Anda di halaman 1dari 17

“ANALISIS JURNAL EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN

STRES KERJA PADA GURU DI SMK MUHAMMADIYAH 1 PANDAAN”

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Komplementer


Yang Diampu Oleh Bapak Muhammad Taufiqul, S.Kep.Ns, M.Kes

Disusun Oleh :

Sari Prastiwi Nim 23210 22025


Sela Novitasari Nim 2321022024
Enricco Septian H Nim 2321022023
Widya Wahyu M Nim Nim 2321022026

INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN MALANG WIDYA CIPTA HUSADA


PROGRAM STUDI ALIH JENJANG S1 – ILMU KEPERAWATAN
MALANG
2023
I. Latar Belakang
Stres kerja adalah kondisi dimana adanya ketidaksesuaian antara kondisi
individu yang menyebabkan terjadinya gangguan psikologis, fisik, dan perilaku
(Muhbar dan Rochmawati dalam Rosanna et al., 2021). Stres kerja merupakan stres
yang ada kaitannya dengan pekerjaan (Sari et al., 2022). Keadaan ini dapat merujuk
pada semua karakteristik pekerjaan yang dapat terjadi kepada setiap individu
(Sandra, 2015). Kondisi ini ditandai dengan munculnya ketegangan saat dihadapkan
dengan tuntutan kerja yang melebihi kemampuan dirinya atau identik dengan
adanya perubahan menyimpang dari fungsi normal mereka (Christy & Amalia,
2018). Perasaan lelah secara emosional pada sumber stres yang dirasakan oleh guru
merupakan salah satu wujud dari stres kerja diantaranya disebabkan karena
beberapa hal seperti terlalu banyak bekerja, konflik peran/ambiguitas, dan kondisi
kerja yang buruk (Sawal et al., 2022).
Berdasarkan hasil survey Gallup, sebanyak 31% responden di asia
tenggara merasa stress di tempat kerja, dan di Indonesia sendiri ada sekitar 20%
responden yang merasa stress di tempat kerja (Sadya, 2022) . Pravalensi stres kerja
menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2014 di Indonesia ada 11,6–17,4% dari
150 juta orang mengalami stress kerja (Arif et al., 2021). Dari data tersebut
menunjukan stres kerja masih menjadi masalah di Indonesia.
Stres kerja pada seorang guru ditandai dengan munculnya perasaan
gelisah yang menyebabkan tidak fokus dalam mengajar (Hendrawan et al., 2018).
Menurut Anita et al (2021), dampak dari stress pada seseorang dapat beragam,
tergantung pada kekuatan konsep diri terhadap stress kerja yang dapat muncul .
Menurunnya konsentrasi pada guru akan berdampak pada kuantitas dan kualitas
pembelajaran yang dilakukan , kondisi ini juga berpengaruh pada hubungan guru
dan siswa yang kurang baik, nantinya akan menghambat pencapaian mutu
pendidikan dan mengakibatkan prestasi siswa menurun. Jika kondisi tersebut terus
dibiarkan saja, maka efek dari stres kerja akan mempengaruhi stres mental, kinerja,
dan kesehatan fisik seorang guru . Begitupun sebaliknya, manajemen stres yang baik
akan berpengaruh positif pada produktivitas dan kualitas pekerjaan(Marpaung,
2019).
Beberapa penelitian terdahulu tentang stress kerja diantaranya penelitian
yang telah dilakukan oleh Anggarini (2022) pada pegawai sekretariat kementrian
keuangan, hasil penelitian menunjukkan sebanyak 59% responden mengalami stres
berat dan 58% mengalami stres ringan. Penelitian lain oleh Hendrawan (2018)
terhadap subjek guru sekolah dasar, hasil penelitian menunjukan bahwa
pengkombinasian antara kelelahan dan stres kerja memiliki pengaruh terhadap
stres kerja. Penelitian lain oleh Arif (2021) dengan subjek karyawan kontrak di PT.
X, dalam analisinya menunjukan bahwa terdapat 4,9% mengalami stres kerja sedang
dan 2,4%-nya mengalami stres kerja berat.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan selama 1 bulan
lamanya, kepada beberapa guru yang terindikasi mengalami stres kerja di sekolah
tersebut, Peneliti menemukan adanya beban kerja yang cukup berat yang mencakup
tuntutan kerja yang banyak, kurang dalam mengendalikan emosi, lingkungan kerja
yang kurang mendukung, dan belum menemukan cara yang efektif dalam
manajemen kelas.
Salah satu penanganan yang dapat dilakukan untuk menurunkan stres
kerja yaitu menggunakan teknik relaksasi (Dwitama, 2021). Teknik relaksasi yang
digunakan untuk mengurangi stres salah satunya adalah relasksasi otot progresif
(Rahmawati, 2021). Terapi relaksasi tebukti mampu dalam menurunkan tingkat
stres (Fayzun & Cahyanti, 2019). Terapi relaksasi ini dilakukan dengan memberikan
tegangan otot untuk memulai aktivitas sehingga tubuh menjadi lebih santai
(Lindquist dkk., 2014). Selain tubuh terasa lebih ringan, reaksi emosi dan impresi
menenangkan juga ditimbulkan melalui terapi relaksasi. Terapi ini bisa dilakukan
kapan dan dimana saja dengan kondisi ruangan yang hening (Fayzun & Cahyanti,
2019).
Tujuan dari teknik relaksasi sendiri dapat meminimalisir respon emosi
negatif yang akan menimbulkan ketegangan atau stres pada individu (Kurnianingsih
et al., 2013). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dwitama (2021)
dengan judul penelitian “Efektivitas Teknik Relaksasi Otot untuk Membantu Siswa
Mengurangi Stres Belajar Pada Siswa Kelas XI di SMAN 1 Sewon”, hasil penelitiannya
menunjukkan apabila teknik relaksasi otot yang digunakan terbukti efektif untuk
menurunkan stres belajar pada siswa kelas XI di SMA N 1 Sewon (Dwitama, 2021).
Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan selalu mengkombinasi teknik
relaksasi dengan teknik yang lain. Namun, kali ini peneliti ingin mengetahui apabila
tidak dikombinasikan dengan teknik-teknik lainya apakah teknik relaksasi efektif
untuk mengurangi stres kerja. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah stres
kerja pada guru dapat menurun setelah diberikan psikoedukasi manajemen stres
kerja. Tujuan dari penelitian ini untuk memberikan wawasan mengenai stres dan
stres kerja melalui program psikoedukasi. Selain itu, program psikoedukasi ini
memberikan keterampilan baru pada guru, seperti Teknik Teknik manajemen stres.
Manajemen stres ini dapat dilakukan secara mandiri maupun kelompok dalam
kehidupan sehari-hari.

