Anda di halaman 1dari 5

DAFTAR PERTANYAAN PERSIAPAN UJIAN

Pendahuluan

1. Apa saja hal yang mempengaruhi beban kerja dokter anestesi?

 Luasnya ruang kerja dokter dan tanggung jawab


 populasi dokter anestesi di Indonesia yang masih terbatas
 populasi (ICU) yang terus meningkat
 tidak tersedia peralatan monitoring yang cukup
 variabilitas operasi dengan tingkat kesulitan yang tinggi
 tuntutan untuk dapat mengambil keputusan secara cepat dan tepat
2. Apakah beban kerja dokter anestesi di Indonesia lebih tinggi/lebih rendah daripada di luar negeri? Jika
ya, mengapa?

 Sedikit lebih tinggi disebabkan kurangnya populasi dokter anestesi, dan alat
monitoring yang kurang cukup. Selain itu, belum ada regulasi untuk mengatur
beban kerja dokter anestesi di Indonesia.
3. Apa saja manifestasi stres akut dan kronis yang dapat terjadi pada dokter anestesi?

 Stres akut  hipertensi, takikardi, tremor


 Stres kronis  burnout, kelelahan, gangguan perilaku, gangguan konsentrasi,
gangguan kesehatan mental, gangguan tidur (depresi dan kecemasan), penyakit
kardiovaskuler, supresi sistem imun
4. Apa saja hal yang mempengaruhi kualitas hidup dokter anestesi?

 Dimensi fisik  jumlah pasien, jam kerja, aktivitas fisik, kecukupan jam tidur
 Dimensi psikologis  perasaan optimis/pesimis terhadap pekerjaan, kepercayaan
diri
 Dimensi sosial  relasi dengan keluarga, teman, rekan kerja
 Dimensi lingkungan  keadaan finansial, kesehatan, kesempatan untuk rekreasi

5. Mengapa memasukkan faktor penyakit kardiovaskular untuk diteliti dalam penelitian ini, bukankah
banyak faktor lain yang juga mempengaruhi kualitas hidup?

 Berdasarkan tinjauan pustaka (Shen & Zipes, 2014), didapatkan penyakit


kardiovaskuler berhubungan erat sebagai manifestasi stres kronis, dan juga
memegang peran besar pada kualitas hidup. Pengukuran penyakit kardiovaskuler
dari GDS, EKG dan tekanan darah juga relatif lebih mudah untuk dilakukan.
6. Apakah belum ada penelitian yang meneliti tingkat beban kerja dengan stres pada dokter anestesi di
Indonesia?
 Sejauh ini telah ada beberapa penelitian mengenai beban kerja dan stres pada
tenaga kesehatan namun belum ada yang meneliti secara khusus pada kelompok
dokter spesialis anestesi.
7. Mengapa rumusan masalah hanya satu dan hanya bersifat two tailed?

 Penelitian ini yang pertama dilakukan di Indonesia sehingga belum ada basis
untuk tingkat stres dan kualitas hidup dokter anestesi di Indonesia. Peneliti juga
belum mengetahui fase stres dokter anestesi saat ini sedang di fase apa
(alarm/resisten/exhaustion), sehingga belum dapat menentukan arah hipotesis
(positif atau negatif)
8. Kebijakan seperti apa yang diharapkan dapat mengurangi stres dan memperbaiki kualitas hidup?

 Regulasi mengenai beban kerja dokter anestesi, managemen stres, konseling stres
untuk dokter anestesi yang terpapar stres tinggi. Jika populasi tidak bisa
ditingkatkan, maka ketersediaan alat monitoring yang cukup untuk semua dokter
anestesi.
9. Apa urgensi meneliti beban kerja, stres, kualitas hidup pada dokter anestesi?

 Dengan pentingnya peran dokter anestesi dalam penanganan kasus gawat darurat,
dan populasinya yang tidak banyak, kesehatan dan kesejahteraan dokter anestesi
perlu dijaga. Beberapa penelitian sudah membuktikan tingginya stres diantara
dokter anestesi dan manifestasi klinisnya. Urgensi untuk penelitian ini adalah
untuk mengetahui tingkat stres dan kualitas hidup agar dapat mencegah
manifestasi klinis dari beban kerja dan stres sehingga dapat meningkatkan kualitas
hidup dokter anestesi dan juga performanya.
Tinjauan Pustaka

1. Apa yang dimaksud dengan stres?

 Stres merupakan respon atau reaksi tubuh terhadap stresor psikososial (tekanan
mental atau beban kehidupan) - WHO
2. Bagaimana pengaruh stres terhadap sistem imun?

 Patomekanismenya terutama melalui aktivasi sumbu HPA dan SAM yang akan
diikuti dengan peningkatan regulasi glukokortikoid dan katekolamin. Molekul
yang disekresikan ini kemudian berfungsi melalui reseptor terpisah pada berbagai
jenis sel, termasuk sel saraf dan sel imun. Stres kronis dapat menghambat sekresi
sitokin proinflamasi yang memediasi imunitas seluler dan stres juga dapat
mengaktifkan sekresi sitokin anti-inflamasi yang mengaktifkan imunitas humoral
3. Bagaimana pengaruh stres terhadap sistem kardiovaskular?

