Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah seluruh faktor yang mendukung proses belajar di luar motif
idealis yang dibahas di atas. Faktor eksternal meliputi peran dari orang tua,
pengajar, dan lingkungan sekitar. Faktor ini sering terabaikan yang diakibatkan
oleh sifatnya hanya tekanan atau paksaan yang diterima oleh murid. Murid yang
telah menganggap belajar hanya sebagai paksaan atau perintah pengajar, maka
belajar baginya hanya sekedar tuntutan kewajiban, yang jika tidak dilakukan akan
mendapatkan hukuman. Kondisi yang dapat mengurangi motivasi belajar murid
adalah ketika guru mendominasi proses belajar maka murid dijadikan sebagai
objek pasif yang hanya mendengarkan dan mentaati semua perintah guru.
Health education adalah pendidikan keperawatan terbagi menjadi dua tahap yaitu
tahap pendidikan akademik dan pendidikan profesi.
2. Tahap profesi hanya akan di dapat dilingkungan klinis karena lingkungan klinis
merupakan lingkungan multiguna yang dinamik sebagai tempat pencapaian
berbagai kompetensi praktik klinis seperti tercantum dalam.
Menurut Steward dikutip dari Effendi (1997), unsur program kesehatan dan
kedokteran yang didalamnya terkandung rencana untk merubah perilaku perseorangan dan
masyarakat dengan tujuan untuk membantu tercapainya program pengobatan, rehabilitasi,
pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan.
Untuk mengubah pemahaman perilaku belum sehat menjadi perilaku sehat. Menurut
Machfoedz (2006) citAzwar (1983: 18), membagi menjadi 3 macam, yaitu:
Faktor internal
Diri sendiri
Keluarga
Motivasi
Faktor eksternal
Pengaruh lingkungan
Pengaruh iptek
Pengaruh budaya
3) Diagnosa dini dan pengobatan segera (Early Diagnosis and Prompt Treatment)
5) Rehabilitasi (Rehabilitation)
Pada tingkat pendidikan kesehatan diperlukan karena setelah sembuh dari suatu
penyakit tertentu, seseorang mungkin menjadi cacat. Untuk memulihkan
kecacatannya itu diperlukan latihan-latihan. Untuk melakukan suatu latihan yang baik
dan benar sesuai program yang ditentukan, diperlukan adanya pengertian dan
kesadaran dari masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu, ada rasa malu dan takut
tidak diterima untuk kembali ke masyarakat setelah sembuh dari suatu penyakit atau
mungkin masyarakat tidak mau menerima anggota masyarakat lainnya yang baru
sembuh dari suatu penyakit.
2.2.2 Pendidikan kesehatan dalam keperawatan
2. Pendidikan kesehatan tidak dapat secara mudah diberikan oleh seseorang kepada
orang lain, karena pada akhirnya sasaran pendidikan itu sendiri yang dapat mengubah
kebiasaan dan tingkah lakunya sendiri.
3. Bahwa yang harus dilakukan oleh pendidik adalah menciptakan sasaran agar individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat dapat mengubah sikap dan tingkah lakunya
sendiri.
Factor internal adalah factor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat
memengaruhi hasil belajar individu. Factor-faktor internal ini meliputi factor fisiologis
dan factor psikologiss.
a) Factor fisiologis
a. menjaga pola makan yang sehat dengan memerhatikan nutrisi yang masuk
kedalam tubuh, karena kekurangan gizi atau nutrisi akan mengakibatkan
tubuh cepat lelah, lesu , dan mengantuk, sehingga tidak ada gairah untuk
belajar,
b) Factor psikologis
90 – 109 Rata-rata
80 – 89 Rata-rata rendah
20 — 69 Lemah mental
Dari table tersebut, dapat diketahui ada 7 penggolongan tingkat kecerdasan manusia,
yaitu:
b) Motivasi
Motivasi adalah salah satu factor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar
siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Para ahli
psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif,
mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin, 1994).
Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan
terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang.
