Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF

PENGUSUL

Ketua : Ns. Rina Puspita Sari, M.Kep.,Sp.Kep.Kom


Anggota 1 : Dede Kamiludin
Anggota 2 : Denni Noraliasyah
Anggota 3 : Desi Riris Yuniarsih

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)


“YATSI” TAHUN 2019
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL PENGABDIAN MASYARAKAT
1. Judul Pengabdian Masyarakat : Teknik Relaksasi Otot Progresif
2. Ketua Pelaksana
a. Nama Lengkap : Rina Puspita Sari
b. Jenis kelamin : Perempuan
c. NIDN : 525048501
d. Disiplin Ilmu : Keperawatan
e. Jabatan : Dosen Tetap
f. Prodi : Keperawatan
g. Alamat : Jalan Aria Santika No.40, Karawaci, Margasari, Tangerang
h. Telepon : (021) 55726558

3. Jumlah Anggota Peneliti : 3 (Tiga) Nama Anggota :


1. Dede Kamiludin
2. Denni Noraliasyah
3. Desi Riris Yuniarsih
4. Jangka waktu kegiatan : 4 (empat) bulan
5. Lokasi kegiatan : Jl. Galeong No. 39 RT.01/ RW.07
6. Jumlah anggaran yang : Rp 3. 000.000,00 diusulkan

Menyetujui,
Ketua Lembaga Pengabdian Masyarakat Tangerang, 17 Mei 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan YATSI Ketua Peneliti,

Septy Ariani, S.S.T Ns. Rina Puspita Sari, M.Kep.,Sp.Kep.Kom


Diketahui oleh
Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yatsi

Ida Faridah, S.Kp., M.Kes


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah kesehatan belakangan ini sedang meningkat seperti hipertensi,
kecemasan, bahkan stres. Siswa yang masih sekolah seringkali mengungkapkan bahwa
ujian dipersepsikan atau dianggap sebagai sesuatu yang mengancam sehingga
menyebabkan timbulnya kecemasan, sering kali merasa tertekan dan panik sehingga
dapat mempengaruhi hasil belajar. Situasi ujian yang mengharuskan siswa menunjukkan
suatu keterampilan dengan penilaian standar yang tinggi dan bersifat kompetitif akan
meningkatkan kecemasan. Hal tersebut dapat mengganggu konsentrasi siswa untuk fokus
terhadap kegiatan yang perlu dilakukan ketika ujian (Zeidner & Matthews, 2005).
Kecemasan merupakan suatu respon dari setiap orang terhadap suatu kondisi yang tidak
menyenangkan atau menegangkan dan tidak dapat dilihat secara langsung karena objek
tidak diketahui dari mana asalnya (Lestari, 2015).
Menurut Carpenito (2000) kecemasan merupakan suatu kondisi dimana individu
mengalami perasaan khawatir dan adanya peningkatan aktivitas sistem saraf otonom
(simpatis) dalam merespon ancaman. Orang yang mengalami kecemasan biasanya akan
menunjukkan gejala-gejala somatik seperti nafas cepat, peningkatan tekanan darah, dan
denyut nadi lebih cepat. Beberapa orang yang mengalami kecemasan bila tidak diatasi
juga akan mengalami peningkatan denyut jantung yang bisa menghambat dalam
melaksanakan keterampilan (Prato, 2009).
Akses yang jauh dan mengeluarkan biaya untuk ke pelayanan kesehatan
menyebabkan masalah kesehatan semakin menjadi dan tidak dapat penanganan.
Kesehatan menjadi hal yang sangat mahal dirasakan masyarakat terutama menengah
kebawah hal ini dikarenakan semakin mahal biaya yang harus dikeluarkan seseorang
untuk berobat.
Selain obat obatan ada cara nonfarmakologi untuk mengatasi masalah kesehatan
seperti yang disebutkan di paragraf sebelumnya. Relaksasi otot progresif merupakan
salah satu terapi non farmakologis untuk merilekkan otot, mengurangi kecemasan serta
menurunkan tingkat stres sehingga menyebabkan tekanan darah menurun. Relaksasi otot
progresif yang merupakan tindakan mandiri perawat sehingga keberadaan perawat sangat
nyata dalam memberikan asuhan keperawatan secara utama guna, meningkatkan derajat
kesehatan, pencegahan penyakit yang menghemat biaya serta efisiensi dari masalah
tersebut (Perry & Potter, 2005).
Dalam pengertian lain Relaksasi otot progresif teknik manajemen stres cukup
sering digunakan untuk mereduksi stres. Relaksasi otot progresif menurut Jacobson
adalah suatu keterampilan yang dapat dipelajari dan digunakan untuk mengurangi atau
menghilangkan ketegangan dan mengalami rasa nyaman tanpa tergantung pada
hal/subjek diluar dirinya. Relaksasi otot progresif ini digunakan untuk melawan rasa
cemas, stres, atau tegang. Dengan menegangkan dan melemaskan beberapa kelompok
otot dan membedakan sensasi tegang dan rileks, seseorang bisa menghilangkan kontraksi
otot dan mengalami rasa rileks (Soewondo, 2009). Hal ini dikarenakan relaksasi otot
progresif merupakan jenis relaksasi termurah, mudah untuk dilakukan secara mandiri.
Tujuan pokok teknik relaksasi adalah untuk menahan terbentuknya respon stres terutama
dalam sistem saraf dan hormon. Pada akhirnya teknik relaksasi dapat membantu
mencegah atau meminimalkan gejala fisik akibat stres ketika tubuh bekerja berlebihan
dalam menyelesaikan masalah sehari-hari (National safety council, 2004).
Terapi ini sangat sederhana, tidak memerlukan imajinasi, ketekunan atau sugesti
dari seseorang, tetapi dilakukan secara personal (Gemilang, 2013). Menurut Sustrani dkk
(2004) terapi relaksasi otot progresif merupakan salah satu teknik relaksasi yang sangat
efektif dan dapat mengurangi kecemasan pada seseorang. Teknik relaksasi otot progresif
merupakan terapi relaksasi dengan gerakan mengencangkan dan melemaskan otot–otot
pada satu bagian tubuh pada satu waktu untuk memberikan perasaan relaksasi secara fisik
(Synder & Lindquist, 2002). Berdasarkan hal tersebut diatas untuk menurunkan
kecemasan dan menurunkan tekanan darah dibutuhkan informasi yang berhubungan
dengan pengetahuan mengenai tehnik relaksasi otot progresif