 Aktifitas sistem saraf pusat akibat stres dapat meningkatkan tekanan darah dan
detak jantung. Peningkatan tekanan dalam pembuluh darah akan berkontribusi
pada gaya gesek atau gaya tekanan yang diakibatkan oleh aliran darah dengan
tekanan tinggi. Hal ini menyebabkan perubahan karakteristik mekanisme aliran
darah, seperti peningkatan turbulensi terutama pada jalur circumosteal pada
bifurkasi pembuluh darah. Area-area ini adalah lokasi yang rentan untuk
terbentuk plak atheromatous
4. Apa saja ciri-ciri stres akut? Kapan stres akut berubah menjadi stres kronis?

 Stres akut: onset < 3 bulan


 Stres kronis > 3 bulan

5. Apa efek kelelahan HPA terhadap keseimbangan sitokin?

 Transkripsi I kappa B alpha, yang diinduksi oleh stimulasi glukokortikoid untuk


memblokir aktivasi NF-κB, berkurang seiring dengan kelelahan sumbu HPA dan
resistensi glukokortikoid. Dengan demikian, jalur terkait inflamasi akan
diaktifkan dan juga akan mengaktifkan gen yang bertanggung jawab untuk
produksi sitokin proinflamasi. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan regulasi
sitokin proinflamasi yang menandakan bahwa proses respon stres telah memasuki
tahap kedua (Tian et al., 2014)
6. Apa saja alat ukur kualitatif dan kuantitatif stres?

 Kualitatif  DASS 42
 Kuantitatif  Kadar Hormon Stres
7. Kapan waktu terbaik pengukuran hormon stres?

 Kortisol  Dalam siklus sirkadian 24 jam, sekresi glukokortikoid mencapai


konsentrasi tertinggi pada pagi hari (puncak sirkadian). Produksi kortisol paling
tinggi pada pagi hari berfungsi untuk membantu tubuh mempersiapkan diri
menghadapi hari (Maslach & Leiter, 2016)
8. Lebih baik mana pengukuran hormon stres sekali waktu atau dua kali pengukuran? Mengapa?

 Cukup sekali mengukur hormon kortisol. Ini disebabkan karena fluktuasi kortisol
sepanjang hari sehingga jika diukur 2x maka kemungkinan terjadi suatu bias
tinggi. Kortisol mencapai kadar tertinggi di pagi hari sekitar jam 08.00 sehingga
pengukuran skali pada jam tersebut memberikan hasil yang paling akurat.
9. Apa yang dimaksud dengan kualitas hidup?

 kualitas hidup sebagai persepsi seseorang dalam konteks budaya dan norma yang
sesuai dengan tempat hidup orang tersebut serta berkaitan dengan tujuan, harapan,
standar dan kepedulian selama hidupnya – WHO
 ada dimensi fisik, psikologis, hubungan sosial dan lingkungan
10. Kualitas hidup yang mempengaruhi stres atau stres yang mempengaruhi kualitas hidup? Bagaimana
hubungan keduanya? Mengapa?
 Kualitas hidup dapat mempengaruhi stres, dan stres dapat mempengaruhi kualitas
hidup. Keduanya saling berhubungan satu sama lain.
 Paparan stres kronis bersama-sama dengan faktor risiko lain seperti jenis kelamin
dan tipe kepribadian akan mempengaruhi kualitas hidup.
 Gangguan Kualitas Hidup
o Dimensi fisik (cacat, terkena suatu penyakit)  stres
o Dimensi psikologis (depresi/cemas)  stres
o Dimensi lingkungan (finansial buruk)  stres
o Dimensi sosial (relasi dengan keluarga/rekan kerja buruk)  stres
11. Apa yang dimaksud dengan teori general adaptation syndrome (GAS)?

 GAS merupakan konsekuensi fisiologis yang terjadi akibat stres dan terbagi
menjadi tiga tahap
12. Apa tiga fase yang terdapat dalam GAS? Apa saja ciri khas masing-masing fase tersebut?

 Tahap 1: Reaksi alarm (aktivitas SAM dan HPA meningkat dan menghasilkan
respon "fight-or-flight")
 Tahap 2: Resistensi (aktivitas HPA mengambil alih, cadangan energi tubuh
maksimal dan jika stres berlangsung dalam jangka waktu pendek maka tubuh
akan pulih Kembali
 Tahap 3: Kelelahan (dengan stres yang sangat berkepanjangan, sistem tubuh tidak
efektif. Aksi sistem saraf otonom simpatik muncul kembali.
13. Apa fase GAS berhubungan dengan respon stres akut/kronis dan hormon stres yang terjadi?

 Fase Alarm merupakan respon stres akut (hormon adrenalin dan noradrenalin)
 Fase Adaptasi dan Exhaustion merupakan respon stres kronis (hormon kortisol)
15. Jelaskan hubungan mekanisme kegagalan sistem coping dengan fase GAS?

 Mekanisme coping muncul saat fase adaptasi/resistensi dari GAS. Disini individu
berusaha untuk menangani stres yang berkepanjangan. Bentuk mekanisme coping
yang digunakan akan memiliki tingkat keberhasilan yang berbeda-beda. Dari sini,
coping dapat berhasil sehingga individu dapat pulih kembali, namun ketika
coping gagal, individu akan masuk ke dalam fase exhaustion dari GAS.
16. Apa hal yang mempengaruhi sistem coping suatu individu?

 Jenis coping yang digunakan


 Tipe kepribadian
 Jenis Kelamin
 Usia
 Tingkat Pendidikan
 Status Menikah

17. Mengapa dapat terjadi eustres dan distres?

 Proses terjadinya eustres dan distres tergantung keberhasilan dari mekanisme


coping.

Anda mungkin juga menyukai