Anda di halaman 1dari 92

1

“PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP PENURUNAN


TINGKAT STRES PADA MAHASISWA TINGKAT AKHIR
PRODI DIII ANALIS KESEHATAN
STIKES PANRITA HUSADA
BULUKUMBA”
TAHUN 2019

SKRIPSI

Oleh :
SRI SARTINI
A.15.07.066

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PANRITA HUSADA BULUKUMBA
TAHUN 2019
2

Abstrak
Pengaruh Senam Otak Terhadap Penurunan Tingkat Stress Pada Mahasiswa Tingkat
Akhir Prodi DIII Analis Kesehatan Stikes Panrita Husada Bulukumba Tahun 2019

Sri Sartini, Amirullah1, AszrulAB2

Latar Belakang : Stres adalah suatu reaksi fisik dan psikis terhadap setiap tuntutan yang
menyebabkan ketegangan dan mengganggu stabilitas kehidupan sehari-hari, Stres membuat
seseorang yang mengalaminya berusaha keras dalam menyelesaikan suatu permasalahan
dalam hidup sebagai bentuk respon adaptasi untuk bertahan. Pada mahasiswa tingkat akhir,
stress memiliki dampak negative berupa sulit berkosentrasi selama perkuliahan termasuk
saat mengikuti proses bimbingannya, menurunnya minat dan motivasi untuk mengerjakan
tugas akhir bahkan memengaruhi perilaku menjadi kurang adaktif, hal ini yang menyebabkan
mahasiswa memerlukan penanganan khusus untuk mengurangi stres. Penatalaksanaan non
farmakologi untuk mengurangi stress salah satu diantaranya adalah senam otak. Gerakan-
gerakan senam otak dapat mengaktifkan neocortex dan saraf simpatik untuk mengurangi
peningkatan produksi hormone adrenalin dalam tubuh yang dapat meredakan ketegangan
psikis maupun ketegangan fisik.
Tujuan : Untuk mengetahui pengaruh senam otak terhadap penurunan tingkat stress pada
mahasiswa tingkat akhir prodi DIII Analis Kesehatan Stikes Panrita Husada Bulukumba tahun
2019.
Metode : Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Pra Eksperimen dengan metode
one group pre-post test design. Pengambilan sampel dengan cara Nonprobability sampling :
Consecutive sampling dengan jumlah responden 28 orang. pengukuran tingkat stress
menggunakan kuesioner DASS (Depression Anxienty Stress Scale) dengan uji statistic yang
digunakan ialah uji t berpasangan.
Hasil : Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh latihan senam otak terhadap
penurunan tingkat stress pada mahasiswa tingkat akhir prodi DIII Analis Kesehatan Stikes
Panrita Husada Bulukumba dengan nilai mean Pretest 22.61 sedangkan mean Postest 12.75
sehingga nilai rata-rata perubahan tingkat stress pretest dan posttest dengan nilai mean
9.857 dengan std.deviasi 3.354.
Kesimpulan : Ada pengaruh yang bermakna mengenai latihan senam otak terhadap
penurunan tingkat stress pada mahasiswa tingkat akhir prodi DIII Analis Kesehatan Stikes
Panrita Husada Bulukumba Tahun 2019.

Kata Kunci : Latihan Senam Otak, Tingkat Stres


3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stres adalah suatu reaksi fisik dan psikis terhadap setiap tuntutan

yang menyebabkan ketegangan dan mengganggu stabilitas kehidupan

sehari-hari (Priyoto, 2014). Menurut (Hans Selye, 1950 ) Stres merupakan

respon tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap setiap tuntutan beban

pekerjaannya yang berlebihan (Dadang Hawari, 2016). Atau stress

merupakan salah satu reaksi atau respon psikologis manusia saat

dihadapkan pada hal- hal yang dirasa telah melampaui batas atau

dianggap sulit untuk dihadapi. Setiap manusia mempunyai pengalaman

terhadap stres bahkan sebelum manusia lahir (Rahayu, 2017).

Stres normal dialami oleh setiap individu dan menjadi bagian yang

tak terpisahkan dalam kehidupan. Stres membuat seseorang yang

mengalaminya berpikir dan berusaha keras dalam menyelesaikan suatu

permasalahan atau tantangan dalam hidup sebagai bentuk respon

adaptasi untuk tetap bertahan (Rahayu, 2017). Penyebab terbesar stress

yang dialami remaja adalah sekolah/Kuliah 78%, orang tua 78%,

hubungan romantic 64%, masalah dengan teman sebaya 64%, masalah

dengan saudara kandung 64% (Nurdin, 2015). Disamping itu banyak

sekali masalah-masalah remaja yang sering muncul seperti masalah

adaptasi remaja terhadap teman sebaya, masalah pelajaran sekolah atau


4

disebut sebagai stress akademik (Nurdin, 2015). Stress akademik

diartikan sebagai suatu kondisi atau keadaan individu yang mengalami

tekanan sebagai hasil persepsi dan penilaian mahasiswa tentang stresor

akademik, yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan pendidikan

diperguruan tinggi (Rahayu, 2017).

Menurut World Health Organization (2017) pada umumnya

gangguan mental yang terjadi adalah gangguan mental stress,

kecemasan dan gangguan depresi. Diperkirakan 4,4% dari populasi

global menderita gangguan emosional stress dan 3,6% dari gangguan

kecemasan. Jumlah penderita stress meningkat lebih dari 18 % antara

tahun 2005 dan 2015 (WHO 2017).

Berdasarkan data Riset Kesehatan Daerah (2013-2018) Prevalensi

gangguan mental emosional pada penduduk Indonesia mengalami

peningkatan dari tahun 2013 6,0% menjadi 9,8 % , sedangkan pada

provinsi sulawesi selatan yang mengalami gangguan mental emosional

(Cemas, Stres dan depresi ) terus mengalami peningkatan dari 9,2%

mengalami peningkatan menjadi 12,5%. (Kementrian Kesehatan, 2018)

Scalavitz (2011) menyatakan bahwa prevalensi mahasiswa di

dunia yang mengalami stres berkisar 38-71%, sementara di Asia 39,6 –

61,3% (Koochaki et al, 2009). Di Indonesia didapatkan 36,7 - 71,6%

mahasiswa mengalami stress (Fetri, 2017).

Stres bisa berupa tuntutan dari ekstrernal yang dihadapi seseorang

yang kenyataannya memang membahayakan atau menimbulkan


5

permasalahan. Stres juga bisa dipahami sebagai tekanan , ketegangan

atau gangguan yang bersumber dari eksternal yang tidak menyenangkan.

Stress ini bisa berdampak positif maupun negatif. Stress bisa berdampak

positif ketika tekanan itu tidak melebisi toleransi stresnya atau tidak

melebihi kemampuan kapasitas dirinya. Dampak positif stress pada

mahasiswa diantaranya tertantang untuk mengembangkan diri dan

menumbuhkan kreatifitas . sedangkan dampak negatif stress terhadap

mahasiswa dapat berupa sulit memusatkan perhatian (Konsentrasi)

selama perkuliahan termasuk saat mengikuti proses bimbingannya,

menurunnya minat terhadap hal-hal yang biasa dikerjakan, menurunya

motivasi, bahkan memengaruhi perilaku menjadi kurang adaktif (Fadillah,

2013)

Heiman Dan Kariv (2015) juga mengatakan bahwa stress yang

tidak mampu dikendalikan dan diatasi oleh individu akan memunculkan

dampak negative kognitif, fisiologis, dan perilaku. Pada mahasiswa,

dampak negative secara kognitif antara lain sulit konsentrasi, sulit

mengingat pelajaran, dan sulit memahami pelajaran. Dampak negatif

secara emosional antara lain sulit memotivasi diri, munculnya perasaan

cemas, sedih kemarahan, frustasi, dan efek negatif lainnya. Dampak

negatif secara fisiologis antara lain gangguan kesehatan, daya tahan

tubuh yang menurun terhadap penyakit, sering pusing, badan terasa lesu,

lemah dan insomnia. Dampak perilaku yang muncul antara lain menunda-

nunda penyelesaian tugas kuliah, malas kuliah, penyalahgunaan obat dan


6

alkohol terlibat dalam kegiatan mencari kesenangan yang berlebih-lebihan

serta rsiko tinggi lainnya.

Dilihat dari beberapa data dan dampak stress pada mahasiswa

bukan merupakan termasuk hal yang ringan, maka dari itu diperlukan

suatu strategi khusus yang dapat membantu mengurangi stress tersebut.

Salah satu metode yang dapat digunakan membantu menurunkan stress

dengan cara melakukan latihan gerakan senam otak. Dimana gerakan-

gerakan senam otak dapat mengaktifkan neocortex dan saraf

parasimpatik untuk mengurangi peningkatan hormon adrenalin dalam

tubuh yang dapat meredakan ketegangan psikis maupun ketegangan

fisik. Sehingga jiwa dan tubuh menjadi rileks dan seimbang. Gerakan

senam otak apabila dilakukan secara teratur setiap harinya selama 10-15

menit dapat menurunkan stres pada mahasiswa (Rahayu, 2017).

Senam otak merupakan gerakan ringan dengan permainan melalui

tangan dan kaki dapat memberikan stimulasi pada otak. Gerakan yang

menghasilkan stimulus itulah yang dapat meningkatkan kemampuan

kognitif ( konsentrasi, memori pemecahan masalah dan kretivitas ),

meningkatkan keseimbangan dan harmonisasi antara control emosi dan

logika. Mahasiswa yang mengalami kesulitan belajar, akan berusaha

terlalu keras sehingga menjadi stress di otak sehingga mekanisme

integritas otak melemah sehingga bagian-bagian otak tertentu kurang

berfungsi. Sehingga hal ini dapat diatasi dengan melakukan senam otak

yang dapat mengaktifkan otak sehingga mampu berfungsi dengan lebih


7

baik. Senam otak telah diakui sebagai salah satu tehnik mengatasi

masalah stress pada mahasiswa yang paling baik oleh “National Learning

Foundation USA” karena senam otak ini memberikan keuntungan bagi

mahasiswa yaitu : (1) memungkinkan belajar dan bekerja tanpa stress, (2)

dapat dilakukan dalam waktu singkat yaitu kurang dari 15 menit, (3) tidak

memerlukan bahan dan tempat yang khusus, (6) sangat efektif dalam

penanganan seorang yang mengalami hambatan dan stress belajar

dengan mekanisme kerja memberikan stimulasi pada otak yang dibuat

untuk menstimulasi (dimensi lateralitas), meringankan (dimensi

pemfokusan), dan merelaksasikan (dimensi pemusatan) dengan frekuensi

pemberian sebanyak 10 kali senam otak dengan waktu 10-15 menit

(Ayinosa, 2010)

Sehingga peneliti dapat menyimpulkan bahwa senam otak dapat

menjadi salah satu solusi untuk mengatasi masalah gangguan emosional

yaitu stress pada mahasiswa tingkat akhir yang mengalami berbagai

masalah akademik, karena dengan senam otak dapat menstimuluskan

hormon kortisol dan adrenalin dengan hormon endorphin melalui

mekanisme 3 dimensi di otak sehingga dapat menurunkan tingkat stress.

Beberapa penelitian penunjang sebelumnya, diantaranya penelitian

yang dilakukan oleh (Nurdin, 2015) dengan jumlah responden terdiri atas

30 orang yang dibagi menjadi 2 kelompok control dan intervensi dengan

memberikan senam otak secara rutin selama 3 hari sebanyak 2-3 kali

dalam sehari dengan porsi 10-15 menit menyatakan bahwa Ho di tolak


8

dan Ha diterima yaitu ada pengaruh senam otak terhadap penurunan

tingkat stress pada santri madrasah mualimin Yogyakarta. Penelitian

selanjutnya yang dilakukan oleh (Fitria, 2010) pada pendataan awal yang

dilakukan pada 68 orang siswa dengan menggunakan kuesioner

pengukuran tingkat stress Skala DASS, hampir 60% siswa yang

mengalami stress sedang dan berat dengan menggunakan desain

penelitian one group pre-post tes design dengan melakukan senam otak

setiap hari selama satu pekan dengan hasil menyatakan bahwa terdapat

pengaruh senam otak yang bermakna terhadap perubahan tingkat stress

pada remaja responden. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan

oleh (Sitti Nurfaaiqah, 2015) terhadap 20 orang mahasiswa yang di bagi

menjadi dua kelompok, yaitu kelompok control dan intervensi dengan

menggunakan skala DASS untuk mengetahui tingkat stress pada

mahasiswa tingkat akhir yang diukur sebelum dan setelah diberikan

latihan senam otak sebanyak dua kali melakukan latihan senam otak dan

hasilnya menyatakan bahwa ada pengaruh antara pemberian senam otak

terhadapa penurunan tingkat stress pada mahasiswa tingkat akhir. Dan

penelitian terbaru yang dilakukan oleh (Rahayu, 2017) pada pendataan

awal yang dilakukan menggunakan lembar kuesioner skala DASS

(Depression anxiety and stress scale) mendapatkan 20 orng mahasiswa

yang mengalami stress dan dilanjutkan dengan melakukan senam otak

yang dilakukan selama 10-15 menit sebanyak 3 kali dalam sehari selama
9

dua minggu, dengan hasil penelitian mengatakan bahwa ada pengaruh

antara senam otak terhadap penurunan tingkat stress pada mahasiswa.

Dan berdasarkan studi awal atau pendataan awal yang dilakukan

oleh peneliti terhadap 60 orang mahasiswa DIII analis kesehatan

semester akhir pada awal bulan desembar 2018 hasilnya menunjukkan

bahwa 10 orang mahasiswa mengalami stress ringan, 12 orang yang

mengalami stress sedang dan 6 orang mahasiswa yang mengalami stress

berat dengan menggunakan alat ukur Skala DASS ( Depression Anxiety

Stress Scale ). Sehingga peneliti menyimpulkan bahwa masih tinggi

angka kejadian stres pada mahasiswa Prodi DIII Analis Kesehatan Stikes

Panrita Husada Bulukumba hal ini di sebabkan oleh karena Prosi DIII

analis Kesehatan Stikes Panrita Husada Bulukumba merupakan angkatan

pertama sehingga mahasiswa merasa bingung terhadap proses dan alur

penelitian yang akan dilakukan karena mereka tidak memiliki bahan

acuan KTI sebelumnya, kurangnya bahan literature yang didapatkan

diperpustaakan dan faktor pembimbingan yang tidak teratur karena

kesibukan pembimbing akademik sebagai tugas akademik, dengan

jumlah keseluruhan mahasiswa yang mengalami stres sebanyak 28 orang

mahasiswa, Dari latar belakang diatas peneliti tertarik meneliti “Pengaruh

Senam Otak Terhadap Penurunan Tingkat Stres Pada Mahasiswa

Tingkat Akhir Prodi D III Analis Kesehatan Stikes Panrita Husada

Bulukumba”
10

B. Rumusan Masalah

Menurut WHO stress merupakan reaksi/respon tubuh terhadap

stressor psikososial (tekanan mental/ beban kehidupan) (Priyoto, 2014).