Dari sudut sumbernya motivasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsic dan
motivasi ekstrinsik. Motaivasi intrinsic adalah semua factor yang berasal dari dalam
diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti seorang
siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca,
karena membaca tidak hanya menjadi aktifitas kesenangannya, tapi bisa jadi juga
telah mejadi kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi intrinsic memiliki
pengaruh yang efektif, karena motivasi intrinsic relaatif lebih lama dan tidak
tergantung pada motivasi dari luar(ekstrinsik).
a. Dorongan ingin tahu dan ingin menyelisiki dunia yang lebih luas.
b. Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk
maju.
d. Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna bagi
dirinya, dan lain-lain.
Motivasi ekstrinsik adalah factor yang dating dari luar diri individu tetapi memberi
pengaruh terhadap kemauan untauk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib,
teladan guru, orangtua, danlain sebagainya. Kurangnya respons dari
lingkungansecara positif akan memengaruhi semangat belajar seseorang menjadi
lemah.
c) Minat
Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan
motivasi, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar, ia akan tidak
bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar
di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar
tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dihadapainya atau dipelajaranya.
Untuk membagkitkan minat belajar tersebut, banyak cara yang bisa digunakan.
Anatara lain, pertama, dengan mebuat materi yang akan dipelajarai semenarik
mingkin dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desai pembelajaran
yang membebaskan siswa mengeksplor apa yang dipelajari, melibatkan seluruh
domain belajar siswa (kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif,
maupun performansi guru yang menarik saat mengajar. Kedua, pemilihan jurusan
atau bidang studi. Dalam hal ini, alangkah baiknya jika jurusan atau bidang studi
dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan minatnya.
d) Sikap
Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak
senang pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk
mengantisipasi munculnya sikap yang negative dalam belajar, guru sebaiknya
berusaha untuk menjadi guru yang professional dan bertanggungjawab terhadap
profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas,seorang guru akan berusaha
memberikan yang terbaik bagi siswanya; berusaha mengambangkan kepribadian
sebagai seorang guru yang empatik, sabar, dan tulus kepada muridnya; berusaha
untuk menyajikan pelajaranyang diampunya dengan baik dan menarik sehingga
membuat siswa dapat mengikuti pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan;
meyakinkansiswa bahwa bidang studi yang dipelajara bermanfaat bagi ddiri siswa.
e) Bakat
Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara
umum, bakat (aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki
seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan dating (Syah, 2003).
Berkaitan dengan belajar, Slavin (1994) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan
umum yang dimilki seorang siswa untauk belajar. Dengan demikian, bakat adalah
kemampuan seseorang menjadi salah satukomponen yang diperlukan dalam proses
belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang
dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga
kemungkinan besar ia akan berhasil.
Pada dasarnya setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai
prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Karena itu, bakat juga
diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa
tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu yang telah mempunyai bakat
tertentu, akan lebih mudah menyerap informasiyang berhungan dengan bakat yang
dimilkinya. Misalnya, siswa yang berbakat dibidang bahasa akan lebih mudah
mempelajari bahasa-bahasa yang lain selain bahasanya sendiri.
Karena belajar jug dipengaruhi oleh potensi yang dimilki setiap individu,maka para
pendidik, orangtua, dan guru perlu memerhatikan dan memahami bakat yang dimilki
oleh anaknya atau peserta didiknya, anatara lain dengan mendukung,ikut
mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai
dengan bakatnya.
1. Lingkungan social
a. Lingkungan social sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-
teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang siswa.
Hubungan harmonis antra ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa
untuk belajar lebih baikdisekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat
menjadi teladan seorang guru atau administrasi dapat menjadi
pendorong bagi siswa untuk belajar.
Pengertian ;
Dukungan sosial
Strategi dukungan sosial ini adalah suatu kegiatan untuk mencari dukungan sosial
melalui tokoh-tokoh masyarakat, baik tokoh masyarakat formal maupun informal.
Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang ditunjukan kepada
masyarakat langsung.
Garis-garis Besar Program Pembelajaran secara sederhana dapat diartikan sebagai silabus.
GBPP suatu mata pelajarana atau mata kuliah tertentu disusun untuk satu semster. GBPP
sangat bermanfaat untuk dosen sabagai pedoman mengajar dalam satu semester. GBPP
memberikan petunjuk secara lengkap setiap pertemuan kuliah demi pertemuan, secara rinci
dengan tujuan perkuliahan, ruang lingkup, media yang digunakan, serta materi yang diajarkan.
