Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENELITIAN

“ HUBUNGAN STRES DENGAN TEKANAN DARAH PADA


PENDERITA HIPERTENSI “

WIDYA NAZIRA PUTRI

NIM 211000413201053

DOSEN PENGAMPU :

AYU NURDIYAN, BD.M.KEB

PRODI S1 KESWEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KESEHATAN


MASYARAKAT

UNVERSITAS PRIMA NSUANTARA BUKITINGGI

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas Laporan Penelitian yang berjudul
“Hubungan Stres Dengan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi” ini tepat waktu.
Tugas Laporan Penelitian ini, merupakan salah satu bentuk ujian take home mata
kuliah Penulisan Ilmiah Program studi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Prima
Nusantara Bukttinggi. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih kepada Ibu AYU NURDIYAN, MD.M.KEB, selaku dosen
pengampu mata kuliah Penulisan Ilmiah.

Penulis berharap kepada Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang terlah membantu, penulis juga berharap semoga laporan
penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan kita semua.

Bukittinggi, 1 Februari 2024

Widya Nazira Putri

2
DAFTAR ISI

COVER............................................................................................................1

KATA PENGANTAR....................................................................................2

DAFTRA ISI...................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................4

A. Latar Belaknag......................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................5
C. Tujuuan Penelitian................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................6

A. Stress.....................................................................................................6
B. Hipertensi..............................................................................................9
C. Hubungan Stress dengan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi...10

BAB III PENUTUP.........................................................................................11

A. Kesimpulan...........................................................................................12
B. Saran.....................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................13

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang sering di jumpai di masyarakat.


Sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat dan akan menjadi masalah yang lebih
besar jika tidak ditanggulangi sejak dini. Berdasarkan data World Health
Organisation (WHO) dari 50% penderita hipertensi di ketahui hanya ada 25% yang
mendapat pengobatan, dan dari 25% hanya 12,5% yang diobati dengan baik.
Tingginya insidensi stres di Indonesia juga merupakan alasan mengapa stres harus
diprioritaskan penanganannya. Stres dapat merangsang kelenjar anak ginjal
melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat dan kuat,
sehingga tekanan darah akan meningkat.

Gaya hidup merupakan faktor terpenting yang sangat mempengaruhi kehidupan


masyarakat. Gaya hidup yang tidak sehat dapat menyebabkan terjadinya penyakit
hipertensi, misalnya; Makanan, aktifitas fisik, stres, dan merokok (Puspitorini, 2009
dalam Syam, 2014). Tingkat stres diduga berpengaruh terhadap peningkatan tekanan
darah. Saat seseorang mengalami stres katekolamin yang ada di dalam tubuh akan
meningkat sehingga mempengaruhi mekanisme aktivitas saraf simpatis, dan terjadi
peningkatan saraf simpatis, ketika saraf simpatis meningkat maka akan terjadi
peningkatan kontraktilitas otot jantung sehingga menyebabkan curah jantung
meningkat, keadaan inilah yang cenderung menjadi faktor pencetus hipertensi
(Dekker, 1996 dalam Hawari, 2012). Jadi stres juga merupakan salah satu faktor
penting penyebab hipertensi.

Berdasarkan fenomena diatas peneliti menarik kesimpulan bahwa hipertensi


merupakan penyakit serius yang harus di tangani sedini mungkin, baik pencegahan
maupun juga dalam pengobatannya. Stres juga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi tekanan darah pada penderita hipertensi. Maka peneliti tertarik untuk

4
melakukan penelitian tentang Hubungan Stres Terhadap Tekanan Darah Pada
Penderita Hipertensi guna memberikan infromasi kepada masyarakat untuk selalu
menjaga kesehatan.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah ada hubungan yang signifikan antara stres dengan tekanan darah
pada penderita hipertensi?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan manajemen stres dengan tekanan darah pada
penderita hipertensi.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui status stres pada penderita hipertensi
b. Mengetahui status tekanan darah pada penderita hipertensi
c. Menganalisis hubungan antara stres dengan tekanan darah pada
penderita hipertensi

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. STRES
 Pengertian

Dalam pengertian umum, stress adalah suatu tekanan atau sesuatu yang terasa
menekan dalam diri individu. Sesuatu tersebut dapat terjadi disebabkan oleh ketidak
seimbangan antara harapan dan kenyataan yang dinginkan oleh individu, baik
keinginan yang bersifat jasmaniah maupun rohaniah. Menurut McGrath dalam
Weinberg dan Gould (2003:81), stress didefinisikan sebagai “a substantial imbalance
between demand (physical and/or psychological) and response capability, under
conditions where failure to meet that demand has importance consequences”. Artinya,
stress akan muncul pada individu bila ada ketidak seimbangan atau kegagalan
individu dalam memenuhi kebutuhannya baik yang bersifat jasmani maupun rohani.

