Anda di halaman 1dari 9

http://e-journals.unmul.ac.id/index.

php/JKPBK 70

Artikel Penelitian

Gambaran Tingkat Stres Sebelum dan Sesudah Terapi Seft


pada Remaja di SMAN 14 Samarinda
Iwan Samsugito, Ayu Ninda Putri

ABSTRAK
Latar belakang: Stres adalah respon tubuh seseorang sebagai reaksi terhadap tuntutan dari luar yang dianggap
berbahaya. Setiap orang akan mengalami tingkat stres yang berbeda-beda sesuai persepsi terhadap masalah
yg di alami. Remaja awal adalah usia yang sangat rentan mengalami stres, yaitu berusia 12/13 sampai
17/18 tahun. Pada usia ini emosi tidak stabil, membingungkan status, banyak masalah yang dihadapi. Metode
yang dapat digunakan untuk menurunkan tingkat stres adalah terapi Spiritual Freedom Technique (SEFT).
Terapi Spiritual Freedom Technique (SEFT) adalah terapi yang menggabungkan unsur psikologis dan spiritual.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan gambaran tingkat stres sebelum dan sesudah terapi
SEFT pada remaja di SMAN 14 Samarinda. Metode : Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan
pendekatan studi kasus di SMAN 14 Samarinda dari 6-10 Mei 2019. Instrumen penelitian ini menggunakan skala
DASS dan pedoman wawancara. Terdapat 4 responden dalam penelitian ini. Hasil penelitian: Hasil penelitian
menunjukkan terdapat penurunan tingkat stres sebelum dan sesudah terapi SEFT. Sebelum terapi SEFT 1
responden mengalami stres berat, 3 responden mengalami stres sedang. Setelah terapi SEFT 1 responden
mengalami stres sedang dan 3 responden tidak mengalami stres. Kesimpulan dan Saran: Terapi SEFT dapat
menurunkan tingkat stres pada remaja di SMAN 14 Samarinda. Perlunya guru dan murid dapat menguasai
teknik SEFT agar dapat menerapi diri sendiri atau guru pada murid
Kata Kunci : Stress, Terapi SEFT, Remaja

ABSTRACT
Background: Stress is the response of a person`s body as a reaction to external demands that are considered
dangerous. Each person will increase the level of stress that is different according to the perception of problems
that occur naturally. Early adolescence is an extensive age experiencing stress, which is aged 12/13 to 17/18
years. At this age, the emotions are unstable, free status, many problems are issued. The method used to
reduce stress levels is the therapy of the Spiritual Freedom Technique (SEFT). Spiritual Freedom Technique
(SEFT) therapy is a therapy that combines psychological and spiritual elements. The purpose of this study
was to describe the description of stress levels before and after SEFT therapy in adolescents at SMAN 14
Samarinda. Method: This study uses a descriptive design with a case study approach at SMAN 14
Samarinda from 6-10 May 2019. The instrument of this study uses the DASS scale and interview guidelines.
There were four respondents in this study. Results: The results showed that there was a decrease in stress
levels before and after SEFT therapy. Before SEFT therapy, 1 participant experience severe stress and 3
participants experience moderate stress. After SEFT therapy, 1 participant experience moderate stress and 3
participants do not experience stress. Conclusion and suggestion: SEFT therapy can reduce stress levels in
adolescents at SMAN 14 Samarinda. The need for teachers and students to master SEFT in order to be able to
treat themselves or the teacher to students.
Keywords: Stress, SEFT Therapy, Adolescents

umur 12 tahun sampai 21 tahun. Pada


Affiliasi penulis : 1. Prodi Keperawatan, Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman, 2. Mahasiswa D3 Keperawatan Fakultas masa ini, remaja belum memiliki konsep
Kedokteran Universitas Mulawarman
Korespondensi : Iwan Samsugito, e-mail : 1556iwan@gmail.com diri yang jelas, sehingga mereka mengikuti
Telp: 081322991165
sosok-sosok yang menjadi panutan
PENDAHULUAN mereka, seperti orang tua, teman atau artis
Memasuki masa remaja yaitu masa yang mereka idolakan untuk mecari jati diri
peralihan, dari masa kanak-kanak menuju mereka. Hal ini dikarenakan pengaruh
dewasa. Usia remaja berlangsung antara masa kanak-kanaknya yang belum hilang

