengan komunikasi informasi, tetapi juga
berhubungan dengan adopsi motivasi, keterampilan, dan kepercayaan diri untuk
melakukan tindakan memperbaiki kesehatan.

Dahulu pendidikan kesehatan mencakup ruang lingkup yang lebih luas,


yaitu sebuah proses yang memungkinkan orang untuk mengatur dan
meningkatkan kesehatannya. Namun saat ini lingkup tersebut merupakan
cakupan promosi kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan dari promosi
kesehatan.Pendidikan kesehatan merupakan bentuk kegiatan dan pelayanan
keperawatan yang dapat dilakukan dirumah sakit ataupun diluar rumah sakit
(non klinik) yang dapat dilakukan di tempat ibadah, pusat kesehatan ibu dan

1
anak, tempat pelayanan publik, tempat penampunganorganisasi masyarakat,
organisasi pemeliharaan kesehatan (asuransi), sekolah,dan panti lanjut usia.

Maka dari itu dalam makalah ini, penulis hanya membahas tentang rancangan
pembelajaran dengan sasaran komunitas, yaitu :

1. KONSEP – KONSEP KUNCI


a) Pendidikan Kesehatan
b) Rancangan Pembelajaran dengan Sasaran Komunitas
c) Pengkajian Sasaran Komunitas
d) Diagnosis Sasaran Komunitas
e) Pencanaan Tindakan

2. PETUNJUK

Dalam mempelajari materi ini ada beberapa kunci yang nantinya digunakan
sebagai petunjuk dalam memahami materi ini, yaitu;

a) Pelajari materi Mengenai konsep poskesdes


b) Penyajian meliputi Judul dan Konsep – konsep kunci, petunjuk, kerangka
isi, tujuan pembelajaran umum, tujuan pembelajaran khusus, paparan
materi, tugas dan latihan, rangkuman, dan soal – soal akhir Materi yag
disertai dengan Kunci Jawaban.
c) Dalam uraian materi terdapat tes sambil jalan. Tes ini dapat menjadi
tuntunan pembaca dalam memahami uraian bahan ajar bagian demi
bagian.
d) Bacalah sumber – sumber pendukung untuk memperdalam pengetahuan
dan wawasan anda.

2
3. TUJUAN
a. Tujuan Umum Pembelajaran

Mahasiswa dapat mengetahui tentang hubungan kesehatan terhadap


Konsep Poskesdes

b. Tujuan Khusus Pembelajaran

Mahasiswa mampu memahami Konsep – konsep Kunci dengan Topik


dalam Mata Kuliah Promosi Kesehatan adalah sebagai berikut :

− Mampu memahami Pendidikan Kesehatan


− Mampu memahami Rancangan Pembelajaran dengan Sasaran
Komunitas
− Mampu memahami Pengkajian Sasaran Komunitas
− Mampu memahami Diagnosis Sasaran Komunitas
− Mampu memahami Perancanaan Tiindakan

3
B. PENYAJIAN MATERI
1. PENDIDIKAN KESEHATAN
A. PENGERTIAN
1. Menurut Wood (1926) dalam definisi yang dikemukakannya (Hanlon,
halaman. 578 yang dikutip Tafal, 1984), mengemukakan bahwa
pendidikan kesehatan sebagai sekumpulan pengalaman yang mendukung
kebiasaan, sikap, dan pengetahuan yang berhubungan dengan kesehatan
individu, masyarakat, dan ras.

2. Menurut Stuart (1968) dalam definisi yang dikemukakan, (dikutif oleh


staf jurusan PK-IP FKMUI 1984) mengatakan bahwa pendidikan
kesehatan adalah komponen program kesehatan dan kedokteran yang
terdiri atas upaya terencana untuk mengubah perilaku individu,
kelompok maupun masyarakat yang merupakan perubahan cara berpikir,
bersikap, dan berbuat dengan tujuan membantu pengobatan, rehabilitasi,
pencegahan penyakit, dan promosi hidup sehat.

