Disusun Oleh :
2. Teknik
a. Diaphragnatic Breathing Technique atau Teknik Pernapasan Diafragma
Pernapasan diafragma (DB), atau pernapasan dalam yang rileks, adalah
pemanfaatan diafragma saat mengambil napas. Tujuan dari pernapasan
santai adalah memperlambat pernapasan dan mengurangi penggunaannya
otot bahu, leher, dan dada bagian atas, sehingga dapat bernapas lebih efisien.
Jenis pernapasan ini meningkatkan oksigenasi ke seluruh badan. Selama
inhalasi,
diafragma berkontraksi untuk memungkinkan ekspansi paru-paru,
sementara perut mengembang anterior untuk mengakomodasi penurunan
volume rongga perut karena meratakan diafragma. (McCabe,2001). Orang
yang belajar DB didorong untuk berlatih pernapasan santai sepanjang hari
sampai menjadi cara bernapas alami. Untuk efek terbaik, pasien harus sering
berlatih teknik ini ketika
pasien tidak cemas atau sesak napas.
b. Progressive Muscle Relaxation atau Relaksasi Otot Progresif
Relaksasi otot progresif (PMR) adalah ketegangan dan pelepasan
kelompok otot berturut-turut. Ini pertama kali diperkenalkan oleh Jacobson
(1938) dan masih digunakan secara luas sampai sekarang (Snyder &
Lindquist, 2010).
Relaksasi otot progresif merupakan salah satu bentuk terapi yang berupa
pemberian instruksi kepada seseorang dalam bentuk gerakan-gerakan yang
tersusun secara sistematis untuk merileksasikan pikiran dan anggota tubuh
seperti otot-otot dan mengembalikan kondisi dari keadaan tegang ke
keadaan rileks, normal dan terkontrol, mulai dari gerakan tangan sampai
kepada gerakan kaki (Saleh,2019).
c. Autogenic Training atau Pelatihan Autogenik
Pelatihan autogenik (AT) adalah metode relaksasi yang menggunakan
keduanya citra dan kesadaran tubuh untuk mengurangi stres dan ketegangan
oto (Snyder & Lindquist, 2010). Teknik ini dikembangkan dan diterbitkan
oleh ahli saraf Jerman Schultz (Shultz & Luthe, 1959) dan membahas sensasi
otonom yang menyebabkan relaksasi otot.
AT atau pelatihan autogenik adalah metode relaksasi yang dihasilkan
sendiri atau dipandu sendiri, menggunakan frasa relaksasi. Penyedia layanan
kesehatan yang akrab dengan terapi dapat merekomendasikan terapi dan
memberikan bantuan dengan mempelajari metodenya. Ini meningkat
penggunaannya di seluruh dunia. Tujuannya adalah untuk menciptakan
perasaan hangat dan berat di seluruh tubuh sementara orang tersebut
mengalami keadaan relaksasi fisik yang mendalam, dan kesehatan fisik dan
mental yang baik.
3. Manfaat
Secara garis besar, menurut Snyder dan Lindquist (2010) manfaat
relaksasi antara lain :
1. Pengurangan kecemasan dan stres
Terapi relaksasi telah efektif dalam mengurangi stres yang terkait dengan
sejumlah kondisi. Latihan DB mengurangi kecemasan dan depresi pada pasien
transplantasi sel punca sebagai diukur dengan State-Trait Anxiety Inventory
dan Beck Depression Inventaris (Kim &; Kim, 2005). Satu penelitian tim
(Mitani, Fujjita, Sakamoto, & Shirakawa, 2006) melaporkan bahwa mengikuti
AT sekelompok pasien dengan gangguan stres pascatrauma menunjukkan
penurunan yang signifikan dalam aktivitas saraf simpatis jantung dan
peningkatan yang signifikan dalam aktivitas saraf parasimpatis jantung.
Teknik relaksasi dapat digunakan baik untuk mengurangi dan mencegah stres.
