Anda di halaman 1dari 25

STUDI KASUS

PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP PENURUNAN


TINGKAT STRES PADA MAHASISWA

TUGAS AKHIR
Untuk Memenuhi Persyaratan mencapai Diploma lll

Oleh :
Nama : Antonius Sugiharto
NIM : 20171266

AKADEMI KEPERAWATAN KRIDA HUSADA


JL.Lingkar Raya Kudus Pati KM.5 Jepang Kec.Mejobo Kab.Kudus
Tahun 2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Stres merupakan ketegangan yang disebabkan karena fisik, emosi,
sosial, pekerjaan, dan keadaan. Stres adalah reaksi atau respon tubuh
terhadap penyebab stres psikososial (tekanan mental atau beban kehidupan)
yang mendesak atau mencekam sehingga menimbulkan ketegangan emosi
dalam diri seseorang.1,2 Stres merupakan suatu sistem pertahanan tubuh
dimana ada sesuatu yang mengusik integritas diri sehingga mengganggu
ketentraman yang dimaknai sebagai tuntutan yang harus diselesaikan.
Keadaan stres akan muncul apabila ada tuntutan yang luar biasa dapat
mengganggu keseimbangan mental pada diri seseorang. stres tidak hanya
berupa kondisi yang menekan, baik dari keadaan fisik, psikis, maupun reaksi-
reaksinya terhadap tekanan tersebut, melainkan ketiga hal tersebut saling
berkaitan dan akan menimbulkan stres.3,4
Mahasiswa merupakan suatu nama yang disandang oleh seseorang
yang sedang menempuh suatu pendidikan pada suatu program studi tertentu
di suatu perguruan tinggi5. Mahasiswa tergolong dkedalam usia remaja akhir
(usia 18 tahun sampai 22 tahun), individu pada tahap ini rentan sekali
terkena stres karena berada pada periode storm & stress, dimana periode
saat seseorang berada pada tahap kritis karena akan memasuki masa
dewasa awal, pada mahasiswa tahun pertama terjadi banyak perubahan atau
transisi kehidupan karena perpindahan dari masa Sekolah Menengah Atas
(SMA) menjadi mahasiswa baru di Perguruan Tinggi (PT). Perubahan yang
terjadi dapat berupa gaya belajar, tugas-tugas perkuliahan, target
pencapaian dan masalah lainnya. Penyesuaian tersebut dapat diperberat
dengan adanya faktor personal seperti kondisi keuangan, tinggal jauh dari
orang tua untuk pertama kalinya, adaptasi dengan lingkungan baru serta
masalah lainnya yang harus dihadapi oleh masing-masing individu.6
Menurut World Health Organization (WHO) 2016 prevalensi
mahasiswa di dunia yang mengalami stres berkisar 38 - 71%, sementara di
Asia 39,6 - 61,3%.7 Data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018
Jumlah penduduk Indonesia pada umur ≥15 tahun yang mengalami
gangguan mental emosional atau stres mengalami peningkatan jika

1
2

dibandingkan dengan data yang didapatkan RISKESDAS 2013, dimana pada


tahun 2013 mencapai 1,7% dan pada tahun 2018 menjadi 7%. 8 Provinsi yang
memiliki prevalensi gangguan mental emosional atau stres terbesar jatuh
pada provinsi Sulawesi Tengah dengan jumlah 19,8%, sedangkan Provinsi
Jawa Tengah menempati urutan ke 26 dari 34 Provinsi, dengan jumlah
penderita gangguan mental dan emosional atau stres pada 2016 adalah
121.962. Pada tahun 2017 jumlahnya meningkat menjadi 260.247 orang dan
pada tahun 2018 bertambah menjadi 317.506.9
Kejadian stres atau gangguan emosional yang meningkat setiap tahun
nya mengindikasikan bahwa stres perlu dan harus segera diatasi.
Pengobatan stres terdiri dari terapi farmakologis dan non farmakologis.
Terapi farmakologis yaitu dengan mengkonsumsi obat-obatan anti cemas
(axiolytic) golongan benzodiazepine seperti diazepam, lorazepam,
alprazolam.1 Terapi non farmakologis terdiri dari sifat yang terbuka tentang
fikiran dan perasaan dengan diri sendiri dan orang lain, menuliskan fikiran
dan perasaan terhadap situasi atau seseorang di dalam catatan harian
pribadi, memakan makanan yang sehat, berolahraga secara teratur, dan
melalukan terapi relaksasi. Terapi non farmakologi selalu menjadi pilihan
karena biaya yang di keluarkan untuk terapi farmakologi relatif lebih mahal
dan menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan penderita, yaitu dapat
memperburuk keadaan penyakit dan akan menimbulkan efek samping rasa
ketergantungan obat. Langkah awal pengobatan stres non farmakologis
adalah dengan cara membuat sebuah perubahaan baru dalam lingkungan
dapat mengurangi akibat stres, seperti melakukan terapi relaksasi yang dapat
mengontrol individu untuk menimbulkan perasaan positif dan relaks, seperti
terapi musik klasik.2
Terapi musik memiliki keunggulan di bandingkan dengan terapi lainya
lebih ekonomis, bersifat naluriah yaitu musik dapat berirama secara naluriah
sehingga dapat langsung masuk ke otak tanpa melalui jalur berfikir. Musik
tidak membutuhkan kemampuan melalui lisan atau gerakan. Dengan tidak
adanya batasan-batasan, terapi musik dapat di aplikasikan pada semua
pasien tanpa memperhatikan latar belakang pendidikan dan kemampuan,
sehingga dapat menjadi salah satu terapi komplomenter untuk mengurangi
stres.10
3