3. Menurut Nyswander (1947) yang dikutif Notoatmodjo (1997)


mengatakan bahwa pendidikan kesehatan adalah proses perubahan
perilaku yang dinamis, bukan proses pemindahan materi dari seseorang
ke orang lain dan bukan pula seperangkat prosedur. Hal itu dapat dilihat
dari definisiyang dikemukakan yaitu :
“Pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri
seseorang yang dihubungkan dengan pencapaian tujuan kesehatan
individu, dan masyarakat. Pendidikan kesehatan tidak dapat diberikan
kepada seseorang oleh orang lain, bukan seperangkat prosedur yang
dilaksanakan atau suatu produk yang harus dicapai, tetapi sesungguhnya
merupakan suatu proses perkembangan yang berubah secara dinamis,

4
yang didalamnya seseorang menerima atau menolak, informasi, sikap
maupun praktik baru, yang berhubungan dengan tujuan hidup sehat “

Ketiga definisi tersebut diatas menunjukkan bahwa pendidikan


kesehatan merupaka suatu proses perubahan perilaku yang dinamis
dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia yang
meliputi komponen pengetahuan, sikap ataupun praktik yang
berhubungan dengan tujuan hidup sehat baik secara individu, kelompok
maupun masyarakat, serta merupakan komponen dari program
kesehatan.
Sedangkan menurut ahli lain, yaitu Green (1972) yang dikutif oleh
Notoatmodjo (1997), mengemukakan bahwa pendidikan kesehatan
adalah istilah yang diterapkan pada penggunaan proses pendidikan secara
terencana untuk mencapai tujuan kesehatan yang meliputi beberapa
kombinasi dan kesempatan pembelajaran.
Menurut Committee President on Health Education (1977) yang
dikutif Soekidjo Notoatmodjo (1997), mengatakan bahwa pendidikan
kesehatan adalah proses yang menjebatani kesenjangan antara informasi
kesehatan dan praktik kesehatan, yang memotivasi seseorang untuk
memperoleh informasi dan berbuat sesuatu sehingga dapat menjaga
dirinya menjadi lebih sehat dengan menghindari kebiasaan yang buruk
dan membentuk kebiasaan yang menguntungkan kesehatan.
Menurut Craven dan Hirnle (1996), mengatakan bahwa pendidikan
kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang
melalui teknik praktik belajar atau instruksi, dengan tujuan untuk
mengingat fakta atau kondisi nyata, dengan cara memberikan dorongan
terhadap pengarahan diri (self direction), aktif memberikan informasi-
informasi atau ide baru.
Dari beberapa definisi yang dikemukakan diatas, maka kesimpulan
yang dapat ditarik bahwa pendidikan kesehatan adalah merupan proses

5
perubahan perilaku secara terencana pada diri individu, kelompok, atau
masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup
sehat. Pendidikan kesehatan merupakan proses belajar pada individu,
kelompok, atau masyarakat dari tidak tahu tentang nilai kesehatan
menjadi tahu, dan dari tidak mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri
menjadi mandiri. Dengan demikian pendidikan kesehatan merupakan
usaha/kegiatan untuk membantu individu, kelompok, dan masyarakat
dalam meningkatkan kemampuan baik pengetahuan, sikap, maupun
keterampilan untuk mencapai hidup sehat secara optimal.
Dalam keperawatan, pendidikan kesehatan merupakan satu bentuk
intervensi keperawatan yang mandiri untuk membantu klien baik
individu, kelompok, maupun masyarakat dalam mengatasi masalah
kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran yang didalamnya perawat
berperan sebagai perawat pendidik. Pelaksanaan pendidikan kesehatan
dalam keperawatan merupakan kegiatan pembelajaran dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
a. Pengkajian kebutuhan belajar klien.
b. Penegakan diagnosa keperawatan.
c. Perencanaan pendidikan kesehatan
d. Implementasi pendidikan kesehatan.
e. Evaluasi pendidikan kesehatan, dan dokumentasi pendidikan
kesehatan.

B. TUJUAN PENDIDIKAN KESEHATAN


Tujuan secara umum dari pendidikan kesehatan adalah mengubah perilaku
individu/masyarakat di bidang kesehatan (WHO, 1954) yang dikutif oleh
Notoatmodjo (1997). Tujuan tersebut dapat diperinci menjadi :
1. Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai di masyarakat
2. Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok
mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.