Jurnal Kesehatan Pasak Bumi Kalimantan, JKPBK. 2019; 2(2)


http://e-journals.unmul.ac.id/index.php/JKPBK 71

dari jiwanya. Masa remaja menurut sesuatu yang negatif namun jika disikapi
Mappiare (1982) dalam Ali dkk (2012), positif maka menghasilkan yang positif
berlangsung antara umur 12 tahun sampai dan memicu pertumbuhan mental, sosial
21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dan spiritual yang baik. Stres adalah
22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja suatu respon tubuh seseorang yang
ini dapat dibagi menjadi dua bagian, timbul sebagai reaksi terhadap adanya
yaitu remaja awal berusia 12/13 tahun tuntutan ekternal yang dianggap
sampai 17/18 tahun, dan remaja akhir berbahaya atau mengancam dirinya
berusia 17/18 tahun sampai 21/22 tahun. (Legiran dkk, 2015)
Pada usia ini, umumnya anak sedang Prevalensi kejadian stres,
duduk di bangku sekolah menengah atau kecemasan dan depresi pada remaja
kuliah berumur 15 tahun ke atas sebesar 6 %
Remaja adalah seorang individu (Riskesdas, 2013). Faktor yang
yang baru beranjak dewasa dan baru menyebabkan tingginya emosi remaja
mengenal mana yang benar dan mana karena adanya tekanan sosial,
yang salah, mengenal lawan jenis, menghadapi kondisi dan lingkungan baru,
memahami peran dalam dunia sosial. dan kurang mempersiapkan diri untuk
Remaja saat ini dituntut harus siap dan menghadapi keadaan dan lingkungan
mampu dalam menghadapi tuntutan hidup baru tersebut (Nurihsan dkk, 2011)
dan pergaulan (Jannah, 2016). Menurut Remaja harus dapat mengatasi
data kementerian Kesehatan Republik stres yang dialaminya sehingga tidak
Indonesia tahun 2018 remaja usia 12 berkepanjangan yang dapat meyebabkan
sampai 19 tahun di Indonesia berjumlah terganggunya produktifitas masa remaja
22.212.881 jiwa dan berdasarkan data bahkan melakukan peyelesaian masalah
Dinas Kesehatan Kota samarinda pada secara negatif. Banyak cara untuk
tahun 2016 remaja usia 15 sampai 19 meyelesaikan stres, satu diantaranya
tahun berjumlah 79.730 jiwa adalah Metode Spiritual Emotional
Usia remaja adalah usia kritis Freedom Teqnique (SEFT). SEFT
dalam kehidupan karena peralihan dari merupakan teknik penggabungan aspek
masa anak – anak menuju masa dewasa spiritual dan energi psikologi tubuh untuk
sehingga sering mencari jati diri dengan mengatasi masalah emosi dengan cara
mencoba gaya hidup yang sesuai mengetuk 18 titik di jalur meridian tubuh
sehingga ini merupakan stresor bagi untuk mengatasi gangguan energi yang
remaja. menyebabkan emosi negatif (Zainuddin,
Stres merupakan kondisi dinamis FA.2010)
yang selalu terjadi pada manusia jika SEFT menetralisir kembali
disikapi negatif maka dapat menghasilkan gangguan energi dalam tubuh akibat