Menurut Trisianti musik klasik mempunyai fungsi menenangkan fikiran


dan kartasis emosi serta dapat mengoptimalkan tempo,ritme, melodi, dan
harmoni yang teratur sehingga menstimulus otak untuk menghasilkan
gelombnag alfa yang berfungsi dalam meningkatkan rileksasi dalam tubuh.
Perubahan gelombang otak menjadi gelombang otak alfa akan menyebabkan
peningkatan hormon endhorpin dan serotonin. Serotonin dalam tubuh
kemudian diubah menjadi hormon melatonin yang memiliiki efek regulasi
terhadap relaksasi tubuh yang pada akhirnnya akan menyebabkan
penurunan tingkat stres.11
Musik klasik memiliki peran dalam regulasi sistem tubuh. Stimulasi
musik klasik memiliki efek positif terhadap sistem kardiovaskuler, dan juga
terbukti dapat menurunkan aktivitas sistem syaraf simpatis.Musik klasik dapat
membantu otak menginduksi gelombang alfa yang berperan dalam
penangkapan berbagai informasi yang ada dan juga penurunan tingkat
stres.12
Hasil penelitian yang di lakukan oleh Adhe Primadita (2011) menunjukan
bahwa musik klasik mengandung vibrasi energi, vibrasi ini juga mengaktifkan
sel-sel di dalam diri seseorang, sehingga dengan aktifnya sel-sel tersebut
sistem kekebalan tubuh seseorang lebih berpeluang untuk aktif dan
meningkat fungsinya. Selain itu, musik klasik dapat meningkatkan serotonin
dan pertumbuhan hormon yang sama baiknya dengan menurunkan hormon
adrenokortikotropik (ACTH).13
Dari uraian di atas presentase seseorang yang mengalami gangguan
mental dan emosional atau stres cukup tinggi. Biasa nya faktor yang memicu
timbulnya gangguan mental dan emosional atau stres pada mahasiswa
adalah banyak nya tugas dan jadwal kuliah yang padat. Sesuai hasil dari
penelitian, penatalaksanaan terapi non farmakologi dengan menggunakan
terapi musik klasik selama 30 menit dapat mengurangi tingkat gangguan
mental dan emosional atau stres karena dengan terapi musik klasik akan
menghasilkan stimulus dari akson-akson serabut sensori asendens ke
neuron-neuron dari Reticular Activating Systtem (RAS). Terapi musik klasik
memberikan rangsangan pada saraf simpatik dan parasimpatik untuk
menghasilkan respon relaksasi, oleh karena itu penulis tertarik untuk
mengetahui lebih dalam pengaruh terapi musik klasik terhadap tingkat stres
pada mahasiswa.
4

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan maka
rumusan masalah dari studi kasus ini adalah “ Bagaimanakah pengaruh
terapi musik klasik terhadap penurunan tingkat stres pada mahasiswa?’’

C. Tujuan Studi Kasus


Tujuan dari studi kasus ini adalah untuk menggambarkan penerapan
terapi musik klasik terhadap penurunan tingkat stres pada mahasiswa.
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Umum Tentang Mahasiswa


Mahasiswa sebagai baian dari kelompok individu yang merupakan
bagian dari sasaran integrasi pelayanan keperawatan, menjadi kelompok
yang rentan untuk mengalami ketidakseimbangan akibat stres yang berasal
dari krhidupan akademik.14 Mahasiswa adalah sebutan bagi orang yang
sedang menempuh pendidikan tinggi di sebuah perguruan tinggi, akademik,
dan paling umum adalah Universitas.5 Sumber penyebab dari stres pada
mahasiswa yaitu tuntutan dari tugas-tugas kuliah, beban pelajaran yang
semakin meningkat, dan tuntutan orang tua untuk berhasil menyelesaikan
masa kuliah nya.15
Mahasiswa, tergolong pada usia remaja akhir ( usia 18 tahun sampai
22 tahun ). Individu pada tahapan ini berada pada periode strom & stress, di
mana periode saat seseorang berada pada tahapan kritis karena akan
memasuki masa dewasa awal.6 Pada periode ini terjadi peningkatan emosi
dan banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukan pada remaja akhir, misal
nya mereka diharapkan untuk tidak lagi berprilaku seperti anak-anak, mereka
harus mandiri dan bertanggung jawab.16 Mahasiswa mengalami stres sebagai
tuntutan kehidupan akademik yang harus dijalani, termasuk aktivitas di luar
akademik diantaranya, bersosialisasi dan menyesuaika diri dengan teman
sesama mahasiswa diman memiliki karakteristik dan latar belakang yang
berbeda. Perubahan pola hidup yang kompleks tersebut seringkali menjadi
beban tambahan selain beban akademik bagi mahasiswa. Pernasalahan di
luar perkuliahan dapat mempengaruhi konsentrasi, mood, dan prestasi
akademik mahasiswa14
Menurut Davidson (2011) sumber stres akademik adalah situasi yang
terlalu banyak, harapan yang tidak sesuai dengan realistis, kurang nya
kontrol, keadaan bahaya dan kritis, tidak dihargai, diacuhkan, kehilangan
kesempatan, aturan yang membingungkan, tuntutan yang sering
bertentangan, dan deadline tugas perkuliahan. Tuntutan internal dan
eksternal yang dialami mahasiswa dapat menjadi sumber tekanan yang
melampaui batas kemampuan mahasiswa (overload) sehingga timbul distres,
dalam bentuk kelelahan fisik atau mental, daya tahan tubuh menurun, dan