6
3. Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana
pelayanan kesehatan yang ada.

Tujuan secara operasional pendidikan kesehatan diperinci oleh Wong


(1974) yang dikutif Tafal (1984) adalah sebagai berikut :
1. Agar penderita (masyarakat) memiliki tanggung jawab yang lebih besar
pada kesehatan (dirinya), keselamatan lingkungan, dan masyarakatnya.
2. Agar orang melakukan langkah-langkah positif dalam mencegah
terjadinya sakit, mencegah berkembangnya sakit menjadi lebih parah dan
mencegah keadaan ketergantungan melalui rehabilitasi cacat yang
disebabkan oleh penyakit.
3. Agar orang memiliki pengertian yang lebih baik, tentang eksistensi dan
perubahan-perubahan sisten dan cara memanfaatkan dengan efisien dan
efektif.
4. Agar orang mempelajari apa yang dapat di lakukan sendiri dan
bagaimana caranya, tanpa selalu meminta pertolongan kepada sistem
pelayanan kesehatan yang formal.

Dari kedua uraian tujuan tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
pada dasarnya pendidikan kesehatan bertujuan untuk mengubah pemahaman
individu, kelompok, dan masyarakat di bidang kesehatan agar menjadikan
kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai, mandiri dalam mencapai tujuan
hidup sehat, serta dapat menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada
dengan tepat dan sesuai.

2. RANCANGAN PEMBELAJARAN DENGAN SASARAN INDIVIDU

a) Sasaran individu

Sasaran priotitas individu adalah balita gizi buruk, ibu hamil risiko

7
tinggi, usia lanjut, penderita penyakit menular (TB Paru, Kusta, Malaria,
Demam Berdarah, Diare, ISPA/Pneumonia) dan penderita penyakit
degeneratif.

b) Sasaran keluarga

Sasaran keluarga adalah keluarga yang termasuk rentan terhadap


masalah kesehatan (vulnerable group) atau risiko tinggi (high risk
group), dengan prioritas : a. Keluarga miskin belum kontak dengan
sarana pelayanan kesehatan (Puskesmas dan jaringannya) dan belum
mempunyai kartu sehat. b. Keluarga miskin sudah memanfaatkan sarana
pelayanan kesehatan mempunyai masalah kesehatan terkait dengan
pertumbuhan dan perkembangan balita, kesehatan reproduksi, penyakit
menular. c. Keluarga tidak termasuk miskin yang mempunyai masalah
kesehatan prioritas serta belum memanfaatkan sarana pelayanan
kesehatan

c) Sasaran kelompok

Sasaran kelompok adalah kelompok masyarakat khusus yang rentan


terhadap timbulnya masalah kesehatan baik yang terikat maupun tidak
terikat dalam suatu institusi. a. Kelompok masyarakat khusus tidak
terikat dalam suatu institusi antara lain Posyandu, Kelompok Balita,
Kelompok ibu hamil, Kelompok Usia Lanjut, Kelompok penderita
penyakit tertentu, kelompok pekerja informal. b. Kelompok masyarakat
khusus terikat dalam suatu institusi, antara lain sekolah, pesantren, panti
asuhan, panti usia lanjut, rumah tahanan (rutan), lembaga
pemasyarakatan (lapas).

d) Sasaran masyarakat

Sasaran masyarakat adalah masyarakat yang rentan atau mempunyai


risiko tinggi terhadap timbulnya masalah kesehatan, diprioritaskan pada

8
a. Masyarakat di suatu wilayah (RT, RW, Kelurahan/Desa) yang
mempunyai :
1. Jumlah bayi meninggal lebih tinggi di bandingkan daerah lain
2. Jumlah penderita penyakit tertentu lebih tinggi dibandingkan
daerah lain
3. Cakupan pelayanan kesehatan lebih rendah dari daerah lain
b. Masyarakat di daerah endemis penyakit menular (malaria, diare,
demam berdarah, dll)
c. Masyarakat di lokasi/barak pengungsian, akibat bencana atau akibat
lainnya Bab 1. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Komunitas 8
d. Masyarakat di daerah dengan kondisi geografi sulit antara lain daerah
terpencil, daerah perbatasan e. Masyarakat di daerah pemukiman baru
dengan transportasi sulit seperti daerah transmigrasi.