Hasil dari Penelitian sebelumnya serta pendataan awal yang dilakukan

oleh peneliti pada mahasiswa tingkat akhir prodi DIII analis kesehatan

masih banyak mahasiswa yang mengalamai stress ( ringan, sedang,

berat), Maka dari itu peneliti mengambil kesimpulan bahwa masih tinggi

tingkat stres pada mahasiswa tingkat akhir sehingga peneliti merumuskan

masalah yaitu :

1. Bagaimana tingkat stress Pre Senam Otak pada mahasiswa tingkat

akhir prodi DIII Analis Kesehatan Stikes Panrita Husada Bulukumba ?

2. Bagaimana tingkat stress Post Senam Otak pada mahasiswa tingkat

akhir prodi DIII Analis Kesehatan Stikes Panrita Husada Bulukumba ?

3. Apakah ada pengaruh senam otak terhadap penurunan tingkat stress

pada mahasiswa tingkat akhir prodi DIII Analis Kesehatan Stikes

Panrita Husada Bulukumba ?

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis inilah yang akan membuktikan oleh peneliti melalui

penelitian (Dahlan, M. Sopiyudin, 2016)

1. Ho : Tidak ada pengaruh senam otak terhadap penurunan tingkat

stres pada mahasiswa tingkat akhir prodi DIII Analis Kesehatan Stikes

Panrita Husada Bulukumba.


11

2. Ha : Ada pengaruh senam otak terhadap penurunan tingkat stres

pada mahasiswa tingkat akhir prodi DIII Analis Kesehatan Stikes

Panrita Husada Bulukumba.

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Di ketahui pengaruh senam otak terhadap penurunan tingkat stres

pada mahasiswa tingkat akhir prodi DIII Analis Kesehatan Stikes

Panrita Husada Bulukumba.

2. Tujuan Khusus

a. Di identifikasi karakteristik responden pada mahasiswa tingkat

akhir prodi DIII Analis Kesehatan Stikes Panrita Husada

Bulukumba.

b. Di identifikasii tingkat stress Pre Senam Otak pada mahasiswa

tingkat akhir prodi DIII Analis Kesehatan Stikes Panrita Husada

Bulukumba.

c. Di identifikasi tingkat stress Post Senam Otak pada mahasiswa

tingkat akhir prodi DIII Analis Kesehatan Stikes Panrita Husada

Bulukumba.

d. Di analisis pengaruh senam otak terhadap penurunan tingkat

stress pada mahasiswa tingkat akhir prodi DIII Analis Kesehatan

Stikes Panrita Husada Bulukumba.


12

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

Peningkatan wawasan dalam bidang penelitian serta

menambah pengetahuan tentang pengaruh senam otak terhadap

penurunan tingkat stres pada mahasiswa tingkat akhir prodi DIII Analis

Kesehatan Stikes Panrita Husada Bulukumba.

2. Manfaat Teoritis

Manfaat pada penelitian ini, tentunya hasil penelitian ini dapat

digunakan sebagai salah satu literature dan menjadi tambahan

informasi yang bermanfaat bagi pembacanya khususnya bagi

mahasiswa Stikes Panrita Husada Bulukumba mengenai “Pengaruh

Senam Otak Terhadap Penurunan Tingkat Stres Pada Mahasiswa

Tingkat Akhir Prodi D III Analis Kesehatan Stikes Panrita Husada

Bulukumba
13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Stres

1. Pengertian Stres

stres merupakan respon tubuh yang sifatnya non spesifik

terhadap setiap tuntutan beban pekerjaannya yang berlebihan

(Dadang Hawari, 2016).

Stres merupakan gangguan pada tubuh dan fikiran yang

disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan baik dari beban

pekerjaan yang berlebihan maupun erat kaitanya dengan keinginan

yang hasilnya dipersepsikan sebagai hasil yang penting (Susilawati et

al., 2012).

Stres merupakan pengalaman subjektif yang didasarkan pada

persepsi seseorang terhadap situasi yang dihadapinya. Stres

berkaitan dengan kenyataan yang tidak sesuai harapan atau situasi

yang menekan. Kondisi ini mengakibatkan perasaan cemas, marah

dan frustasi (Priyoto, 2014)

Stres adalah keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh

tuntunan fisik dari tubuh (Kondisi Penyakit, latihan) atau oleh kondisi

lingkungan dan sosial yang dinilai potensial membahayakan, tidak

terkendali atau melebihi kemampuan individu untuk melakukan

copingnya (Nurdin, 2015)


14

2. Penyebab atau Sumber Stres

Kondisi stres dapat disebabkan oleh berbagai penyebab atau

sumber, dalam istilah yang lebih umum disebut stressor, stressor

adalah keadaan atau situasi, objek atau individu yang dapat

menimbulkan stres. Berikut pembagian stressor :

a. Stresor fisik

Bentuk dari stressor fisik adalah suhu (Panas atau dingin), suara

bising, polusi udara, keracunan obat-obatan (Bahan kimiawi)

b. Steros sosial

1) Stressor sosial, ekonomi dan politik, misalnya tingkat inflasi

yang tinggi, tidak ada pekerjaan, pajak yang tinggi, perubahan

teknologi yang cepat, kejahatan.

2) Keluarga, misalnya peran seks, iri, cemburu, kematian anggota

keluarga, masalah keuangan, perbedaan gaya hidup dengan

pasangan atau anggota keluarga yang lain.

3) Jabatan dan karir, misalnya kompotisi dengan teman, hubungan

yang kurang baik dengan atasan atau sejawat, aturan kerjaan.

4) Hubungan interpersonal dengan lingkungan, misalnya harapan

sosial yang terlalu tinggi, pelayanan yang buruk, hubungan

sosial yang buruk (Priyoto, 2014)

Stresor psikososial

Stressor psikososial merupakan setiap keadaan atau

peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan


15

seseorang, sehingga orang itu terpaksa mengadakan adaptasi atau

penyesuaian diri untuk menanggulanginya. Namun, tidak semua

orang mampu melakukan adaptasi dan mengatasi stressor

tersebut, sehingga timbullah keluhan-keluhan antara lain berupa

stress, cemas dan depresi.

c. Stresor Psikologis

1) Frustasi

Frustasi adalah tidak tercapainya keinginan atau tujuan karena

ada hambatan.

2) Ketidakpastian

Apabila seseorang sering berada dalam keraguan dan merasa

tidak pasti mengenai masa depan atau pekerjaannya. Atau

merasa selalu bingung dan tertekan, rasa bersalah, perasaan

khwatir dan inferior (Priyoto, 2014)

3. Mekanisme stress – Adaptasi Fisiologis

Menurut (Susilawati et al., 2012) tanda peringatan pertama

dari rasa takut, marah frustasi, trauma, atau penyakit pada tubuh

pertama diterima oleh saraf sensoris yang disebut dengan organ

sensoris seperti mata, telinga, lidah dan kulit yang terletak di bagian

luar tubuh. Tanda-tanda peringatan ini diteruskan oleh saraf ke

hipotalamus dan korteks serebral. Hipotalamus terlibat karena organ

ini mengontrol fungsi otomatis seperti mengatur suhu tubuh,

keseimbangan cairan, dan sekresi hormon yang perannya sangat


16

penting dalam memelihara homoestatis tubuh. Korteks serebral terlibat

dalam fungsi ini untuk meningkatkan kesadaran seseorang terhadap

stres yang dihadapinya agar individu dapat segera bereaksi mengatasi

stres.

Kedua pusat dalam otak ini harus terlibat untuk dapat

mengadakan reaksi adaptasi terhadap stres baik secara fisiologis

maupun psikologis. Kombinasi kedua reaksi ini merupakan usaha

tubuh untuk melindungi diri terhadap stres dengan cara mengeluarkan

tenaga cadangan yang diperlukan dalam beradaptasi. Dalam tahap ini,

semua system organ dalam keadaan siaga dan siap untuk bertempur

atau melarikan diri dari stress. Jantung bekerja lebih keras untuk

meningkatkan curah jantung dan mengatur kadar oksigen serta gizi

yang diperlukan untuk mengeluarkan energy. Detak jantung

bertambah cepat agar dapat meningkatkan jumlah oksigen yang

diperlukan. Pembuluh darah meningkatkan kontraksi untuk membantu

kerja peredaran darah. Otot-otot berkontraksi sehingga kaki, tangan

dan punggung siap untuk bertindak jika perlu untuk melindungi tubuh

terhadap ancaman dan produksi keringat meningkat (Susilawati et al.,

2012)

Hipotalamus merangsang system endokrin yang mengontrol

kerja kelenjar hipofisis. Reaksi ini menyebabkan peningkatan produksi

hormone yang memengaruhi sebagian besar organ tubuh. Lobus

posterior dari hipofisis mengeluarkan ADH (Antideuretik Hormon) yang


17

dibawa melalui aliran darah ke ginjal, yang merangsang ginjal

menahan pengeluaran urin. Dengan cara ini volume darah meningkat

untuk membantu sirkulasi oksigen dan zat-zat makanan lainnya untuk

menghasilkan energy. Sebagai akibat kerja ini tekanan darah

meningkat. Lobus anterios hipofisis juga menghasilkan beberapa

macam hormone, salah satunya hormone tiroksin yang merangsang

tiroid untuk meningkatkan metabolisme tubuh supaya lebih banyak

memproduksi energy yang langsung dapat dipakai. Hormone ini

adalah gonadotripin yang dapat merangsang pangkreas memproduksi

glukogen yang merangsang hepar, otot, jaringan lemak untuk

mengeluarkan energi yang tersimpan disana. Dengan cara ini

memungkinkan produksi energy lebih banyak yang dipergunakan

selama reaksi stres. Kelenjar hipofisis juga menyekresi hormone

ACTH (adrenocotricotropin Hormone) yang merangsang kelenjar

adrenalin yang terletak diatas ginjal dan meningkatkan volume darah,

pengeluaran energy yang tersimpan dalam hepar, otot, dan jaringan

lemak (Susilawati et al., 2012).

Kelenjar adrenalin mengeluarkan hormone tambahan yang

disebut adrenalin. Adrenalin ini langsung bekerja keberbagai organ

tubuh, misalnya meningkatkan kerja jantung, melebarkan pupil,

meingkatkan pengeluaran keringat dan menurunkan aktivitas

gastrointestinal dan menyempitkan pembuluh darah. Efek psikolos

adrenalin misalnya rasa marah dan rasa takut (Susilawati et al., 2012)
18

Jika individu ini dapat mengatasi stres maka fungsi tubuh

akan normal kembali tetapi bila gagal maka stres berlangsung terus

sehingga persediaan tenaga dalam tubuh akan habis dan individu

tersebut mengalami kepayahan. Seorang individu sering mengalami

stres, sehingga terdapat perubahan fisiologis dalam jangka waktu

lama maka akan terjadi kerusakan yang menetap dalam tubuh

(Susilawati et al., 2012)

4. Gejala Stres

Gejala terjadinya stress secara umum terdiri dari 2 (dua)

gejala :

a. Gejala Fisik

Beberapa bentuk gangguan fisik yang sering muncul pada stres

adalah nyeri dada, diare selama beberapa hari, sakit kepala, mual,

jantung berdebar, lelah, sukar tidur dan lain-lain.

b. Gejala Psikis

Sementara bentuk gangguan psikis yang sering terlihat adalah

cepat marah, ingatan melemah, tak mampu berkonsentrasi, tidak

mampu menyelesaikan tugas, perilaku impulsive,reaksi berlebihan

terhadap hal sepele, daya kemampuan berkurang, tidak mampu

santai pada saat yang tepat, tidak tahan terhadap suara atau

gangguan lain, dan emosi tidak terkendali (Priyoto, 2014)


19

5. Tahapan Stres

Menurut Dr. Robert J. Van Amberg (1979) didalam (Dadang

Hawari, 2016) dalam penelitiannya membagi tahapan-tahapan stress

sebagai berikut :

a. Stres Tahap I

Tahapan ini merupakan tahapan stress yang paling ringan, dan

biasanya disertai perasaan-perasaan sebagai berikut :

1) Semangat bekerja besar, berlebihan (Over Acting)

2) Penglihatan “tajam” tidak sebagai mana biasanya

3) Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih bari biasanya,

namun tanpa di sadari cadangan energy dihabiskan (all out)

disertai rasa gugup yang berlebihan.

4) Merasa senang dengan pekerjaannya itu semakin bertambah

semangat, tanpa disadari cadangan energy semakin menipis.

b. Stres Tahap II

Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh

seseorang yang berada pada stress tahap II adalah sebagain

berikut :

1) Merasa letih sewaktu bangun pagi, yang seharusnya merasa

segar.

2) Merasa mudah lelah sesudah makan siang

3) Lekas merasa lelah menjelang sore


20

4) Sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman (Bowel

Discomfort)

5) Detakan jantung lebih keras dari biasanya (Berdebar-debar)

6) Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang

7) Tidak bisa santai.

c. Stres Tahap III

Seseorang yang mengalami stress tahap III akan

mengeluhkan sebagai berikut :

1) Gangguan lambung dan usus semakin nyata, buang air besar

tidak teratur (Diare)

2) Ketegangan otot-otot semakin terasa

3) Perasaan ketidak-tenangan dan ketegangan emosional

semakin meningkat.

4) Gangguan pola tidur (Insomnia), misalnya sukar untuk mulai

masuk tidur (Early Insomnia), atau terbangun tengah malam

dan sukar kembali tidur (minddle insomnia), atau bangun terlalu

pagi/dini hari dan tidak dapat kembali tidur (Late Insomnia)

5) Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa oyong dan serasa

mau pingsan).

d. Stres Tahap IV

Gejala stress tahap IV akan muncul :

1) Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit


21

2) Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah

diselesikan menjadi membosankan dan terasa lebih sulit.

3) Yang semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan

kemampuan untuk merespons secara memadai (Adequate)

4) Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-

hari.

5) Gangguan pola tidur di sertai dengan mimpi-mimpi yang

menegangkan. Seringkali menolak ajakan (Negativisme) karena

tidak ada semangat dan gairah.

6) Daya konsentrasi dan daya ingat menurun

7) Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat

dijelaskan apa penyebabnya.

e. Stres Tahap V

Bila keadaan berlanjut maka seseorang tersebut akan

jatuh dalam stres tahap V yang ditandai dengan hal-hal berikut :

1) Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam

(Psychological exhaustion)

2) Ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang

ringan dan sederhana.

3) Gangguan system pencernaan semakin berat (Gastro-intestinal

disorder).

4) Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang semakin

meningkat, mudah bingung dan panik.