Jurnal Kesehatan Pasak Bumi Kalimantan, JKPBK. 2019; 2(2)


http://e-journals.unmul.ac.id/index.php/JKPBK 72

aliran energi yang tersumbat di beberapa Tujuan penelitian ini adalah untuk
titik kunci di tubuh kita yang harus mendiskripsikan gambaran tingkat stres
dibebaskan hingga mengalir lagi karena sesbelum dan sesudah terapi SEFT pada
di setiap ujung jari kita merupakan remaja di SMAN 14. Tujuan khusus
saluran masuk dan keluarnya energi atau penelitian ini adalah :
dalam istilah ilmu akupuntur disebut 1. Untuk mengetahui tingkat stres
meridian (energy channel) yang sebelum dan sesudah terapi SEFT
berhubungan dengan organ-organ di pada pelajar di SMA 14 samarinda
dalam tubuh kita serta dan emosi yang 2. Untuk megetahui gambaran
berkaitan. pemberian terapi SEFT pada pelajar di
Menurut hasil penelitian Adawiyah SMA 14 Samarinda
dkk (2016), tentang terapi Spiritual
Emotional Freedom Technique (SEFT) METODE PENELITIAN
untuk menurunkan tingkat stres akademik Desain penelitian yang digunakan
pada siswa menengah atas di pondok dalam penelitian ini adalah deskriptif
pesantren, dihasilkan SEFT dinilai efektif dengan pendekatan studi kasus. Menurut
menurunkan stres akademik pada siswa Creswell (2013) dalam Afiyanti dkk (2014),
menengah atas di pondok pesantren. studi kasus adalah satu diantara
Kelompok ekperimen nilai Z = -3.141 dan pendekatan kualitatif yang mempelajari
P = 0.002 (p<0.05) fenomena khusus yang terjadi saat ini
Berdasarkan studi pendahuluan pada Jumlah responden sebanyak 4 orang
tanggal 2 Maret 2019 di SMAN 14 dari 7 pelajar yang mengalami
Samarinda dengan wawancara terhadap kecemasan, 3 pelajar tidak bersedia
5 siswa didapatkan hasil, selama menjadi responden. ini sudah memenuhi
seminggu belakangan ini mereka sering syarat menurut Charmaz (2006) dalam
merasa marah pada hal-hal sepele, Afiyanti dkk (2014), menyatakan rentang
bereaksi berlebihan terhadap situasi, sulit jumlah sampel untuk studi kasus dalam
untuk bersantai, mudah merasa kesal, satu studi tunggal berjumlah 4 sampai 5
mudah tersinggung pada hal sepele, sampel.Teknik pengambilan sampel
susah beristirahat, dan kadang-kadang dengan purposive sampling dengan
merasa gelisah kreteria
Berdasarkan uraian di atas diperlukan a. inkulisi :
penelitian lebih lanjut untuk 1. Pelajar kelas XI IPS-1
meggambarkan tingkat stres sebelum dan 2. Pelajar dengan stress tingkat
sesudah terapi SEFT pada pelajar di SMA sedang sampai berat
14 Samarinda. b. kreteri eksklusi

Jurnal Kesehatan Pasak Bumi Kalimantan, JKPBK. 2019; 2(2)