Garis-garis Besar Program Pembelajaran biasa juga disebut sebagai course outline, atau outline
perkuliahan. GBPP meliputi TIU (tujuan instruksi umum) dan TIK (tujuan instruksi khusus).
Tujuan instruksional umum (TIU) atau istilah lainnyageneral instructional objective berisi
kompetensi-kompetensi umum yang diharapkan dikuasai, atau ditampilkan oleh peserta didik
setelah menyelesaikan suatu mata kuliah. Kompetensi itu terdiri dari kata kerja (verb) dan object
(object).
Tujuan Instuksional Khusus merupakan uraian atau jabaran dari kompetensi umum yang
terdapat di dalam TIU. Dosen sebagai pendidik harus mengetahui apa – apa saja unsur yang
terdapat dalam membuat TIK.. Dalam menyusun TIK terdapat empat unsur yang harus ada
yaitu; mahasiswa, behavior (kata kerja), degree, dan condition (ABCD). Kompetensi khusus
dalam TIK mempiliki jenjang taksonomi yang lebih rendah dari kompetensi yang terdapat di
dalam TIU.
Dalam GBPP juga perlu dijelaskan mengenai estimasi waktu pengajaran. setiap pertemuan dan
materi yang disampaikan perlu diberi satuan waktu agar pemberian materi atau pengajaran
dapat terarah dan terjadwal dengan baik.
Tidak lupa pula Garis-garis Besar Program Pembelajaran perlu mencantumkan sumber-sumber
pustaka pada materi yang diajarkan, sebagai referensi peserta didik (mahasiswa) utnuk lebih
mendalami materi yang dijelaskan.
NoSAP (Satuan Acara Pengajaran) adalah pokok pengajaran yang meliputi satu atau beberapa
pokok bahasan untuk diajarkan selama satu kali atau beberapa kali pertemuan.AP mengandung
komponen-komponen kegiatan belajar mengajar, media dan alat pengajaran dan evaluasi.
SAP lebih menjelaskan tahapan-tahapan dalam satu kali pertemuan kuliah. Yaitu meliputi :
a. pendahuluan.
dalam tahapan pendahuluan ini di setiap pertemuannya berkisar antara 5-10 menit awal.
Tujuannya adalah persiapan individu menghadapi materi yang akan diberikan dalam satu kali
pertemuan perkuliahan tersebut. Dosen menjelaskan kepada mahasiswa secara global apa saja
yang akan diberikan dalam pertemuan tersebut.
b. tahap penyajian
Merupakan proses belajar mengajar. Berkisar 80-90% dari keseluruhan waktu perkuliahan untuk
membahas materi. Materi diberikan meliputi uraian, contoh, dan soal.
c. tahap penutup
Merupakan proses mereview ulang apa saja yang telah diberikan dalam satu pertemuan tersebut
dan memberikan kesimpulan dari materi hari itu. Penutup juga bisa berupa umpan balik, dan
persiapan untuk materi selanjutnya.
Nah, itulah penjelasan singkat tentang Garis-garis Besar Program Pembelajaran dan Satuan
Acara Ppengajaran serta perbedaan antara keduanya, kesimpulannya adalah GBPP dapat juga
dikatakan sebagai silabus yang sekarang ini terdapat di sekolah, demikain juga SAP dapat
dikatakan sama dengan Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
MENU
PUTRA NUSANTARA
PUTRA NUSANTARA ASKEP KEPERAWATAN MANAJEMEN Makalah Discharge Planning (Perencanaan Pemulangan)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan adalah suatu disiplin ilmu yang komplit. Asuhan keperawatan
yang dilakukan oleh perawat merupakan rangkaian tindakan yang ditujukan
untuk mengatasi permasalah yang dialami oleh pasien. Dengan melaksanakan
asuhan keperawatan yang baik diharapakan menjadikan permasalahan yang
di alami oleh pasien segera teratasi.
Setelah pasien menjalani perawatan di rumah sakit, tidak jarang pasien pulang
dengan kondisi yang belum mandiri sepenuhnya. Beberapa pasien pulang
dengan status kondisi critical. Pada kondisi seperti proses pemulangan menjadi
sangat sensitif. Perawat harus mampu menangkap permasalahan ini dengan
baik dan mengantisipasinya. Pasien yang pulang dengan kondisi critical atau
membutuhkan bantuan, seringkali menjadikan kebingungan bagi keluarga untuk
melanjutkan perawatan dirumah. Untuk mengatasi hal ini pemulangan haruslah
direncanakan dengan baik oleh seluruh konponen pemberi asuhan di rumah
sakit.