2. Pengelolaan Nyeri
Terapi relaksasi telah digunakan secara luas dalam pengelolaan banyak
jenis rasa sakit. Ketegangan otot meningkatkan persepsi rasa sakit, Jadi
mengurangi kecemasan dan ketegangan dapat membantu menguranginya.
Schmidt Hooten, Kerkvliet, Reid, & Joyner (2008) melaporkan bahwa tiga 10
menit sesi DB setiap hari pada pasien nyeri kronis dikaitkan dengan
perubahan signifikan dalam sejumlah bidang fungsi fisiologis dan psikologis.
3. Promosi Kesehatan
Mengurangi dan mengelola stres adalah strategi promosi kesehatan yang
penting. Terapi relaksasi adalah cara utama mencegah atau mengurangi stres.
Meskipun terapi relaksasi mungkin tidak mengurangi denyut jantung dan
tekanan darah pada mereka yang memiliki bacaan dalam kisaran normal,
penggunaan teknik ini secara teratur oleh sehat Orang dapat membantu
mencegah perkembangan hipertensi. Relaksasi otot progresif ditemukan
untuk menurunkan sistolik dan diastolik tekanan darah dan denyut jantung
pada mereka dengan hipertensi esensial; dan indeks ini menurun lebih
banyak karena mereka terus berlatih (Sheu,Irvin,Lin, & Maret, 2003; Yung.,
Prancis, & Leung, 2001). Dengan demikian, teknik relaksasi otot dapat
digunakan bersamaan dengan obat hipertensi pada orang dengan tekanan
darah tinggi.
1. Abstrak
No. Aspek Hasil Isi
Analisa
1. Latar Belakang Ada Pada guru yang mengalami stres kerja
diakibatkan oleh adanya tuntutan dan beban
kerja yang berat, namun kondisi lingkungan
kurang mendukung. Manajemen stres biasanya
diterapkan dengan mengkombinasikan teknik
relaksasi denga teknik lainnya, namun pada
penelitian kali ini hanya menggunakan teknik
relaksasi tanpa dikombinasi dengan teknik
lainnya.
2. Tujuan dan Ada Terdapat tujuan dan manfaat yang dituliskan
Manfaat oleh peneliti di dalam abstrak
3. Metode Ada Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif
Penelitian dengan menggunakan Quasi Experimental
Design. Desain penelitian yang digunakan one
group pre-test post-test, yaitu desain penelitian
dengan melakukan pemberian pre-test sebelum
diberi perlakuan dan pemberian post-test
setelah diberi perlakuan
4. Jumlah Sampel Ada Jumlah sampling pada penelitian ini sebanyak
dan Teknik 35 orang responden yang merupakan guru tetap
Sampling di SMK Muhammadiyah 1 Pandaan yang terdiri
dari 10 guru laki laki dan 25 guru perempuan.
Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan
penyebaran kuesioner. Kuesioner dalam
penelitian ini menggunakan dua skala, yaitu
yang pertama skala stres kerja oleh Wu, Li, Yao,
Luo, He, dan Yin (2018) sejumlah 18 item. Skala
yang kedua yaitu skala stres kerja Robbins
(2006) yang dimodifikasi oleh Widodo (2008)
yang meliputi aspek gejala fisiologis, gejala
psikologis, dan gejala perilaku
5. Hasil Ada Hasil dari penelitian ini yaitu terapi relaksasi
terbukti efektif untuk membantu subjek dalam
menurunkan tingkat stress kerja.
6. Kesimpulan dan Ada Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
Saran relaksasi dinilai efektif dalam menurunkan stres
kerja pada guru, kegiatan psikoedukasi ini
memberikan keterampilan baru mengenai
manajemen stress, dan terdapat perbedaan yang
signifikan sebelum dan sesudah diberikan
pelatihan mengenai teknik relaksasi bagi guru di
SMK Muhammadiyah 1 Pandaan.