3.PENGKAJIAN SASARAN KOMUNITAS

Pada tahap pengkajian ini perlu didahului dengan sosialisasi program perawatan
kesehatan komunitas serta program apa saja yang akan dikerjakan bersama-sama
dalam komunitas tersebut. Sasaran dari sosialisasi inimeliputi tokoh masyarakat
baik formal maupun informal, kader masyarakat, serta perwakilan dari tiap elemen
di masyarakat (PKK, karang taruna, dan lainnya). Setelah itu, kegiatan dianjurkan
dengan dilakukannya Survei Mawas Diri (SMD) yang diikuti dengan kegiatan
Musyawarah Masyarakat Desa (MMD).

Survei Mawas Diri adalah kegiatan perkenalan, pengumpulan, dan pengkajian


masalah kesehatan oleh tokoh masyarakat dan kader setempat di bawah bimbingan
petugas kesehatan atau perawat di desa (Depkes RI, 2007). Tujuan Survei Mawas
diri adalah sebagai berikut.

 Masyarakat mengenal, mengumpulkan data, dan mengkaji masalah


kesehatan yang ada di desa

9
 Timbulnya minat dan kesadaran untuk mengetahui masalah kesehatan dan
pentingnya permasalahan tersebut untuk diatasi

Survey Mawas diri dilaksanakan di desa terpilih dengan memilih lokasi tertentu
yang dapat menggambarkan keadaan desa pada umumnya. SMD dilaksanakan oleh
kader masyarakat yang telah ditunjuk dalam pertemuan tingkat desa. Informasi
tentang masalah-masalah kesehatan di desa dapat diperoleh sebanyak mungkin dari
kepala keluarga yang bermukim di lokasi terpilih tersebut. Waktu pelaksanaan
SMD dilaksanakan sesuai dengan hasil kesepakatan pertemuan desa. Cara
pelaksanaan Survei Mawas Diri adalah sebagai berikut.
 Perawat komunitas dan kader yang ditugaskan untuk melakukan survey mawas
diri meliputi :
 Penentuan sasaran, baik jumlah KK maupun lokasinya
 Penentuan jenis informasi masalah kesehatan yang akan dikumpulkan dalam
mengenal masalah kesehatan
 Penentuan cara memperoleh informasi kesehatan, misalnya apakah akan
mempergunakan cara pengamatan atau wawancara. Cara memperoleh
informasi dapat dilakukan dengan kunjungan dari rumah ke rumah atau
melalui pertemuan kelompok sasaran
 Pembuatan instrument atau alat untuk memperoleh informasi kesehatan.
Misalnya dengan menyusun daftar pertanyaan (kuesioner) yang akan
dipergunakan dalam wawancara atau membuat daftar hal-hal yang akan
dipergunakan dalam pengamatan.
 Kelompok pelaksanaan SMD dengan bimbingan perawat di desa
mengumpulkan informasi masalah kesehatan sesuai dengan yang
direncanaakan
 Kelompok pelaksanaan SMD dengan bimbingan perawat di desa mengolah
informasi masalah kesehatan yang telah dikumpulkan sehingga dapat

10
diperoleh perumusan masalah kesehatan dan prioritas masalah kesehatan di
wilayahnya.

Pengkajian asauhan keperawatan komunitas terdiri atas dua bagian


utama, yaitu inti komunitas (core) dan delapan subsistem yang melengkapinya.
Inti komunitas menjelaskan kondisi penduduk yang dijabarkan dalam demografi,
vital statistic, sejarah komunitas, nilai dan keyakinan, serta riwayat komunitas,
sedangkan delapan subsistem lainnya meliputi lingkingan fisik, pendidikan,
keamanan, dan transportasi, politik dan pemerintah, layanan kesehatan dan
social, komunitas, ekonomi, dan rekreasi.