II. Terapi komplementer Relaksasi


1. Pengertian
Relaksasi adalah mengurangi ketegangan yang berada di otot. Belajar
untuk bersantai dapat mengurangi efek destruktif dan gejala stres yang
disebabkan penyakit dan meningkatkan kualitas hidup seseorang (Snyder &
Lindquist, 2010). Subandi (dalam Perwataningrum et al., 2016) mengatakan
bahwa relaksasi adalah teknik yang membantu seseorang dalam pengembalian
kontrol diri dan fokus serta perhatian sehingga seseorang tersebut dapat
memberikan respon yang sesuai ketika mereka berada dalam situasi yang
dianggap mengancam. Dalam psikologi , relaksasi adalah keadaan emosi dengan
ketegangan rendah, di mana tidak adanya gairah , terutama dari sumber negatif
seperti kemarahan , kecemasan , atau ketakutan .
Relaksasi adalah suatu bentuk ekstasi ringan yang berasal dari lobus
frontal otak di mana korteks belakang mengirimkan sinyal ke korteks frontal
melalui obat penenang ringan. Relaksasi dapat dicapai
melalui meditasi , autogenik , latihan pernapasan, relaksasi otot progresif dan
cara lainnya. (Wikipedia, 2024)
Relaksasi membantu meningkatkan penanganan stres . Stres adalah
penyebab utama masalah mental dan fisik, oleh karena itu merasa rileks
seringkali bermanfaat bagi kesehatan seseorang. Ketika seseorang mengalami
stres berat, sistem saraf simpatik diaktifkan karena kita berada dalam
mode respons melawan-atau-lari ; seiring berjalannya waktu, hal ini dapat
menimbulkan efek negatif pada tubuh manusia . Teknik relaksasi adalah
komponen penting dari praktik keperawatan. Mereka membantu mengurangi
tekanan gejala spesifik dan meningkatkan kepercayaan diri dan rasa kontrol
pasien. Relaksasi merupakan terapi hemat biaya, sederhana, dan mudah
diajarkan dan dipelajari. Yang terpenting, membantu seorang pasien untuk
bersantai tidak harus memakan waktu, itu dapat dicapai dalam suatu masalah
momen (McCabe,2001).