5
6

emosi yang labil. Stres yang berkepanjangan yang dialami oleh individu
dapat mengakibatkan penurunan kemampuan untuk beradaptasi terhadap
stres setiap individu mahasiswa berbeda tergantung pada kondisi kesehatan,
jenis kelamin, besar stresor, dan kemampuan mengelola emosi masing-
masing individu.17

B. Konsep Teori Stres


1. Definisi Stres
Stres merupakan suatu fenomena universal yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari serta akan dialami oleh
setiap orang. Stres dapat diartikan sebagai sebuah keadaan yang kita
alami ketika ada sebuah ketidaksesuaian antara tuntutan-tuntutan yang
diterima dan kemampuan untuk mengatasinya. 18 Stres adalah reaksi
atau respon tubuh terhadap stresor psikososial (tekanan mental atau
beban kehidupan) yang mendesak atau mencekam sehingga
menimbulkan ketegangan emosi dalam diri seseorang. Hal tersebut
dapat mengganggu keseimbangan mental pada diri seseorang yang
akan mempengaruhi penampilan individu di lingkungan tersebut (baik
secara emosional, agresif, sifatnya kaku, suka bersaing, dll).1 Menurut
Slamet dan markam (2018) stres adalah suatau keadaan dimana beban
yang dirasakan seseorang tidak sepadan dengan kemampuan untuk
mengatasi beban tersebut.19
2. Etologi
Kondisi stres dapat disebabkan oleh berbagai penyebab atau
sumber, dalam istilah yang lebih umum disebut stresor. Stresor adalah
keadaan atau situasi, objek atau individu yang dapat menimbulkan stres.
Secara umum, stresor dapat dibagi menjadi tiga yaitu stresor fisik,
sosial, dan psikoloigis.20
a. Stresor Fisik
Bentuk dari stresor fisik adalah suhu (panas dan dingin), suara
bising, polusi udara, keracunan, obat-obatan (bahan kimiawi).
b. Stresor Sosial
1) Stresor sosial, ekonomi dan politik misalnya tingkat inflasi yang
tinggi, tidak ada perkerjaan, pajak yang tinggi, perubahan
tekhnologi yang cepat, kejahatan.
7

2) Keluarga, misalnya peran seks, iri, cemburu, kematian anggota


keluarga, masalah keuangan, perbedcaan gaya hidup dengan
pasangan atau anggota keluarga yang lainnya.
3) Jabatan dan karir, misalnya kompetisi dengan teman, hubungan
yang kurang baik dengan atasan atau sejawat, pelatih, aturan
kerja.
4) Hubungan interpersonal dan lingkungan, misalnya harapan
sosial yang terlalu tinggi, pelayanan yang buruk, hubungan sosial
yang buruk.
c. Stresor Psikologis
1) Frustasi
Frustasi adalah tidak tercapainya keinginan atau tujuan karna
ada hambatan.
2) Ketidakpastian
Apabila seseorang sering berada dalam keraguan dan merasa
tidak pasti mengenai masa depan atau perkerjaan nya. Atau
merasa selalu bingung dan tertekan, rasa bersalah, perasaan
khawatir dan inferior.
d. Stresor spiritual
Adanya persepsi negatif terhadap nilai ke-Tuhanan.
3. Klasifikasi Stres
Berdasarkan etiologi dari stres, stres dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:20
a. Stres kepribadian (personality Stress)
Stres kepribadian adalah stres yang dipicu oleh masalah dari dalam
diri seseorang, berhubungan denga cara pandang pada masalah
dan kepercayaan atas diri nya.
b. Stres psikososial (psychosocial stress)
Stres psikososial adalah stres yang dipicu oleh hubunga dengan
orang lain di sekitarnya ataupun akibat situasi sosial.
c. Stres bio-ekologi
Stres bio-ekologi adalah stres yang dipicu oleh dua hal, hal yang
pertama adalah ekologi atau lingkungan seperti polusi serta cuaca,
sedangkan hal yang kedua adalah kondisi biologis seperti
menstruasi, demam, asma, jerawat dan lain-lain.
8

d. Stres pekerjaan
Stres pekerjaan adalah stres yang dipicu oleh pekerjaan seseorang,
persainga di kantor, tekanan pekerjaan, terlalu banyak kerjaan dan
lain-lain.
e. Stres mahasiswa
Stres mahasiswa adalah stres yang dipicu oleh dunia perkuliahan,
sewaktu perkuliahan terdapat tiga kelompok stresor yaitu stresor dari
segi personal dan sosial, gaya hidup dan budaya serta stresor yang
di cetuskan oleh faktor akademis kuliah itu sendiri.
4. Manifestasi Klinis
Gejala awal akibat stres dapat dibagi menjadi beberapa antara
21
lain:
a. Keluhan somatik (sakit)
Keluhan somatik antara lain sebagai berikut:
1) Gangguan cemas.
2) Nyeri dada atau debar jantung.
3) Insomnia berupa sulit tidur.
4) Gangguan yang didak spesifik seperti sakit kepala atau tidak
nafsu makan.
5) Nyeri otot, letih lesu, tidak bergairah.
b. Keluhan psikis
Keluhan psikis antara lain sebagai berikut:
1) Putus asa, merasa masa depan suram.
2) Sedih dan merasa bersalah.
3) Mudah marah.
4) Selalu tegang dan suka menyendiri.
c. Gangguan psikomotor.
Gangguan psikomotor antara lain sebagai berikut:
1) Gairah belajar menurun.
2) Mudah lupa dan konsentrasi menurun.
5. Patofisiologi
General adaptation syndrome (GAS) dikenal sebagai respon
neuroendokrin. GAS atau Sindrom Adaptasi Umum merupakan respon
pertahanan dari keseluruhan tubuh terhadap stres. GAS merupakan
reaksi yang ditimbulkan akibat stress.1 Stres diterima oleh otak sebagai
9