Komponen lingkungan fisik yang dikaji meliputi lingkungan sekolah dan


tempat tinggal yang mampu mepengaruhi kesehatan, batasan wilayah, luas
daerah, denah atau peta wilayah, iklim, jumlah dan kepadatan penduduk,
kesehatan lingkungan, dan kegiatan penduduk sehari-hari. Lingkungan fisik juga
dapat dikaji melalui wienshield.

Data yang dikaji dari subsistem layanan kesehatan dan sosial meliputi
fasilitas di dalam komunitas dan di luar komunitas. Layanan kesehatan meliputi
ketersediaan layanan kesehatan, bentuk layanan, jenis layanan, sumber daya,
karaktersirtik konsumen, statistik, pembayaran, waktu pelayanan, kemanfaatan,
keterjangkuan, keberlangsungan, dan keberterimaan layanan komunitas.
Layanan sosial dapat meliputi layanan konseling, panti wreda bagi lansia, pusat
perbelanjaan, dan lain-lain yang merupakan sistem pendukung bagi komunitas
dalam menyelesaikan masalah kesehatan. Pengkajiaan pelayanan kesehatan dan
sosial juga meliputi kebijakan dari pemerintah setempat terhadap kedua layanan
tersebut.

Pengkajian subsistem komunikasi meliputi media informasi yang


dimanfaatkan, bagaimana komunikasi sering dimanfaatkan masyarakat, orang-
orang yang berpengaruh, keikutsertaan dalam pendidikan kesehatan, bagaimana

11
biasanya komunitas memproleh informasi tentang kesehatan, adakah
perkumpulan atau wadah bagi komunitas sebagai sarana untuk mendapatkan
informasi, dari siapa komunitas memproleh banyak informasi tentang kesehatan,
dan adakah sarana komunikasi formal dan informal dalam komunitas.

Komponen pendidikan meliputi status pendidikan masyarakat,


ketersediaan dan keterjangkauan sarana pendidikan, fasilitas pendidikan yang
ada di komunitas, jenis pendidikan, tingkat pendidikan, komunitas yang buta
huruf.Pengkajian subsistem rekreasi diarahkan pada kebiasaan komunitas
berekreasi, aktivitas di luar rumah termasuk dalam mengisi waktu luang dan
jenis rekreasi yang dapat dimanfaatkan oleh komunitas, dan sarana penyaluran
bakat komunitas.

Metode / Instrumen Pengkajian Komunitas

Metode pengumpulan data pengkajian asuhan keperawatan antara lain


Windshield survery, informant interview, observasi partisipasi, dan focus group
discussion (FGD).

a) Windshield Survery

Windshield survery dilakukan dengan berjalan-jalan di lingkungan komunitas


untuk menentukan gambaran tentang kondisi dan situasi yang terjadi di
komunitas, lingkungan sekitar komunitas, kehidupan komunitas, dan
karakteristik penduduk yang ditemui di jalan saat survai dilakukan.

b) Informant Interview

Sebelum terjun ke masyarakat, instrument pengkajian sebaiknya dikembangkan


dan dipersiapkan terlebih dahulu. Instrument yang perlu dikembangkan untuk
melakukan pengkajian terhadap masyarakat antara lain kuesioner, pedoman
wawancara, dan pedoman observasi. Untuk mendapatkan hasil yang akurat dan

12
agar masyarakat membina rasa percaya (trust) dengan perawat diperlukan
kontak yang lama dengan komunitas. Perawat juga harus menyertakan lembar
persetujuan (informed consent) komunitas yang dibubuhi tanda tangan atau cap
jempol akan melakukan tindakan yang membutuhkan persetujuan komonitas.
Informed consent juga mencantumkan jaminan kerahasian terhadap isi
persetujuan dan dapat yang telah disampaikan. Wawancara dilakukan kepada
key informant atau tokoh yang menguasai program.