2. Teknik
a. Diaphragnatic Breathing Technique atau Teknik Pernapasan Diafragma
Pernapasan diafragma (DB), atau pernapasan dalam yang rileks, adalah
pemanfaatan diafragma saat mengambil napas. Tujuan dari pernapasan
santai adalah memperlambat pernapasan dan mengurangi penggunaannya
otot bahu, leher, dan dada bagian atas, sehingga dapat bernapas lebih efisien.
Jenis pernapasan ini meningkatkan oksigenasi ke seluruh badan. Selama
inhalasi,
diafragma berkontraksi untuk memungkinkan ekspansi paru-paru,
sementara perut mengembang anterior untuk mengakomodasi penurunan
volume rongga perut karena meratakan diafragma. (McCabe,2001). Orang
yang belajar DB didorong untuk berlatih pernapasan santai sepanjang hari
sampai menjadi cara bernapas alami. Untuk efek terbaik, pasien harus sering
berlatih teknik ini ketika
pasien tidak cemas atau sesak napas.
b. Progressive Muscle Relaxation atau Relaksasi Otot Progresif
Relaksasi otot progresif (PMR) adalah ketegangan dan pelepasan
kelompok otot berturut-turut. Ini pertama kali diperkenalkan oleh Jacobson
(1938) dan masih digunakan secara luas sampai sekarang (Snyder &
Lindquist, 2010).
Relaksasi otot progresif merupakan salah satu bentuk terapi yang berupa
pemberian instruksi kepada seseorang dalam bentuk gerakan-gerakan yang
tersusun secara sistematis untuk merileksasikan pikiran dan anggota tubuh
seperti otot-otot dan mengembalikan kondisi dari keadaan tegang ke
keadaan rileks, normal dan terkontrol, mulai dari gerakan tangan sampai
kepada gerakan kaki (Saleh,2019).
c. Autogenic Training atau Pelatihan Autogenik
Pelatihan autogenik (AT) adalah metode relaksasi yang menggunakan
keduanya citra dan kesadaran tubuh untuk mengurangi stres dan ketegangan
oto (Snyder & Lindquist, 2010). Teknik ini dikembangkan dan diterbitkan
oleh ahli saraf Jerman Schultz (Shultz & Luthe, 1959) dan membahas sensasi
otonom yang menyebabkan relaksasi otot.
AT atau pelatihan autogenik adalah metode relaksasi yang dihasilkan
sendiri atau dipandu sendiri, menggunakan frasa relaksasi. Penyedia layanan
kesehatan yang akrab dengan terapi dapat merekomendasikan terapi dan
memberikan bantuan dengan mempelajari metodenya. Ini meningkat
penggunaannya di seluruh dunia. Tujuannya adalah untuk menciptakan
perasaan hangat dan berat di seluruh tubuh sementara orang tersebut
mengalami keadaan relaksasi fisik yang mendalam, dan kesehatan fisik dan
mental yang baik.