respon yang akan ditransmisikan ke aksis hipotalamus pituitary adrenal


(HPA). Hipotamalus mengeluarkan hormon kortikotropik (CRH) dan
CRH menstimulasi kelenjar pelepasan pituitari menyekresi hormon
adrenokortikotropik (ACTH), kemudian ACTH menginduksi korteks
adrenal untuk mengeluarkan kortisol, yang mempengaruhi tingkat
emosional seseorang menjadi mudah marah dan cemas. Stres juga
mengaktifkan aksis sistem saraf simpatis yang terdapat pada jaringan-
jaringan sistem imun didalam tubuh, sehingga terjadi penglepasan
katekolamin, Katekolamin akan menyebabkan bagian medula adrenal
mensekresikan epinefrin dan norepinefrin secara berlebihan ke sirkulasi
darah yang menyebabkan tubuh menjadi tegang, peningkatan denyut
nadi, dan keringat dingin.20
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi stres
Beberapa faktor yang dianggap sebagai pengaruh stres pada
seseorang di bagi menjadi dua.18
a. Faktor Internal
Faktor internal yaitu faktor yang beraal dari dalam diri
seseorang. Bagaimana kondisi emosi orang yang bersangkutan
dapat menimbulkan stres. Emosi adalah setiap kegiatan pergolakan
pikiran dan perasaan. Secara umum dalam diri manusia terdapat
dua emosi yang bersebrangan (berlawanan), yakni positif dan
negatif. Adapun kondisi-kondisi emoional yang dapat memicu
munculnya stres antara lain sebagai berikut ini: rasa takut yang
berlebihan, kesedihan yang berlebihan, rasa bersalah.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yaitu faktor penyebab stres yang berasal dari
luar diri seseorang. Dalam faktor eksternal dapat berupa
keberhasilan, kesuksesan, kekayaan yang berlimpah. Macam
kebaikan diatas apabila tidak disikapi dengan baik akan
menimbulkan stres. Berbagai persoalan dan cobaan yang menimpa
kehidupan manusia yang bersifat buruk atau dipandang tidak baik
juga merupakan faktor dan penyebab munculnya gangguan jiwa
(stres) pada seseorang, yaitu tertimpa musibah atau bencana alam,
kegagalan, kekurangan dalam diri (cacat tubuh), dan lain
sebagainya.
10

Selain itu menurut Nasir dan Muhith (2011) faktor-faktor yang


mempengaruhi stres adalah sebagai berikut.2
1) Persepsi
Tingkat stres dalam suatu peristiwa sangat tergantung
bagaimana individu menanggapi stres tersebut. Hal ini juga
dipengaruhi oleh bagaimana individu berpersepsi terhadap
stresor yang muncul. Tingkat stres tersebut sangat bergantung
pada hal – hal berikut ini:
a) Kontrol individu terhadap stres. Individu dapat mengontrol
stres yang muncul, misalnya individu tersebut keluar dari
lingkungan dan pemikiran – pemikiran yang dapat merusak
pemikiran positif.
b) Stres yang dapat diprediksi. Individu yang mempunyai
kesiapan terhadap sesuatu kegiatan atau pekerjaan yang
mengandung resiko terjadinya stres akan lebih baik
dibandingkan individu yang tidak siap sama sekali. Individu
yang dapat memprediksi akan lebih ringan tingkat stres nya
dibandingkan individu yang langsung berhadapan denga n
stresor yang tak pernah ia duga sebelumnya.
c) Kemampuan melawan stresor. Individu yang beranggapan
bahwa stres sebagai tantangan yang mengasyikan akan
mempengaruhi tinggkat stres menjadi lebih rendah. Hal
tersebut berbeda dengan individu yang merasa terpaksa
melakukannya.
2) Emosi
Emosi merupakan hal sangat penting dan kompleks
dalam diri individu. Perbedaan kemampuan untuk mengenal dan
membedakan setiap perasaan emosi sangat berpengaruh
terhadap stres yang sedang dialaminya. Stres dan emosi
mempunyai keterikatan yang paling memengaruhi keduannya,
seperti kecemasan, rasa bersalah, khawatir, ekspresi marah,
rasa takut, dan cemburu.
3) Hal – hal yang mempengaruhi konsep berfikir (kognitif)
dan penilaian terhadap situasi yang memengaruhinya. Situasi
tersebut berupa konflik, frustasi, serta situasi atau kondisi
11

tertentu yang dapat mempengaruhi penilaian kemudian


menjadikan hal tersebut sebagai ancaman bagi individu.
4) Tidur.
Tidur atau istirahat yang cukup akan memberikan energi
pada kegiatan yang sedang dilakukannya. Kebutuhan tidur akan
mempengaruhi konsentrasi, semangat, dan gairah terhadap
sesuatu pekerjaan yang dilakukannya. Penderita insomnia
mempunyai kerentanan terhadap tingkat stres yang lebih berat.
7. Penatalaksanaan
a. Pengobatan Farmakologis
Terapi farmakologi merupakan suatu jenis terapi yang
menggunakan obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi
gangguan neurotransmiliter disusun syaraf pusat otak yakni sistem
limbik. Sistem limbik merupakan bagian otak yang berfungsi
mengatur alam pikiran, alam perasaan dan prilaku seseorang. Obat
yang sering dipakai adalah obat anti cemas (axiolytic) golongan
benzodiazepine seperti diazepam, lorazepam, alprazolam, dan anti
depresi (anti depressant).20
b. Pengobatan non farmakologis
Berikut ini adalah beberapa cara dalam mengelola stres
dengan cara non farmakologis.1
1) Identifikasi penyebab stres.
Penyebab stres situasi, aktivitas, atau orang yang menyebabkan
stres. Sangat penting untuk memahami penyebab stres. Berikut
hal-hal yang perlu dilakukan:
a) Pahami penyebab stres dan kenali mereka sebelum terjadi,
hal tersebut merupakan keterampilan yang penting dalam
manajemen stres.
b) Pahami tingkat stres, tingkat dimana kita bereaksi terhadap
penyebab stres, hal ini guna untuk mengatur respon
terhadap stres secara efektif.
2) Membuat sebuah perubahan baru dalam lingkungan dapat
mengurangi akibat stres, anda dapat mencari tempat yang sepi,
mendengarkan musik.
12