c) Observasi Partisipasi

Setiap kegiatan kehidupan di komunitas perlu diobservasi. Tentukan berapa lama


observasi akan dilakukan, apa, dimana, waktu, dan tempat komunitas yang akan
di observasi. Kegiatan observasi dapat dilakukan menggunakan format observasi
yang sudah disiapkan terlebih dahulu, kemudian catat semua yang terjadi,
dengan tambahan penggunaan kamera atau video. Informasi yang penting
diperoleh menyangkut aktivitas dan arti sikap atau tampilan yang ditemukan di
komunitas. Observasi dilakukan terhadap kepercayaan komunitas, norma, nilai,
kekuatan, dan proses pemecahan masalah di komunitas.

d) Focus Group Discussion (FGD)

FGD merupakan diskusi kelompok terarah yang dilakukan untuk mendapatkan


informasi yang mendalam tentang perasaan dan pikiran mengenai satu topic
melaui proses diskusi kelompok, berdasarkan pengalaman subjektif kelompok
sasaran terhadap satu institusi/produk tertentu FGD bertujuan mengumpulkan
data mengenai persepsi terhadap sesuatu, misalnya, pelayanan yang dan tidak
mencari consensus serta tidak mengambil keputusan menganai tindaka yang
harus dilakukan. Peserta FGD terdiri dari 6-12 orang dan harus homogen,
dikelompokkan berdasarkan kesamaan jenis kelamin, usia, latar belakang social
ekonomi (pendidikan,suku, status perkawinan, dsb). Lama diskusi maksimal 2
jam. Lokasi FGD harus memberikan situasi yang aman dan nyaman sehingga
menjamin narasumber berbicara terbuka dan wajarFGD menggunakan diskusi

13
yang terfokus sehingga membutuhkan pedoman wawancara yang berisi
pertanyaan terbuka, fasilitator, moderato, notulen, dan observer. Fasilitator dapat
menggunakan prtunjuk diskusi agar diskusi terfokus. Peran fasilitator
menjelaskan diskusi, mengarahkan kelompok, mendorong peserta untuk
berpartisipasi dalam diskusi, menciptakan hubungan baik, fleksibel, dan terbuka
terhadap saran, perubahan, gangguan, dan kurangnya partisipasi. Perekam
jalannya diskusi yang paling utama adalah pengamat merangkap pencatat
(observer dan recorder) hal yang perlu dicatat adalah tanggal diskusi, waktu
diskusi diadakan, tempat diskusi, jumlah peserta, tingkat partisipasi peserta,
gangguan selama proses diskusi, pendapat peserta apa yang membuat peserta
menolak menjawab atau membaut peserta tertawa, kesimpulan diskusi , dan
sebagainya. Pengguanaan alat perekam saat SGD berlangsung harus mendapat
izin dari responden terlebih dahulu.Sebelum membuat instrument pengkajian
keperawatan komunitas seperti kuisioner, pedoman wawancara,
pedomanobservasi, atau windshield survey, kisi-kisi instrument pengkajian
sebaiknya dibuat terlebih dahulu, agar data yang akan ditanyakan dan dikaji
kepada komunitas tidak tumpang tindih sehingga waktu yang digunakan lebih
efektif dan efisian.

Table kisi-kisi instrument pengkajian komunitas

No Variabel Sub-variabel Item Sumber data strategi


pertanyaan

1 Core demografi Nama Data primer kuisioner


Usia
Jenis kelamin

2 Lingkungan fisik

3 Pendidikan

4 Komunikasi

14
5 Layanan kesehatan
dan social

6 Kemampuan dan
transportasi

7 Ekonomi

8 Politik dan
pemerintah
9 Rekreasi

4. DIAGNOSIS SASARAN KOMUNITAS

Selain data primer, data skunder yang diperoleh melalui


laporan/dokumen yang sudah dibuat di desa/kelurahan puskesmas, kecamatan,
atau dinas kesehatan, musalnya laporan tahunan puskesmas, monografi desa,
profil kesehatan, dsb, juga perlu dikumpulkan dari komunitas. Setelah
dikumpulkan melalui pengkajian, data selanjutnya dianalisis, sehingga
perumusan diagnosis keperawatan dapat dilakukan. Diagnosis dirumuskan
terkait garis pertahanan yang mengalami kondisi terancam. Ancaman terhadap
garis pertahanan fleksibel memunculkan diagnosis potensial; terhadap garis
normal memunculkan diagnosis resik; dan terhadap garis pertahanan resisten
memunculkan diagnosis actual/gangguan. Analisis data dibuat dalam bentuk
matriks.