7. Keyword Ada Relaxation Therapy; Teachers; Work Stress
Pada bagian abstrak sudah mencakup dari penelitian yang dilaksanakan,
meskipun menggunakan bahasa asing namun menggunakan bahasa yang mudah
dipahami oleh pembaca.
2. Pendahuluan
Di dalam pendahuluan jurnal, peneliti menggambarkan hubungan atau
prevalensi stres kerja dapat berdampak pada kondisi seseorang, dengan
menunjukkan indikasi dan tanda-tanda serta berdampak pada kesehatan fisik dan
psikologis. Beberapa dampak yang buruk mulai dari kelelahan, ketidakstabilan
emosional, hingga hubungan yang buruk secara emosional ikatan seorang guru
dengan murid-muridnya bisa terjadi bila stres kerja tidak dimanajemen secara baik,
bahkan berdampak pada ikatan seseorang dengan keluarga di rumah. Peneliti
menjabarkan tentang hasil wawancarara yang dilakukan selama 1 bulan di tempat
penelitian, yang menunjukkan adanya stres kerja dan manajemen stres yang kurang
baik. Selain itu peneliti juga melakukan kajian tentang relaksasi yang dapat
membantu menurunkan stres kerja.
Dalam paragraf pendahuluan, peneliti memaparkan tujuan dari
dilakukannya tehnik relaksasi sendiri dapat meminimalisir respon emosi negatif
yang akan menimbulkan ketegangan atau stres pada individu. Pada penelitian kali
ini teknik relaksasi diterapkan tanpa dikombinasikan dengan tehnik-tehnik lainnya
untu mengetahui efektivitasnya. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah stres
kerja pada guru dapat menurun setelah diberikan psikoedukasi manajemen stres
kerja, program psikoedukasi ini memberikan keterampilan baru pada guru, seperti
teknik teknik manajemen stres. Manajemen stres ini dapat dilakukan secara mandiri
maupun kelompok dalam kehidupan sehari-hari.
3. Metode Penelitian
Metode penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini yaitu kuantitatif
dengan menggunakan Quasi Experimental Design. Desain penelitian yang
digunakan one group pre-test post-test, yaitu desain penelitian dengan melakukan
pemberian pre-test sebelum diberi perlakuan dan pemberian post-test setelah
diberi perlakuan. Lokasi dari penelitian ini bertempat di Sekolah Menengah
Kejuruan Muhammadiyah 1 Pandaan. Subjek dalam penelitian ini adalah guru tetap
SMK Muhammadiyah 1 Pandaan yang berjumlah 35 orang dengan 10 guru laki laki
dan 25 guru perempuan. Rentang usia subjek yakni berkisar dari usia 23 hingga 41
tahun. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan penyebaran kuesioner.
Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan dua skala, yaitu yang pertama skala
stres kerja oleh Wu, Li, Yao, Luo, He, dan Yin (2018) sejumlah 18 aitem. Dimensi
dalam skala ini sesuai dengan skala stres kerja milik Cooper (1997) yaitu job itself,
role management, interpersonal relationship, organizational style, career
development, dan family-work conflict. Skala stres kerja milik Cooper ini memiliki
koefisien reliabilitas sebesar 0,821 dengan total item terdapat 18 item. Skala yang
kedua yaitu skala stres kerja Robbins (2006) yang dimodifikasi oleh Widodo (2008)
yang meliputi aspek gejala fisiologis, gejala psikologis, dan gejala perilaku.
Reliabilitas dari skala ini sebesar 0,888 dengan total item yang valid terdapat 22
item. Kedua skala ini akan digabung untuk mengukur stres kerja pada guru.
Kuesioner berupa pre-test diberikan pada subjek saat sebelum psikoedukasi
dimulai. Post-test diberikan kepada subjek dalam jangka waktu dua minggu setelah
pemberian psikoedukasi. Skala stres kerja ini menggunakan skala Likert dengan
respon jawaban respon jawaban STS (Sangat Tidak Setuju), TS (Tidak Setuju), S
(Setuju) dan SS (Sangat Setuju). Skala ini terdiri dari 40 pernyataan yang terdiri
dari pernyataan favorable dan unfavorable.
