Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“GANGGUAN PSIKOFISIOLOGIS”
Diajukan Sebagai Tugas Kelompok Mata Kuliah Psikologi Abnormal
DosenPengampuh : Siti Syawaliyah Gismin,S.Psi, M.Psi Psikolog

OLEH :
Psikologi D
Kelompok 3

Hardiyanti Kurnia Farid Nyoman Mulyarti


A.Titin Tenriawaru
(4518091123) ( 4518091063)
(4518091134)

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS BOSOWA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
anugrah-Nya sehingga penulis berada dalam keadaan sehat secara fisik maupun
mental dan memiliki kemampuan serta kekuatan untuk menyelesaikan tugas
kelompok berupa makalah yang berjudul “Gangguan Psikofisiologis”

Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari adanya ketidaksempurnaan


berupa kekurangan-kekurangan. Oleh karenanya penulis mengharapkan adanya
kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar kedepannya penulis dapat
menuliskan makalah yang lebih baik lagi. Penulis juga mengharapkan makalah
ini dapat dijadikan referensi untuk penulis selanjutnya.

Luwu Utara, 29 September 2020

Kelompok 3
GANGGUAN PSIKOFISIOLOGIS

1. Stress
Stres lingkungan sosial tampaknya juga meningkatkan resiko CHD
atau Congenital Heart Disease (Krants et al., 1988). Faktor-faktor seperti
lembur, pekerja pabrik perakitan, dan paparan tuntutan yang berkonflik
dihubungkan dengan peningkatan resiko CHD (C. D. Jenkins, 1988).
Akan tetapi, hubungan antara stres dan CHD tidaklah berbanding lurus.
Contohnya, dampak dari pekerjaan dengan tuntutan tinggi dapat diredam
dengan faktor-faktor seperti ketahanan psikologis dan apakah ia
menganggap pekerjaannya berharga (Krantz et al., 1988).
Bentuk lain dari stres juga dihubungkan dengan peningkatan resiko
penyakit kardiovaskular (Walsh, 2011). Para peneliti di Swedia, misalnya
menemukan bahwa dikalangan wanita, stres dalam pernikahan
meningkatkan resiko penyakit jantung berulang sebanyak tiga kali lipat,
termasuk serangan jantung dan gagal jantung (Foxhall, 2001: Orth-
Gomer et al., 2000).
Sistem imun yang melemah dan terancam dapat meningkatkan
kerentanan terhadap kanker. Kita telah melihat bahwa factor-faktor
psikologis seperti paparan terhadap stress, dapat mempengaruhi sistem
kekebalan tubuh. Jadi, dapat dikatakan bahwa paparan terhadap stress
dapat meningkatkan resiko seseorang mengambangkan kanker. Namun,
hubungan antara stress dan kanker masih belum sepenuhnya diketahui
dan membutuhkan penelitian lebih lanjut (Cohen, Janicki Deverts, &
Miller, 2007;Dougall & Baum, 2001).
Stress menimbulkan beragam respon fisik seperti meningkatnya
stimulasi pada sistem saraf simpatis yang dapat mengganggu
kemampuan kita untuk berfungsi secara optimal dan menimbulkan
penyakit akibat stress. Rangkaian peristiwa-peristiwa yang pada akhirnya
dapat menimbulkan gangguan fisik.
1) Respons Kognitif
Stres adalah faktor psikologis utama yang ikut menyebabkan
gangguan-gangguan fisik. Setelah menyadari adanya stres,
individu dapat menanggulanginya (berusaha memecahkan
masalah) atau mempertahankan diri terhadapnya (menggunakan
strategi-strategi untuk mereduksikan kecemasan tetapi tidak