3. Manfaat
Secara garis besar, menurut Snyder dan Lindquist (2010) manfaat
relaksasi antara lain :
1. Pengurangan kecemasan dan stres
Terapi relaksasi telah efektif dalam mengurangi stres yang terkait dengan
sejumlah kondisi. Latihan DB mengurangi kecemasan dan depresi pada pasien
transplantasi sel punca sebagai diukur dengan State-Trait Anxiety Inventory
dan Beck Depression Inventaris (Kim &; Kim, 2005). Satu penelitian tim
(Mitani, Fujjita, Sakamoto, & Shirakawa, 2006) melaporkan bahwa mengikuti
AT sekelompok pasien dengan gangguan stres pascatrauma menunjukkan
penurunan yang signifikan dalam aktivitas saraf simpatis jantung dan
peningkatan yang signifikan dalam aktivitas saraf parasimpatis jantung.
Teknik relaksasi dapat digunakan baik untuk mengurangi dan mencegah stres.
2. Pengelolaan Nyeri
Terapi relaksasi telah digunakan secara luas dalam pengelolaan banyak
jenis rasa sakit. Ketegangan otot meningkatkan persepsi rasa sakit, Jadi
mengurangi kecemasan dan ketegangan dapat membantu menguranginya.
Schmidt Hooten, Kerkvliet, Reid, & Joyner (2008) melaporkan bahwa tiga 10
menit sesi DB setiap hari pada pasien nyeri kronis dikaitkan dengan
perubahan signifikan dalam sejumlah bidang fungsi fisiologis dan psikologis.
3. Promosi Kesehatan
Mengurangi dan mengelola stres adalah strategi promosi kesehatan yang
penting. Terapi relaksasi adalah cara utama mencegah atau mengurangi stres.
Meskipun terapi relaksasi mungkin tidak mengurangi denyut jantung dan
tekanan darah pada mereka yang memiliki bacaan dalam kisaran normal,
penggunaan teknik ini secara teratur oleh sehat Orang dapat membantu
mencegah perkembangan hipertensi. Relaksasi otot progresif ditemukan
untuk menurunkan sistolik dan diastolik tekanan darah dan denyut jantung
pada mereka dengan hipertensi esensial; dan indeks ini menurun lebih
banyak karena mereka terus berlatih (Sheu,Irvin,Lin, & Maret, 2003; Yung.,
Prancis, & Leung, 2001). Dengan demikian, teknik relaksasi otot dapat
digunakan bersamaan dengan obat hipertensi pada orang dengan tekanan
darah tinggi.

4. Hal yang harus diperhatikan


Beberapa peringatan harus diperhatikan. Penting bagi praktisi untuk
ketahui apakah pasien mempraktikkan teknik relaksasi dasar secara teratur,
karena ini dapat mempengaruhi farmakokinetik obat. Penyesuaian dosis dapat
diindikasikan. Relaksasi otot dapat menghasilkan keadaan hipotensi. Pasien
diinstruksikan untuk tetap duduk selama beberapa menit setelah latihan.
Gerakan di tempat dan dimulainya kembali kegiatan secara bertahap membantu
dalam meningkatkan darah tekanan. Mengukur tekanan darah seseorang pada
akhir sesi membantu mengidentifikasi mereka yang rentan terhadap keadaan
hipotensi.
Beberapa orang dengan nyeri kronis telah melaporkan kesadaran yang
meningkat akan rasa sakit setelah ketegangan dan relaksasi otot. Berkonsentrasi
pada ketegangan dan relaksasi otot dapat menarik perhatian pada rasa sakit
bukan sensasi otot. Penilaian individu yang baik diperlukan untuk menentukan
apakah hasil negatif sedang terjadi.
Anak-anak di bawah usia sekolah tidak memiliki disiplin yang dibutuhkan
untuk belajar dan berlatih AT. Juga, mereka yang memiliki keterbelakangan
mental, saraf pusat akut gangguan sistem, atau psikosis yang tidak terkontrol
mungkin tidak dapat diproses instruksi mendalam (Linden 2007).
Pada beberapa pasien, AT mungkin menghasilkan efek samping dari
kecemasan, kesedihan, ingatan yang muncul kembali, dan pikiran yang tertekan,
atau membangkitkan kembali sensasi rasa sakit dari penyakit lama atau cedera.
Efek ini mungkin berasal dari disinhibition berbagai kortikal. Proses yang
dihasilkan dari formula autogenik dan fokus pada tubuh sensasi (Lehrer, 2009)

III. ANALISIS JURNAL

Penulis : Nurul Farida , dan Eko Hardi Ansyah


Tahun : 2023
Judul : “ Efektivitas Terapi Relaksasi Terhadap Penurunan Stres Kerja
Pada Guru Di SMK Muhammadiyah 1 Pandaan ”
Nama Jurnal : Biblio Couns : Jurnal Kajian Konseling dan Pendidikan
Volume : 6
Online : ISSN 2620-3103
Halaman : 146 -156