Diagnosis keperawatan komunitas disusun berdasarkan jenis diagnosis sebagai


berikut :

1. Diagnosis sejahtera

Diagnosis sejahtera/ wellness digunakan bila komunitas mempunyai potensi

15
untuk ditingkatkan, belum ada data maladapti. Perumusan diagnosis
keperawatan komunitas potensial, hanya terdiri dari komponen problem (p) saja,
tanpa komponen etiologi (e).

Contoh diagnosis sejahtera/ wellness:

Potensial peningkatan tumbuh kembang pada balita dir t 05 rw 01 desa x


kecamatan A, ditandai dengan cakupan imunisasi 95% (95%), 80% berat badan
balita di atas garis merah KMS, 80% pendidikan ibu adalah SMA, cakupan
posyandu 95%.

2. Diagnosis ancaman ( risiko)

Diagnosis risiko digunakan bila belum terdapat paparan masalah kesehatan,


tetapi sudah ditemukan beberapa data maladaptive yang memungkinkan
timbulnya gangguan. Perumusan diagnosis keperawatan komunitas risiko terdiri
atas problem (p), etiologi (e) , dan symptom/ sign (s).

Contoh diagnose risiko:

Resiko terjadinya konflik psikologis pada warga RT 05, RW 01 desa x


kecamatan A yang berhubungan dengan koping masyarakat yang tidak efektif
ditandai dengan pernah terjadi perkelahian antar- RT, kegiatan gotonbg royong ,
dan silaturahmi, rutin rw jarang dilakukan, penyuluhan kesehatan terkait
kesehatan jiwa belum pernah dilakukan, masyarakat sering berkumpul dengan
melakukan kegiatan yang tidak positif seperti berjudi.

3. Diagnosis actual/ gangguan

Diagnosis gangguan ditegakkan bila sudah timbul gangguan/ masalah


kesehatandi komunitas, yang didukung oleh beberapa data maladaptive.
Perumusan diagnosis keperawatan komunitas actual terdiri atas problem (p),
etiologi (e), dan symptom/sign (s)

16
Contoh diagnosis actual:

gangguan/masalah kesehatan reproduksi pada agregat remaja yang berhubungan


dengan kurangnya kebiasaan hygiene Personal, ditandai dengan 92% remaja
mengatakan mengalami keputihan patologis, upaya yang dilakukan remaja
dalam mengatasi keputihan 80% didiamkan saja, 92% remaja mengatakan belum
pernah memperoleh informasi kesehatan reproduksi dari petugas kesehatan.
Tingginya kasus diare di wilayah RW 5 kelurahan X yang berhubungan dengan
tidak adekuatnya penggunaan fasilitas layanan kesehatan untuk penanggulangan
diare, keterbatasan, dan kualitas sarana pelayanan diare.

 Prioritas Diagnosis Keperawatan komunitas

Setelah data dianalisis dan masalah keperawatan komunitas ditetapkan prioritas


masalah kesehatan komunitas yang perlu ditetapkan bersama masyarakat melalui
musyawarah masyarakat desa (MMD) atau lokakarya mini masyarakat. Prioritas
masalah dibuat berdasarkan kategori dapat diatasi, kemudahan, dan kekhususan,
mengingat banyaknya masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Pemilihan
masalah ini sangat penting dilakukan, agar implementasi yang dilakukan benar-
benar bermanfaat bagi masyarakat dan secara tidak langsung akan membangun
rasa percaya diri dan kompetensi masyarakat untuk mengatasi masalah yang lain
(Bract, 1990 dalam Helvie, 1998). Penentuan prioritas masalah keperawatan
komunitas dapat dilakukan melalui metode berikut.