22

f. Stres Tahap VI

Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang

mengalami serangan panik (Panis attack) dan perasaan takut mati.

Tidak jarang orang yang mengalami stress tahap VI ini berulang-

kali di bawa ke Unit Gawat Darurat bahkan ke ICCU, meskipun

pada akhirnya dipulangkan karena tidak ditemukan kelaianan fisik

organ tubuh. Gambaran stres tahap VI ini adalah sebagai berikut :

1) Debatan jantung teramat keras

2) Susah bernafas (sesak dan mengap-mengap)

3) Sekujur badan terasa gemetaran, dingin dan keringat

bercucuran

4) Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan

5) Pingsan atau kolaps (Collapse) (Dadang Hawari, 2016).

6. Tingkat Dan Bentuk Stres

a. Stres ringan

Stres ringan adalah stressor yang dihadapi setiap orang

secara teratur, seperti terlalu banyak tidur, kemacetan lalu lintas,

kritikan dari atasan. Situasi seperti ini biasanya tidak disertai

timbulnya gejala.

Ciri-cirinya yaitu semangat meningkat, penglihatan tajam,

energy meningkat namun cadangan energinya menurun,

kemampuan menyelesaikan pelajaran meningkat, sering merasa

letih tanpa sebab, kadang-kadang terdapat gangguan system


23

seperti pencernaan, otot, perasaan tidak santai. Stres yang ringan

berguna karena dapat memacu seseorang untuk berfikir dan

berusaha lebih tangguh menghadapi tantangan hidup (Priyoto,

2014).

b. Stres Sedang

Berlangsung lebih lama dari beberapa jam sampai

beberapa hari. Situasi perselisihan yang tidak terselesaikan

dengan rekan, anak yang sakit, atau ketidakhadiran lama dari

anggota keluarga merupakan penyebab stres. Sedang ciri-cirinya

yaitu sakit perut, mules, otot-otot terasa tegang, perasaan tegang,

gangguan tidur dan badan terasa ringan (Priyoto, 2014).

c. Stres Berat

Adalah situasi yang lama dirasakan oleh seseorang dapat

berlangsung beberapa minggu sampai beberapa bulan, seperti

perselisihan perkawinan secara terus menerus, kesulitan financial

yang berlangsung lama karena tidak ada perbaikan, berpisah

dengan keluarga, berpindah tempat tinggal mempunyai penyakit

kronis dan termasuk perubahan fisik, psikologis, social pada usia

lanjut. Makin sering dan makin lama situasi stres, semakin tinggi

resiko kesehatan yang ditimbulkan. Stres yang berkepanjangan

dapat memengaruhi kemampuan untuk menyelesaikan tugas

perkembangan. Ciri-cirinya yaitu sulit beraktivitas, gangguan

hubungan social, sulit tidur, negativistic, tidak mampu melakukan


24

pekerjaan sederhana, gangguan system meningkat, perasaan takut

meningkat (Priyoto, 2014)

7. Dampak Stres

Dampak stress dibedakan menjadi 3 kategori, yaitu, dampak

fisiologik, dampak psikologik, dan dampak perilaku-behavioral :

a. Dampak fisiologik

Secara umum orang yang mengalami stres mengalami stress

sejumlah gangguan fisik seperti : mudah masuk angin, mudah

pening-pening, kejang otot (Kram), mengalami kegemukan atau

menjadi kurus yang tidak dapat dijelaskan, juga bias menderita

penyakit yang lebih serius seperti cardiovaskuler, hipertensi, dst.

Secara rinci dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1) Gangguan pada organ tubuh hiperaktif dalam salah satu system

tertentu.

a) Muscle Myopathy : otot tertentu mengencang/melemah

b) Tekanan darah naik : kerusakan jantung dan arteri

c) System pencernaan : gastritis dan diare

2) Gangguan pada system reproduksi

a) Amenorrhea : tertahannya menstruasi

b) Kegagalan ovulasi pada wanita, impoten pada pria, kurang

produksi semen pada pria.

c) Kehilangan gairah seks.


25

3) Gangguan lainnya, seperti pening (Migrane), tegang otot, rasa

bosan dst.

b. Dampak Psikologis

1) Kelebihan emosi, jenuh, penghayatan ini merupakan tanda

pertama dan memiliki peran sentral bagi terjadinya burn-out.

2) Kewalahan/keletihan emosi, kita dapat melihat ada

kecenderungan yang bersangkutan.

3) Pencapaian pribadi yang bersangkutan menurun, sehingga

berakibat pula menurunnya rasa kompeten dan rasa sukses..

c. Dampak Perilaku

1) Manakalah stress menjadi distress, prestasi belajar menurun

dan sering terjadi tingkah laku yang tidak diterima oleh

masyarakat.

2) Level stress yang cukup tinggi berdampak negative pada

kemampuan mengingat informasi, mengambil keputusan,

mengambil langkah tepat.

3) Stress yang berat sering kali banyak membolos atau tidak aktif

mengikuti kegiatan pembelajaran (Priyoto, 2014)

8. Skala Pengukuran Stres

Tingkat stress adalah penilaian terhadap berat ringannya stress

yang dialami seseorang. Adapun alat ukur yang digunakan peneliti

berupa kuesioner Depression Anxiety Stress Scale (DASS 42) oleh

Lovibond & Lovibond (1995). Psychometric Propertices Of The


26

Depression Anxiety Stress Scala 42 (DASS) terdiri dari 42 item. DASS

merupakan seperangkat alat subyek yang baku yang dibentuk untuk

mengukur status emosionalnegatif dan depresi, kecemasan dan

stress. Daftar pertanyaan untuk skala depresi meliputi item nomor

3,5,10, 13, 16, 17, 21, 24, 26, 31, 34, 37, 38,42.daftar pertanyaan

untuk skala kecemasan meliputi item nomor 2, 4, 7, 9, 15, 19, 20, 23,

25, 28, 30, 36, 40, 41. Daftar pertanyaan untuk skala stress meliputi

nomor 1, 6, 8, 11, 12, 14, 18, 22, 27, 29, 32, 33, 35, 39. Tingkat stress

pada item ini berupa normal, ringan, sedang, berat dan sangat berat.

Oleh karena itu dari penelitian inu hanya ingin mengetahui tingkat

stress pda mahasiswa, sehingga istrumen yang digunakan dalam

penelitian ini hanya berjumlah 14 item pertanyaan yang membahas

tentang stress.

Tingkat Stres Depresi Cemas Stres


Normal 0-9 0-7 0-14
Ringan 10-13 8-9 15-18
Sedang 14-20 10-14 19-25
Berat 21-27 15-19 26-33
Sangat Berat 28+ 20+ 34+
Sumber : (Lovibond, S.H & Lovibond, P.F, 1995)
Tabel : 2.1 Skor Penilaian Pada DASS

9. Cara Mengurangi/Menanggulangi Stres

Untuk mengurangi stress yang muncul dalam diri setiap

individu, pertama dan utama adalah mengetahui penyebab timbulnya

stress. Dengan mengetahui penyebabnya, akan mempermudah dalam


27

menentukan cara mengurangi/menaggulangi stress yang muncul

pada diri individu.

Menurut (Sukadiyanto, 2014) beberapa cara untuk mengurangi

stress antara lain :

a. Pola makan yang sehat dan bergizi

Individu yang mengalami stress di harapkan menghindari makanan

siap saji/instan guna untuk pemenuhan nutrisi yang seimbang,

makanan yang di konsumsi setiap hari yang seimbang membantu

tubuh secara produktifitas sehingga tidak dapat menganggu siklus

system peredaran darah keseluruh tubuh sehingga aktifitas dalam

tubuh berjalan dengan baik.

b. Memelihara kesehatan jasmani dan rohani (Latihan Fisik seperti

Latihan pernapasan dan latihan relaksasi: Senam Otak )

Aktiivtas jasmani yang dilakukan secara terprogrm, terukur, teratur

dan rutin mampu mengurangi tingkat stress danjuga dapat

memelihara kebugaran jasmani individu. Serangkaian gerakan

senam otak didalamnya terdapat gerakan-gerakan ( Relaksasi dan

pernapasan ) yang dapat mereduksi stress jika dilakukan secara

teratur dan rutin selama kurang lebih 20 menit setiap hari.

c. Melakukan aktivitas yang menggembirakan (Rekreasi)

Melakukan aktiivtas yang menggembirakan akan membantu

individu terhindar dari perasaan stress., sebab melalui aktiivtas


28

yang menggembirakan, individu yang memiliki maslah, sejank akan

melupakan permasalahannya.

d. Menjalani hubungan yang harmonis

Hubungan dan komunikasi dengan pihak lain secar harmonis,

terutama keluarga akan membantu mereduksi potensi terserang

stresspada individu, sebagai contoh individu yang tidak diterima

dengan baik dalam lingkungan keluarganya, akan menyebabkan

stress sehingga perilakunya serba salah.

e. Menghindari diri dari kesendirian

Jika seseorang mengalami stress sebaiknya banyak bergaul

dengan orang lain agar tidak dalam kesendirian, sebab jika dalam

kesendirian individu itu akan semakin menikmari fase stresnnya.

f. Meluangkan waktu untuk diri sendiri bersama keluarga

Sehingga dapat disimpulankan bahwa dari beberapa upaya-

upaya yang dapat dilakukaan untuk menanggulangi atau mengurangi

tingkat stress, salah satu strategi terbaik yang bisa dilakukan ialah

melakukan aktiivtas fisik dengan program : senam otak.

B. Tinjauan Umum Senam Otak

1. Pengertian Senam Otak

Otak merupakan pusat dari keseluruhan tubuh. Otak

manusia mengendalikan semua fungsi tubuh. Jika otak sehat, maka

akan mendorong kesehatan tubuh serta menunjang kesehatan mental.

Sebaliknya apabila otak mengalami gangguan, maka kesehatan tubuh


29

dan mental bisa ikut terganggu (Zulaini, 2017). Otak mengatur dan

mengoordinasi sebagian besar gerakan, perilaku dan fungsi tubuh

homeostatis seperti detak jantung, tekanan darah, keseimbangan

cairan tubuh dan suhu tubuh. Otak manusia bertanggung jawab

terhadap pengaturan seluruh badan dan pemikiran manusia. Oleh

karena itu terdapat kaitan antara otak dan pemikiran. Otak dan sel

syaraf didalamnya dipercayai dapat memengaruhi kognisi manusia.

Pengetahuan mengenai otak memengaruhi perkembangan psikologi

kognitif. Otak juga bertanggung jawab atas fungsi seperti pengenalan,

emosi, ingatan, pembelajaran motorik dan segala bentuk

pembelajaran lainnya (Zulaini, 2017).

Dari segi fungsi, otak yang terdiri dari dua belahan kiri dan

kanan seolah memiliki tiga dimensi yang saling berhubungan. Dengan

mengoptimalkan penggunaan seluruh bagian ini, fungsi otak dapat

dioptimalkan. Namun, tidak semua orang mampu melakukannya.

Salah satu cara mengoptimalkan penggunaan semua dimensi otak

adalah dengan senam otak (Zulaini, 2017)

Senam otak adalah serangkaian latihan berbasis gerakan

tubuh sederhana. Gerakan itu dibuat untuk merangsang otak kiri dan

otak kanan (dimensi lateralitas); meringankan atau merelaksasi

belakang otak dan bagian depan otak (dimensi pemfokusan);

merangsang sistem yang terkait dengan perasaan/emosional, yakni

otak tengah (limbik) serta otak besar (dimensi pemusatan) (Zulaini,


30

2017). Senam otak adalah serangkaian latihan gerak sederhana

untuk memudahkan kegiatan belajar dan penyesuaian dengan

aktivitas sehari-hari. Senam otak terkait dengan ilmu gerak tubuh,

yaitu gerakan tubuh yang disatukan dan dipadukan, sehingga dapat

membantu mengoptimalkan fungsi dari otak (Wahyuni et al., 2015)

Dalam senam otak Gerakan meningkatkan energi dan

menunjang sikap positif (dimensi pemusatan) mengaktifkan kembali

hubungan-hubungan saraf antara tubuh dan otak sehingga

memudahkan aliran energi elektromagnetis ke seluruh tubuh).

Manusia adalah mahkluk kimiawi pada kondisi-kondisi tertentu atas

perintah otak, tubuh manusia memproduksi zat-zat kimia. Produksi

dan pelepasan kimia tersebut pada saat ketakutan dan stres, otak

memerintahkan tubuh untuk memproduksi dan mengeluarkan hormon

kortisol dan adrenalin. Dengan senam otak dapat menstimuluskan

hormon kortisol dan adrenalin dengan hormon endorfin. Fungsi

endorfin adalah menciptakan rasa kesejahteraan dan keamanan.

Dengan zat tersebut, kita dapat merasakan rileks, dan semua penyakit

hati yang berhubungan dengan tekanan pada perasaan kita seperti

marah, sedih dan depresi dapat dikurangi bahkan dihilangkan (Nurdin,

2015).

Pada individu yang mengalami stress terjadi penurunan

kemampuan koordinasi kerja otak sehingga dengan mudah

mengalami, gangguan kosentrasi, mudah lupa dan frustasi. Dengan


31

senam otak dapat melancarkan aliran darah dan oksigen keotak, juga

merangsang kedua belahan otak untuk bekerja. Senam otak dapat

mengaktifkan otak pada tiga dimensi, yakni lateralitas-komunikasi,

pemfokusan-pemahaman dan pemusatan – pengaturan. Gerakan-

gerakan ringan dengan permainan melalui olah tangan dan kaki dapat

memberikan ransangan atau stimulasi pada otak

(Setyoado.Kusharityadi, 2011)

Gerakan yang menghasilkan stimulus tersebut dapat

meningkatkan kemampuan kognitif (kewaspadaan, kosentrasi,

kecepatan,persepsi, belajar memori, pemecahan masalah dan

kreatifitas), meyelaraskan kemampuan beraktivitas, berfikir pada saat

yang bersamaan, meningkatkan keseimbangan atau

harmonisasiantara control emosi dan logika, mengoptimalkan fungsi

kinerja pancaindra, serta menjaga keseombangan dan kelenturan

tubuh. Senam otak juga dapat meningkatkan daya ingat dan

pengulangan kembali terhadap huruf dan angka (dalam waktu 10

minggu), meningkatkan ketajaman penglihatan, mengurangi kesalahan

membaca, memori dan kemampuan komporehensif pada kelompok

dengan gangguan bahasa hingga mampu meningkatkan respon

terhadap ransangan visul jika senam otak dilakukan dengan teratur

dan rutin dengan frekuensi latihan 10-15 menit setiap hari (Setyoado

and Kusharityadi, 2011)


32

2. Mekanisme Kerja Otak Berhubungan Dengan Senam Otak

Otak tersusun dari kumpulan neuron, dimana neuron

merupakan sel saraf panjang seperti kawat yang mengantarkan

pesan-pesan listrik lewat sistem saraf dan otak. Sel-sel pada suatu

daerah otak menghubungkan bagian-bagian tubuh yang lain secara

kontinyu dan otomatis. (Setiawan et al., 2014).