3) Memakan makanan yang sehat dan berolahraga secara teratur


memberikan kontribusi penting dalam pemeliharaan sistem
tubuh.
4) Tehnik Relaksasi
Banyak orang yang berpendapat bahwa tehnik relaksasi
berpengaruh terhadap tingkat stres, seperti mendengarkan
musik klasik, yoga, meditasi dan lain-lain.
5) Mengatasi rasa takut akan kegagalan
Ketakutan adalah emosi yang disebabkan oleh salah satu dari
dua hal yaitu rangsangan dari luar atau hasil dari proses internal
yang menjadikan ingatan atau mawas diri.
8. Tingkat stres
Stres sudah menjadi bagian hidup masyarakat,mungkin tidak ada
manusia biasa yang belum pernah mengalami stres, stres kini menjadi
manusiawi selama tidak berlarut larut atau berkepnjamgan.
Berdasarkan gejalanya stres di bagi menjadi tiga tingkat yaitu:20
a. Stres Ringan
Stres ringan adalah stresor yang dihadapi setiap orang secara
teratur, seperti terlalu banyal tidur, kemacatan lalu lintas, kritikan dari
atasan. Situasi seperti ini biasa nya berlangsung beberapa menit
atau jam, stresior ringan biasa nya tidak disertai dengan timbulnya
gejala.
b. Stres Sedang
Berlangsung lebih lama dari beberapa jam sampai beberapa
hari, situasi perselisihan yang tidak terselesaikan dengan rekan,
anak yang sakit, atau ketidakhadiran yang lama dari anggota
keluarga merupakan penyebab stres.
c. Stres Berat
Stres berat adalah situasi yang lama dirasakan oleh
seseorang dapat berlangsung beberapa minggu sampai bulan,
seperti perselisihan perkawinan secara terus menerus, kesulitan
finansial berlangsung lama karena tidak ada perbaikan, menderita
penyakit kronis, dan termasuk perubahan fisik, psikologis, sosial
pada usia lanjut.
9. Pengukuran Stres
13

Pengukuran tingkat stres menggunakan kuesioner dengan


sistem scoring yang akan diisi oleh responden dalam suatu penderita.
kuesioner yang dipakai untuk mengetahui tingkat stres yaitu Perceived
stress scale (PSS-10) merupakan self-report questionnaire yang terdiri
dari 10 pertanyaan dan dapat mengevaluasi tingkat stres dalam
kehidupan subjek penelitian. Soal dalam PSS-10 dapat memberikan
informasi mengenai kondisi penyebab stres yang dapat mempengaruhi
kondisi fisik atau patologi. Setiap pertanyaan diberikan skor dari 0
hingga 4.22
a. Tidak pernah diberi skor 0
b. Hampir tidak pernah diberi skor 1 (1-2 kali)
c. Kadang-kadang diberi skor 2 (3-4 kali)
d. Cukup sering skor 3 (5-6 kali)
e. Sangat sering diberi skor 4 (lebih dari 6 kali)
Semua penilaian diakumulasikan, kemudian disesuaikan dengan
tingkatan stres sebagai berikut:
a. Stres ringan (total skor 1-14)
b. Stres sedang (total skor 15-26)
c. Stres berat (total skor >26)
Kuesioner ini dibawah ini terdiri dari berbagai pernyataan yang
sesuai dengan pengalaman individu dalam menghadapi situasi hidup
sehari-hari:

NO PERNYATAAN 0 1 2 3 4

1. Seberapa sering Anda merasa terganggu 0 1 2 3 4


mengenai sesuatu yang terjadi tanpa
terduga?

2. Seberapa sering Anda merasa bahwa tidak 0 1 2 3 4


dapat mengendalikan hal-hal penting dalam
kehidupan Anda?

3. Seberapa sering Anda merasa gelisah dan 0 1 2 3 4


tegang?

4. Seberapa sering Anda merasa yakin 0 1 2 3 4


mengenai kemampuan Anda dalam
14

NO PERNYATAAN 0 1 2 3 4

menangani masalahmasalah pribadi Anda?

5. Seberapa sering Anda merasa bahwa 0 1 2 3 4


segalanya berjalan mengikut kehendak
Anda?

6. Seberapa sering Anda menemukan bahwa 0 1 2 3 4


Anda tidak dapat mengatasi segala hal
yang harus Anda lakukan?

7. Seberapa sering Anda mampu mengontrol 0 1 2 3 4


gangguan dalam kehidupan Anda?

8. Seberapa sering Anda merasa senang 0 1 2 3 4


dalam segala hal yang Anda lakukan?

9. Seberapa sering Anda merasa marah 0 1 2 3 4


karena halhal yang berada di luar
pengawasan Anda?

10. Seberapa sering Anda merasa kesulitan 0 1 2 3 4


yang menumpuk sehingga Anda tidak dapat
mengatasinya?