1. Abstrak
No. Aspek Hasil Isi
Analisa
1. Latar Belakang Ada Pada guru yang mengalami stres kerja
diakibatkan oleh adanya tuntutan dan beban
kerja yang berat, namun kondisi lingkungan
kurang mendukung. Manajemen stres biasanya
diterapkan dengan mengkombinasikan teknik
relaksasi denga teknik lainnya, namun pada
penelitian kali ini hanya menggunakan teknik
relaksasi tanpa dikombinasi dengan teknik
lainnya.
2. Tujuan dan Ada Terdapat tujuan dan manfaat yang dituliskan
Manfaat oleh peneliti di dalam abstrak
3. Metode Ada Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif
Penelitian dengan menggunakan Quasi Experimental
Design. Desain penelitian yang digunakan one
group pre-test post-test, yaitu desain penelitian
dengan melakukan pemberian pre-test sebelum
diberi perlakuan dan pemberian post-test
setelah diberi perlakuan
4. Jumlah Sampel Ada Jumlah sampling pada penelitian ini sebanyak
dan Teknik 35 orang responden yang merupakan guru tetap
Sampling di SMK Muhammadiyah 1 Pandaan yang terdiri
dari 10 guru laki laki dan 25 guru perempuan.
Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan
penyebaran kuesioner. Kuesioner dalam
penelitian ini menggunakan dua skala, yaitu
yang pertama skala stres kerja oleh Wu, Li, Yao,
Luo, He, dan Yin (2018) sejumlah 18 item. Skala
yang kedua yaitu skala stres kerja Robbins
(2006) yang dimodifikasi oleh Widodo (2008)
yang meliputi aspek gejala fisiologis, gejala
psikologis, dan gejala perilaku
5. Hasil Ada Hasil dari penelitian ini yaitu terapi relaksasi
terbukti efektif untuk membantu subjek dalam
menurunkan tingkat stress kerja.
6. Kesimpulan dan Ada Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
Saran relaksasi dinilai efektif dalam menurunkan stres
kerja pada guru, kegiatan psikoedukasi ini
memberikan keterampilan baru mengenai
manajemen stress, dan terdapat perbedaan yang
signifikan sebelum dan sesudah diberikan
pelatihan mengenai teknik relaksasi bagi guru di
SMK Muhammadiyah 1 Pandaan.
7. Keyword Ada Relaxation Therapy; Teachers; Work Stress
Pada bagian abstrak sudah mencakup dari penelitian yang dilaksanakan,
meskipun menggunakan bahasa asing namun menggunakan bahasa yang mudah
dipahami oleh pembaca.

2. Pendahuluan
Di dalam pendahuluan jurnal, peneliti menggambarkan hubungan atau
prevalensi stres kerja dapat berdampak pada kondisi seseorang, dengan
menunjukkan indikasi dan tanda-tanda serta berdampak pada kesehatan fisik dan
psikologis. Beberapa dampak yang buruk mulai dari kelelahan, ketidakstabilan
emosional, hingga hubungan yang buruk secara emosional ikatan seorang guru
dengan murid-muridnya bisa terjadi bila stres kerja tidak dimanajemen secara baik,
bahkan berdampak pada ikatan seseorang dengan keluarga di rumah. Peneliti
menjabarkan tentang hasil wawancarara yang dilakukan selama 1 bulan di tempat
penelitian, yang menunjukkan adanya stres kerja dan manajemen stres yang kurang
baik. Selain itu peneliti juga melakukan kajian tentang relaksasi yang dapat
membantu menurunkan stres kerja.
Dalam paragraf pendahuluan, peneliti memaparkan tujuan dari
dilakukannya tehnik relaksasi sendiri dapat meminimalisir respon emosi negatif
yang akan menimbulkan ketegangan atau stres pada individu. Pada penelitian kali
ini teknik relaksasi diterapkan tanpa dikombinasikan dengan tehnik-tehnik lainnya
untu mengetahui efektivitasnya. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah stres
kerja pada guru dapat menurun setelah diberikan psikoedukasi manajemen stres
kerja, program psikoedukasi ini memberikan keterampilan baru pada guru, seperti
teknik teknik manajemen stres. Manajemen stres ini dapat dilakukan secara mandiri
maupun kelompok dalam kehidupan sehari-hari.

- Kelebihan/ kekuatan: Pada bagian pendahuluan penulis menjabarkan secara


rinci mulai dari pengertian stres, penyebab terjadinya stres kerja, indikasi dan
tanda-tanda stres kerja, pravelensi stres kerja dan dampak dari stres kerja,
pengertian relaksasi, studi pendahuluan yang telah dilakukan, serta penulis
menggunakan bahasa yang mudah dipahami
- Kekurangan: Tidak ada kekurangan karena sudah cukup lengkap pemaparan
yang dituliskan peneliti.