Otak mempunyai lima bagian utama, menurut Rizki (2008)

didalam (Setiawan et al., 2014) otak memiliki 5 bagian yaitu otak besar

(serebrum), otak tengah (mesensefalon), otak kecil (serebelum),

jembatan varol, dan sumsum sambung (medulla oblongata) yang

memiliki fungsi dan peranan penting sehingga fungsinya saling terkait

satu sama lain. Fungsi dari bagian otak yaitu :

a. Otak besar (serebrum)

Otak besar mempunyai fungsi dalam pengaturan semua aktivitas

mental, yaitu yang berkaitan dengan kepandaian (intelegensi),

ingatan (memory), kesadaran dan pertimbangan. Pada bagian ini,

terdapat dua belahan (hemisfer cerebri), kiri dan kanan atau yang

sering diistilahkan dengan otak kanan dan kiri. Otak belahan kanan

mengendalikan bagian tubuh sebelah kiri. Sedangkan otak kiri

mengatur bagian tubuh sebelah kanan. Otak kiri berhubungan

dengan kata-kata, logika, angka, urutan, linieritas, analisis dan

daftar. Sedangkan otak kanan berkaitan dengan irama, kesadaran

ruang, kesadaran holistik, daya khayal, melamun, warna dan


33

dimensi. Orang yang memiliki kemampuan otak kiri kuat akan lebih

mudah belajar atau menyerap informasi jika informasi itu disajikan

dengan urutan logis dan linier Sedangkan orang yang didominasi

otak kanan akan lebih mudah belajar atau menyerap informasi jika

diberikan gambaran keseluruhannya dulu (Setiawan et al., 2014).

b. Otak tengah (mesensefalon)

Otak tengah terletak didepan otak kecil dan jembatan varol. Di

depan otak tengah terdapat thalamus dan kelenjar hipofisis yang

mengatur kerja kelenjar-kelenjar endokrin. Bagian atas (dorsal)

otak tengah merupakan lobus optikus yang mengatur refleks mata

seperti penyempitan pupil mata, dan juga merupakan pusat

pendengaran. Jadi fungsi otak tengah adalah untuk mengatur

penglihatan dan pendengaran yang kemudian akan disampaikan

kepada otak besar (Setiawan et al., 2014)

c. Otak kecil (serebelum)

Serebelum mempunyai fungsi utama mengkoordinasi gerakan otot

yang terjadi secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila

ada gerakan yang berbahaya, maka akan terjadi gerakan refleks

dan gangguan sadar tidak mungkin dilakukan.

d. Jembatan varol

Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak

kecil bagian kiri dan kanan. Juga menghubungkan otak besar dan

sumsum tulang belakang. Jembatan varol merupakan suatu jalan


34

sel saraf otak untuk merespon baik secara sadar maupun tak sadar

(Setiawan et al., 2014)

e. Sumsung sambung ( Medula oblongata)

berfungsi mengantar impuls yang datang dari medulla spinalis

menuju otak. Sumsum sambung juga mempengaruhi jembatan

varol, refleks fisiologi seperti detak jantung, tekanan darah, volume

dan kecepatan respirasi, gerak alat pencernaan dan sekresi

kelenjar pencernaan. Sumsung sambung juga mengatur gerak

reflex lain seperti bersin, batuk dan berkedip. Bagian otak akan

saling berhubungan dengan dibantu dengan sel-sel saraf otak,

yang dimana sel-sel saraf akan membentuk suatu sirkuit yang

kompleks dan lebih kompleks daripada sirkuit komputer yang

paling canggih (Setiawan et al., 2014)

3. Mekanisme Senam Otak

(Wahyuni et al., 2015) telah membagi otak ke dalam 3

dimensi, yakni dimensi lateralis (otak kiri-kanan), dimensi pemfokusan

(otak depan-belakang), dimensi pemusatan (otak atas bawah).

Masing-masing dimensi mempunyai tugas tertentu sehingga gerakan

senam yang dilakukan dapat bervariasi.

a. Dimensi Lateralitas

Sisi tubuh manusia dibagi dalam sisi kiri dan sisi kanan.

Otak bagian kiri aktif bila sisi kanan tubuh digerakkan dan otak

bagian kanan aktif apabila sisi kiri tubuh digerakkan. Kemampuan


35

belajar paling tinggi apabila kedua belahan otak bekerja sama

dengan baik. Bila kerjasama otak kiri dan otak kanan kurang baik,

mahasisawa sulit membedakan antara kiri dan kanan, gerakannya

kaku, tulisan tangannya jelek atau cenderung menulis huruf

terbalik, sulit membaca, menulis, bicara, mengikuti sesuatu dengan

mata, sikap positif, mendengar, melihat menulis, bergerak, sulit

menggerakkaan mata tanpa mengikuti kepala, tangan miring ke

dalam ketika menulis, cenderung melihat kebawah sambil berpikir,

serta menyebut kata sambil menulis (Wahyuni et al., 2015)

b. Dimensi Pemfokusan

Pemfokusan adalah kemampuan menyebrangi garis

tengah partisipasi yang memisahkan bagian belakang

dan depan tubuh, dan juga bagian belakang (occipital)

dan depan otak (frontal lobe). Garis tengah partisipasi

adalah garis bayangan vertikal di tengah tubuh (dilihat

dari samping) tergantung partisipasi batin pada suatu

kegiatan apakah seorang berada di depan atau di belakang garis

tersebut. Informasi diterima oleh otak bagian belakang (batang otak

atau brainstem) yang merekam semua pengalaman, lalu informasi

diproses dan diteruskan ke otak bagian depan untuk diekspresikan

sesuai tuntutan dan keinginannya. Ketidaklengkapan

perkembangan refleks menghasilkan ketidakmampuan untuk

secara mudah mengekspresikan diri sendiri dan ikut aktif dalam


36

proses belajar. Mahasiswa yang mengalami kurang fokus

(underfocused) disebut kurang perhatian, kurang pengertian,

terlambat bicara, atau hiperaktif. Sementara, sebagian lain adalah

mahasiswa yang terlalu mengalami fokus lebih (overfocused) dan

berusaha terlalu keras.(Wahyuni et al., 2015)

c. Dimensi Pemusatan

Pemusatan adalah kemampuan untuk menyebrangi garis

pisah antara bagian atas dan bawah tubuh dan mengaitkan fungsi

dari bagian dan bawah otak, bagian tengah sistem limbis

(midbrain) yang berhubungan dengan informasi emosional serta

otak besar

(cerebrum) untuk berpikir abstrak. Apa yang dipelajari benar-benar

harus dapat dihubungkan dengan perasaan dan memberi arti.

Ketidakmampuan untuk mempertahankan pemusatan ditandai oleh

ketakutan yang tak beralasan, cenderung bereaksi berjuang atau

melarikan diri atau ketidakmampuan untuk merasakan atau

menyatakan emosi. Gerakan yang membuat system badan

menjadi relaks dan membantu menyiapkan murid untuk mengolah

informasi tanpa pengaruh emosi negatif disebut pemusatan atau

bertumpu pada dasar yang kokoh. Contoh gerakan untuk dimensi

ini adalah tombol bumi, tombol keseimbangan, tombol angkasa,

pasang telinga, kiat relaks dan titik positif. Setelah seseorang

belajar bagaimana mengkoordinasikan gerakan mata, tangan, dan


37

tubuh mereka, maka dapat disebut kegiatan senam otak sudah

mencapai tujuannya, dan integrasi menjadi pilihan otomatis.

Sebagian orang akan mengakui bahwa senam otak sangat

membantu dalam waktu singkat untuk mencapai perilaku tertentu.

Kebanyakan orang secara sadar memilih untuk melakukan

gerakan-gerakan tersebut secara teratur selama beberapa minggu

dan bulan guna membantu memperkuat sesuatu yang baru

dipelajari. Banyak murid akan kembali menggunakan gerakan

senam otak yang mereka senangi bila stres atau tantangan muncul

di dalam hidup mereka (Dennison, 2004) didalam (Wahyuni et al.,

2015)

4. Manfaat Senam Otak

Beberapa manfaat seperti yang dikemukakan oleh Ayinosa

(2009), didalam (Setiawan et al., 2014) Senam otak dapat

memberikan manfaat yaitu berupa:

a. Stress berkurang dan pikiran lebih jernih

b. Hubungan antar manusia dan suasana belajar/kerja lebih relaks

dan senang

c. Kemampuan berbahasa dan daya ingat meningkat

d. Orang menjadi lebih bersemangat, lebih kreatif dan efisien

e. Orang merasa lebih sehat karena stress berkurang,

f. Prestasi belajar dan bekerja meningkat.


38

Sedangkan Manfaat dari senam otak menurut (Wahyuni et al.,

2015) adalah :

a. Meningkatkan konsentrasi.

b. Mengurangi tingkat stress

c. Meningkatkan daya ingat

d. Dapat berfikir lebih cepat

e. Bagi pelajar dapat menangkap pelajaran dengan baik

f. Dapat meningkatkan percaya diri

g. Melawan penuaan.

h. Meningkatkan rasa bahagia.

5. Cara Kerja

Seperti telah disebutkan sebelumnya, agar kedua hemisfer

bisa bekerja efektif maka kedua belah hemisfer tersebut harus

difungsikan secara simultan. Ketika kita berada dalam keadaan stres,

otak bereaksi dengan menghambat transmisi informasi yang bersifat

simultan. Salah satu hemisfer akan switched off , dari sinilah berbagai

problem akan timbul. Akan terjadi masalah dalam koordinasi dan

gangguan terhadap kemampuan untuk berpikir jernih, memecahkan

masalah, kemampuan komprehensif, organisasi dan komunikasi

secara efektif. Dalam hal ini senam otak dapat mengakses kedua

hemisfer secara simultan, hemisfer akan kembali switched on dan

berada dalam kondisi terintegrasi. Kita telah mengetahui bahwa otak


39

mengontrol semua fungsi tubuh, senam otak memanfaatkan dan

membentuk relasi diantara otak dan tubuh, Dengan melakukan

gerakan-gerakan untuk mengakses otak ternyata kita dapat

mengintegrasikan semua area yang berhubungan dalam proses

belajar sehingga kita dapat meningkatkan kemampuan untuk

memaksimalkan kedua belah hemisfer dan memperbaiki penampilan.

Senam otak membantu mengintegrasikan:

a. Batang otak/brain stem ( fungsi pernapasan, homeostasis dan

tendon guard reflex)

b. Otak tengah/mid brain (sistem limbik, kontrol suhu, memori, emosi,

kelenjar dan kimia tubuh serta fight/flight response)

c. Neo cortex (kemampuan berpikir yang tertinggi, komunikasi,

hemisfer kiri dan kanan)

Dalam keadaan stres, batang otak adalah fokus aktifitas

otak dan berfungsi untuk survival (tendon guard reflex) bila kita

menghadapi bahaya. Refleks ini bisa terkunci/ terhambat oleh

lingkungan dan stres emosi seperti tekanan pekerjaan, ujian serta

menghambat akses ke memori (sistem limbik) dan kemampuan

berpikir (neocortex). Senam otak dapat memperbaiki kemampuan

semua area otak dengan cara mengaktivasi semua fungsi (Zulaini,

2017)
40

6. Gerakan Senam Otak

Pelaksanaan senam otak juga praktis, karena bisa dilakukan

dimana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja. Frekuensi latihan yang

tepat adalah sekitar 10-15 menit, sebanyak 2-3 kali dalam sehari.

Senam otak ini melatih otak bekerja dengan melakukan gerakan

pembaruan (repatteing ) dan aktivitas senam otak. Latihan ini

membuka bagian bagian otak yang sebelumnya tertutup atau

terhambat, disamping itu senam otak tidak hanya memperlancar aliran

darah dan oksigen ke otak juga merangsang kedua belah otak secara

bersamaan (Denisson, 2002) (Zulaini, 2017)

Adapun gerakan-gerakannya ada dibawah ini :

a. Gerakan Silang

b. Gerakan Angka 8 Tidur.

c. Gerakan ini menulis huruf ABJAD 8

d. Gerakan meluncur gravitasi

e. Putaran Leher

f. Olengan Pinggul

7. Standar Operasional Prosedur Senam Otak

a. Defenisi

Serangkaian latihan berbasis gerakan tubuh sederhana. Geraakan

ini dibuat untuk merangsang otak kiri dan kanan (dimednsi

lateralita), meringankan dan merelaksasikan belakang otak dan


41

bagian depan otak (dimensi pemfokusan), merangsang system

yang terkait dengan perasaan dan emosional, yakni otak tengah

(limbik), serta otak besar (dimensi pemusatan) porsi latihan yang

tepat adalah selama 10-15 menit sebanyak 2 kali sehari (Zuriska

Kumalasari, 2016).

b. Manfaat senam otak

1) Menurunkan tingkat stress/Stress berkurang dan pikiran lebih

jernih

2) Meningkatkan daya ingat

3) Meningkatkan kosentrasi

4) Kemampuan berbahasa

5) Orang merasa lebih sehat karena stress berkurang,

6) Prestasi belajar dan bekerja meningkat.

7) Dapat meningkatkan percaya diri

8) Dapat dijelaskan secara neurofisiologi (Zuriska Kumalasari,

2016)

c. Indikasi

1) Kepada anak yang mengalami hiperaktif kerusakan otak

2) Individu yang mengalami stress dan mudah depresi

3) Sesorang yang Sulit berkosentrasi

4) Lansia dengan dimensia (Zuriska Kumalasari, 2016)

d. Kontraindikasi
42

1) Individu yang hipertensi (tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg

dan diastolic lebih daro 100 mmHg)

2) individu yang memiliki kelainan jantung

3) individu yang sakit (tirah baring : demam) (Zuriska Kumalasari,

2016)

e. Persiapan Alat Dan Lingkunga

1) Tape recorder atau kaset CD (Music) senam otak

2) Alas yang digunakan untuk tempat melakukan senam otak

3) Lingkungan yang tenang, segar, bersih dan sejuk/alami (Zuriska

Kumalasari, 2016)

4) Kertas dan bolpoin

f. Persiapan klien

1) Jelaskan tujuan, manfaat, dan prosedur pelaksanaan

2) Minta persetujuan klien untuk mengikuti senam otak

3) Posisikan tubuh seseorang relaks dengan mata terbuka dan

berdiri untuk mempermudah mengikuti intrusksi dari instruktur.

