TINJAUAN PUSTAKA
untuk meningkatkan pada perilaku hidup sehat (Wijayanti, Budhi Mulyadi, 2018).
didalamnya perawat sebagai perawat pendidik sesuai dengan tugas dari perawat.
(Notoatmodjo, 2018)
awalnya tidak sehat menjadi sehat sesuai prinsip Kesehatan dan mencegah
10
11
pemindahan materi dari seseorang ke orang lain. (Dr. Eko Winarti, S.ST.,M.Kes,
2022: 24)
sikap dan perilaku individu, keluarga maupun masyarakat terhadap perilaku hidup
dan masyarakat di bidang kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai sehingga dapat
menolong individu atau masyarakat secara mandiri mencapai tujuan hidup sehat
yang terjadi pada suatu sistem, serta cara yang efisien dan efektif dalam
penggunaannya.
2022: 25-26)
disarankan itu.
Ibu dan Anak) yakni sasarannya adalah ibu hamil, dan lain sebagainya.
perilaku masyarakat.
lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari 3 segi dimensi, antara lain:
misalnya perilaku hidup bersih dan sehat pada siswa sekitar sekolah
ancaman penyakit.
treatment)
e. Rehabilitasi (rehabilitation)
Contoh: fisioterapi.
Petugas dan klien Bersama-sama menentukan apa yang telah diketahui dan
Bersama.
Dengan car aini kontak antara keluarga dengan petugas lebih intensif.
b. Wawancara (interview)
mengetahui apakah perilaku yang sudah atau atau akan diadopsi itu
a. Kelompok besar
19
b. Kelompok kecil
dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok kecil ini adalah:
kesimpulan.
kesehatan
e. Bill board, bill board yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster,
dan sebagainya.
1. Media cetak
b. Leaflet : digunakan melalui lembar yang dilipat, isi pesan bisa gambar
c. Flyer (selebaran) : bentuk media ini seperti leaflet tetapi tidak dalam
bentuk lipatan.
21
dengan kesehatan.
informasi kesehatan.
2. Media elektronik
b. Radio : bisa dalam bentuk obrolan/ tanya jawab dan juga ceramah.
mengenai kesehatan.
Papan/ bill board yang dipasang ditempat umum dapat dipakai diisi
disini juga mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng yang
keluarga pasien dengan dokter sebagai penyedia jasa kesehatan (Fatma, 2012
menggunakan obat, mengikuti diet atau mengobah pola hidup yang sesuai dengan
anjuran perintah dari dokter maupun tenaga medis lainnya (WHO, dalam Dina
Rahmawati, 2017). Seseorang yang dikatakan patuh ialah seseorang yang dapat
menjalankan anjuran yang telah diberikan pada dirinya, hal ini pun sangat
dipengaruhi oleh hubungan yang baik antara pasien dengan dokter atau tenaga
medis lainnya.
instruksi atau nasihat dari tenaga medis dalam mengkonsumsi obat, meliputi
23
keteraturan minum obat, waktu minum obat dan juga cara minum obat (Erni
mengkonsumsi obat sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh tenaga medis
faktor social, faktor ekonomi, faktor kesehatan, faktor kondisi penyakit, faktor
terapi dan juga faktor umur. Oleh karena itu, kepatuhan minum obat tidak selalu
tergantung dari umur seseorang akan tetapi banyak hal yang dapat dilihat sebagai
faktor yang menentukan kepatuhan seseorang dalam minum obat (Julaihan, 2019
terdisi dari faktor internal dan faktor eksternal (Rangga Satria Nugraha,
2019) yaitu;
1. Faktor internal
a. Usia
kepatuhan yang tinggi dari pada usia mudamaupun sebaliknya pada usia
b. Pengetahuan
24
c. Pekerjaan
yang bekerja dan terikat pada waktu operasional kerja cenderung tidak
patuh dalam meminum obat dikarenakan terikat jam kerja sehingga sulit
d. Tingkat ekonomi
e. Pendidikan
2. Faktor eksternal
a. Dukungan keluarga
akan merasa senang dan percaya bahwa dirinya dapat melewati dan
2017).
menjelaskan akibat apa saja yang akan terjadi apabila obat tidak
c. Lingkungan
d. Motivasi
kesembuhan seseorang.
kepatuhan yaitu:
kesembuhan.
mempercepat perawatan.
Metode ini adalah metode yang hamper digunakan sebagai pilihan terakhir
Prosedur ini merupakan prosedur yang paling ideal karena hanyak sedikit
saja kesalahan yang dapat dilakukan dalam menghitung jumlah obat atau
pil yang berkurang dari awalnya. Tetapi metode ini juga bisa menjadi
metode yang tidak akurat, seperti pasien mengkonsumsi obat atau pil yang
28
diberikan tidak sesuai dengan saran yang diberikan hanya karena ingin
komunikasi lainnya.
dalam penyembuhan.
7. Adanya dukungan dari pihak keluarga, teman dan orang disekitarnya untuk
pengobatan.
