Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Stres merupakan perasaan terbebani ketika suatu masalah tidak bisa


ditanggung oleh seseorang, paparan stres tidak bisa dihindari dalam kehidupan
modern, Secara alamiah tubuh merespon dengan cara memberi alarm waspada
dengan cara menghasilkan respons fisiologis yang melibatkan stimulasi sistem
saraf simpatis, sistem endokrin, dan struktur limbik hal ini dinamakan respon
fight atau flight (Masih et al., 2020). Respon dimaksudkan untuk memastikan
kelangsungan hidup organisme namun beberapa macam stres bersifat normal dan
bermanfaat bagi tubuh manusia. Stres dapat meningkatkan kinerja seseorang
dalam bekerja. Sebagai contoh, stres dapat membantu seseorang dalam
memenangkan lomba atau menyelesaikan suatu pekerjaan dengan tepat waktu.
Sebaliknya respons stres yang berlebihan atau kronis (sering disebut sebagai
"Distress" dapat berdampak buruk pada tubuh dalam jangka panjang, termasuk
peningkatan kekhawatiran, kecemasan, penambahan berat badan, tekanan darah,
gejala sakit kepala, sakit perut, sakit punggung, dan susah tidur serta bisa terjadi
proses inflamasi (Gallego-Gómez et al., 2020).

World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa sekitar 450 juta


orang di dunia mengalami stress. Di Amerika, sekitar 75% orang dewasa
mengalami stress berat dan jumlahnya cenderung meningkat dalam satu tahun
terakhir. Sementara itu di Indonesia tercatat sekitar 10% dari total penduduk
Indonesia mengalami stress, sekitar 1,33 juta penduduk diperkirakan mengalami
gangguan kesehatan mental atau stress. Angka tersebut mencapai 14% dari total
penduduk dengan tingkat stress akut (stress berat) mencapai 1- 3% (Warsito,
2018). Pada saat tubuh mengalami stres, tanpa kita sadari tubuh selalu melakukan
manajemen stres. Manajemen dalam menghadapi stres ini merupakan cara yang
dilakukan agar kekebalan dirinya terhadap stres dapat ditingkatkan. Manajemen
stres yang efektif akan menghasilkan adaptasi yang menetap sehingga
menimbulkan kebiasaan baru atau perbaikan dari situasi yang lama, sedangkan
manajemen stres yang tidak efektif akan berakhir dengan maladaptive. salah satu
cara untuk mengatasi manajemen stress yang efektif yaitu dengan cara terapi
relaksasi. terapi relaksasi yaitu suatu metode terapi melalui prosedur relaksasi
otot, agar klien secara sadar mengendalikan aktivitas faal dan psikis, memperbaiki
kondisi disfungsi faal psikis, sehingga berhasil menstabilkan emosi dan mengatasi
gejala penyakitnya terutama tingkat stress (Journal, 2014). Terapi relaksasi dapat
menghasilkan respon relaksasi yang dapat menurunkan tingkat stress, salah satu
bentuk terapi relaksasi yang dapat menurunkan tingkat stress yaitu Progressive
Muscle Relaxation (PMR) (Masih et al., 2020).