B. Rumusan Masalah
Ketika seseorang stress dapat menstimulasi aktivitas sistem simpatetik dan
pengeluaran hormon stres. Menurut Fausiah dan Widury (2005) munculnya emosi yang
negatif seperti perasaan cemas, kecewa, dan sabagainya dapat membuat sistem tidak
berjalan dengan lancar dan pada suatu titik tertentu akhirnya memunculkan penyakit.
Faktor-faktor penyebabnya mencakup tidak sebatas pada sikap yang memperbesar stres
dan efeknya juga pada sistem saraf, sistem hormon, dan sistem imun. Pertama-tama
tampak bahwa pelepasan hormon yang terjadi dengan cepat dan berulang kali dalam
respons melawan atau menghindar akan menyebabkan organ tertentu menjadi rusak.
Kemudian di temukan bahwa hormon stres dapat berpengaruh terhadap sistem saraf,
sistem hormon, dan sistem imun yang menyebabkan rentannya tubuh terhadap suatu
penyakit, seperti influenza, penyakit asma, kanker, dan lain-lain (National safety council,
2004).
Christian berpandangan jika stres hanya bisa dikelola dengan manajemen stress
merupakan upaya menyeluruh untuk mengendalikan stress namun tidak untuk
menghilangkannya (Safira & Saputra, 2009). Manajemen stres dengan teknik relaksasi
merupakan salah satu teknik pengelolaan diri yang didasarkan pada cara kerja sistem
saraf simpatis dan parasimpatis. Selain itu juga, ketika otot-otot sudah dirilekskan maka
akan menormalkan kembali fungsi-fungsi organ tubuh. Setelah seseorang melakukan
relaksasi dapat membantu tubuhnya menjadi rileks, dengan demikian dapat memperbaiki
berbagai aspek kesehatan fisik. Berdasarkan perumusan masalah tersebut peneliti tertarik
melakukan pengabdian masyarakat mengenai “Tehnik Relaksasi Otot Progresif”.