memecahkan masalah-masalah yang mendasar). Apabila
penanggulangan dan pertahanan-pertahanan tidak efektif untuk
mereduksikan stres, maka respon-respon fisiologis digerakan
sehingga akibatnya ransangan fisiologis menjadi meningkat, dan
rangsangan fisiologis yang meningkat itu bisa menyebabkan
gangguan-gangguan fisik.
2) Respons Fisiologis
Dalam kebanyakan kasus, faktor yang sangat penting adalah
respons fisiologis terhadap stresor dapat menyebabkan
peningkatan rangsangan, seperti denyut jantung, tekanan darah,
tegangan otot meningkat dan produksi asam lambung yang
bertambah banyak. Bila peningkatan itu berlangsung dalam
jangka waktu yang lama, maka akan menimbulkan gangguan-
gangguan fisik, seperti serangan jantung, hipertensi, sakit kepala,
dan ulcer. Sistem saraf adalah penghubung antara stresor
psikologis dan respon tubuh tersebut. Berikut beberapa metode
yang dapat dilakukan untuk mengatasi stress
a. Meditasi
Meditasi adalah cara untuk menurunkan kesadaran untuk
mengatur penyebab stress dari luar. Yogi (pengikut filosofi
yoga) mempelajari desain yoga dari vas atau mandala.
Masyarakat mesir kuno memusatkan perhaatiannya pada
lampu minyak yang terimspirasi dari dogeng Aladdin. Meditasi
terbukti dapat mengatasi penyakit yang disebabkan oleh
stress seperti hipertensi, rasa sakit kronis, insomnia, masalah
yang berkaitan dengan depresi dan kecemasan. Penelitian
terbaru menemukan bahwaa meditasi dapat mengurangi risiko
terkena serangan jantung.
Terdapat beragam metode meditasi. Umumnya meditasi
dilakukan dengan memusatkan perhatian pada stimulus yang
berulang. Penyelesaian masalah, kekhawatiran, perencanaan
dan perhatian rutin di halau untuk sementara sehingga
menyebabkan penurunan tingkat stimulasi sistem saraf
simpatis. Pada mindfullnes meditation seseorang
memfokuskan diri pada peningkatan kesadaran akan pikiran,
perasaan dan sensasi saat melakukan evaluasi terhadapnya.
fMRI menunjukan bahwa otak praktisi meditasi jangka
panjang memiliki aktivitas area otak yang lebih tinggi pada
stress yang terlibat pada atensi dan pengambilan keputusan.
Oleh karenannya, para ahli berasumsi bahwa meditasi dapat
dijadikan penanganan untuk anak yang mengalami masalah
pemusatan perhatian (ADHD)
b. Relaksasi Progresif
Relaksasi progresif di ciptakan oleh praktisi medis dai
Chicago, Edmund Jacobson pada tahun 1938. Jacobson
menyadari bahwa dalam keadaan stress pasien
menegangkan otot mereka. Jika kontraksi otot membuat
tegang maka dengan melakukan relaksasi dapat menurunkan
ketegangan. Namun banyak pasien yang tidak mengetahui
cara melakukan relaksasi.
Metode relaksasi Jacobson mengajarkan orang untuk
memonitor tegangan dan merelaksasikan otot. Dengan
metode ini seseorang menegangkan lalu merelaksasi
sekumpulan otot tertentu seperti area wajah, dada, otot
punggung bagian bawah (pinggang, paha dan betis). Kegiatan
ini meningkatkan kewaspadaan pada ketegangan otot dan
membantu klien membedakan sensasi tegangan otot dan
relaksasi otot. Metode ini dikatakan progresif karenaa individu
berpindah dari satu kelompok otot ke kelompok otot lainnya.