PMR merupakan suatu intervensi pengendalian pikiran dan otot secara


praktis dengan cara mengarahkan perhatian dalam kondisi situasi serta relaksasi
otot tertentu, berkontraksi, mempertahankan kontraksi selama periode di lakukan
secara santai sehingga memiliki manfaat dalam menurunkan resistensi perifer dan
menaikkan elastisitas pembuluh darah. Proses ini diulangi beberapa kali pada
kelompok yang berbeda untuk mendapatkan perasaan secara rileks diseluruh
tubuh (De Avila Silveira et al., 2020). Teknik ini dapat digunakan oleh klien tanpa
bantuan terapis dan mereka dapat melakukannya untuk mengurangi ketegangan
dan kecemasan yang dialami sehari-hari dirumah. Relaksasi juga merupakan
teknik yang dapat digunakan semua orang untuk menciptakan mekanisme batin
dalam diri seseorang dengan membentuk pribadi yang baik, menghilangkan
berbagai bentuk pikiran yang kacau akibat ketidak berdayaan seseorang dalam
mengendalikan ego yang dimilikinya, mempermudah seseorang mengontrol diri,
menyelamatkan jiwa dan memberi kesehatan bagi tubuh. Manfaat dari relaksasi
otot progresif ini untuk mengatasi berbagai macam permasalahan dalam
mengatasi stress, kecemasan, insomnia, dan juga dapat membangun emosi positif
dan emosi negative. Keempat permasalah tersebut dapat menjadi suatu rangkaian
bentuk gangguan psikologis bila tidak diatasi (Astuti Ary, Anggorowati, 2017).
Berdasarkan hasil penelitian Hertanto, (2014) menyebutkan bahwa
sebelum dilakukan terapi relaksasi otot progresif sebanyak sebagian besar 8
responden (50%) kategori stress sedang dan setelah dilakukan terapi relaksasi otot
progrseif sebagian besar berada dalam kategori tingkat stress ringan yaitu
sebanyak 13 responden (81,2%). Dengan demikian diketahui bahwa relaksasi otot
progrseif dapat mempengaruhi stress (Hertanto, 2014). Pada terapi relaksasi otot
progresif ini dapat dilakukan oleh individu, di rumah tanpa pengawasan oleh
perawat. Hal ini dapat mengurangi tingkat efektifitas dari terapi relaksasi otot
progresif itu sendiri. Sehingga perawat memegang peranan penting dalam
keberhasilan intervensi kepeda klien yang menjadi asuhannya, oleh karena itu
perawat harus memperhatikan beberapa hal dalam malaksanakan terapi relaksasi
otot progresif tersebut, diantaranya segi klien : usia, pendidikan, motivasi dan
keyakinan, frekuensi, ketepatan teknik terapi relaksasi otot progresif. Sedangkan
dari perawat yang harus diperhatikan dan melaksanakan peran dan fungsinya
sebagai perawat jiwa. Sehingga pemberian intervensi bisa lebih efektif untuk
penurunan tingkat stress pada klien.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh pemberian intervensi Progressive Muscle Relaxation


terhadap penurunan tingkat Stress.

1.3. Tujuan
a. Mengidentifikasi pemberian intervensi Progressive Muscle Relaxation
b. Mengidentifikasi konsep tingkat stress pada klien
c. Menganalisis pengaruh pemberian intervensi Progressive Muscle Relaxation
terhadap penurunan tingkat Stress.
REFERENSI :

Astuti Ary, Anggorowati, J. A. (2017). Jurnal SMART Keperawatan Sekolah


Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Karya Husada Semarang
www.stikesyahoedsmg.ac.id /ojs/index.php/sjkp(perawat) 31. 4(2), 31–44.
De Avila Silveira, E., Batista, K. de M., Grazziano, E. da S., Bringuete, M. E. de
O., & Lima, E. de F. A. (2020). Efeito do relaxamento muscular progressivo
no estresse e bem-estar no trabalho de enfermeiros hospitalar. Enfermería
Global, 19(2), 466–493. https://doi.org/10.6018/eglobal.396621.
Gallego-Gómez, J. I., Balanza, S., Leal-Llopis, J., García-Méndez, J. A., Oliva-
Pérez, J., Doménech-Tortosa, J., Gómez-Gallego, M., Simonelli-Muñoz, A.
J., & Rivera-Caravaca, J. M. (2020). Effectiveness of music therapy and
progressive muscle relaxation in reducing stress before exams and improving
academic performance in Nursing students: A randomized trial. Nurse
Education Today, 84, 104217. https://doi.org/10.1016/j.nedt.2019.104217
Hertanto, K. (2014). pengaruh pemberian intervensi Progressive Muscle
Relaxation terhadap penurunan tingkat Stress Usia Di Pstw Yogyakarta
Unit. 23.
Journal, aI. N. (2014). Pengaruh Progressive Muscle Relaxation Terhadap
Penurunan Kecemasan Pada Pasien Kanker Yang Menjalani Kemoterapi; a
Randomized Clinical Trial. Idea Nursing Journal, 5(3), 1–8.
Masih, T., Dimmock, J. A., Epel, E., & Guelfi, K. J. (2020). An 8-Week
Relaxation Program Consisting of Progressive Muscle Relaxation and
Mindfulness Meditation to Reduce Stress and Attenuate Stress-Driven
Eating. Applied Psychology: Health and Well-Being, 12(1), 188–211.
https://doi.org/10.1111/aphw.12179
Warsito, B. E. (2018). PENGARUH TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF
TERHADAP STRESS. 008, 1198–1203.

Anda mungkin juga menyukai