4) Arahkan klien untuk kosentrasi mengikuti instruksi (Zuriska

Kumalasari, 2016)

g. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan

1) Jangan menerikan senam otak terlalu sulit untuk diikuti

2) Untuk merelaksasikan otak dibutuhkan waktu sekitar 30 menit


43

3) Posisi tubuh, lebih nyaman dengan mata terbuka dan berdiri

untuk memudahkan responden untuk mengikuti gerakan

instruktur

4) Melakukan pada bagian kanan tubuh satu kali, kemudian

bagian kiri satu kali

5) Memeriksa apakah klien benar-benar melakukan dengan benar

6) Terus menerus memberikan instruksi

7) Memberikan instruksi tidak terlalu cepat, dan tidak terlalu lambat

(Zuriska Kumalasari, 2016)

h. Prosedur

Menurut (Zuriska Kumalasari, 2016) beriikut prosedur dari gerakan

senam otak:

1) Sebelum melakukan gerakan senam otak dianjurkan terlebih

dahulu meminum air putih, karena sebagi unsur pembawa

energy listrik, mengandung mineral, membantu memperlancar

peredaran darah dan oksigen keseluruh tubuh, serta membantu

mengurangi ketegangan otot.

2) Dimensi Lateralis

Sisi tubuh manusia dibagi dalam sisi kiri dan kanan. Otak

bagian kiri akan aktif bila sisi kanan tubuh digerakkan. Sehingga

berikut ini merupakan pemilihan gerakan yang tepat untuk

dapat mengaktifkan kembali dimensi lateralis bagian otak (Sitti

Nurfaaiqah, 2015)
44

Melakukan gerakan-gerakan senam otak berikut ini :

a) Gerakan silang

Gerakan ini merupakan gerakan aktif dalam

pemanasanyang dapat mengaktifkan hubungan kedua sisi

otak. Gerakan ini melatih daya penglihatan, pendengaran,

dan perabaan. Gerakan ini memiliki hubungan perilaku dan

sikap tubuh untuk meningkatkan koordinasi kiri/kanan,

memperbaiki pernafasan dan stamina, koordinasi dan

kesadaran tentang ruang gerak serta memperbaiki

pendengaran dan penglihatan. Gerakan silang dilakukan

dengan menggerakkan tangan dan kaki kanan berlainan

arah dengan tangan dan kaki kiri yang dapat merangsang

bagian otak untuk menerima informasi, meningkatkan IQ,

meningkatkan koordinasi, meningkatkan daya ingat,

menjernihkan emosi. Langkah-langkah yang dilakukan pada

gerakan silang yaitu :

i. Mulailah dengan posisi berdiri, lutu kanan diangkat dan

sentuh dengan tangan kiri

ii. Angkat lutut kiri dan sentuh dengan tangan kanan.

iii. Ulangi gerakan ini sebanyak tiga kali


45

Gambar. 2.1 : Gerakan Silang

b) Gerakan Angka 8 Tidur

Gerakan angka 8 tidur adalah gerakan menyeberangi garis

tengah visual tanpa berhenti. Angkat 8 tidur ini memisahkan

wilayah kiri dan kanan yang dihubungkan dengan garis

tersambung. Gerakan angka 8 tidur memiliki manfaat untuk

mengintegrasikan kinerja otak kanan dan kiri, meningkatkan

koordinasi otot mata, meningkatkan kedalaman persepsi

dan kemampuan ingatan asosiatif dalam jangka waktu yang

paling panjang. Gerakan 8 tidur dapat melepas ketegangan

mata, tengkuk, dan bahu meningkatkan pemusatan,

keseimbangan dan persepsi. Langkah-langkah dalam

gerakan 8 tidur adalah sebagai beriku :

i. Siapkan papa tulis atau kertas, spidol/bolpoin


46

ii. Buatlah sebuah titik sebagai titik tengah untuk acuan

menggambar angka 8 tidur.

iii. Arahkan tangan kanan untuk mebentuk setengah

angka 8 kekanan dan mulai dari titik tengah dan

kembali ketitik tengah lagi. Gerakan diulangi lagi pada

belahan angka 8 tidur sebelah kiri

iv. Gerakan ini dilakukan sampai tiga kali.

Gambar. 2.2 : Gerakan Angka 8 Tidur

3) Dimensi Pemfokusan

Focus adalah kemampuan menyeberngi ‘garis tengah

partisipasi’ yang memisahkan bagian belakang dan depan

tubuh, dan juga bagian belakang (occipital) dan depan otak

(frontal lobe), sehingga gerakan gerakan yang tepat untuk


47

memberikan stimulus pada otak untuk menjadi lebih focus

adalah sebagai berikut : (Sitti Nurfaaiqah, 2015)

a) Gerakan Meluncur Gravitasi

Duduk di kursi dan silangkan kaki. Tundukkan badan

dengan tangan ke depan bawah, buang napas waktu turun

dan ambil napas waktu naik. Ulangi 3 x, kemudian ganti

kaki.

Gambar. 2.3 : Gambar Meluncur Gravitasi


b) Gerakan Putaran Leher

Gerakan putar leher dapat membantu mengembangkan

posisi keseimbangan dari lidah, tengkuk dan leher,

memperbaiki pernafasan, membantu penglihatan kedua

mata secara bersamaan, meningkatkan kemampuan


48

berbahasa, meningkatkan kemampuan membaca. Adapun

Langkah-langkah yaitu :

i. Posisi duduk dengan santai;

ii. Pejamkan kedua mata, tarik nafas dalam-dalam,

tundukkan kepala kedepan.

iii. Putar leher kearah kanan dan terus kekiri sehingga

menbentuk setengah lingkaran;

iv. Lakukan prosedur diatas dengan mata terbuka;

v. Ulangi langkah tersebut

Gambar.2.4 : Gerakan Putaran Leher

4) Dimensi Pemusatan

Pemusatan adalah kemampuan untuk menyeberangi garis

pisah antara bagian atas dan bawah tubuh dan mengaitkan


49

fungsi dari bagian atas dan bawah otak, bagian tengah system

limbic (mid brain) yang berhubungan dengan informasi

emosional serta otak besar (Cerebrum) untuk berfikir yang

abstrak. Ketidak mampuan untuk mempertahankan pemusatan

ditandai dengan ketakutan yang tidak beralasan, dan ketidak

mampuan untuk menyatakan emosi, sehingga gerakan yang

tepat untuk memberikan stimulus pada otak adalah sebagai

berikut : (Sitti Nurfaaiqah, 2015)

a) Olengang Pinggul

Bahwa gerakan olengan pinggul adalah gerakan

menggoyang goyangkan pinggul kekanan dan kiri secara

bergantian. Gerakan ini dapat dilakukan dengan

menggunakan matras sebagai alas. Gerakan ini bermanfaat

melancarkan peredaran cairan serebrospinal di tulang

belakang, menstimulasi tubuh agar bekerja dengan lebih

efisien, meningkatkan kemampuan belajar dan daya ingat,

meningkatkan kemampuan melihat dari kanan dan kiri,

meningkatkan kemampuan untuk memperhatikan dan

memahami, berpengaruh terhadap kelenturan lutut, pinggul,

dan bahu, menstabilkan panggul, mengurangi sikap tubuh

yang terfokus secara berlebihan. Adapun Langkah-langkah

gerakannya yaitu :

i. Duduk diatas alas;


50

ii. Letakkan tangan dibelakang punggung dan tekuklah

kedua siku sambil mengangkat pinggul;

iii. Setelah pinggul diangkat, goyangkan pinggul kekanan

dan kekiri disusul dengan gerakan memutar pinggul;

iv. Ulangi gerakan tersebut 3 kali.

Gambar.2.5 : Gerakan Olengan Pinggul


b) Gerakan Pernapasan Perut

Gerakan pernafasan perut adalah gerakan menahan nafas

di perut dengan tujuan mengorganisasi pernafasan sehingga

semua kegiatan yang berhubungan dengan nafas menjadi

lebih lancar. Gerakan ini juga dapat membantu

meningkatkan kualitas pernafasan diafragma yang baik,

meningkatkan rentang perhatian, meningkatkan energi, dan


51

meningkatkan irama bicara dan ekspresi. Adapun Langkah-

langkahnya yaitu :

i. Ambil posisi berdiri tegak;

ii. Ambil nafas melalui hidung dan mengeluarkan melalui

mulut secara perlahan;

iii. Letakkan tangan dibagian bawah perut untuk

merasakan kembang kempisnya perut;

iv. Tarik nafas sambil menghitung 1, 2, 3;

v. Tahan nafas selama 3 detik dan menghembuskan

pelan-pelan dalam 3 hitungan;

vi. Ulangi gerakan dengan pengaturan nafas yang

berbeda yaitu tarik nafas dalam 2 hitungan dan

hembuskan nafas dalam 4 hitungan tanpa menahan

nafas; ulangi kedua prosedur diatas

Gambar.2.6. :Gerakan Pernafasan Perut


52

C. Kerangka Konsep

Sumber Stres : Sususnan Saraf Pusat (Otak,


1. Stres Psikososial Sistem Limbik, Sistem
2. Stres Sosial Transmisi
3. Stres Fisik saraf/Neirotransmiter)

Kelenjar Endokrin (Sistem


Hormonal, Kekebalan/
Imunitas)

Upaya / Untuk Menurunkan Stres :


a. Pola makan yang sehat dan bergizi STRES

b. Memelihara kesehatan jasmani


dan rohani (Latihan Fisik seperti
Latihan pernapasan dan latihan
relaksasi: Senam Otak )
c. Melakukan aktivitas yang
menggembirakan
d. Menjalani hubungan yang harmonis
e. Menghindari diri dari kesendirian
f. Meluangkan waktu untuk diri sendiri
bersama keluarga

Ket : Variabel Independen : Senam Otak (Brain Gym)

: Variabel Dependen : Tingkat Stres

Gambar. 2.9 : Kerangka Konsep/Teori : (Susilawati et al., 2012)


53

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain Penelitian merupakan rencana penelitian yang ditetapkan

dengan tujuan agar penelitian dapat dilakukan dengan efektif dan efisien

(Suyanto, 2011).

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

rancangan penelitian Pra Eksperimen dengan metode one group pre-post

test design yang merupakan mengungkapkan hubungan sebab-akibat

dengan cara melibatkan satu kelompok subjek, dimana kelompok subjek

diobservasi sebelum dilakukan intevensi, kemudian diobservasi kembali

setelah diberikan intervensi untuk melihat perubahan atau pengaruh dari

intervensi yang diberikan (Nursalam, 2017)

Dalam penelitian ini peneliti akan menganalisis pengaruh senam

otak terhadap penurunan tingkat stress pada mahasiswa tingkat akhir

prodi DIII Analis Kesehatan Stikes Panrita Husada Bulukumba.

Desain Penelitian :

The One Group Pre-Post test design

O1..........X……….O2
Gambar. 3.1: Desain Penelitian

O1 : Nilai Pretest (Sebelum Diberikan Intervensi)

X : Intervensi (Treatment : Senam Otak)


54

O2 : Nilai Post-Test (Setelah diberikan Intervensi)

B. Waktu Dan lokasi Penelitian

1. Penelitian ini dilaksanakan di kampus Stikes Panrita Husada

Bulukumba Prodi DIII Analis Kesehatan Kelas A Dan B.

2. Waktu penelitian dilaksanakan dibulan 30 April-3 mei 2019

C. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek

atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugiyono, 2017)

Populasi merupakan wilayah secara keseluruhan objek

penelitian yang didalamnya terdapat target untuk dilakukan penelitian

sesuai tujuan (Suyanto, S.kp.,M.kes, 2011)

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa

tingkat akhir prodi DIII Analis Kesehatan Panrita Husada Bulukumba

yang berjumlah 60 orang yang terdiri dari dua kelas diantara kelas A

dan kelas B.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek

penelitian dan dianggap dapat mewakili populasi tersebut (Suyanto,

S.kp.,M.kes, 2011)
55

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2017)

Pada pendataan awal yang dilakukan peneliti di mahasiswa

tingkat akhir Prodi DIII Analis Kesehatan Stikes Panrita Husada

Bulukumba yang mengalami stress, baik ringan sedang maupun berat

dengan jumlah keseluruhan 28 orang mahasisawa.

Sehingga sampel dalam peneltian ini yakni sebanyak 28

orang mahasiswa tingkat akhir prodi DIII Analis Kesehatan Panrita

Husada Bulukumba.

Tehnik pengambilan sampel yang digunakan ialah

Nonprobability sampling : Consecutive sampling yang merupakan

pemilihan sampel dengan menetapkan subjek yang memenuhi kriteria

penelitian yang dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu

tertentu , sehingga jumlah sampel yang diperlukan terpenuhi

(Nursalam, 2017).

Adapun kriteria subjek / responden pada penelitian ini ialah :

a. Kriteria Inklusi :

1) Mahasiswa yang Mengalami Stres

2) Mahasiswa yang waktu tidur yang cukup

3) Mahasiswa yang sarapan setiap hari

4) Mahasiswa tingkat akhir

5) Mahasiswa yang mengikuti proses akademik dengan lengkap


56

b. Kriteria Ekslusi :

1) Mengonsumsi obat anti stress

2) Menderita penyakit lain seperti demam atau sakit lainnya yang

membutuhkan tirah baring

3) Tidak berada ditempat penelitian

D. Varibel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari

orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugiyono, 2017)

Variabel independen (Bebas) merupakan variable yang

mempengaruhi atau yang jadi sebab perubahannya atau timbulnya

variable dependen Terikat) (Sugiyono, 2017). Variable independen pada

penelitian ini ialah Senam Otak.

Variabel Dependen (Terikat) merupakan variable yang dipengaruhi

atau yang terjadi akibat karena adanya variable bebas (Sugiyono, 2017).

Sedangkan variable dependen pada penelitian ini adalah penurunan

tingkat stress.

E. Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah diartikan sebagai suatu acuan bagi

peneliti yang memungkinkan peneliti untuk melakukan operasional atau

pengukuran secara cermat, akurat dan replikasi terhadap suatu objek


57

atau fenomena yang kemudian dapat diulang oleh orang lain (Nursalam,

2017)

Adapun defenisi operasional dan skala pengukuran yang

dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Stres merupakan reaksi atau respon tubuh yang dialami mahasiswa

terhadap stressor psikososial baik tekanan mental maupun beban

kehidupan (saat mengerjakan tugas akhir).

Alat Ukur : skala Depression Anxiety and Stress Scale 42 (DASS 42)

oleh Lovibond & Lavibond (1995) .

Hasil Ukur :

a. Skor 0-14 : Normal

b. Skor 15 – 18 : Stres Ringan

c. Skor 19 – 25 : Stres Sedang

d. Skor 26 – 33 : Stres Berat

e. Skor >34 : Stres sangat berat

Skala Ukur : Nominal

2. Senam otak adalah serangkaian latihan berbasis gerakan tubuh

sederhana yang dibuat untuk merangsang otak kiri dan kanan,

meringankan atau merelaksasikan belakang otak dan bagian depan

otak, dan merangsang system yang terkait dengan perasaan dan

emosional.
58

Kriteria Objektif :

a. Dilakukan (Mengikuti seluruh rangkaian gerakan senam otak

selama penelitian).

b. Tidak dilakukan (tidak mengikuti seluruh rangkaian gerakan

senam otak secara berturut-turut).