3. Metode Penelitian
Metode penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini yaitu kuantitatif
dengan menggunakan Quasi Experimental Design. Desain penelitian yang
digunakan one group pre-test post-test, yaitu desain penelitian dengan melakukan
pemberian pre-test sebelum diberi perlakuan dan pemberian post-test setelah
diberi perlakuan. Lokasi dari penelitian ini bertempat di Sekolah Menengah
Kejuruan Muhammadiyah 1 Pandaan. Subjek dalam penelitian ini adalah guru tetap
SMK Muhammadiyah 1 Pandaan yang berjumlah 35 orang dengan 10 guru laki laki
dan 25 guru perempuan. Rentang usia subjek yakni berkisar dari usia 23 hingga 41
tahun. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan penyebaran kuesioner.
Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan dua skala, yaitu yang pertama skala
stres kerja oleh Wu, Li, Yao, Luo, He, dan Yin (2018) sejumlah 18 aitem. Dimensi
dalam skala ini sesuai dengan skala stres kerja milik Cooper (1997) yaitu job itself,
role management, interpersonal relationship, organizational style, career
development, dan family-work conflict. Skala stres kerja milik Cooper ini memiliki
koefisien reliabilitas sebesar 0,821 dengan total item terdapat 18 item. Skala yang
kedua yaitu skala stres kerja Robbins (2006) yang dimodifikasi oleh Widodo (2008)
yang meliputi aspek gejala fisiologis, gejala psikologis, dan gejala perilaku.
Reliabilitas dari skala ini sebesar 0,888 dengan total item yang valid terdapat 22
item. Kedua skala ini akan digabung untuk mengukur stres kerja pada guru.
Kuesioner berupa pre-test diberikan pada subjek saat sebelum psikoedukasi
dimulai. Post-test diberikan kepada subjek dalam jangka waktu dua minggu setelah
pemberian psikoedukasi. Skala stres kerja ini menggunakan skala Likert dengan
respon jawaban respon jawaban STS (Sangat Tidak Setuju), TS (Tidak Setuju), S
(Setuju) dan SS (Sangat Setuju). Skala ini terdiri dari 40 pernyataan yang terdiri
dari pernyataan favorable dan unfavorable.

Peneliti memaparkan prosedur pelaksanaan yang terdiri dari 4 tahap yaitu :


a. Tahap pertama: Melakukan need assessment, yaitu menentukan permasalahan
yang sedang terjadi.
b. Tahap kedua: Pemberian pre-test melalui link google form yang berisi
mengenai skala stres kerja, dan akses pengisian ditutup saat psikoedukasi
dimulai dan berlangsung selama 90 menit
c. Tahap ketiga: pemberian intervensi, dilakukan menggunakan metode terapi
relaksasi otot progresif untuk menurunkan tingkat stres kerja guru selam 15
menit. Adapun proses relaksasi digambarkan sesuai bagan di bawah ini.

d. Tahap terakhir: pemberian post-test, diberikan kepada semua subjek yang


mengikuti psikoedukasi melalui link google form dalam jangka waktu dua
minggu setelah pemberian psikoedukasi.
Penggunaan teknik analisi data dalam penelitian ini yaitu: 1) uji normalitas, 2)
uji hipotesis, dan 3) uji deskriptif. Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan
diolah menggunakan software JASP versi 0.16.3.0 menggunakan paired samples T-
Test yang digunakan untuk membuktikan perbedaan pre-test dan post-test.

- Kelebihan/ kekuatan: Penulis telah menuliskan secara rinci mulai dari jenis
penelitian yang digunakan, jumlah populasi dan sample yang digunakan, teknik
dan rumus sampling , kriteria sample, kuesioner yang digunakan, tahapan
pelaksanaan hingga analisis data
- Kekurangan: Tidak terdapat kekurangan karena penjelasan tentang metode
penelitian cukup terperinci.
4. Hasil Penelitian
Hasil dari peneliti dijelaskan dengan memaparkan hasil sebagai berikut :
a. uji normalitas stres kerja dengan menampilkan tabel Uji Normalitas Stres Kerja
b. uji hipotesis adanya perbedaan kemampuan manajemen stres sebelum dan
sesudah diberikannya psikoedukasi dengan menampilkan Tabel Perbedaan Stres
Kerja Pretest – Posttest, dan
c. uji deskriptif dengan menampilkan Tabel Uji Deskriptif Stres Kerja, yang
menunjukkan adanya penurunan stres kerja pada guru setelah diberikan
psikoedukasi mengenai efektivitas terapi relaksasi. Dari hasil deskriptif diatas
menunjukkan bahwa mean dari pre-test (93.629) ke post-test (88.486)
mengalami penurunan.
Hal ini menunjukkan terapi relaksasi yang diterapkan terbukti efektif
untuk membantu subjek dalam menurunkan tingkat stress kerja. Subjek penelitian
menyadari bahwa mereka sedang mengalami stress kerja. Kesadaran ini dapat
membantu subjek dalam proses pengelolaan stres melalui teknik relaksasi dengan
lebih cepat dan terukur.