http://e-journals.unmul.ac.id/index.php/JKPBK 73

1. pelajar yang tidak bersedia menjadi Tabel 2 Gambaran tingkat stres dan hasil
wawancara sebelum terapi SEFT pelajar
responden
SMA 14 Samarinda
2. pelajar yang tidak hadir
Respon Tingkat stres
Hasil wawancara
Penelitian dilakukan di SMA 14 den (nilai)
1 Berat (27) responden merasakan sering
Samarinda, hari pertama dilakukan pusing, sulit untuk berkonsentrasi
saat belajar, emosi selalu
pengukuran tingkat stress dan berubah-ubah, tidur terganggu
karena hapalan untuk lomba
wawancara keluhan responden. Hari cerdas cermat, dan cepat merasa
lelah tanpa aktivitas yang berat.
Jantung sering berdetak kencang
ke 2 - 4 dilakukan terapi SEFT dan secara tiba-tiba, cepat merasa
bosan, dan prestasi menurun.
dihari ke 5 dilakukan pengukuran 2 Sedang (21) Merasakan sering pusing,
tingkat stres dan wawancara. Untuk mudah sesak napas dan
merasa tegang karena emosi
mengukur tingkat stres menggunakan yang labil. Susah tidur, tidur
selalu tengah malam, dan nafsu
Quesioner DASS. Dengan standar. makan menurun.
3 Sedang (19) sering merasa semangat saat
Tabel 1 Tingkat Stres melakukan aktivitas, tetapi saat
Tingkat Depresi Kecemasan Stress di tengah-tengah aktivitas
Normal 0-9 0-7 0-14 responden merasa cepat lelah,
Ringan 10-13 8-9 15-18 kurang tidur. Kadang
merasakan napas kurang
Sedang 14-20 10-14 19-25
plong namun jika mengalami
Berat 21-27 15-19 26-33
stres, akan dibawa santai.
Sangat Berat >28 >20 >34
4 Sedang (19) Merasa lemas dan kurang
semangat saat beraktivitas di
HASIL PENELITIAN sekolah, mudah marah. cepat
bosan dan ingin segera pulang
Dari 4 responden diperoleh data sebagai kerumah.

berikut :
a. Responden 1: Inisial N, usia 16 tahun, Tabel 3 Gambaran tingkat stres dan hasil
wawancara setelah terapi SEFT pelajar
jenis kelamin perempuan mengalami SMA 14 Samarinda
stres berat
Resp Tingkat stres
Hasil wawancara
b. Responden 2 : inisial P, usia 16 tahun, onden (nilai)
1 Sedang (21) mengatakan badan terasa
jenis kelamin perempuan mengalami sedikit rileks, perasaan sedikit
tenang, beban yang dialami sedikit
stres sedang berkurang
2 Normal (7) mengatakan badan terasa segar,
c. Responden 3 : inisial N, usia 16 tahun, lebih semangat saat beraktivitas,
beban langsung menghilang,
jenis kelamin perempuan mengalami perasaan lebih tenang dan
menerima keadaan yang terjadi
stres sedang 3 Normal (7) mengatakan badan terasa
ringan, sangat rileks, pikiran
d. Responden 4 : inisial A, usia 16 tahun, tenang dan lebih konsentrasi
jenis kelamin perempuan mengalami saat belajar daripada
sebelumnya
stres sedang 4 Normal (3) mengatakan badan lebih ringan
dan rileks, lebih semangat saat
disekolah

Jurnal Kesehatan Pasak Bumi Kalimantan, JKPBK. 2019; 2(2)


