A
TATALAKSANA GANGGUAN
PASCA BEDAH
2
GANGGUAN DIABETES
3
GANGGUAN DIABETES
• Hiperglikemia yang dihasilkan karena ketidakseimbangan glukosa
merupakan faktor risiko sepsis pasca operasi, disfungsi endotel,
iskemia serebral, dan gangguan penyembuhan luka.
4
TATALAKSANA DIABETES POST OPERATIF
• Target kadar glukosa darah pasca operasi berkisar antara 140 dan
180 mg / dL
• Bila pasien mengalami kondisi hipoglikemik setelah operasi, mulai
infus dekstrosa sekitar 5-10 g / jam
• Pastikan kadar insulin basal terpenuhi, terutama pada pasien
diabetes tipe 1
• Kebutuhan insulin postprandial harus disesuaikan rute pemberian
nutrisi pasien
• Insulin tambahan dapat digunakan untuk mencegah hiperglikemia
dan mengembalikan kadar glukosa darah ke kisaran target
5
GANGGUAN FUNGSI HEPAR POST OPERATIF
12
INSUFISIENSI ADRENAL
15
C
NILAI NORMAL ELEKTROLIT
DARAH
16
NILAI NORMAL ELEKTROLIT DARAH
17
D
GANGGUAN KESEIMBANGAN
ELEKTROLIT
18
HIPONATREMIA
• Kehilangan natrium klorida pada cairan ekstrasel atau penambahan
air yang berlebihan pada cairan ekstrasel akan menyebabkan
penurunan konsentrasi natrium plasma.
19
HIPONATREMIA
• Hiponatremia juga dapat disebabkan oleh beberapa penyakit ginjal
yang menyebabkan gangguan fungsi glomerulus dan tubulus pada
ginjal, penyakit addison, serta retensi air yang berlebihan
(overhidrasi hipo-osmotik) akibat hormon antidiuretik.
21
HIPERNATREMIA
• Hipernatremia dapat terjadi bila ada defisit cairan tubuh akibat
ekskresi air melebihi ekskresi natrium atau asupan air yang kurang.
Misalnya pada pengeluaran air tanpa elektrolit melalui insensible
water loss atau keringat, diare osmotik akibat pemberian laktulose
atau sorbitol, diabetes insipidus sentral maupun nefrogenik,
diuresis osmotik akibat glukosa atau manitol, gangguan pusat rasa
haus di hipotalamus akibat tumor atau gangguan vaskular
22
HIPOKALEMIA
23
HIPOKALEMIA
b. Pengeluaran Kalium Berlebihan
Pengeluaran kalium yang berlebihan terjadi melalui saluran cerna
seperti muntah-muntah, melalui ginjal seperti pemakaian diuretik,
kelebihan hormon mineralokortikoid primer/hiperaldosteronisme
primer (sindrom bartter atau sindrom gitelman) atau melalui
keringat yang berlebihan. Diare, tumor kolon (adenoma vilosa) dan
pemakaian pencahar menyebabkan kalium keluar bersama
bikarbonat pada saluran cerna bagian bawah (asidosis metabolik).
Licorice (semacam permen) yang mengandung senyawa yang
bekerja mirip aldosteron, dapat menyebabkan hipokalemia jika
dimakan berlebihan.
24
HIPOKALEMIA
c. Kalium Masuk ke Dalam Sel
Kalium masuk ke dalam sel dapat terjadi pada alkalosis ekstrasel,
pemberian insulin, peningkatan aktivitas beta-adrenergik
(pemakaian β2- agonis), paralisis periodik hipokalemik, dan
hipotermia.
25
HIPERKALEMIA
Hiperkalemia dapat disebabkan oleh :
a. Keluarnya Kalium dari Intrasel ke Ekstrasel
Kalium keluar dari sel dapat terjadi pada keadaan asidosis
metabolik bukan oleh asidosis organik (ketoasidosis, asidosis
laktat), defisit insulin, katabolisme jaringan meningkat, pemakaian
obat penghambat-β adrenergik, dan pseudohiperkalemia.
27
HIPOKLORINEMIA
28
HIPERKLORINEMIA
30
• Manajemen terapi cairan pasca operasi harus dilakukan dengan
mempertimbangkan status pasien dan kejadian intraoperatif.
31
• Perdebatan tentang strategi manajemen cairan dapat
dikelompokkan menjadi strategi liberal, strategi volume cairan
terbatas dan goal directed strategy (GDS)
33
• Dapat disimpulkan bahwa, menjaga pasien ke kondisi mendekati
dehidrasi lebih baik, karena lebih aman dan lebih efisien daripada
memberikan volume besar untuk menghindari dehidrasi.
34
• Strategi GDS sepenuhnya didasarkan pada data terkini pasien,
yang diperoleh dari metode pemantauan.
36
J
KANDUNGAN BERBAGAI JENIS
CAIRAN INFUS
37
38
DAFTAR PUSTAKA
39
DAFTAR PUSTAKA
40