- Kelebihan/ kekuatan: Penulis memberikan tata penulisan yang mudah dipahami,


data statistik maupun tabel yang dituliskan mudah dipahami.
- Kekurangan: tidak ada kekurangan karena hasil uji dipaparkan secara cukup
terperinci.

5. Pembahasan
Penelitian ini menunjukkan bahwa terapi relaksasi ini terbukti efektif
untuk membantu subjek dalam menurunkan tingkat stress kerja. Data dari pretest
dan posttest menunjukkan bahwa adanya penurunan tingkat stres setelah
dilakukannya psikoedukasi mengenai terapi relaksasi, yang ditunjukkan dengan
nilai pre-test sebesar 93.629 dan nilai post-test sebesar 88.486 yang artinya adanya
penurunan. Psikoedukasi terapi relaksasi diberikan untuk para guru SMK
Muhammadiyah 1 Pandaan yang terindikasi mengalami stres kerja, dimana guru
baru pertama kali mendapatkan pelatihan tentang terapi relaksasi ini. Kegiatan
pelatihan ini menunjukkan perbedaan yang signifikan antara nilai sebelum dan
sesudah pemberian perlakuan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kegiatan
psikoedukasi dalam bentuk terapi relaksasi ini efektif bagi guru untuk menurunkan
stres. Kondisi ini sejalan dengan penelitian yang dilakukakan oleh (Fayzun &
Cahyanti, 2019) yang menyatakan bahwa terapi otot progresif dapat menurunkan
tingkat stress pada mahasiswa semester akhir dari stres sedang menjadi stres
ringan yang ada di Akademi keperawatan Krida Husada Kudus.
Hampir semua peserta terlibat aktif dalam kegiatan psikoedukasi.
Kemampuan peserta bertambah mengenai terapi relaksasi ketika proses
psikoedukasi. Peserta mengaplikasikan langkah-langkah dalam terapi relaksasi
secara bersama-sama dengan dipandu oleh pemateri dan tambahan instrumen
musik. Melalui praktek langsung ini dapat membuat peserta semakin memahami
bagaimana melakukan penurunan stres secara mandiri. Selain itu, langkah-langkah
terapi relaksasi yang telah disampaikan dapat dilakukan secara mandiri oleh para
guru dalam kehidupan sehari-hari. Terapi relaksasi ini dapat dilakukan sewaktu-
waktu dan dimana saja. Sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh (Resti,
2014) yang mengungkapkan apabila terapi relaksasi yang dilakukan terbukti efektif
dalam menurunkan tingkat stres. Selain penilaian sebelum dan sesudah dengan
menggunakan skala stres kerja, peneliti juga mendapatkan data tambahan pada saat
pelaksanaan psikoedukasi. Data ini mengenai identifikasi mandiri yang dilakukan
oleh subjek dengan cara menuliskan penyebab dan gejala stres yang subjek rasakan
dalam satu bulan terakhir. Penyebab stres kerja yang dirasakan oleh guru di SMK
Muhammadiyah 1 Pandaan meliputi beban kerja selama 2 minggu yang cukup berat
dan padat, waktu kerja yang overtime, pekerjaan rumah menumpuk, deadline tugas
yang bersamaan, kurangnya waktu dengan anak dan keluarga, gaji yang kurang
sesuai dengan pekerjaan, kurang waktu istirahat, dan permasalahan murid di
sekolah.
Hal ini juga setara dengan penelitian yang telah dilakukan Akbar &
Pratasiwi dalam (Renny, 2021) hasil riset penelitiannya dengan seorang guru,
menjelaskan bahwa stres dapat muncul karena beban kerja guru yang sangat berat.
Tidak hanya itu subjek juga menuliskan mengenai gejala stres yang dirasakan
diantaranya adalah kondisi fisik yang tidak stabil (pusing, mudah lelah, badan sakit,
diare, leher kaku), mudah lupa, sering tidak fokus atau sulit berkonsentrasi pada
tugas, tidur tidak nyenyak, emosi tidak stabil (moody, uring-uringan, mudah marah,
mudah tersinggung, mudah menangis), tidur tidak nyenyak bahkan sampai tidak
bisa tidur, gelisah, overthinking, mudah lupa, malas beraktivitas yang menyebabkan
kurang produktif pada pekerjaan di sekolah dan menunda nunda pekerjaan. Apabila
individu mengalami ketegangan dan kemudian melakukan relaksasi, maka kondisi
fisiologisnya menjadi rileks dan kondisi psikisnya juga tenang, sehingga stres akan
berkurang (Dwitama, 2021). Relaksasi stres merupakan sebuah keterampilan yang
mudah dipelajari dan digunakan (Resti, 2014). Teknik relaksasi lebih unggul dari
teknik yang lain (Ilmi et al., 2017), yang mana digunakan dengan cara
mengendalikan respon terhadap rasa sakit yang melibatkan ketegangan otot-otot
tertentu dan kemudian menjadi rileks (Rinaldi & Yuniasanti, 2020)