http://e-journals.unmul.ac.id/index.php/JKPBK 74

PEMBAHASAN mengalami stres berat merasakan sering


pusing, sulit untuk berkonsentrasi saat
1. Gambaran tingkat stres responden belajar, emosi selalu berubah-ubah, tidur
sebelum dan sesudah terapi SEFT terganggu dan cepat merasa lelah tanpa
aktivitas yang berat. Dampak yang
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan pada 4 responden kelas dialaminya jantung sering berdetak
XI IPS-1 di SMAN 14 Samarinda, maka kencang secara tiba-tiba, cepat merasa
dapat diketahui 1 responden mengalami bosan dan prestasi menurun.
stres tingkat berat, 3 responden Berdasarkan hasil wawancara mengenai
mengalami stres tingkat sedang. Selain gejala stres yang dialami responden
diperoleh data dari kuisioner DASS, sesuai dengan teori yang dipaparkan
penelitian ini juga didukung oleh hasil Priyoto (2014), yang menjelaskan gejala
data sekunder yang berupa wawancara dan dampak sesuai dengan tingkat stres .
terkait stres. Hasil tersebut diketahui Pada stres tingkat sedang ciri-cirinya sakit
terdapat responden yang mengalami perut, mules, otot-otot merasa tegang,
tingkat stres sedang mengatakan stres perasaan tegang, gangguan tidur dan
adalah tekanan, dikarenakan trauma saat badan terasa ringan. Pada stres tingkat
masa lalu,tugas sekolah yang banyak. berat ciri-cirinya yaitu sulit beraktivitas,
Responden yang mengalami stres berat gangguan hubungan sosial, sulit tidur,
mengatakan stres adalah beban penurunan konsentrasi, takut tidak jelas,
mengikuti lomba sehingga tugas keletihan meningkat, tidak mampu
sekolah menumpuk dan tidak ada melakukan pekerjaan sederhana,
toleransi dari guru-guru. gangguan sistem pencernaan meningkat,
dan perasaan takut. Adapun dampak yang
Berdasarkan hasil skala DASS 4 dialami otot tertentu mengencang atau
responden mengalami tingkat stres yang melemah, pening, tegang otot, rasa
berbeda-beda. Tingkat stres yang bosan, dan manakala stres menjadi
berbeda-beda pada responden sesuai distress, prestasi belajar menurun.
dengan teori yang dipaparkan oleh
Donsu (2017) . Menurut Donsu (2017) Berdasarkan hasil penelitian yang
Individu yang mengalami stres dapat telah dilakukan pada responden kelas XI
didefinisikan tingkat berat ringannya IPS-1 di SMAN 14 Samarinda, dapat
dengan meninjau seberapa banyak diketahui bahwa setelah mendapatkan
respon negatif individu dari munculnya perlakuan terapi SEFT, terdapat
reaksi-reaksi psikologis maupun fisiologis penurunan tingkat stres pada semua
sebagai dampak dari stres. Menurut responden. 1 responden stres tingkat
Priyoto (2014), sedang dan 3 responden tidak
mengalami stres atau normal.
Berdasarkan gejalanya, stres dibagi Berdasarkan hasil penelitian dapat
menjadi tiga tingkat yaitu, stres ringan, diketahui penurunan tingkat stres setelah
sedang dan berat. terapi SEFT. Hal ini sesuai dengan
Pada responden yang mengalami stres penelitian terdahulu yang dilakukan
sedang merasakan sering pusing, Adawiyah dkk (2016) yang berjudul
mudah sesak napas dan merasa Terapi Spiritual Freedom Technique
tegang kerena emosi yang labil. Dampak (SEFT) Untuk Menurunkan Stres
yang dialaminya susah untuk tidur, tidur Akademik Pada Siswa Menengah Atas di
selalu tengah malam dan nafsu makan Pondok Pesantren. Menurut Zainuddin
menurun. Pada responden yang A.F. (2010), didalam tubuh terdapat

Jurnal Kesehatan Pasak Bumi Kalimantan, JKPBK. 2019; 2(2)