 Indikasi Gejala Stress

Individu yang mengalami stress akan berperilaku lain dibandingkan dengan


tujuannya yang tidak mengalami stress. Oleh karena itu, kondisi individu yang
mengalami stress gejala-gejalanya dapat dilihat baik secara fisik maupun secara
psikologis. Gejala secara fisik individu yang mengalami stress, antara lain ditandai
oleh: gangguan jantung, tekanan darah tinggi, ketegangan pada otot, sakit kepala,
telapak tangan dan atau kaki terasa dingin, pernapasan tersengal-sengal, kepala terasa
pusing, perut terasa mual-mual, gangguan pada pencernaan, susah tidur, bagi wanita
akan mengalami gangguan menstruasi, dan gangguan seksual (impotensi) (Waitz,
Stromme, Railo, 1983: 52-71).

Gejala secara psikologis individu yang mengalami stress, antara lain ditandai
oleh: perasaan selalu gugup dan cemas, peka dan mudah tersinggung, gelisah,
kelelahan yang hebat, enggan melakukan kegiatan, kemampuan kerja dan penampilan
menurun, perasaan takut, pemusatan diri yang berlebihan, hilangnya spontanitas,
mengasingkan diri dari kelompok, dan pobia (Waitz, Stromme, Railo, 1983:41-50).

6
Perasaan selalu gugup dan cemas, merupakan indikasi individu yang
mengalami stress saat menghadapi permasalahan. Jika individu selalu gugup setiap
menghadapi masalah antara lain seperti saat akan ujian mid semester, ujian,
menghadap pimpinan, di mana kondisi tersebut merupakan indikasi dari perasaan
stress.Individu yang mengalami stress perasaannya menjadi peka dan mudah
tersinggung (sensitif). Setiap hal yang ada disekitarnya dirasakan selalu mengawasi
individu yang mengalami stress. Pada hal kondisi lingkungan semua berjalan biasa
dan tidak ada syak wasangka terhadap individu yang sedang stress tersebut. Kondisi
seperti itu dapat menyebabkan individu yang mengalami stress selalu gelisah
perasaannya, di mana gejala secara fisik diwujudkan dengan berjalan mondar-mandir
tanpa tujuan yang jelas.

 Dampak Stress Pada Individu

Pada umumnya, individu yang mengalami ketegangan akan mengalami


kesulitan dalam memanajemen kehidupannya, sebab stress akan memunculkan
kecemasan (anxiety) dan system syaraf menjadi kurang terkendali. Pusat syaraf otak
akan mengaktifkan saraf simpatis, sehingga mendorong sekresi hormon adrenalin dan
kortisol yang akhirnya akan memobilisir hormonhormon lainnya. Individu yang
berada dalam kondisi stress, kondisi fisiologisnya akan mendorong pelepasan gula
dari hati dan pemecahan lemak tubuh, dan bertambahnya kandungan lemak dalam
darah (Waitz, Stromme, Railo, 1983:2). Kondisi tersebut akan mengakibatkan
tekanan darah meningkat dan darah lebih banyak dialihkan dari sistem pencernaan ke
dalam otot-otot, sehingga produksi asam lambung meningkat dan perut terasa
kembung serta mual. Oleh karena itu, stress yang berkepanjangan akan berdampak
pada depresi yang selanjutnya juga berdampak pada fungsi fisiologis manusia
diantaranya adalah hipertensi.

 Penyebab Stress

Munculnya stress disebabkan oleh faktor yang berasal dari dalam diri individu
dan faktor yang berasal dari luar diri individu. Adanya kesenjangan antara harapan

7
dan kenyataan menimbulkan konflik dalam diri individu, sehingga berdampak pada
munculnya stress. Berikut ini beberapa hal yang dapat menyebabkan muncul stress
pada individu, antara lain: perasaan cemas mengenai hasil yang dicapai, aktivitas
yang tidak seimbang, tekanan dari diri sendiri, suatu kondisi ketidakpastian, perasaan
cemas, perasaan bersalah, jiwa yang dahaga secara emosional, dan kondisi sosial
ekonomi.

Stress dapat muncul pada individu yang jiwanya merasa dahaga secara
emosional. Menurut Abraham Maslow, kebutuhan manusia yang mendasar selain
kebutuhan fisiologis dan biologis, juga memerlukan kebutuhan akan cinta kasih,
kasih sayang, dihormati, dan dihargai oleh orang lain. Jika kebutuhan individu
tersebut tidak terpenuhi, maka merasa menjadi manusia yang aneh, sehingga
menimbulkan konflik dalam dirinya yang akhirnya muncul stress.

 Cara Mengurangi Stress

Untuk mengurangi stress yang munculdalam diri setiap individu, yang pertama
dan utama adalah mengetahui penyebab timbulnya stress. Dengan mengetahui
penyebabnya, akan mempermudah dalam menentukan cara mengurangi stress yang
muncul pada diri individu.