10. Asuhan Keperawatan Stres


a. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari
proses keperawatan. Perawat dapat mengumpulkan data dengan
cara observasi, wawancara, dan pemeriksaan. Data yang didapat
dapat dikelompokkan:21
1) Data Fisiologis.
a) Peningkatan tekanan darah.
b) Ketegangan otot meningkat.
c) Peningkatan denyut nadi dan frekuensi nafas.
d) Keluar keringan dingin.
e) Tangan dan kaki dingin.
f) Suara nada tinggi dan cepat.
g) Nafsu makan berubah.
15

h) Sukar tidur dan sering bangun.


2) Data psiko-sosial
a) Cemas dan ragu-ragu.
b) Depresi.
c) Bosan.
d) Penggunaan obat dan zat meningkat.
e) Pola makan berubah.
f) Perubahan pola tidur dan kegiatan.
g) Perasaan tak mampu.
h) Harga diri kurang.
i) Mudah tersinggung dan cepat maeah.
j) Motivasi kurang.
k) Menangis.
l) Pruduktivitas dan kualitas kerja menurun.
m) Cenderung melakukan kesalahan atau daya nilai buruk.
n) Pelupa.
o) Sering melamun.
p) Minat hilang.
b. Diagnosa
Data yang dikumpulkan dapat dikelompokkan dalam masalah
keperawatan (potensial atau aktual) dan etiologi dari masalah. Berikut
diagnosa keperawatan pada stres.21
1) Ketidak efektifan koping individu.
Tujuan:
a) Koping.
b) Penyesuaian psikososial dan perubahan hidup.
Kriteria hasil:
(1) Mampu mengidentifikasi pola koping yang efektif.
(2) Mampu menggunakan prilaku untuk mengurangi stres.
(3) Mampu menghindari situasi stres yang terlalu banyak.
(4) Melaporkan penurunan gejala fisik akibat stres.
(5) Memodifikasi gaya hidup sehat.
Interfensi
(1) Instruksikan pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi
untuk menurunkan stresor.
16

(2) Hargai pemahaman pasien tentang konsep stres.


(3) Gunakan pendekatan yang tenang.
(4) Sediakan kondisi yang aktual tentang diagnosis dan
penenang.
(5) Bantu pasien untuk mengidentifikasi strategi positif untuk
mengatasi keterbatasan dan mengelola gaya hidup dan
perubahan peran.
2) Ansietas/ kecemasan
Tujuan:
a) Kontrol kecemasan.
b) Koping.
Kriteria hasil:
a) Pasien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala
cemas.
b) Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik
untuk mengontol cemas.
c) Vital sigh dalam batas normal.
d) Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat
aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan.
Intervensi
a) Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi
takut.
b) Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan
prognosis.
c) Libatkan keluarga untuk mendampingi klien.
d) Instruksikan pada pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi.
e) Dengarkan dengan penuh perhatian.
f) Identifikasi tingkat kecemasan.
g) Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan.
h) Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan,
persepsi.

C. Konsep Terapi Musik Klasik.


1. Pengertian Terapi Musik
17

Terapi musik klasik adalah suatu proses yang menggabungkan


antara aspek penyembuhan musik itu sendiri dengan kondisi dan situasi,
fisik, emosi, mental, spritual, kognitif,dan kebutuhan sosial seseorang, hal
yang paling penting dalam proses terapi adalah bagaimana seorang
terapis menggunakan alat musik dan memilih jenis musik untuk mencapai
hasil akhir.23
Musik klasik adalah bentuk seni yang paling subtil, namun
berpengaruh besar terhadap pusat fisik dan jaringan saraf. Musik klasik
juga mempengaruhi sistem saraf parasimpatetis atau otomatis, baik
secara langsung maupun tidak langsung.24
2. Klasifikasi Terapi Musik
Dalam proses penyembuhan terapi musik di bagi menjadi dua bagian
yaitu:23
a. Terapi musik aktif.
Terapi musik klasik aktif adalah keahlian menggunakan musik
dan elemen musik untuk meningkatkan, mempertahankan dan
mengembalikan kesehatan mental, fisik, emosional, dan spiritual.
Terapi musik aktif ini dapat dilakukan dengan cara mengajak klien
bernyanyi, belajar main alat musik, bahkan menggunakan lagu singkat
atau dengan kata lain terjadi interaksi yang aktif antara yang diberi
terapi dengan yang memberi terapi.
b. Terapi musik pasif
Terapi musik pasif adalah terapi musik dengan cara mengajak
klien mendengarkan musik. Hasilnya akan efektif bila klien
mendengarkan musik yang di sukainya.
3. Manfaat Terapi musik.
Ada beberapa manfaat terapi musik antara lain adalah:24
a. Mampu menutupi bunyi dan perasaan yang tidak menyenangkan.
b. Mampu memperlambat dan menyeimbangkan gelombang dalam otak.
c. Mempengaruhi pernafasan.
d. Mempengaruhi denyut jantung, nadi dan tekanan darah.
e. Bisa mengurangi ketegangan otot dan memperbaiki gerak dan
koordinasi tubuh.
f. Bisa mengatur hormon (hubungan dengan stres).
g. Bisa mengurangi rasa nyeri.
18