http://e-journals.unmul.ac.id/index.php/JKPBK 75

energi elektrik yang mengalir dalam rileks, lebih semangat, pikiran menjadi
sistem saraf kita. Jika aliran energi ini tenang dan hati menjadi adem.
terhambat atau kacau, maka timbullah The Sut-Up bertujuan untuk
gangguan emosi atau penyakit fisik. memastikan agar aliran energi tubuh
Titik–titik di sepanjang 12 jalur utama kita terarahkan dengan tepat. Langkah
berperan sangat penting untuk ini dilakukan untuk menetralisir
penyembuhan pasien. “Psychological Reversal” atau
perlawanan psikologis (biasanya berupa
Pada terapi SEFT terdapat 18 titik pikiran negatif spontan atau keyakinan
utama yang mewakili 12 jalur utama bawah sadar negatif), aplikasi meditasi
meridian. Terapi SEFT dapat dan reframing. kurang khusu saat
digunakan untuk mempelancar aliran mengucapkan kalimat set-up dan kurang
energi dalam tubuh dengan cara spesifiknya bisa mengakibatkan SEFT
mengetuk titik-titik pada jalur meridian kurang efektif, bahkan dalam beberapa
yang ada di tubuh, sehingga aliran energi kasus efeknya malah kebalikan dari yang
yang terhambat dapat lancar kembali. diinginkan (Zainuddin,A.F 2010).
2. Gambaran terapi SEFT pada Selanjutnya perubahan dari dua
responden tahapan yaitu the tune in dan the tapping.
Berdasarkan hasil skala DASS Berdasarkan hasil observasi pada saat
pelaksanaan the tune in yang dibantu
sebelum dan sesudah dapat diketahui
terjadi penurunan tingkat stres pada oleh peneliti dengan mengetuk titik
semua responden. Terapi SEFT, terjadi meridian, responden 1, 2, 3 dan 4 lebih
menjadi 3 tahap pelaksanaan. Tahap 1 rileks, badan tidak tegang dan
yaitu The Set-Up, tahap 2 yaitu The berdasarkan hasil wawancara beberapa
Tune-In, tahap 3 yaitu The Tapping. responden meluapkan semua masalah
yang mereka alami.
Pada saat proses The Set-Up responden
Pada tahap ini responden selalu
1 mengatakan kurang khusyu,
dikarenakan saat memejamkan mata mengulang kata ikhlas dan pasrah
dan mengucapkan kalimat ajaib “Ya terhadap masalah yang mereka alami,
Allah, apapun masalah saya, saya sehingga responden lebih menerima
pasrah dan ikhlas” teringat akan peristiwa yang terjadi dengan lapang
dada. Tahapan Tune In yakni merasakan
hapalan untuk lomba, sehingga hanya
mengucapkan sekali pada saat proses emosi masalah yang dialami, kemudian
The Set-Up dan tidak berefek pada pikiran kita mengarahkan ketempat rasa
perasaan responden. Pada hari kedua sakit/emosi yang dirasakan. Tahap ini
dan ketiga, responden 1 mengatakan merupakan bagian dari Self
Hypnotherapy untuk menghapus memori
khusyu saat mengucapkan kalimat ajaib,
dan setelah terapi badan menjadi ringan, yang ada di alam bawah sadar kita
perasaan lebih rileks dan hati menjadi yang menjadi penyebab energi negatif
yang dialami (Budianto, 2015).
tenang. Pada responden 2, 3, 4
mengatakan saat proses The Set-Up Selanjutnya tahapan terakhir yaitu The
ketika memejamkan mata dan Tapping dengan mengetuk ringan pada
mengucapkan kalimat ajaib sangat 18 titik bagian tubuh dengan
khusyu dan pasrah kepada Allah, dan menggunakan dua jari. Pada tahapan ini
setelah terapi ketiga responden bagian yang diketuk ringan beberapa kali
mengatakan badan menjadi ringan, lebih akan berdampak ternetralisirnya

Jurnal Kesehatan Pasak Bumi Kalimantan, JKPBK. 2019; 2(2)