C. Tujuan Kegiatan
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan serta pemahaman pada
siswa/siswi terkait relaksasi otot progresif.

D. Manfaat Kegiatan
1. Bagi siswa/siswi
Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai tehnik
relaksasi otot progresif yang berguna untuk mengurangi
kecemasan sekaligus manajaemen stres
2. Bagi Institusi
Merealisasikan tridarma perguruan tinggi salah satunya adalah
berupa pengabdian kepada masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Relaksasi Otot Progresif

Relaksasi otot progresif (progressive muscle relaxation) didefinisikan


sebagai suatu teknik relaksasi yang menggunakan serangkaian gerakan tubuh
yang bertujuan untuk melemaskan dan memberi efek nyaman pada seluruh tubuh
(Corey, 2005). Batasan lain menyebutkan bahwa relaksasi otot progresif
merupakan teknik untuk mengurangi kecemasan dengan cara menegangkan otot
dan merilekkannya secara bergantian (Miltenberger, 2004). Soewondo (2012),
relaksasi otot progresif merupakan suatu keterampilan yang dapat dipelajari dan
digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan ketegangan sehingga
menimbulkan rasa nyaman tanpa tergantung pada hal/subjek di luar dirinya.
Relaksasi progresif dipandang cukup praktis dan ekonomis karena tidak
memerlukan imajinasi yang rumit, tidak ada efek samping, mudah dilakukan,
serta dapat membuat tubuh dan pikiran menjadi tenang, rileks dan lebih mudah
untuk tidur (Davis & McKay, 2001).
Menurut Miltenberger (2004), teknik relaksasi dibedakan menjadi lima
jenis, yaitu relaksasi otot progresif, pernafasan diafragma, imagery training,
biofeedback, dan hypnosis. Dalam pelaksanaannya terdapat kesamaan prinsip
antara relaksasi otot progresif, imagery training, dan Hypnosis; yaitu terapis
barryak menggttnakan instruksi verbal untuk mengarahkan klien sementara klien
berkonsentrasi mengikuti instruksi. Smith (2005), menyebutkan bahwa seseorang
yang menguasai hypnosis pada umumnya akan dengan mudah melakukan
imagery training dan relaksasi progresif; dan demikian pula sebaliknya.

B. Manfaat Relaksasi Otot Progresif


Relaksasi otot progresif telah digunakan dalam berbagai penelitian
didalam dan diluar negeri dan telah terbukti bermanfaat pada berbagai kondisi
subyek penelitian. Saat ini latihan relaksasi relaksasi otot progresif semakin
berkembang dan semakin sering dilakukan karena terbukti efektif mengatasi
ketegangan, kecemasan, stres dan depresi (Jacobson & Wolpe dalam Conrad &
Roth- 2007), membantu orang yang mengalami insomnia (Erliana, E., 2008),
hingga meningkatkan kualitas hidup pasien pasca operasi CABG (Dehdari, 2009),
menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi esensial (Tri Murti, 201l),
meredakan keluhan sakit kepala dan meningkatkan kualitas hidup (Azizi &
Mashhady,2012).