- Kelebihan/ kekuatan: Penulis memaparkan pembahasan secara cukup lengkap


setiap hasil yang tercantum pada tabel, bahasa mudah dimengerti. Peneliti juga
mencantumkan penelitian sebelumnya untuk menguatkan hasil.
- Kekurangan: Tidak ada kekurangan karena pembahsana sudah cukup jelas.

6. Kesimpulan dan Saran


Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pelatihan teknik relaksasi
dinilai efektif dalam menurunkan stres kerja pada guru. Selain itu, kegiatan
psikoedukasi ini memberikan keterampilan baru mengenai manajemen stres yang
bisa bermanfaat dalam kehidupan sehari hari dalam mereduksi stres secara
individu. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima dan hasilnya
terdapat perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah diberikan pelatihan
mengenai teknik relaksasi bagi guru di SMK Muhammadiyah 1 Pandaan.
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti menyarankan bahwa penelitian ini
dapat dijadikan sebagai tolok ukur tambahan untuk melakukan penelitian
selanjutnya mengenai terapi relaksasi dan stres kerja dengan subjek dan variabel
penelitian yang lebih bervariatif. Selain itu, peneliti juga berharap agar penelitian
yang linier dapat dikembangkan melalui beberapa metode yang berbeda, sehingga
hasil penelitian yang diperoleh akan lebih baik dan lebih komprehensif di masa yang
akan datang.

- Kelebihan/ kekuatan: Kesimpulan dan saran penelitian sudah menggambarkan


dari seluruh pembahasan yang terdapat dalam penelitian.
- Kekurangan: Tidak ada kekurangan.

7. Implikasi Keperawatan
Jurnal ini menginformasikan serta menggambarkan tentang adanya
hubungan pemberian relaksasi dengan penurunan stres kerja pada guru. Sehingga
perawat dapat memberikan sosialisasi atau edukasi tentang pentingnya mengelola
stres kerja dan menerapkan manajemen stres secara baik, sehingga dampak
buruknya bisa diminimalisir atau dihindari.

,
DAFTAR PUSTAKA

Nurul Farida dan Eko Hardi Ansyah (2023). Efektivitas Terapi Relaksasi Terhadap
Penurunan Stres Kerja Pada Guru Di SMK Muhammadiyah 1 Pandaan. Biblio
Couns : Jurnal Kajian Konseling dan Pendidikan. Hal 146 -156 .
https://jurnal.umsu.ac.id/index.php/biblio/article/view/16092/10431

Mariah Snyder, PhD, RN, and Ruth Lindquist, PhD, RN, ACNS-BC, FAAN, FAHA (2010).
Complementary & Alternative Therapies in Nursing Sixth Edition, 383-396.

Pauline McCabe (2001). Complementary Therapies in Nursing and Midwifery from vision
to practice, 163-174.

Saleh., L.M., dkk. (2019). Teknik Relaksasi Otot Progresif pada Air Traffic Controller
(ATC). Yogyakarta: ISBN Elektronik

Wikipedia (2024). https://en.wikipedia.org/wiki/Relaxation_(psychology)

Anda mungkin juga menyukai