2. Gangguan Kardiovaskular
Penyakit kardiovaskular menjadi salah satu penyebab kematian
tertinggi di negara AS dengan 830.00 korban jiwa pertahun dan menajdi
satu dari tiga penyebab kematian tertinggi (American Heart Assosiation,
2009). Penyakit jantung coroner menjadi bentuk utama dari penyakit
kardiovaskular yang menyebabkan 500.000 kematian. Penyakit ini
menjadi penyebab utama kematian pada laki-laki dan perempuan bahkan
bagi perempuan jantung coroner lebih mematikan dari kanker payudara.
Terdapat beberapa jenis gangguan kardiovaskular yakni :
a. Penyakit Pembuluh Nadi Coroner
Penyakit ini terjadi karena penumpukan lemak didalam pembuluh
nadi sehingga terjadi penyempitan pembuluh nadi yang menghambat
aliran darah. Terhambatnya aliran darah dapat membahayakan
karena fungsi darah yang mengantarkan oksigen dan nutrisi makanan
ke seluruh tubuh. Penimbunan darah di dalam pembuluh nadi disebut
aterosklerosis yang dapat mengakibatkan terjadinya serangan
jantung. Jantung memiliki otot yang disebut dengan miokardia. Jika
pembuluh nadi yang mengangkut darah ke miokardia terhambat
sehingga miokardia kekurangan darah maka miokardia akan mati dan
jantung berhenti memompa darah. Serangan jantung kemungkinan
besar terjadi saat melakukan senam aerobic atau stress.
Darah yang tidak cukup mengalir ke miokardia dicirikan dengan
rasa sakit disekitar jantung yang disebut dengan angina yang
umumnya terjadi saat melakukan senam aerrobik. jika seseorang
mengalami hal tersebut, maka dianjurkan untuk mengomsumsi obat
nitrogliserin yang membantu pembesaran pembuluh darah. Terdapat
beberapa penyebab gangguan pembuluh nadi coroner diantaranya
genetika, makanan yang dikomsumsi seperti makanan berlemak,
kolestro, trigilcerida dan gambar, karbon monoksida dari rokok dan
stress.
Pada awal tahun 1892 diketahui bahwa individu yang
kemungkinan besar menginap penyakit ini adalah orang yang memiliki
jiwa dan raga penuh semangat, ambisius dan bertingkah seolah-olah
berada dalam kecepatan penuh. Pada tahun 1950-an berdasarkan
hasil observasi yang dilakukan ditemukan bahwa pasien yang
mengalami serangan jantung umumnya merasa tegang, kompetitif,
terlalu memperhatikan prestasi, agresif, bermusuhan, menghabiskan
waktunya dalam pekerjaan yang terdorong oleh perasaan akan waktu
yang mendesak (Friedman & Rosenberg, 1974)
b. Tekanan Darah Tinggi
Terdapat dua macam tekanan darah tinggi yakni tekanan darah
tinggi primer adalah tekanan darah tinggi yang kronis dan tetap
bertahan (tidak mudah turun). Penyebab utama tekanan darah tinggi
ini belum ditemukan namun factor psikologis menjadi salah satu factor
penyebabnya. Factor psikologis yang berkaitan dengan tekanan
darah tinggi menjelaskan bahwa individu yang terlihat ramah dan
dapat mengendalikan dirinya adalah individu yang memendam agresi
dan kecemasan yang kuat karena ketakutan akan dampak dari
agresinya jika diperlihatkan.
Pembuluh darah individu yang mengidap tekanan darah tinggi
bereaksi berlebihan terhadao stimulus biasa. Karena kepekaannya itu
menyebabkan urat nadi dan pembuluh nadi kecil mengerut sangat
kuat yang menimbulkan respon terhadap tekanan darah yang
bertambah kuat dengan mengeluarkan angiotamin angiotamin
merupakan zat yang menyempitkan pembuluh darah nadi sehingga
terjadi peningkatan tekanan darah.
Tekanan darah tinggi primer terjadi dalam dua tahap yakni yang
pertama stress menyebakan tekanan darah meningkat sementara dan
yang kedua peningkatan tekanan darah menyebabkan pembuluh nadi
membesar.Jika tegangan emosional tidak dikontrol maka dapat
menyebabkan tekanan darah tinggi.
Tekanan darah tinggi merupakan penyakit jasmani yang
berbahaya karena dapat menimbulkan pendarahan otak atau
tegangan berlebih pada jantung yang mengakibatkan kematian. Jenis
tekanan darah tinggi yang kedua adalah tekanan darah tinggi
sekunder yang disebabkan oleh factor fisiologis seperti penggunaan
garam yang berlebih pada makanan, kerusakan pada ginjal. Jenis ini
dikatakan sekunder karena tekanan darah ini terjadi sebagai efek
samping dari gangguan fisik yang lain.
Diperkirakan 1 dari 6 orang dewasa menderita tekanan darah
tinggi dan 90 % dari orang tersebut menderita tekanan dara primer
(Holmes, 1991). Banyak orang tidak menyadari dirinya mengalami
tekanan darah tiggi karena tidak adanya gejala yang terlihat. Individu
yang didiagnosis menderita tekanan darah tinggi adalah mereka yang
memiliki tekanan darah 140/90 keatas ( Pickering, 1968)
Factor psikologis yang menyebabkan tekanan darah tinggi
diantaranya stress social dan okupasioal. Fakta bahwa pengontrol lalu
lintas udara yang bekerja di Menara yang sibuk mengalami tekanan
darah tinggi lebih besar disbanding pengontrol lalu lintas di Menara
yang tidak sibuk (Cobb & Rose, 1973). Pendekatan laiinya
menytakan tekanna darah disebabkan oleh pola tingkah laku. Menurut
teori psikosomatik, tekanan darah tinggi disebabkan oleh kemarahan
yang selalu ditekan. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang
dilakukan terhadap 10.00 pria di Israel (Kahn, et al., 1972)