http://e-journals.unmul.ac.id/index.php/JKPBK 76

gangguan emosi atau rasa sakit yang Berdasarkan uraian diatas dapat
dirasakan, karena aliran energi tubuh disimpulkan bahwa setelah dilakukan
berjalan dengan normal dan seimbang terapi SEFT terdapat penurunan tingkat
kembali (Budianto, 2015). Semua stres pada semua responden kelas XI-
responden mengatakan saat proses IPS-1 yang mengalami stres di
the tapping badan mereka lebih ringan, SMAN 14 Samarinda. Perubahan yang
dan lebih semangat saat beraktivitas. terjadi secara fisiologis dan psikologis
yang dirasakan oleh setiap responden.
Peneliti juga melakukan wawancara
mengenai terapi SEFT. Responden KESIMPULAN
mengatakan banyak perubahan yang
didapatkan dan dirasakan setelah Berdasarkan hasil penelitian dapat
dilakukan terapi SEFT selama 3 hari disimpulkan
berturut turut terutama pada pikiran
1. Sebelum dilakukan terapi SEFT
mereka dan merasa lebih ringan dan responden 1 mengalami tingkat stres
rileks. Setelah mendapatkan terapi berat dan responden 2, 3 dan 4
SEFT selama 3 hari berturut-turut saat
mengalami stres sedang.
tahapan the tune in dan the tapping,
2. Setelah dilakukan terapi SEFT
responden 1 dan 2 menyatakan bahwa selama 3 hari beturut turut terjadi
dirinya mampu meluapkan emosi penurunan tingkat stres. Responden
yang mereka rasakan, sehingga 1 dari berat menjadi sedang dan
merasa tenang, lebih rileks, beban responden 2, 3 dan 4 menurun dari
berkurang dan menerima keadaan yang sedang menjadi normal
terjadi.
3. Berdasarkan hasil wawancara setelah
Perubahan tersebut juga dirasakan oleh terapi SEFT semua renponden
responden 3 dan 4, setelah dilakukan merasakan badan menjadi ringan,
terapi SEFT responden lebih semangat lebih rileks, perasaan tenang, tidak
saat beraktivitas dan lebih yakin dengan ada beban, lebih semangat saat
takdir yang Allah SWT berikan. beraktivitas, dan lebih menerima
Responden 1, 2, 3, 4 mengatakan bahwa setiap keadaan yang terjadi.
mereka lebih pasrah dan menerima SARAN
keadaan yang dialaminya. Begitupun
dengan masalah-masalah yang mereka 1. Bagi responden
miliki, mereka akan menyerahkan Diharapkan Responden dapat
kepada Allah SWT, karena mereka mengatasi stres dengan terapi SEFT
meyakini hanya kepada Allah masalah 2. Bagi sekolah
akan selesai. Hal ini menunjukkan bahwa Guru BK diikutkan dalam pelatihan
responden mulai sadar akan sisi spiritual SEFT agar dapat mengatasi masalah
bisa membantu dirinya, sehingga stres pada siswa
merasa lebih tenang, lebih rileks, dan 3. Bagi peneliti selanjutnya.
lebih berpikir positif. Keyakinan Melakukan penelitian dengan
spiritual yang dimiliki Responden akan responden lebih banyak
memberikan rasa tenang dan
harapan positif, sehingga diharapkan
dapat menurunkan stres yang
dialaminya.

Jurnal Kesehatan Pasak Bumi Kalimantan, JKPBK. 2019; 2(2)