- Kelebihan/ kekuatan: Penulis telah menuliskan secara rinci mulai dari jenis
penelitian yang digunakan, jumlah populasi dan sample yang digunakan, teknik
dan rumus sampling , kriteria sample, kuesioner yang digunakan, tahapan
pelaksanaan hingga analisis data
- Kekurangan: Tidak terdapat kekurangan karena penjelasan tentang metode
penelitian cukup terperinci.
4. Hasil Penelitian
Hasil dari peneliti dijelaskan dengan memaparkan hasil sebagai berikut :
a. uji normalitas stres kerja dengan menampilkan tabel Uji Normalitas Stres Kerja
b. uji hipotesis adanya perbedaan kemampuan manajemen stres sebelum dan
sesudah diberikannya psikoedukasi dengan menampilkan Tabel Perbedaan Stres
Kerja Pretest – Posttest, dan
c. uji deskriptif dengan menampilkan Tabel Uji Deskriptif Stres Kerja, yang
menunjukkan adanya penurunan stres kerja pada guru setelah diberikan
psikoedukasi mengenai efektivitas terapi relaksasi. Dari hasil deskriptif diatas
menunjukkan bahwa mean dari pre-test (93.629) ke post-test (88.486)
mengalami penurunan.
Hal ini menunjukkan terapi relaksasi yang diterapkan terbukti efektif
untuk membantu subjek dalam menurunkan tingkat stress kerja. Subjek penelitian
menyadari bahwa mereka sedang mengalami stress kerja. Kesadaran ini dapat
membantu subjek dalam proses pengelolaan stres melalui teknik relaksasi dengan
lebih cepat dan terukur.
5. Pembahasan
Penelitian ini menunjukkan bahwa terapi relaksasi ini terbukti efektif
untuk membantu subjek dalam menurunkan tingkat stress kerja. Data dari pretest
dan posttest menunjukkan bahwa adanya penurunan tingkat stres setelah
dilakukannya psikoedukasi mengenai terapi relaksasi, yang ditunjukkan dengan
nilai pre-test sebesar 93.629 dan nilai post-test sebesar 88.486 yang artinya adanya
penurunan. Psikoedukasi terapi relaksasi diberikan untuk para guru SMK
Muhammadiyah 1 Pandaan yang terindikasi mengalami stres kerja, dimana guru
baru pertama kali mendapatkan pelatihan tentang terapi relaksasi ini. Kegiatan
pelatihan ini menunjukkan perbedaan yang signifikan antara nilai sebelum dan
sesudah pemberian perlakuan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kegiatan
psikoedukasi dalam bentuk terapi relaksasi ini efektif bagi guru untuk menurunkan
stres. Kondisi ini sejalan dengan penelitian yang dilakukakan oleh (Fayzun &
Cahyanti, 2019) yang menyatakan bahwa terapi otot progresif dapat menurunkan
tingkat stress pada mahasiswa semester akhir dari stres sedang menjadi stres
ringan yang ada di Akademi keperawatan Krida Husada Kudus.
Hampir semua peserta terlibat aktif dalam kegiatan psikoedukasi.