3. Asma
Asma merupakan gangguan pernapasan dimana saluran udara utama
pada batang tenggorokan-bronkus-menyempit dan meradang. Serta
sejumlah besar lender dikeluarkan. Selama serangan asma, seseorang
terengah-engah, terbatuk, dan sulit mendapatkan udara yang cukup.
Mereka mungkin merasa sedang tercekik.
Asma adalah gangguan berupa kesulitan bernapas yang disebabkan
oleh kekejangan oada otot-otot saluran pernapasan dan juga oleh edema
(akumulasi cairan darah pada jaringan sel selaput lender dari saluran
pernapasan atau pipa udara). Asma saluran pernapasan banyak sekali
terdapat pada orang-orang yang sama-sama memiliki inti terntentu dalam
struktur kepribadian mereka. Sifat-sifat kepribadian itu menyebabkan
mereka mengadakan reaksi terhadap stres hidup tertentu dengan konflik
emosi yang hanya sebagian disadari. Serangan asmatis merupakan
usaha organisme untuk menghilangkan tegangan melalui cara yang tidak
normal.
Asma memengaruhi sekitar 16 juta orang dewasa dan 7 juta anak-
anak di Amerika Serikat (CD,2009b). Angka penyakit asma meningkat ,
menjadi lebih dari dua kali lipat sejak 30 tahun terakhir. Serangan asma
bisa berlangsung selama beberapa menit hingga beberapa jam dengan
intensitas beragam. Serangkaian serangan asma dapat merusak sistem
bronchial,yang menyababkan lender terkumpul dan otot bronchial
kehilangan elastisitasnya. Terkadang, sistem bronchial melemah hingga
pada titik dimana serangan berikutnya bersifat mematikan.
Secara teoritis asma disebabkan oleh berbagai factor, termasuk reaksi
alergi; paparan terhadap polusi lingkunga, termasuk asap rokok dank
abut asap; dan factor-faktor genetik serta daya tahan tubuh. Reaksi asma
pada orang yang rentang dapat dipicu oleh paparan terhadap allergen
seperti serbuk sari, spora jamur, dan bulu binatang; oleh udara dingin,
kering, panas maupun lembab; dan oleh respon emosional seperti
amarah atau bahkan tertawa terlalu keras.
Factor-faktor psikologis seperti stress, kecemasan, dan depresi dapat
meningkatkan kerentanan terhadap serangan asma. Selain itu, asma
memiliki konsekuensi psikologis. Beberapa penderita asma menghindari
aktivitas berat, termasuk berolahraga, karena mereka takut hal itu akan
meningkatkan kebutuhan oksigen mereka dan memicu serangan ringan.
Dalam kasus dimana penyebabnya adalah psikogenetik ditemukan
bahwa orang yang menderita asma adalah orang yang sangat tergantung
pada ibunya dan merasa sulit sekali untuk berpisah dengannya. Juga ada
bukti mengenai ikatan erotic yang tak dapat diterima dengan orang tua.
Konflik seperti ini ditemukan pada berbagai pola kepribadian dan penyakit
asma mungkin terdapat pada individu-individu yang menunjukkan sifat-
sifat yang berlawanan, seperti misalnya terlalu sensitive, agresif,
ambisius, dan kompulsif.
Meskipun asma tidak dapat disembuhkan, asma dapat dikendalikan
dengan mengurangi paparan terhadap alergen, dengan terapi
desensitisasi (“suntikan pencegah alergi”) untuk membantu tubuh
mendapatkan ketahanan terhadap allergen, dengan menggunakan alat
bantu pernapasan, dan dengan penggunaan obat-obatan yang membuka
saluran bronchial saat serangan asma(disebut bronchodilators) dan obat-
obatan lainnya (disebut aniti-inflamasi) yang dapat mengurangi serangan
kembali terjadi dengan membantu menjaga saluran bronchial tetap
terbuka. Teknik-teknik perilaku dapat digunakan untuk membantu
penderita asma mengembangkan keterampilan bernapas dan relaksasi
untuk memperbaiki pernapasan mereka dan mengatasi stress dengan
lebih efektif.