Alat Ukur : Memberikan interventi latihan Senam otak yang diberikan

sebanyak 2 kali selama 10-15 menit untuk satu kali intervensi dengan

jeda waktu istirahat selama 10 menit sebelum melakukan latihan

senam otak yang kedua, dan latihan senam otak ini berdasarkan

dengan Standar Operasional prosedur dengan Gerakan-Gerakan

Senam Otak Antara Lain :

a. Gerakan Silang :

b. Gerakan Angka 8 Tidur

c. Gerakan Luncuran gravitasi

d. Gerakan Putaran Leher

e. Gerakan Olengan Pinggul

f. Gerakan Pernafasan Perut

Skala Ukur : Nominal

F. Intrumen Penelitian

Instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan oleh

peneliti untuk mengobservasi, mengukur atau pengamatan dan

pengumpulan data yang baik sehingga data yang didapatkan merupakan

data yang valid, andal dan aktual (Nursalam, 2017)


59

Peneliti juga harus mengetahui jenis skala pengukuran data,

agar isntrumen dapat diukur seduai dengan permasalahan penelitian.

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua bagian

yaitu SOP (Standa Operasional Prosedur) senam otak dan kuesioner

tentang stress yang hasilnya di ketahui dengan cara memberikan

kuesioner 10 menit sebelum diberikan latihan senam otak dan 10 menit

setelah diberikan latihan senam otak kemudian diukur tingkat stress

mahasiswa menurun atau meningkat. Instrument penelitian yang

digunakan untuk mengukur variabel stress adalah kuesioner dalam

bentuk baku yaitu Depression anxiety Stress scale (DASS). Didalam

(Nursalam, 2017) DASS adalah penilaian tingkat stress terdiri dari 14 item

meliputi nomor, 1, 6, 8, 11, 12, 14, 18, 22, 27,29, 32, 33, 35, 39. Jumlah

pertanyaan terdiri dari 14 item pertanyaan menurut DASS, masing-masing

gejala diberikan penilaian angka antara 0-3 yang artinya :

1 : tidak ada atau tidak pernah

2 : sesuai yang dialami sampai tingkat tertentu, atau

kadang-kadang

3 : Sering

4 : sangat sesui dengan yang dialami, atau hampir setiap

hari.

penentuan tingkat stress adalah dengan cara menjumlah penilaian dari

gejala-gejalayang dipilih responden dalam 14 item pernyataan DASS,

dengan hasil :
60

1. Nilai 0-14 : Normal

2. Nilai 15-18 : stress ringan

3. Nilai 19-25 : stress sedang

4. Nilai 26- 33 : stress berat

5. Nilai >34 : stress sangat berat

G. Tehnik Pengumpulan Data

1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek

penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat

pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi

yang dicari (Suyanto, 2014)

Data primer dalam penelitian ini dilakukan di Prodi DIII Analis

Kesehatan Stikes Panrita Husada Bulukumba. Dimana data primer

dalam penelitian ini secara keseluruhan dari mahasiswa tingkat akhir

prodi DIII Analis Kesehatan Stikes Panrita Husada Bulukumba, yaitu

dengan cara melakukan pendataan awal terlebih dahulu dengan

memberikan lembar kuesioner untuk mengukur tingkat stress pada

mahasiswa tingkat akhir Prodi DIII Analis Kesehatan, setelah

dilakukan pendataan awal, didapatkan hasil bahwa dari keseluruhan

populasi sebanyak 60 orang terdapat mahasiswa yang mengalami

stres sebanyak 28 orang dengan tingkat stress yang berbeda-beda.

Selanjutnya alur proses penelitian ini ialah dengan mendatangi

responden di tempat mereka melakukan praktek lapangan di masing-


61

masing rumah sakit di lima daerah dengan urutan waktu setiap hari

dengan keseluruhan jumlah kunjungan sebanyak lima hari. Setelah

tiba di tempat responden melakukan praktek lapangan, peneliti

memberikan lembar persetujuan sebagai bukti bahwa responden siap

dan bersedia ikut serta dalam penelitian ini yang terlebih dahulu sudah

menyetujui dan bersedia ikut serta dalam penelitian ini dengan

komunikasi lewat group whatshap.

Selanjutnya setelah di berikan lembar persetujuan maka

dijelaskan proses penelitian yang akan di lakukan, lalu membagikan

lembaran kuesioner untuk mengukur tingkat stress responden 10

menit sebelum di berikan latihan senam otak yang pertama, kemudian

setelah latihan pertama responden diberikan kesempatan untuk

melakukan istirahat selama 10 menit kemudian melanjutkan untuk

latihan senam otak yang kedua, setelah itu diberikan waktu istirahat

selama 10 menit lalu diberikan kuesioner kembali untuk mengukur

tingkat stress responden setelah di berikan latihan senam otak.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain,

tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya. Data

sekunder biasanya berwujud data dokumentasi atau data laporan yang

telah tersedia (Suyanto, 2014)


62

Data sekunder pada penelitian ini diperoleh oleh jurnal-jurnal

penelitian pendukung sebelumnya, buku-buka pendukung serta

mengacu pada standar pengukuran tingkat stress DASS.


63

H. Alur Penelitian

Pengambilan Data Awal

Populasi :
Secara keseluran jumlah
populasi sejumlah 60 orang
mahasiswa

Sampel :
Jumlah sampel sebanyak 28 orang mahasiswa
(Jumlah ini diperoleh pada saat dilakukan pendataan
awal, terdapat 28 orang mahasiswa yang mengalami
stress dengan tingkat stress yang berbeda-beda).

Dengan menggunakan metode The


One Group Pre-Post Test Design

Pre Test (Mengukur tingkat stress


sebelum di berikan latihan senam otak
dnegan menggunakan kuesioner DASS,
yang diberikan 10 menit sebelum
melakukan latihan senam otak)

Perlakuan : Intervensi Senam Otak (Brain Gym) dilakukan sebanyak


2 kali selama 10-15 menit dengan waktu jeda selama 10 menit

Post Test (Mengukur tingkat stress setelah di berikan latihan senam


otak dengan menggunakan kuesioner DASS, yang diberikan 10
menit setelah melakukan latihan senam otak yang kedua.

Analisis Data Pembahasan Dan Hasil


Uji T Berpasangan

Kesimpulan

Gambar. 3.2 : Alur Penelitian


64

I. Pengolahan Dan Analisis Data

a. Pengolahan Data

Tehap-tahap pengolahan data menurut setiadi (2017), meliputi

kegiatan :

1) Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data

yang di peroleh atau dikumpulkan. Etiding data dilakukan pada

tahap pengumpulan data atau data terkumpul.

2) Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka)

terhadap data yang terdiri dari atas beberapa kategori. Pemberian

kode ini sangat penting bila pengolahan data analissi data

menggunakan komputer.

3) Entri

Data dari entri adalah kegiatan memasukkan data yang telah di

kumpulkan ke dalam master tabel database komputer, kemudian,

membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan

membuat tabel kontigaesi.

4) Clenning

Pembersihan data yaitu dengan cara melihat variabel data sudah

benar atau salah.


65

b. Analisis Data

Analisis data merupakan suatu kegiatan yang dilakukan

setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul.

Jenis analisis data yang digunakan dalam penelitian ini anatara lain :

1) Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan pada suatu variable dari hasil

penelitian, yang bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variable penelitian. Pda

umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan

presentasi dari tiap variabel yang diteliti (Notoatmojo,2010) didalam

(Dahlan, 2014)

Adapun analisi data univariat dalam penelitian ini ialah

karakteristik responden berdasarkan umur, jenis kelamin dan

distribusi tingkat stress pada responden sebelum di berikan latihan

senam otak dan distribusi tingkat stress pada responden setelah

diberikan senam otak.

2) Analisis Bivariat

Analisis Bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang

diduga berhubungan atau korelasi (Notoatmojo,2010) didalam

(Dahlan, 2014).

Dalam peneliti ini, Peneliti melakukan pembuktikan

hipotesis pengaruh. Variabel ini di analisis dengan menggunakan

uji statistic yaitu uji statistic uji T berpasangan dengan tingkat


66

kemaknaan ɑ ≤ 0,05 yang dilakukan dengan bantuan komputer

SPSS. Serta melihat nilai perubahan antara tingkat stress sebelum

dan setelah diberikan latihan senam otak.

c. Etika Penelitian

Menurut (Nursalam, 2017) secara umum prinsip etika dalam

penelitian/ pengumpulan data dibekan menjadi tiga bagian yaitu

prinsip manfaat, prinsip menghargai hak-hak subjek, dan prinsip

keadilan.

Menurut (Hidayat, 2010) masalah etik keperawatan

merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat

penelitian keperawatan terhubung dengan manusia, maka segi etika

penelitin harus diperhatikan.

Masalah etika yang harus diperhatikan menurut (Hidayat,

2010) adalah antara lain sebagai berikut :

1. Informed consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara

peneliti dengan responden penelitian dengan responden dengan

memberikan lembar persetujuan informed consent tersebut

diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar

persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent

adalah agar subjek mengerti maksud dan penelitian, mengetahui

dampaknya. Jika subjek bersedia , maka mereka harus

menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak


67

bersedia maka peneliti harus menghormati hak responden.

Beberapa informasi yang harus ada dalam informed consent

adalah : partisipasi responden, tujuan dilakukan tindakan, jenis

data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial,

masalah yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi yang

mudah dihubungi dan lain-lain.

2. Anonimity (tanpa nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang

memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan

cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada

lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar

pengumpulan dan atau hasil penelitian yang disajikan.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan

jaminan bahwa hasil penelitian, bik informasi maupun masalah-

masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasissannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang

akan dilakukan pada hasil riset.

4. Autonomy

Setelah peneliti memberikan penjelasan kepada calon

responden maka calon dapat menunjukkan bersedia atau tidak

bersedia menjadi responden dan sewaktu-waktu calon responden

dapat mengundurkan diri dari proses penelitian.


68

5. Non maleficience

Dalam proses penelitian, peneliti berkewajiban untuk tidak

menimbulkan kerugian atau cedera bagi respinden krena peneliti

hanya ingin mengetahui pengaruh latihan senam otak terhadap

penurunan stress pada mahasiswa tingkat akhir Prodi DIII Analis

Kesehatan Stikes Panrita Husada bulukumba

6. Beneficience

Peneliti melakukan hal yang terbaik dalam melaksanakan

penelitian dan jika terjadi sesuatu akibat intervensi maka peneliti

mencari solusi yang terbaik yaitu memperhatikan respon dari

responden untuk mengembalikan responden pada kondisi semula.

7. Justice

Peneliti harus berlaku adil kepada semua responden tanpa

berpihak kepada siapapun dan keputusan yang diambil tidak akan

berdampak buruk pada semua calon responden.

8. Confidentiality

Peneliti berkewajiban untuk merahasiakan identitas

responden, data yang diperoleh dan hasil penelitian serta semua

berkas yang mencantumkan identitas calon responden, identittas

calon responden di gunakan untuk pengolahan dan apabila sudah

tidak digunakan lagi akan dimusnahkan.


69

J. Jadwal Penelitian

No Uraian Kegiatan Terlaksana


1 Pengajuan Judul Desember
2 ACC Judul Desember
3 Penyusunan Proposal Januari
4 Bimbingan Proposal Januari
5 ACC Proposal Januari
6 Ujian Proposal Februari
7 Penelitian April
8 Penyusunan Skripsi Mei
9 ACC Skripsi Mei
10 Ujian Skripsi Juni
70

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan memaparkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai

Pengaruh Senam Otak Terhadap Penurunan Tingkat Stress Pada

Mahasiswa Tingkat Akhir Prodi Diii Analis Kesehatan Stikes Panrita Husada

Bulukumba Tahun 2019 yang sedang melaksanakan/menyusun Karya Tulis

Ilmiya Di Stikes Panrita Husada Bulukumba.

Stikes Panrita Husada Bulukumba yang terletak Di Jalan Pendidikan

Poros Panggala Desa Taccorong Kecematan Gantarang Kabupaten

Bulukumba, Sekolah tinggii ilmu Kesehatan Panrita Husada Bulukumba ini di

dirikan pada 12 mei 2009 dengan nomor SK PT 56/D/O/2009 yang terdiri dari

Prodi DIII Analis Kesehatan, DIII Kebidanan, S1 Keperawatan dan Profesi

Ners.

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 30 April sampai 4 Mei 2019

dengan jumlah responden sebanyak 28 orang yang sebelumnya telah

dilakukan pendataan awal sehingga dari keseluruhan populasi 60 orang,

terdapat 28 orang mahasiswa yang mengalami stress sehingga keseluruhan

jumlah mahasiswa yang mengalami stress diambil dalam penelitian ini. Pada

penelitian ini terdiri dari satu kelompok dan diberikan intervensi/perlakuan

yakni Senam Otak Dalam bentuk gerakan sebanyak 6 gerakan. Hasil

penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel yang telah didistribusikan yang

didasarkan pada analisis univariat dan analisis bivariat.


71

A. Hasil Penelitian

1. Analisis Univariat

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui atau mendeskripsikan

karakteristik responden mengenai stress yang dihadapi mahasiswa

tingkat akhir prodi DIII analis kesehatan yang sedang menyusun Karya

Tulis Ilmiya. Berdasarkan kuesioner yang telah diberikan dan diisi oleh

responden maka didapatkan hasil sebagai berikut:

a. Usia Responden

Distribusi Usia Responden Pada Penelitian Ini Sebagai Berikut :

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Responden


Usia (Tahun) Frekuensi (F) Percent (%)
19 1 3.6
20 7 25.0
21 14 50.0
22 4 14.3
24 1 3.6
27 1 3.6
Total 28 100.
*Sumber Data Primer
Berdasarkan pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa usia

responden pada penelitian ini yang paling tertinggi ialah responden

yang berusia 21 tahun sebanyak 14 responden (50%), dan yang

memiliki usia 19 tahun, 24, dan 27 tahun masing-masin 1 orang

responden (3,6%), dan sisanya adalah responden yang berusia 20

tahun sebanyak 7 responden (25%) dan yang berusia 22 tahun

sebanyak 4 responden (14,3).