http://e-journals.unmul.ac.id/index.php/JKPBK 77

DAFTAR PUSTAKA Julie D. Henry, J. (2003). The Depression


Achmad Juntika Nurihsan, M. (2011). Anxiety Stress Scales (DASS):
Dinamika Perkembangan Anak dan Normative data and latent structure
remaja Tinjauan Psikologi, in a large non-clinical sample. British
Pendidikan, dan Bimbingan. Journal of Clinical Psychology, 111-
Bandung: PT Refika Aditama 131
Ahmadani, R. (2014) Metodologi Mohammad Ali, M. (2012). Psikologi
Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Remaja Perkembangan Peserta
Ar_Ruzz Media. Didik, Jakarta, PT Bumi Aksara
Azwar, S. (2015). Metode Penelitian. Mukhtar. (2013). Metode Praktis
Yogyakarta, Pustaka Pelajar Penelitian Deskriptif Kualitatif.
Budianto, Z. (2015). Efektivitas Spiritual Jakarta Selatan: Referensi (GP
Emotional Freedom Technique Press Group)
(SEFT) Untuk Menurangi Frekuensi Nedya Bellinawati, L. M. (2015). Jurnal
Kekambuhan Pada Pasien Penyakit Kedokteran dan Kesehatan, Vol 2,
Migrain . Jurnal Ilmiah Psikologi No 2. Faktor Resiko Stres dan
Terapan Vol. 03, No. 02, 218-228 Perbedaanya pada Mahasiswa
Cahyaningsih, D. S. (2011). Berbagai Angkatan di Fakultas
Pertumbuhan Perkembangan Anak Kedokteran Universitas
dan Remaja. Jakarta Timur: Trans Muhammadiyah Palembang, 197.
Info Media (TIM). Nengah Sumirta, W. G. (2017).
Desmita. (2010). Psikologi Psikologi Landasan Keilmuan
Perkembangan Peserta Didik. Praktik Keperawatan Jiwa.
Bandung. PT Rema Yogyakarta: ANDI
Donsu, J. D. (2017). Psikologi Ni`matuzahroh, W. (2016). Terapi Spiritual
Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka Freedom Technique (SEFT) Untuk
Baru Press Menurunkan Tingkat Stres
Eko Darminto, E. H., & Retno Akademik Pada Siswa Menengah
Lukitaningsih. (2013). Penerapan Atas di Pondok Pesantren . Jurnal
Spiritual Emotional Freedom Ilmiah Psikologi Terapan Vol. 04,
Technique Dalam Bimbingan No. 02 , 228
Kelompok Untuk Menurunkan Nikmarijal, M. B. (2017). Konsep Stres
Kecemasan Siswa SMA Dalam Akademik Siswa. Jurnal Konseling
Menghadapi Ujian Nasional . Jurnal dan Pendidikan Vol. 5, No. 3, 144
BK Unesa Vol. 03, No. 01, 291. Nurlatifah, A. I. (2016). Spiritual
El-Azis, K. M. (2017). Faktor-faktor Emotional Freedom Technique
yang Mempengaruhi Stres Remaja (SEFT) Sebagai Terapi Dalam
Pada Tahun Pertama di Pondok konseling. Jurnal Madaniyah, Vol. 2
Pesantren Al-Munawwir Krapyak Edisi XI, 317 dan 320.
Yogyakarta. Naskah Publikasi, 5. Orizati Hilman, K. (2016). Pengaruh
Gaol, N. T. (2016). Teori Stres: Metode SEFT (Spiritual Emotional
Stimulus, Respons, dan Freedom Technique) Terhadap
Transaksional. Jurnal Buletin Penurunan Tingkat Kecemasan Bagi
Psikologi Vol. 24, No. 1, 1 siswa SMP Dalam Menghadapi
Gemilang, J. (2013). Buku Pintar Ujian di SMP Negeri Ikasihan .
Manajemen Stres & Emosi. Naskah Publikasi, 141
Yogyakarta: Mantra Books Priyoto. (2014). Konsep Manajemen Stres.
Hartinah, S. (2010). Pengembangan Yogyakarta: Nuha Medika
Peserta Didik. Bandung: PT Refika Kementerian Kesehatan R I. (2018) Profil
Aditama. Kesehatan Indonesia Tahun 2017.
Jannah, M. (2016). Remaja dan Tugas- Jakarta: Kementrian Kesehatan
tugas Perkembangannya Dalam Republik Indonesia
Islam. Jurnal Psikoislamedia Vol. 1, Dinas Kesehatan Kota Samarinda (2016)
No. 1, 244 Profil Kesehatan Kota Samarinda

Jurnal Kesehatan Pasak Bumi Kalimantan, JKPBK. 2019; 2(2)


http://e-journals.unmul.ac.id/index.php/JKPBK 78

Tahun 2016. Samarinda: Dinas


Kesehatan Kota Samarinda
Titin Sutini, I. Y. (2014). Buku Ajar
Keperawatan Jiwa. Bandung: PT
Refika Aditama
Tiwi Sudyasih, G. (2017). Naskah
Publikasi. Hubungan Pola Asuh
Orang Tua dengan Stres Pada
Remaja di SMP Negeri 3
Gamping Sleman Yogyakarta, 3
Zainuddin, A. F. (2010). Spiritual
Emotional Freedom Technique
(SEFT). Jakarta Timur: Afzan
Publishing

Jurnal Kesehatan Pasak Bumi Kalimantan, JKPBK. 2019; 2(2)

Anda mungkin juga menyukai