Discharge planning atau rencana pemulangan menjadi isu yang sangat penting
ahir-ahir ini. Dengan masuknya discharge planning dalam standar akreditasi
rumah sakit baik versi KARS maupun JCI menjadikan semua rumah sakit dituntut
mampu melaksanakan proses discharge planning dengan baik. Perawat
sebagai salah satu pemberi asuhan wajib memahami discharge
planningbeserta urgensinya agar dapat memberikan asuhan yang berkualitas
bagi pasienya.
B. Tujuan
Untuk memahami konsep discharge planning dan mengetahui peran perawat
dalam discharge planning.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4. Turut serta dalam menangani masalah dan kesulitan yang mungkin akan
muncul terhadap pasien
7. Membuat suatu arahan yang tepat dan tindak lanjut yang sesuai dengan
hasil
10. Meninjau dan selalu memperbarui rencana untuk progress yang lebih
baik
11. Selalu memberikan informasi yang akurat terhadap semua yang terlibat.
3. Untuk diet, sarankan pada ahli nutrisi untuk mengajarkan pasien dan
keluarga agar memahami makanan yang seharusnya dikonsumsi maupun
tidak.
1. Identifikasi dan kaji apa yang kebutuhan pasien yang harus dibantu
pada discharge planning
2. Perencanaan
Perry dan Potter (2005) hasil yang diharapkan jika seluruh prosedur telah
dilaksanakan adalah sebagai berikut:
3. Penatalaksanaan
Perry dan Potter (2005) penatalaksanaan dapat dibedakan dalam dua
bagian, yaitu penatalaksanaan yang dilakukan sebelum hari
pemulangan, dan penatalaksanaan yang dilakukan pada hari
pemulangan.
4. Evaluasi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Discharge planning adalah komponen sistem perawatan berkelanjutan sebagai
perencanaan kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada pasien dan
keluarganya yang dituliskan untuk meninggalkan satu unit pelayanan kepada
unit yang lain didalam atau diluar suatu agen pelayanan kesehatan umum,
sehingga pasien dan keluarganya mengetahui tentang hal-hal yang perlu
dihindari dan dilakukan sehubunagan dengan kondisi penyakitnya.
Tujuan utama discharge planning adalah membantu klien dan keluarga untuk
mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Sedangkan, manfaat discarge
planning bagi pasien diantaranya dapat menurunkan jumlah kekambuhan,
penurunan kembali ke rumah sakit, dan kunjungan ke ruangan kedaruratan yang
tidak perlu kecuali untuk beberapa diagnosa serta dapat kembantu klien untuk
memahami kebutuhan setelah perawatan dan biaya pengobatan.
B. Saran
1. Bagi rumah sakit
Diharapkan institusi dapat melaksanakan tahap-tahap discharge planning
dalam memberikan suhan keperawatan pada pasien secara tepat.
2. Bagi mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat menambah pengetahuan tentang tata cara
pelaksanaan discarge planning dalam memberikan asuhan keperawatan
pada pasien secara tepat.
3. Bagi masyarakat
Diharapkan masyarakat dapat memahami tujuan dan manfaat dari
discharge planning.
Download versi pdf klik disini
DAFTAR PUSTAKA
1. Potter P&. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. 4th ed. Jakarta: EGC;
2005.
2. Kozier, Erb, Bernman, Synder.Buku Ajar Fundamental Keperawatan.
Konsep, Proses Dan Praktik. 7th ed. Jakarta: EGC; 2011.
3. Birjandi A, Lisa BM. Discharge Planning Handbook for Healthcare: Top
10 Secrets to Unlocking a New Revenue Pipeline. London: CRC Press;
2008.
4. Bull MJ. Discharge planning for older people : a review of current research.
2000;5(2):70-74.
5. Nursalam. Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktek
Keperawatan Profesional. (3, ed.). Jakarta: Salemba Medika; 2011.
6. Lees L. Timely Discharge from Hospital. Birmingham: England NHS
Foundation Trust; 2012.