72

b. Jenis Kelamin Responden

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Responden


Jenis Kelamin Frekuensi (F) Percent (%)
Laki-laki 4 14,3
Perempuan 24 85,7
Total 28 100
*Sumber Data Primer
Berdasarkan table 4.2 menunjukkan bahwa jenis kelamin pada

penelitian ini sebagian besar responden yang berjenis kelamin

perempuan yaitu sebanyak 24 orang responden (85,7%), dan pada

responden yang berjenis kelamin laki-laki hanya terdapat 4 orang

responden (14,3%).

c. Tingkat Stres Sebelum Intervensi

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Tingkat Stress Responden


Sebelum Diberikan Intervensi

Tingkat Stres Frekuensi (F) Percent (%)

Normal - -

Stres Ringan 7 25,0

Stres Sedang 14 50,0

Stres Berat 6 21,4

Stres Sangat Berat 1 3,6

Total 28 100
*Sumber Data Primer
Berdasarkan table 4.4 menunjukkan bahwa distribusi frekuensi

tingkat stress sebelum diberikan intervensi senam otak pada penelitian

ini sebagian besar dalam kategori stress sedang yaitu sebanyak 14

orang responden (50%), responden yang mengalami stress ringan

sebanyak 7 orang responden (25%) sedangkan responden yang


73

mengalami stress berat sebanyak 6 orang responden (21,4%), dan

terdapat 1 orang responden (3,6%) yang mengalami stress sangat

berat.

d. Tingkat Stres Sesudah Intervensi

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Tingkat Stress Responden


Sesudah Diberikan Intervensi
Tingkat Stres Frekuensi (F) Percent (%)
Normal 16 57,1
Stres Ringan 9 32,1
Stres Sedang 2 7,1
Stres Berat 1 3,6
Stres Sangat Berat - -

Total 28 100
*Sumber Data Primer
Berdasarkan table 4.4 menunjukkan bahwa distribusi frekuensi

tingkat stress sesudah diberikan intervensi senam otak pada penelitian

ini mengalami penurunan, yakni pada tingkat stress sebagian besar

responden yang tidak mengalami stress (Normal) sebanyak 16 orang

responden (57,1), dan responden yang mengalami stress ringan

sebanyak 9 orang responden (32,1%) serta responden yang

mengalami tingkat stress sedang menurun menjadi 2 orang responden

(7,1), dan pada tingkat stress sangat stress hanya terdapat 1 orang

responden ( 3,6%), dan tidak terdapat responden yang mengalami

tingkat stress sangat berat.

2. Analisis Bivariat
74

Setelah diketahui karakteristik dari variabel dependen yaitu

Tingkat Stress Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Prodi DIII Analis

Kesehatan Stikes Panrita Husada Bulukumba yang sedang menyusun

Karya Tulis Ilmiyah sebelum dan sesudah melakukan latihan senam

otak, selanjutnnya dilakukan uji normalitas guna untuk menentukan uji

statistic yang digunakan untuk mengetahui data distribusi normal,

maka dilakukan uji normalitas dengan menggunakan uji Saphiro-Wilk.

Dari hasil yang ditunjukkan pada nilai normalitas pre test dan

post test, maka dapat disimpulkan bahwa uji normalitas data secara

keseluruhan data berdistribusi normal. Maka keputusan uji statistic

yang digunakan oleh peneliti adalah uji parametric yaitu paired t test

untuk sampel yang berpasangan. Dan hasil outputnya dapat dilihat

sebagai berikut :

Table 4.5 Distribusi Berdasarkan Nilai Rata-Rata Tingkat Stress Responden


Sebelum Dan Setelah Diberikan Intervensi
Mean Std.Deviation N
Sebelum 22.61 5.252 28
Sesudah 12.75 5.448 28
*Sumber Data Primer

Berdasarkan pada tabel 4.5 dapat dijelaskan bahwa sebelum

diberikan latihan senam otak pada keseluruhan jumlah responden

sebanyak 28 orang responden, rata-rata stress yang dialami oleh

responden dengan nilai 22,61 sedangkan setelah diberikan latihan

senam otak rata-rata stress yang dialami oleh responden, mengalami

penunurun dengan nilai mean sebanyak 12.75.


75

Table 4.6 Distribusi Analisis Tingkat Stres Sebeluim Dan Setelah Diberikan
Intervensi Latihan Senam Otak
Δ Std.Deviation Correlation N P-Value
Sig.(2 tailed)
Pretest
9.857 3.352 0.804 28 0.000
Postest
*Sumber Data Primer : Hasil Uji Statistik Analisis Paired t test Berpasangan

Berdasarkan table 4.6 didapatkan hasil bahwa rata-rata

perubahan tingkat stress pada mahasiswa tingkat akhir antara pretest

latihan senam otak dan posttest latihan senam otak ialah dengan

mean 9.857 yang artinya terjadi berubahan rerata yang bermakna

pada tingkat stress pretest dan posttest latihan senam otak,

sedangkan sebaran data dalam sampel yaitu dengan standar deviasi

sebanyak 3.352 dari keseluruhan jumlah responden sebanyak 28

orang responden dengan hasil analisis menunjukkan bahwa mean

signifikan antara pre test dan post test dalam pemberian latihan senam

otak diketahui asymp.sig. (2-tailed) bernilai 0,000. Karena nilai 0,000

lebih kecil dari < 0,05 maka dapat di simpulkan bahwa “Ha diterima”

artinya ada Pengaruh Senam Otak Terhadap Penurunan Tingkat

Stress Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Prodi DIII Analis Kesehatan

Stikes Panrita Husada Bulukumba tahun 2019

B. Pembahasan

1. Karakteristik Responden
76

Berdasarkan pada tabel 4.1 Diketahui bahwa usia responden

secara keseluruhan mahasiswa telah masuk pada kategori masa

dewasa awal, dimana sebagian besar responden adalah berusia 21

tahun. Sehingga peneliti berkeyakinan bahwa usia mahasiswa tingkat

akhir dalam penelitinan ini merupakan pada tahap perkembangan

masa remaja akhir menuju dewasa awal. Dimana pada masa ini, jika

dilihat dari perkembangan mental tidak terjadi perubahan secara

signifikan, karena seseorang yang memasuki masa dewasa awal juga

masih sering menunjukkan beberapa sifat labil. Pada saat semester

akhir mahasisawa memiliki sumber stressor yang cukup banyak

akibatnya tidak sedikit dari mereka yang mengalami stress karena

tuntunan dan kewajiban yang harus mereka jalani sebagai seorang

mahasiswa.

Pendapat peneliti didukung oleh teori menurut (Hurbock, 2012)

yang menyatakan bahwa masa dewasa awal yaitu usia dewasa antara

usia 21-29 tahun rentang mengalami stress, hal ini dikarenakan bahwa

di usia tersebut memiliki produktivitas yang tinggi, banyak target yang

dicapai, serta memiliki ambisi yang tinggi terhadap sesuatu yang di

inginkan sehingga tuntutan dan beban juga semakin tinggi.

Selanjutnya berdasarkan pada tabel 4.2 di ketahui bahwa

responden secara keseluruhan mayoritas berjenis kelamin

perempuan. Hal ini di dikarenakan jumlah responden perempuan lebih

banyak dari pada jumlah responden laki-laki dengan jumlah


77

perempuan sebanyak 24 orang responden ( 85,7) dan laki-laki

sebanyak 4 orang (14,3).

Frekuensi tertinggi adalah perempuan, menurut (Siswanto,

2012) perempuan mempunyai stress tertentu yang disebabkan oleh

faktor-faktor biologis yang berbeda dengan laki-laki. Selain itu budaya

juga membedakan laki-laki dan perempuan sehingga faktor yang

membuat perempuan mengalami stress yang tidak dialami oleh laki-

laki. Perempuan cenderung menggunakan strategi koping yang

bertujuan mengubah respon emosi mereka terhadap keadaaan yang

stresfull. Perempuan dalam menggunakan pola koping kurang efektif

dibanding laki-laki karena wanita lebih dipengaruhi oleh emosi yang

mengakibatkan pola pikirnya kurang rasional dibanding laki-laki.

Sehingga peneliti berasumsi bahwa jenis kelmin perempuan

memiliki minat yang lebih tinggi terhadap profesi sebagai seorang

analis kesehatan atau tenaga kesehatan dibanding laki-laki, sehingga

jenis jelamin perempuan lebih mendominasi dalam penelitian ini serta

sifat sebagian seorang perempuan yang memiliki tingkat kepekaan

atau sifat sensitive terhadap sesuatu sehingga hal inilah yang

menyebabkan mereka sangat mudah dan rentang mengalami stress.

2. Tingkat Stres Sebelum Melakukan Senam Otak

Hasil penelitian tentang tingkat stress pada Mahasiswa Tingkat

Akhir Prodi DIII sebelum melakukan senam otak pada table 4.3

menunjukkan bahwa sebagaian besar mahasiswa mengalami stress


78

sedang sebanyak 14 orang responden (50%). Hal ini sejalan dengan

penelitian sebelumnya pada mahasiswa tingkat akhir oleh (Rahayu,

2017) dimana mahasiswa yang mengalami stress sedang sebelum

melakukan latihan senam otak sebanyak 5 orang responden (50%)

dari 10 orang responden, hal ini juga didukung dengan penelitian yang

dilakukan oleh (Sitti Nurfaaiqah, 2015) yang menunjukkan bahwa

sebelum diberikan senam otak mayoritas mahasiswa yang mengalami

stres sedang lebih banyak sebanyak 9 orang responden (45%) dari

secara keseluruhan 20 responden.

Sehingga peneliti dapat berasumsi bahwa pada tingkat stress

sedang paling banyak di alami oleh mahasiswa tingkat akhir,

dikarenakan pada kondisi tersebut perselisihan atau masalah yang

dihadapi mahasiswa lebih mengarah pada penyesuan diri terhadap

kondisi setempat, dimana respon individu dalam menyadari bahwa

ada perubahan sistemtika kehidupan yang harus dihadapi dan hal ini

berlangsung lebih lama.

Hal ini sesuai dengan teori (Priyoto, 2014) yang menyatakan

bahwa tingkat stress sedang merupakan tingkat stress yang

berlangsung lebih lama, dari beberapa jam sampai beberapa hari.

Sehingga hal ini yang menjadi alasan bahwa sebagian besar

responden lebih banyak yang mengalami stress sedang dibanding

dengan stress ringan dan stress berat lainnya.

3. Tingkat Stress Setelah Melakukan Senam Otak


79

Pada hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar

Mahasiswa Tingkat Akhir Prodi DIII Analis Kesehatan yang mengalami

stress terdapat penurunan tingkat stress baik dari stress sangat berat

menjadi stress berat, mahasiswa yang mengalami stress berat hanya

terdapat 1 orang responden (3,6%), sedangkan stress sedang

terdapat 2 orang responden (7,1%) dan yang mengalami stress ringan

terdapat 9 orang responden (32,1%) dan perubahan yang signifikan

terlihat sebanyak 16 orang Responden (57,1%) yang sudah tidak

mengalami stress (Normal).

Sehingga peneliti berkeyakinan bahwa penurunan tingkat stress

pada mahasiswa tingkat akhir prodi DIII analis kesahatan disebabkan

oleh intervensi latihan senam otak yang diberikan. Gerakan-gerakan

senam otak yang menyenangkan dan juga sangat mudah untuk

dilakukan sehingga dapat membangkitkan kembali semangat dan

konsentrasi, dan salah satu manfaat dari senam otak yaitu dapat

mengurangi gejala stress. Selain mudah dilakukan gerakan-gerakan

dalam senam otak ini juga menyeimbangkan antara gerakan anggota

tubuh dengan cara kerja otak yang memberikan stimulasi pada tubuh

dengan otak sehingga dapat memberikan reaksi atau hasil yang

langsung dapat diolah oleh otak untuk mendapat merespon dan dapat

mengatasi gejala stress sehingga tingkat stress yang dialami oleh

mahasiswa dapat berkurang.


80

Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan

oleh (Nurdin, 2015) bahwa setelah dilakukan senam otak 10 orang

responden (66,7%) mengalami penurunan tingkat stress sedang

menjadi stress ringan, Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa

latihan senam otak dapat menurunkan tingkat stress pada siswa,

penelitian lain juga mendukung seperti yang dilakukan oleh penelitian

(Rahayu, 2017) yang menyatakan bahwa terjadi penurunan tingkat

stress pada mahasiswa, responden yang mengalami stress terbanyak

yaitu stress sedang menurun menjadi stress ringan sebanyak 6 orang

responden (60%). Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang lakukan

oleh (Sitti Nurfaaiqah, 2015) yang didapatkan bahwa ksetiap kategori

stress pada Mahasiswa Tingkat Akhir terjadi penurunan, sedangkan

terdapat mahasiswa yang tidak mengalami stress (Normal) sebanyak

4 orang responden (20,0%)

Menurut Dennison (2002, didalam Yuarita, 2012), senam otak

mampu melakukan penyesuaian terhadap ketegangan, tantangan dan

tuntutan hidup sehari-hari. Selain itu manfaat senam otak diantaranya

mampu mengurangi stress, menjernihkan pikiran, dan meningkatkan

daya ingat. Gerakan senam otak sangat sederhana dan sangat

praktis, karena bisa dilakukan kapan saja, dimana saja dan oleh siapa

saja. Porsi latihan yang tepat adalah sekitar 10-15 menit sebanyak 2-3

kali dalam sehari. Gerakan-gerakan senam otak yang ringan dilakukan

melalui tangan dan kaki, yang dapat memberikan rangsangan atau


81

stimulasi ke otak. Stimulasi itulah yang dapat meningkatkan

kemampuan kognitif, seperti kewaspadaan, konsentrasi, memori, dan

pemecahan masalah. Selain itu, senam otak juga dapat berpengaruh

positif dalam pengedalian emosi.

4. Pengaruh Latihan Senam Otak

Rata-rata perubahan tingkat stress pada mahasiswa tingkat

akhir antara pretest latihan senam otak dan posttest latihan senam

otak ialah dengan mean 9.857 yang artinya terjadi berubahan rerata

yang bermakna pada tingkat stress pretest dan posttest latihan senam

otak, Dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa mean signifikan

antara pre test dan post test dalam melakukan latihan senam otak

diketahui asymp.sig. (2-tailed) bernilai 0,000. Karena nilai 0,000 lebih

kecil dari < 0,05 maka dapat di simpulkan bahwa “Ha diterima” dan

“Ho ditolak ” yang artinya ada perbedaan bermakna antara tingkat

stress sebelum dan setelah diberikan intervensi latihan senam otak.

Hal tersebut menurut peneliti disebabkan karena responden

melakukan gerakan-gerakan senam otak yang bermanfaat untuk

mengatasi ketegangan fisik maupun psikis yaitu gangguan emosional

seperti rasa cemas dan stress yang terjadi akibat berbagai stressor

yang dihadapi oleh mahasiswa, sehingga stress yang dialami oleh

mahasiswa mengalami penurunan yang signifikan.