Beberapa cara untuk mengurangi stress antara lain melalui pola makan yang
sehat dan bergizi, memelihara kebugaran jasmani, latihan pernapasan, latihan
relaksasi, melakukan aktivitas yang menggembirakan, berlibur, menjalin hubungan
yang harmonis, menghindari kebiasaan yang jelek, meren merencanakan kegiatan
harian secara rutin, memelihara tanaman dan binatang, meluangkan waktu untuk diri
sendiri (keluarga), menghindari diri dalam kesendirian. Pola makan yang sehat dan
bergisi. Pada umumnya pola makan yang sehat adalah minimal makan 3 kali dalam
sehari, dan menunya 4 sehat 5 sempurna. Untuk itu, yang perlu diperhatikan adalah
jenis asupan makanan komposisinya harus seimbang antara karbohidrat, lemak, dan
protein. Oleh karena asupan makanan juga dapat menyebabkan timbulnya stress pada
individu, terutama jenis makanan yang mengandung lemak.

8
B. HIPERTENSI
 Pengertian

Berdasarkan JNC VII, seseorang dikatakan hipertensi bila tekanan sistolik nya
melebihi 140 mmHg dan atau diastoliknya melebihi 90 mmHg berdasarkan rerata dua
atau tiga kali kunjungan yang cermat sewaktu duduk dalam satu atau dua kali
kunjungan.

Hipertensi adalah kelainan sistem sirkulasi darah yang mengakibatkan


peningkatan tekanan darah diatas nilai normal atau tekanan darah ≥140/90 mmHg
(Kemenkes.RI, 2014). Hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana
tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya risiko
terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan (Aisyiyah
Nur Farida, 2012).

 Tanda dan Gejala Hipertensi

Hipertensi memiliki gejala dan tanda seperti :

1. Sering sakit kepala


2. Gangguan penglihatan
3. Mual dan muntah
4. Nyeri dada
5. Sesak napas
6. Bercak darah dimata
7. Muka yang memerah
8. Rasa pusing
9. Mimisan

 Penanganan Hipertensi

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menangani Hipertensi, yaitu :

9
1. Olahraga teratur
2. Kurangi asupan natrium
3. Mengatur pola makan
4. Kurangi stress
5. Minum obat sesuai program terapi

Ada dua terapi yang dilakukan untuk mengobati hipertensi yaitu terapi
farmakologis dan terapi non farmakologis. Terapi farmakologis yaitu dengan
menggunakan obat-obatan antihipertensi yang terbukti dapat menurunkan tekanan
darah, sedangkan terapi non farmakologis atau disebut juga dengan modifikasi gaya
hidup yang meliputi berhenti merokok, mengurangi kelebihan berat badan,
menghindari alkohol, modifikasi diet serta yang mencakup psikis antara lain
mengurangi stres, olahraga, dan istirahat (Kosasih dan Hassan, 2013). Baik terapi non
farmakologis dan terapi farmakologis keduanya memiliki peran yang sangat penting
untuk mengobati hipertensi.

C. HUBUNGAN STRES DENGAN TEKANAN DARAH PADA


PENDERITA HIPERTENSI

Dikatakan oleh (Ekawati, 2010) bahwa Stres dan emosi negatif


mempengaruhi tubuh dengan berbagai cara yang sangat nyata dan psikologis.
Tekanan mental memicu penurunan aliran darah ke jantung dan meningkatkan
kebutuhan akan oksigen karena tekanan darah kecepatan detak jantung
meningkat, diwaktu yang sama pengerasan arteri menghambat aliran darah,
arteri coroner dalam jantung mengerut yang semakin menurunkan suplai darah
ke jantung. Stres mendadak akan memicu disfungsi endothelial (tidak
berfungsinya pembuluh areteri) serta kegagalan arteri untuk mengembang. Stress juga
dapat menyebabkan hormon kortisol dan adrenalin meningkat sehingga dapat
menyebabkan peningkatan tekanan darah. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
kesesuaian antara teori dan fakta yaitu penderita hipertensi yang memiliki stres

10
tinggi dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan darah dikarenakan
stress yang terjadi pada responden memicu penurunan fungsi pembuluh darah
dan arteri tidak mengembang serta peningkatan hormon kortisol dan adrenalin
sehingga tekanan darah di dalam jantung mengalami peningkatan.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Stress adalah suatu tekanan atau sesuatu yang terasa menekan dalam diri
individu. Sesuatu tersebut dapat terjadi disebabkan oleh ketidakseimbangan antara
harapan dan kenyataan yang dinginkan oleh individu, baik keinginan yang bersifat
jasmaniah maupun rohaniah.

Sedangkan hipertensi adalah kelainan sistem sirkulasi darah yang


mengakibatkan peningkatan tekanan darah diatas nilai normal atau tekanan darah
≥140/90 mmHg (Kemenkes.RI, 2014).

Hubungan stres dengan tekanan darah pada penderita hipertensi dikarenakan


stress yang terjadi pada responden memicu penurunan fungsi pembuluh darah
dan arteri tidak mengembang serta peningkatan hormon kortisol dan adrenalin
sehingga tekanan darah di dalam jantung mengalami peningkatan.

B. Saran

Saya sebagai penulis, menyadari bahwa laporan penelitian ini banyak sekali
kesalahan dan sangat jauh dari kata kesempurnaan. Tentunya penulis akan terus
memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat dipertanggung
jawabkan nantinya.

Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang
pembahasan makalah di atas.

12
DAFTAR PUSTAKA

13

Anda mungkin juga menyukai