29
2.3 Hipertensi
tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan tekanan darah diastolic >90 mmHg pada
dua kali pengukuran dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup tenang
( Kemenkes, 2018).
melebihi batas normal. Penyebab dari tekan darah meningkat adalah peningkatan
meningkat secara kronis. Hal ini dapat terjadi karena jantung bekerja lebih keras
saat memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh
(Sherli, 2021).
diantaranya:
kategori. Klasifikasi tersebut sesuai dengan table 2.1 dibawah ini, yaitu:
Tabel 2.1
Tabel 2.2
2.3.3 Etiologi
1. Hipertensi Primer
oleh adanya gangguan lain, seperti: faktor keturunan, pola hidup yang
2. Hipertensi Sekunder
aorta. Selain gangguan pada organ tubuh juga stress masih mengambil
andil dalam penyebab hipertensi jenis ini, kondisi stress yang terus
dengan faktor resiko. Adapun faktor resiko pada penyakit hipertensi yaitu:
1. Usia
Usia merupakan faktor resiko hipertensi yang tidak dapat diubah. Semakin
2. Jenis kelamin
wanita kebanyakan memiliki aktivitas yang lebih sedikit dari pada laki-laki
3. Riwayat keluarga
4. Obesitas
Kebanyakan kasus hipertensi terjadi pada pria atau wanita yang memiliki
kelebihan berat badan dan obesitas. Akan tetapi tidak semua jenis
5. Merokok
6. Aktivitas fisik
lebih keras pada setiap kontraksi, makin keras usaha otot jantung maka
8. Stress
9. Konsumsi alkohol
manusia,
mengeluh sakit kepala, pusing, lemas, sesak nafas, kelelahan, kesadaran menurun,
mual muntah, gelisah, kelemahan otot, bahkan ada yang mengalami perubahan
Hipertensi essensial kadang tanpa gejala dan baru timbul gejala setelah
terjadinnya pada organ target seperti ginjal, otak, jantung. Namun ada beberapa
pasien yang mengalami gejala seperti sakit kepala ( Depkes dalam Dina
Rahmawati, 2017).
2.3.6 Patofisiologi
yang menyebabkan peningkatan tekanan darah. Dilihat dari bebrapa faktor resiko
35
terletak di pusat vasomotor atau pada medulla otak. Pusat vasomotor ini bermula
dari jarak saraf simpatis yang berlanjut ke bawah korda spinalis dan keluar dari
2017).
pembuluh darah.
2.3.7 Komplikasi
Hipertensi bila tidak ditangani dengan baik akan besar kemungkinan nya
akan terjadi komplikasi. Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit
seperti gagal ginjal, penyakit mata seperti penebalan retina, pendarahan retina,
oedema pupil, penyakit saraf seperti stroke (P2PTM Kemenkes RI, 2019).
seperti dengan menurunkan berat badan, diet rendah garam dan lemak, pola hidup
sehat, olahraga secara teratur, kontrol tekanan darah secara teratur. Sedangkan
seperti diuretik (HCT, Higroton, Lasix), Beta Bloker (propanol), Alfa bloker
2.4 Lansia
lanjut usia merupakan seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas baik
itu pria maupun wanita, masih mampu melakukan pekerjaan atau kegiatan yang
dapat menghasilkan barang dan atau jasa ataupun tidak berdaya mencari nafkah
sehingga hidupnya bergantung pada orang lain. Lansia merupakan tahap lanjut
dari proses penurunan fungsi kehidupan ditandai dengan penurunan fungsi tubuh
seseorang dengan usia diatas 60 tahun baik itu pria maupun wanita yang dapat
menghasilkan nafkah sendiri maupun yang tidak berdaya yang telah mengalami
Tabel 2.3
Kategori Usia
c. Lansia resiko tinggi yaitu seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
e. Lansia tidak potensial yaitu lansia yang tidak berdaya mencari nafkah
1. Jenis kelamin
Kebanyakan lansia itu adalah wanita. Maka dapat dilihat bahwa wanita
2. Status perkawinan
3. Living arrangement
orang yang produktif masih lebih banyak jumlah orang yang tidak
produktif. Maka dapat dilihat beban ekonomi yang harus ditanggung oleh
4. Kondisi kesehatan
Kondisi kesehatan pada lansia menjadi acuan banyak nya lansia yang
psikososial dan agama. Adapun dibawah ini perubahan pada fungsi fisiologis
a. Fungsi penglihatan
b. Pendengaran
pada organ korti yang berupa hilangnya sel epitel saraf yang dimulai
c. Peraba
lingkungan.
a. Sistem imun
infeksi virus oleh sistem barrier, akan tetapi pada lansia akan
b. Sistem saraf
sistem saraf akan terjadi penebalan intima pada pembluh otak dan akan
c. Sistem pencernaan
nafsu makan.
d. Sistem pernapasan
udara (alveoli) pada lansia dibandingkan pada usia dewasa yang akan
e. Sistem muskuloskeletal
muskuloskeletal.
f. Sistem endokrin
hendak memecahkan masalah yang ditampilkan agar penelitian ada batas yang
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Lansia
Patuh
Pendidikan
Kepatuhan
Kesehatan
minum obat
hipertensi Tidak patuh
Keterangan:
: Diteliti
: Tidak Diteliti
: Mempengaruhi
2.6 Hipotesis
H1: Terdapat pengaruh dari pendidikan kesehatan terhadap kepatuhan minum obat