Kemampuan peserta bertambah mengenai terapi relaksasi ketika proses
psikoedukasi. Peserta mengaplikasikan langkah-langkah dalam terapi relaksasi
secara bersama-sama dengan dipandu oleh pemateri dan tambahan instrumen
musik. Melalui praktek langsung ini dapat membuat peserta semakin memahami
bagaimana melakukan penurunan stres secara mandiri. Selain itu, langkah-langkah
terapi relaksasi yang telah disampaikan dapat dilakukan secara mandiri oleh para
guru dalam kehidupan sehari-hari. Terapi relaksasi ini dapat dilakukan sewaktu-
waktu dan dimana saja. Sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh (Resti,
2014) yang mengungkapkan apabila terapi relaksasi yang dilakukan terbukti efektif
dalam menurunkan tingkat stres. Selain penilaian sebelum dan sesudah dengan
menggunakan skala stres kerja, peneliti juga mendapatkan data tambahan pada saat
pelaksanaan psikoedukasi. Data ini mengenai identifikasi mandiri yang dilakukan
oleh subjek dengan cara menuliskan penyebab dan gejala stres yang subjek rasakan
dalam satu bulan terakhir. Penyebab stres kerja yang dirasakan oleh guru di SMK
Muhammadiyah 1 Pandaan meliputi beban kerja selama 2 minggu yang cukup berat
dan padat, waktu kerja yang overtime, pekerjaan rumah menumpuk, deadline tugas
yang bersamaan, kurangnya waktu dengan anak dan keluarga, gaji yang kurang
sesuai dengan pekerjaan, kurang waktu istirahat, dan permasalahan murid di
sekolah.
Hal ini juga setara dengan penelitian yang telah dilakukan Akbar &
Pratasiwi dalam (Renny, 2021) hasil riset penelitiannya dengan seorang guru,
menjelaskan bahwa stres dapat muncul karena beban kerja guru yang sangat berat.
Tidak hanya itu subjek juga menuliskan mengenai gejala stres yang dirasakan
diantaranya adalah kondisi fisik yang tidak stabil (pusing, mudah lelah, badan sakit,
diare, leher kaku), mudah lupa, sering tidak fokus atau sulit berkonsentrasi pada
tugas, tidur tidak nyenyak, emosi tidak stabil (moody, uring-uringan, mudah marah,
mudah tersinggung, mudah menangis), tidur tidak nyenyak bahkan sampai tidak
bisa tidur, gelisah, overthinking, mudah lupa, malas beraktivitas yang menyebabkan
kurang produktif pada pekerjaan di sekolah dan menunda nunda pekerjaan. Apabila
individu mengalami ketegangan dan kemudian melakukan relaksasi, maka kondisi
fisiologisnya menjadi rileks dan kondisi psikisnya juga tenang, sehingga stres akan
berkurang (Dwitama, 2021). Relaksasi stres merupakan sebuah keterampilan yang
mudah dipelajari dan digunakan (Resti, 2014). Teknik relaksasi lebih unggul dari
teknik yang lain (Ilmi et al., 2017), yang mana digunakan dengan cara
mengendalikan respon terhadap rasa sakit yang melibatkan ketegangan otot-otot
tertentu dan kemudian menjadi rileks (Rinaldi & Yuniasanti, 2020)
7. Implikasi Keperawatan
Jurnal ini menginformasikan serta menggambarkan tentang adanya
hubungan pemberian relaksasi dengan penurunan stres kerja pada guru. Sehingga
perawat dapat memberikan sosialisasi atau edukasi tentang pentingnya mengelola
stres kerja dan menerapkan manajemen stres secara baik, sehingga dampak
buruknya bisa diminimalisir atau dihindari.
,
DAFTAR PUSTAKA
Nurul Farida dan Eko Hardi Ansyah (2023). Efektivitas Terapi Relaksasi Terhadap
Penurunan Stres Kerja Pada Guru Di SMK Muhammadiyah 1 Pandaan. Biblio
Couns : Jurnal Kajian Konseling dan Pendidikan. Hal 146 -156 .
https://jurnal.umsu.ac.id/index.php/biblio/article/view/16092/10431
Mariah Snyder, PhD, RN, and Ruth Lindquist, PhD, RN, ACNS-BC, FAAN, FAHA (2010).
Complementary & Alternative Therapies in Nursing Sixth Edition, 383-396.
Pauline McCabe (2001). Complementary Therapies in Nursing and Midwifery from vision
to practice, 163-174.
Saleh., L.M., dkk. (2019). Teknik Relaksasi Otot Progresif pada Air Traffic Controller
(ATC). Yogyakarta: ISBN Elektronik