1. Paper and Pencil Tool (Ervin, 2002)

Masalah Pentingnya Kemungkinan Peningkatan


masalah untuk perubahan terhadap kualitas
dipecahkan : positif jika hidup bila diatasi
1. Rendah diatasi : :

17
2. Sedang 0. Tidak ada 0. Tidak ada Total
3. Tinggi 1. Rendah 1. Rendah
2. Sedang 2. Sedang
3. Tinggi
Resiko 3 3 3 9
mingkatnya
kejadian
infertilitas
Pada Agregat
remaja
Kurangnya 3 4 2 7
kebiasaan hygiene
personal

2. Scoring diagnosis keperawatan komunitas (Depkes, 2003)

Masalah A B C D F G H TOTAL
keperawatan
Resiko 2 3 2 5 3 2 2 21
meningkatnya
kejadian
infertilitas pada
agregat remaja
Kurangnya 3 4 3 3 3 3 3 25
kebiasaan
hygiene personal

18
a. Risiko keparahan 1. Sangat rendah
b. Minat masyarakat 2. Rendah
c. Kemungkinan diatasi 3. Cukup
d. Waktu 4. Tinggi
e. Dana 5. Sangat tinggi
f. Fasilitas
g. Sumber daya
h. Tempat

 Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)

Musyawarah Masyarakat desa (MMD) adalah pertemuan seluruh warga desa


untuk membahas hasil Survei mawas Diri dan merencanakan penanggulangan
masalah kesehatan yang diperoleh dari Survei Mawas Diri (Depkes RI, 2007).
Tujuan dari MMD ini adalah sebagai berikut

 Masyarakat mengenal masalah kesehatan di wilayahnya


 Masyarakat sepakat untuk menanggulangi masalah kesehatan

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan MMd adalah sebagai
berikut :

 Musyawarah masyarakat desa harus dihadiri oleh pemuka masyarakat


desa, petugas puskesmas, dan sector terkait di kecamatan
 MMD dilaksanakan dib alai desa atau tempat pertemuan lain yang ada di
desa
 MMD dilaksanakan segera setelah SMD dilaksanakan

Cara pelaksanaan MMD adalah sebagai berikut :

 Pembukaan dengan menguraikan maksud dan tujuan MMD dipimpin oleh


kepala desa

19
 Pengenalan masalah kesehatan oleh masyarakat sendiri melalui curah
pendapat dengan mempergunakan alat peraga, poster, dan lain-lain dengan
dipimpin oleh ibu desa
 Penyajian hasil SMD oleh kelompok SMD
 Perumusan dan penentuan prioritas masalah kesehatan atas dasar pengenalan
masalah dan hasil SMD, dilanjutkan dengan rekomendasi teknis dari petugas
kesehatan di desa atau perawat komunitas
 Penyusunan rencana penanggulangan masalah kesehatan dengan dipimpin
oleh kepala desa
 Penutup

5. PERENCANAAN TINDAKAN

Perencanaan diawali dengan merumuskan tujuan yang ingin dicapai serta


rencana tindakan untuk mengatasi masalah yang ada. Tujuan dirumuskan untuk
mengatasi atau meminimalkan stresor dan intervensi dirancang berdasarkan tiga
tingkat pencegahan. Pencegahan primer untuk memperkuat garis pertahanan
fleksibel, pencegahan sekunder untuk memperkuat garis pertahanan normal, dan
pencegahan tersier untuk memperkuat garis pertahanan resisten (Anderson &
McFarlane, 2000).

 Tindakan keperawatan yang direncanakan untuk memecahkan diagnosa


keperawatan tersebut salah satunya adalah pendidikan kesehatan kepada
warga desa
 Tindakan ini memerlukan perencanaan yang matang dengan terlebih dahulu
membuat rancangan pembelajarannya berupa SATPEL/PROSPEL/SAP.

20
C. TUGAS DAN LATIHAN

D. PENUTUP
1. RANGKUMAN
Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan)
termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber
daya/kekuatan dalam pembelajaran. strategi disusun untuk mencapai tujuan
tertentu, artinya arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah
pencapaian tujuan. Dengan demikian, penyusunan langkah-langkah
pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya
diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan. Di dalam suatu strategi
pembelajaran terdapat pengkajian, diagnosis dan perencanaan tindakan.

2. TES AKHIR MATERI

21

Anda mungkin juga menyukai