Menurut (Yuarita, 2012) saaat seseorang mengalami stress,

Korteks cerebri (bagian berpikir pada otak) mengirimkan tanda bahaya


82

ke hypothalamus yang menstimulasi system saraf simpatis (bagian

dari system otonom yang berfungsi menghasilkan energi). System

saraf simpatik menghasilkan energy dengan cara meningkatkan

hormon adrenalin (epinefrin dan nonepinefrin). Sehingga

mengakibatkan ketegangan motorik, hiperaktivitas system saraf

otonom dan meningkatkan kewaspadaan. Ketegangan motorik

menimbulkan beberapa manifestasi seperti sakit kepala, gemetar,

gelisah, gejala hiperaktivitas system saraf otonom berupa jantung, dan

berbagai gejala system pencernaan. Meningkatnya kewaspadaan

ditandai dengan adanya perasaan mudah marah dan mudah terkejut,

serta tidak dapat tidur.

Menurut (Purwanto and Widyaswati, 2009) gerakan senam otak

dibuat untuk menstimulasi (Dimensi lateralis) untuk belahan otak kiri

dan kanan, meringankan (Dimensi Pemfokusan) untuk bagian belakag

otak dan batang otak (brainstem) dan bagian depan otak (frontal

lobes), dan merelaksasikan (dimensi pemusatan) untuk system limbic

(midbrain) dan otak besar (cerecral cortex). Gerakan-gerakan senam

otak dapat mengaktifkan neocortex dan saraf parasimpatik untuk

mengurangi peningkatan hormone adrenalin dalam tubuh yang dapat

meredakan ketegangan psikis maupun ketegangan fisik, sehingga jiwa

dan tubuh dapat menjadi lebih relaks.

Senam otak merupakan salah satu diantara macam-macam

jenis olahraga. Gerakan-gerakan yang dilakukan saat berolahraga


83

tidak hanya penting untuk memeliharan kebugaran fisik tetapi juga

kesehatan mental. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Danial M.

Landers dalam buku (Yuarita, 2012) membuktikan bahwa cukup

dengan menggerakkan tubuh selama 10 menit setiap hari kesehatan

mental kita akan meningkat cepat. Selain itu , daya pikir akan

bertambah jernih, dan dapat mengurangi ketegangan atau stress serta

membuat perasaan menjadi gembira.

Menurut (Yuarita, 2012) Senam otak salah satu olahraga dapat

membantu mengurangi kegelisahan hati dan dan bahkan dapat

melawan kemarahan. Hal ini dikarenakan ketika jantung kita bekerja

pada saat berolahraga maka otomatis konsentrasi pikiran tidak akan

berfokus pada masalah yang terjadi. Serta pada saat kita berolahraga.

Kelenjar pituitary menambah produksi beta-endorphin, sehingga

hasilnya kosentrasi beta-endorphin naik didalam darah yang dialirkan

juga ke otak, sehingga mengurangi nyeri, cemas, depresi dan

perasaan letih.

Hal ini sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan

sebelumnya, diantaranya (Fitria, 2010) dengan tingkat signifikan

sebesar (p = 0,000) <0,05 yang disimpulkan bahwa ada pengaruh

senam otak terhadap penurunan tingkat stress, penelitian lainnya juga

dilakukan oleh (Nurdin, 2015) dengan tingkt signifikan

sebesar(p=0,025) <0,05 yang menyatakan bahwa ada pengaruh

latihan senam otak terhadap penurunan tingkat stress, dan penelitian


84

ini juga didukung oleh penelitian yang dilakuan oleh (Rahayu, 2017)

yang dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan

antara stress sebelum dan sestelah diberikan latihan senam otak.

Sehingga peneliti berpendapat bahwa geraka-gerakan senam

otak selain praktis dan udah dilakukan, juga di dalam gerakannya

terdapat gerakan yang dapat mengaktifkan neocortex dan saraf

parasimpatik untuk mengurangi peningkatan hormone adrenalin dalam

tubuh yang dapat meredakan ketegangan fisik maupun ketegangan

psikis, sehingga terjadi keseimbangan antara jiwa dan tubuh yang

merupakan tindakan atau usaha ini untuk mengurangi stress secara

langsung pada sumber/akar permasalahan terjadinya tanda stress dan

kemudian menjadikan seseorang tersebut mengalami stress. Untuk

mendapatkan semua manfaat diatas, senam otak harus dilakukan

dengan rutin, dengan latihan rutin semua gangguan otak yang dilami

dapat teratasi.

Peneliti juga berkeyakinan bahwa penurunan stress yang terjadi

pada responden disebabkan oleh Karena responden diberikan

intervensi latihan senam otak . gerakan-gerakan senam otak ini

merupakan satu diantara macam-macam jenis olahraga, dimana saat

kita berolahraga bukan hanya kebugaran fisik yang kita dapatkan

namun kesehatan mental kita pun juga ikut meningkat, namun

perubahan tingkat stress masih belum efektif terjadi hal ini sebabkan

karena latihan senam otak dilakukan hanya dalam satu waktu hari
85

sebanyak 2 kali latihan, sehingga peneliti menyarankan bahwa peneliti

selanjutnya dapat melakukan penelitian ini dengan waktu yang relative

lama sehingga frekuensi lebih lama sehingga manfaat dari

keseluruhan senam otak dapat memberikan manfaatnya secara

maksimal.

C. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini tidak luput dari kelemahan-kelemahan yang disebabkan

oleh karena keterbatasan peneliti, diantaranya :

1. Rancangan penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

hanya menggunakan satu kali intervensi saja kepada para

responden, sehingga peneliti tidak bisa mengobservasi secara

tepat stress yang dialami,hal ini disebabkan karena pertimbangan

waktu penelitian, Penelitian ini sebaiknya dilakukan menggunakan

beberapa kali intervensi latihan senam otak atau series agar

pengukuran stress yang dialami benar-benar akurat.

2. Pengambilan sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa tingkat akhir

prodi DIII analis kesehatan yang sedang menyusun Skripsi/KTI Di

Stikes Panrita Husada Bulukumba yang terdri dari dua kelas.

Keterbatasan penelitian terletak pada kriteria inklusi yang spesifik

dalam menentukan sampel yang diinginkan. Sehingga


86

keterbatasan dalam pemilihan sampel menjadi penyebab

kurangnya sampel dalam penelitian ini.

3. Jarak

Salah satu yang menjadi keterbatasan dalam penelitian ini ialah

keterbatasan dalam hal jarak, responden didalam penelitian ini

adalah Mahasiswa Prodi DIII Analis Kesehatan Stikes Panrita

Husada Bulukumba yang sedang melaksanakan Praktek Kerja

Lapangan di berbagai rumah sakit, diantaranya di RSUD. Sultan

Daeng Radja Bulukumba, RSUD. Prof. Anwar Makkatutu

Bantaeng, RSUD Lanto Daeng Pasewang, Laboratorium Klinik

Prodia Makassar, Rumah Sakit Islam Faisal Makassar, Dan RSUD

Kabupaten Sinjai.
87

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Stres pada mahasiswa tingkat akhir prodi DIII Analis Kesehatan Stikes

Panrita Husada Bulukumba sebelum (Pre Test) melakukan latihan

senam otak kategori stress sedang yaitu sebanyak 14 orang

responden (50%), responden yang mengalami stress ringan sebanyak

7 orang responden (25%) sedangkan responden yang mengalami

stress berat sebanyak 6 orang responden (21,4%), dan terdapat 1

orang responden (3,6%) yang mengalami stress sangat berat dengan

nilai rata-rata stress yang dialami oleh responden dengan nilai mean

22,61 dengan standar deviasi 5.252.

2. Stres pada Mahasiswa Tingkat Akhir Prodi DIII Analis Kesehatan

Panrita Husada Bulukumba sesudah (Post Test) melakukan latihan

senam otak mahasiswa yang mengalami stress sangat berat tidak

ada, kategori stress berat hanya terdapat 1 orang responden (3,6%),

sedangkan stress sedang terdapat 2 orang responden (7,1%) dan

yang mengalami stress ringan terdapat 9 orang responden (32,1%)

dan perubahan yang signifikan terlihat sebanyak 16 orang Responden

(57,1%) yang sudah tidak mengalami stress (Normal) dengan nilai

rata-rata stress yang dialami oleh responden dengan nilai mean 12.75

dengan standar deviasi 5.448.


88

3. Terdapat perbedaan yang bermakna antara pre test dan post test

dalam pemberian latihan latihan senam otak diketahui asymp.sig. (2-

tailed) bernilai 0,000 lebih kecil dari < 0,05 maka dapat di simpulkan

bahwa “Ha diterima” artinya ada Pengaruh Senam Otak Terhadap

Penurunan Tingkat Stress dengan rata-rata perubahan nilai mean

9.857 dengan standar deviasi 3.352 Pada Mahasiswa Tingkat Akhir

Prodi DIII Analis Kesehatan Stikes Panrita Husada Bulukumba tahun

2019.

B. Saran

Adapun saran-saran yang dapat peneliti berikan sebagai berikut :

1. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat dilanjutkan dengan waktu

yan relative lebih lama agar pengaruh intervensi lebih nyata

diketahui. Selain itu sebaiknya pda penelitian selanjutnya jumlah

responden dapat lebih banyak.

2. Bagi tenaga kesehatan

Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan petugas

kesehatan tentang macam-macam terapi nonfarmakologi untuk

mengurtangi stress sehingga dapat memanimalisir stress yang

terjadi pada pasien, karena intervensi latihan senam otak ini

berpengaruh positif terhadap perubahan stress seseorang.


89

3. Bagi Responden

Sebaiknya penelitian ini dapat dijadikan sebagai terapi

alternative untuk mengurangi stress, Karena selain gerakan latihan

ini sangat mudah dilakukan, latihan ini juga bisa dilakukan dimana

saja, kapan saja serta untuk siapa saja. Latihan senam otak dapat

mengurangi ketegangan saat seseorang mengalami stress,

sehingga latihan ini sangat efektif dilakukan saat kita mulai

merasakan adanya gejala stress.


90

DAFTAR PUSTAKA
Amalia Erit Rina Fadillah, 2013. Stres Dan Motivasi Pada Mahasiswa
Psikologi Universitas Mulawarman Yang Sedang Menyusun
Skripsi. E-J. Psikol. 1.
Ayinosa, 2010. Brain Gym (Senam Otak). Kesehat. Ment.
Dadang Hawari, 2016. Manajemen Stres Cemas Dan Depresi, Edisi Ii. Ed.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesi, Jakarta.
Dahlan, 2014. Statistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan. Salemba Medika,
Jakarta.
Dahlan, M. Sopiyudin, 2016. Langkah-Langkah Membuat Proposal Penelitian
Bidang Kedokteran Dan Kesehatan, 2nd Ed, 3. Sagung Seto,
Jakarta.
Fetri, S.L., 2017. Hubungan Tipe Kepribadian Dengan Tingkat Stres Pada
Mahasiswa Baru Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Tahun 2016.
Fitria, D., 2010. Pengaruh Senam Otak (Brain Gym) Terhadap Tingkat Stres
Pada Remaja Kelas Xii Ipa 1 Dan Xii Ipa 6 Di Sma Negeri 7
Padang Tahun 2010. Penelit. Fak. Keperawatan.
Heiman Dan Kariv, 2015. Task-Oriented Versus Emotion-Orieted Coping
Strategies : The Case Of College Of Students. Collenge Stud.
Jounal 1, 72–89.
Hidayat, 2010. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, 2nd Ed. Salemba
Medika, Jakarta.
Hurbock, E,, B., 2012. Development Psychology A Lifespan Approch. Mc
Graw-Hill.
Kementrian Kesehatan, R., 2018. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018.
Jkt. Badan Penelit. Dan Pengemb. Kesehat.
Lovibond, S.H & Lovibond, P.F, 1995. Manual For The Depression Anxiety
Stress Scale. Psychol. Found. 2.
91

Nurdin, N., 2015. Pengaruh Senam Otak Terhadap Stres Pada Santri
Madrasah Mu’alimin Yogyakarta.
Nursalam, 2017. Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan, 4th Ed. Salemba
Medika, Jakarta.
Priyoto, 2014. Konsep Manajemen Stress. Nuha Medika, Yogyakarta.
Purwanto, S., Widyaswati, R., 2009. Manfaat Senam Otak (Brain Gym)
Dalam Mengatasi Kecemasan Dan Stres Pada Anak Sekolah.
Rahayu, K.I.N., 2017. Brain Gym Terhadap Tingkat Stres Pada Mahasiswa
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Kadiri. Dunia Keperawatan 5, 26–36.
Setiawan, R.A., Safitri, W., Setiyajati, A., 2014. Pengaruh Senam Otak
Dengan Fungsi Kognitif Lansia Demensia Di Panti Wredha
Darma Bakti Kasih Surakarta.
Setyoado, Kusharityadi, 2011. Terapo Modalitas Keperawatan Pada Klien
Psikogeriatrik, 1st Ed. Salemba Medika, Jakarta.
Siswanto, 2012. Mekanisme Koping Stres, 1st Ed, 1. Sagung Seto,
Yogyakarta.
Sitti Nurfaaiqah, 2015. Pengaruh Latihan Senam Otak Terhadap Penurunan
Stres Pada Mahasiswa Tingkat Akhir S1 Keperawatan Program
Reguler Yang Sedang Menyusun Skripsi Stikes Muhammadiyah
Samarinda.
Sugiyono, 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, 26th Ed.
Alfabeta, Bandung.
Sukadiyanto, 2014. Stres Dancara Penanggulangannya.
Susilawati, T.A.P., Jeremia Maruhawa, Yeni Sinturi, Simijatun, 2012. Konsep
Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa, Monica Ester. Ed. Egc,
Jakarta.
Suyanto, S., 2014. Metodelogi Penelitian Epidemiologi Bidang Kedokteran
Dan Kesehatan. Bursa Ilmu, Yogyakarta.
92

Suyanto, S.Kp.,M.Kes, 2011. Metodelogi Dan Aplikasi Penelitian


Keperawatan, 1st Ed. Nuha Medika, Jakarta.
Wahyuni, A.S., Damaiyanti, S., Sari, V.P.M., Ridwan, R., Susanti, A., 2015.
Pelaksanaan Senam Brain Gym Terhadap Tingkat Kecerdasan
Emosional Anak Usia Prasekolah (4-5 Tahun) Di Paud Ibnu
Sina Bukittinggi. ’Afiyah 2.
World Health Organization, 2017. Who. International.
Yuarita, 2012. Senam Otak (Brin Gym). Salemba Medika, Jakarta.
Zulaini, Z., 2017. Manfaat Senam Otak. J. Ilmu Keolahragaan 15, 62–70.
Zuriska Kumalasari, 2016. Pengaruh Pelatihan Senam Otak Terhadap Anak
Tunagrahita Ringan Di Sdlb C Pertiwi Ponorogo.

Anda mungkin juga menyukai