4. Cara kerja terapi musik klasik.


Irama pada musik klasik memiliki nada-nada yang bervariasi,
terkadang dari lambat ke cepat dan kadang sebaliknya. Musik klasik juga
mempunyai kategori frekuensi alfa dan theta 5000-8000 Hz. Frekuensi
tersebut dapat merangsang tubuh dan pikiran menjadi rileks sehingga
merangsang otak menghasilkan hormon serotonin dan endorphin yang
menyebabkan tubuh menjadi rileks dan membuat detak jantung menjadi
stabil. Hal inilah yang mendukung otak dapat berkosentrasi dengan
optimal dalam membangun jaringan-jaringan sinapsis lebih baik.24
5. Tata cara pemberian terapi musik.
Dalam melakukan terapi musik dilakukan langkah-langkah berikut
23
ini:
a. Pengkajian atau melalukan observasi ( pendataan klien/pasien)
b. Rancangan Terapi
1) Rumusan Terapi- membuat rancangan materi terapi.
2) Seleksi musik – menentukan jenis musik yang sesuai dan di sukai
klien.
3) Komunikasi – membangun komunikasi antara terapis dan klien.
4) Membangun kesadaran diri dan pemberdayaan.
5) Menerapkan metode yang sesuai dalam terapi musik.
c. Dokumentasi.
d. Evaluasi.
e. Hasil akhir.
19

BAB III
METODE PENULISAN

A. Rancangan Studi Kasus


Metode yang digunakan dalam studi kasus ini adalah metode evaluasi
studi kasus dengan pemaparan kasus dan menggunakan pendekatan
proses keperawatan dengan memfokuskan pada salah satu masalah penting
dalam kasus yang dipilih yaitu pengaruh terapi musik klasik untuk
menurunkan tingkat stres pada mahasiswa.

B. Subjek Studi Kasus


Dalam strudi kasus ini menggunakan sepuluh responden ( klien ),
dimana setiap klien memiliki kriteria sebagai berikut:13
1. Kriteria inklusi
a. Klien yang menderita stres.
b. Seorang mahasiswa dengan status aktif.
c. Klien berusia 18 sampai 20 tahun.
d. Klien dapat berkomunikasi dengan baik dan lancar.
e. Klien bersedia untuk jadi responden.
2. Kriteria ekslusi
Kriteria eksklusi adalah kriteria yang tidak dijadikan sebagai subyek
studi kasus, yang termasuk dalam kriteria eksklusi yaitu pasien yang
memiliki komplikasi berat dan klien yang tidak bisa diajak komunikasi
(acuh).

C. Fokus Studi.
Penerapan pengaruh terapi musik kalasik terhadap penurunan tingkat
stres pada mahasiswa di STIKES Cendekia Utama Kudus.

D. Definisi Operasional.
Studi kasus dalam karya tulis ilmiah ini terdapat dua variabel, yaitu
variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen). Pengaruh
terapi musik klasik merupakan variabel bebas (independen), sedangkan
stres pada mahasiswa merupakan variabel terikat (dependen).13

19
20

Terapi musik akan di lakukan 3 kali dalam seminggu di lakukan


selama 2 minggu. Tingkat stres akan di ukur menggunakan alat ukur yaitu
kuisoner tinggkat stres PSS-10 yang terdri dari 10 pertanyaan. Setiap
pertanyaan akan di berikan nilai 0 sampai dengan 4 berdasarkan berat dan
ringannya gejala.22
N Variable Devinisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil
O operasional Ukur

1. Terapi musik Penanganan


secara
nonfarmakologi
s dan termasuk
dalam terapi
musik.

2. Stres Sensasi yang Kuisoner, Melakukan Stres


dapat Perceived pengukuran Ringan
mempengaruhi stress tingkat
(1-14)
kehidupan scale stres sesui
sehari-hari prosedur. Stres
(PSS- 10)
karena Sedang
emosional yang
(14-26)
labil. Stres
dapat di ukur Stres
sebelum dan Berat
sesudah terapi
(>26)
musik di
berikan.

E. Tempat Dan Waktu.


Tempat penelitian: STIKES Cendekia Utama Kudus
Waktu penelitian: -

F. Pengumpulan Data.
Teknik yang di gunakan dalam pengumpulan data dalam karya tulis
ilmiah ini adalah:20,22
21

1. Wawancara, Penulis melakukan secara langsung kepada klien mengenai


apa yang dirasakan klien pada saat pengkajian, penulis juga
menanyakan mengenai riwayat kesehatan sekarang tentang sejak kapan
keluhan yang dialami klien muncul, tindakan apa yang telah dilakukan,
dan bagaimana respon tindakan tersebut.
2. Kuisioner, proses pengumpulan data pada studi ini adalah respon
jawaban dari klien setelah diberikan pertanyaan dalam lembar kuesioner
dengan menggunakan pengukuran tingkat stres Perceived stress scale
(PSS-10). PSS-10 yang terdiri dari 10 pertanyaan dan dapat
mengevaluasi tingkat stres dalam kehidupan subjek penelitian. PSS-10
ini akan menanyakan tentang perasaan dan pikiran responden dalam 2
minggu terakhir ini. Anda akan diminta untuk mengindikasikan seberapa
sering perasaan ataupun pikiran dengan membulatkan jawaban atas
pertanyaan. Skor untuk masing-masing responden selama masing-
masing subskala, kemudian dievaluasi sesuai dengan keparahan-rating
indeks. Pengukuran stres dengan skala PSS-10 dilakukan sebelum
dilakukan terapi musik klasik dan sesudah di lakukan terapi musik klasik..
3. Observasi, penulis melakukan pengamatan secara langsung pada
keadaan klinis klien dan hasil tindakan dari penerapan terapi musik klasik
untuk menurunkan tingkat stres yang telah diberikan. Keadaan klinis
yangg diamati yaitu penurunan tingkat stres dan respon klien setelah
diberikan terapi musik klasik.
4. Studi Dokumentasi Keperawatan, penulis menggunakan berbagai
sumber catatan medis dan keperawatan serta hasil dari pengkajian untuk
membahas tentang penerapan terapi musik klasik untuk menurunkan
tingkat stres.