4. Acquired Immunodeficiency Syndrome
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan penyakit
yang disebabkan oleh human immunodeficiency virus (HIV). HIV
menyerang sistem kekebalan sehingga sistem kekebalan menjadi tidak
berdaya untuk melawan penyakit yang biasanya bisa ditangani. HIV/AID
merupakan salah satu epidemic terburuk sepanjang sejarah. HIV/AIDS
telah merenggut lebih dari 430.000 nyawa di Amerika Serikat dan sekitar
24juta jiwa di seluruh dunia (Bongaarts, Pelletier & Gerland, 2010).
HIV dapat ditularkan melalui kontak seksual, yaitu melalui hubungan
seksual melalui vagina dan anal atau melakukan seks oral; infuse
langsung dari darah yang terkontanminasi, seperti pada transfuse darah
yang terkontaminasi, tertusuk jarum yang sebelumnya digunakan pada
orang yang terinfeksi, atau berbagi jarum suntik di antara pengguna obat
–obatan terlarang; atau dari ibu yang terinfeksi kepada anaknya selama
masa kehamilan atau kelahiran atau melalui pemberian ASI. AIDS tidak
ditularkan melalui pendonasian darah; kuman diudara; serangga; atau
kontak sederhana, seperti menggunakan toilet umum, memegang atau
memeluk orang yang terinfeksi , berbagi perlatan makan dengan
penderita, atau tinggal atau pergi kesekolah dengan para penderita.
Pemeriksaan rutin terhadap asupan darah bagi penderita HIV
mengurangi resiko infeksi dari transfuse darah sampai mendekati nol.
Tidak ada obat atau vaksin untuk infeksi HIV, tetapi pengenalan obat
antiretroviral yang sangat efektif telah meningkatkan kualitas penaganan
terhadap penyakit ini (Thompson et al,. 2012). Meskipun bukan
penyembuh, obat ini dapat meredam penyakit ini selama beberapa
decade. Untungnya, jumlah kematian terkait AIDS diseluruh dunia
menurun dalam beberapa tahun terakhir seiring dengan semakin
tersediannya terapi antivirus bagi penyakit ini.
 Penyesuaian Terhadap Orang-Orang Dengan Hiv Dan Aids
Psikologi dan para ahli kesehatan mental terlibat dalam pemberian
layanan perawatan pada orang-orang yang terinfeksi HIV/AIDS.
Pelatihan keterampilan coping dan terapi kognitif perilaku dapat
memperbaiki respon kekebalan, mengurangi perasaan depresi dan
kecemasan, meningkatkan kemampuan untuk menangani stress, dan
meningkatkan kualitas hidup pasien dengan HIV/AIDS.
Penanganannya mungkin dapat menggabungkan teknik manajemen
stress, seperti pelatihan relaksasi dan penggunaan pencitraan mental
yang positif, dan strategi-strategi kognitif untuk mengendalikan pikiran
dan obsesi negative yang menggangu.
Obat-obatan antidepresan juga dapat membantu pasien HIV/AIDS
untuk mengatasi konsekuensi emosi yang sering muncul karena
pasien hidup dengan HIV/AIDS-depresi. Apakah perawatan untuk
depresi atau pelatihan menajemen stress dapat meningkatkan fungsi
sistem kekebalan atau memperpanjang umur orang-orang dengan HIV
dan AIDS masih menjadi pertanyaan.

5. Gender dan Kesehatan


 Umumnya perempuan berumur lebih panjang dibandingkan laki-laki
karena kemungkinan mereka menderita penyakit yang berhubungan
dengan penuaan
 Perempuan cenderung memperhatikan kesehatan dibandingkan laki-
laki sehingga perempuan lebih sering mengunjungi dokter
 Perempuan lebih sering mengalami stress dibandingkan laki-laki
 Para dokter cenderung menangani masalah dan keluhan kesehatan
perempuan secara serius dibandingkan masalah laki-laki
DAFTAR PUSTAKA

Nevid, Jefrey Dkk. 2018. Psikologi Abnormal Edisi Kesembilan Jilid 1.


Jakarta:Erlangga

Semium, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental. Yogyakarta : Kanisius

Anda mungkin juga menyukai