G. Penyajian Data
Penyajian data yang dilakukan adalah menilai kesenjangan antara
teori yang ada didalam tujuan pustaka dengan respon klien tentang terapi
musik klasik untuk menurunkan tingkat stres pada mahasiswa yang telah
dipilih menjadi obyek studi kasus.23
Data disajikan secara terstruktur sesuai dengan desain studi kasus
dan juga dapat disertai dengan dokumentasi gambar dari subyek kasus yang
merupakan data pendukungnya.24
22

H. Etika Studi Kasus


Etika studi kasus ini bertujuan unuk menjaga kerahasiaan identitas
responden akan kemungkinan terjadinya ancaman terhadap responden.
Masalah etika terutama ditentukan pada beberapa hal yaitu sebagai beriku:24
1. Informed Consent (lembar persetujuan)
Seluruh responden dalam penelitian ini akan menandatangani lembar
persetujuan setelah mereka memahami penjelasan dari peneliti sebelum
dilakukan intervensi.
2. Anomity (tanpa nama)
Informasi yang telah dikumpulkan dan subyek dijamin kerahasiaannya
oleh peneliti dengan tidak mencantumkan nama pada lembar
pengumpulan data, cukup dengan memberikan pembeda kode pada
kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
3. Confidentialy (kerahasiaan)
Dalam penelitian ini, semua informasi responden yang telah dikumpulkan
dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang
dilaporkan pada hasil riset.
4. Autonomy (otonomi)
Dalam penelitian ini memberikan kebebasan untuk responden jika ingin
menghentikan proses Intervensi penelitian terhadap dirinya kapanpun
jika ia inginkan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sunaryo. Psikologi Untuk Keperawatan Edisi 2. EGC. Jakarta. 2013 : 56-90


2. Abdul Nasir & Abdul Muhith. Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa : Pengantar
dan Teori. Salemba Medika. Jakarta. 2011 : 75-112.
3. Palupi Widyastuti. Stress Management. EGC. Jakarta. 2009 : 56-70.
4. Rasmun. Stres, Koping dan Adaptasi. Sagung Seto. Jakarta. 2010 : 100-111.
5. Giyarto. Stres Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Psikologi Universitas
Muhamadiyah Surakarta Dalam Mengerjakan Skripsi. Universitas
Muhamadiyah Surakarta. Surakarta: 2018
6. Santrock JW, editor. Adolescence: Perkembangan remaja. Edisi ke-6.
Jakarta: Erlangga: 2003.
7. World Health organization (WHO). Stress A Global Public Health Concern.
(online) Desember 2016 : 12/12. www.who.int. (diakses tanggal 27 Febuari
2020)
8. DepKes_RI. Potret Sehat Indonesia dari Riskesdas. (Online) Desember
2018: 27/12 40-45. http://www.depkes.go.id. (diakses pada tanggal 27
Febuari 2020)
9. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Data kesehatan.(Online) Januari
2019 27/1. www.dakes.dinkesjateng.go.id. (diakses pada tanggal 27 Febuari
2020)
10. Setyoadi., & Kushariyadi. Pengaruh terapi musik pada Klien Psikogeriatrik.
Jakarta:Salemba Mledika. (2011)
11. Tristianti, Nimas Ajeng. Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Tingkat
Stres Pada Lansia. Stikes Insan Cendekia Medika. Jombang 2018
12. Saing SK. Pengaruh Terapi Musik Klasik terhadap Penurunan Tekanan
Darah. Medan (Indonesia): Universitas Sumatra Utara; 2011
13. Primadita, Adhe. Efektifitas Intervensi Terapi Musik Klasik Terhadap Stres
Dalam Menyusun Skripsi Pada Mahasiswa PSIK UNDIP Semarang. Jurnal
FK UNDIP.Semarang..2011
14. Rublika. Mengukur beban kuliah. (online) Agu 2014 : 15/8.
http://www.depkes.go.id (diakses tanggal 02 Maret 2020).
15. Kanisius. Heiman, & Kariv. Task-Oriented Versus Emotion-Oriented Coping
Strategies: the case of college students. College Student Journal, 39(1) :
2010 : 72-89.
16. Khamim Zarkasih Putro. Memahami Ciri dan Tugas Perkembangan Masa
Remaja. Jurnal Aplikasi Ilmu-ilmu Agama. 17(1) : 2017 : 25-32.
17. Davidson. Stres Akademik Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Ilmu
Keperawatan UI. Jakarta. Universitas Indonesia. 2011.
18. Nasir, A., & Munhith, A. Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa. Salemba Medika.
Jakarta. 2011 : 89-90.
19. Damaiyanti, M & Iskandar. Asuhan Keperawatan Jiwa. PT Refika aditama :
2012 : 50-55.
20. Priyoto. Konsep Manajemen Stres. Nuha Medika: 2014 : 2-12
21. M & Iskandar. Asuhan Keperawatan Jiwa. PT Refika aditama : 2012 : 50-55
Damaiyanti.
22. Imam Syed Sohail. Depression Anxiety Stress Scale (DASS): Revisited.
Departement of Psychology, International Islamic University Malaysia.
Malaysia.100(2): 2015: 200-205.
23. Natalia Dian. Terapi Musik Bidang Keperawatan. Jakarta, Mitra Wacana
Media: 2013 : 1-20
24. Mary Bassano, John Beaulieu & David McCann. Terapi Musik & Warna.
Araska 2015: 24-26

Anda mungkin juga menyukai