C. Fisiologi Kontraksi dan Relaksasi


Latihan relaksasi otot progresif melibatkan sembilan kelompok otot yang
ditegangkan dan dilemaskan, yaitu kelompok otot tangan, kaki, dahi, mata, otot-
otot bibir, lidah, rahang, dada dan leher. Gunawan (2001), Setiadi (2007), dan
Wibowo (2008), berpendapat pada anggota gerak bagian atas terdapat
sekumpulan otot yang terlibat dalam kontraksi dan relaksasi yaitu musculus
latissimus dorsi, musculus deltoideus, musculus trapezius, musculus biceps
brachii, musculus triceps brachii, musculus extensor carpi radialis, musculus
extensor carpi ulnsris, musculuspronator teres, musculus palmaris ulnaris, dan
musculus feksor digitorunt profundus.
Pada anggota gerak bagian bawah jenis otot yang terlibat pada kontraksi
dan relaksasi meliputi musculus illiopsoas, musculus tensor fasialata, musculus
rechus femoris, musculus vestus, musculus peroneus, musculus tibialis, musculus
ekstensor digitorum komunis, musculus pehinus, musculus gracillis, musculus
saleus, musculus adductor magnus musculus gluteus maksimus, musculus biceps
femoris, dan musculus plantaris.
Pada bagian kepala, wajah, dan mulut otot-otot yang terlibat pada saat
kontraksi dan relaksasi meliputi musculus frontalis, musculus okcipitalis,
musculus ohligeus oculi, musculus orbicularis oculi, musculus levator palpebra,
musculus triangularis, musculus orbicularis oris, musculus quadrates labii,
musculus bucsinator, musculus zigomaticus, musculus maseter, musculus
temporalis, musculus pterigoid, musculus genioglosus, dan musculus stiloglosus.
Pada bagian leher dan bahu, jenis otot yang terlibat meliputi musculus
platisma, musculus sternoHeido mastoid, musculus longisimus capitis, musculus
deltoid, musculus sub scapularis, musculus supraspinatus, musculus supra
infraspinatus, dan musculus teres. Sedangpada bagian dada otot yang terlibat
adalah musculus pectoralis major, musculus pectoralis minor, musculus sub
clavicula, dan musculus seratus anterior. Selain itu pada saat melakukan
pemafasan dalam juga melibatkan otot-otot bagian perut yang meliputi musculus
abdominalis internal, musculus abdominalis eksternal, musculus obliqus
abdominalis, dan musculus trensversus abdominalis.
Kuntarti (2006), dan Setiadi (2007), kontraksi dan relaksasi otot
dikendalikan oleh susunan syaraf pusat melalui serabut syaraf motoriknya,t empat
lekat cabang-cabang syaraf motorik adalah neuromuscular junction yang
merupakan penghantar kimiawi (neuro transmitter) asetil kholin maupun
adrenalin untuk eksitasi serabut otot. Impuls syaraf yang tiba pada sebuah
neuromuscular akan dihantar langsung kepada tiap-tiap sarkomer oleh sistem
tubura transversar yang mengelilingi miofibril. Semua sarkomer pada otot akan
menerima sinyal untuk berkontraksi sehingga otot dapat berkontraksi sebagai satu
kesatuan yang utuh. Sinyal elektrik itu dihantar menuju retikulum sarkoplasmik,
yaitu suatu sistem dari vesicles yang bersifat membran dan berasal dari retikulum
endoplasma yang membungkus miofibril. Kuntarti (2006), Setiadi (2007), dan
lryani (2010), menjelaskan bahwa pada keadaan relaksasi, ujung-ujung filamen
aktin yang berasal dari dua membran yang berurutan satu sama lain hampir tidak
tumpang tindih, sedangkan pada saat yang sama filamen miosin mengadakan
tumpang tindih secara sempuma, sebaliknya pada keadaan kontraksi
filamenfilamen aktin ini tertarik kedalam diantara filamen miosin sehingga satu
sama lain saling tumpang tindih. Filamen aktin dapat ditarik demikian kuatnya
sehingga ujung-ujung filamen miosin melengkung ketika kontraksi. Molekul
miosin terdiri dari dua bagian, yaitu meromiosin ringan dan meromiosin berat.
Meromiosin ringan tersusun dari dua utas peptida yang satu sama lainnya saling
melilit dalam satu heliks. Meromiosin berat terdiri dari dua bagian, yaitu heliks
kembar yang sarna dengan yang terdapat pada meromiosin ringan dan bagian
kepala yang terretak pada ujung heliks kembar.
Badan filamen terdiri dari utas meromiosin ringan yang sejajar. Bagian
meromiosin berat dari molekul miosin terdapat penonjoran yang membentuk
jembatan penyeberang. Batang penyeberang bertindak sebagai lengan yang
memungkinkan kepala meluas jauh keluar dari badan filamen miosin atau terletak
dekat dengan badan. Bemstein & Borkovec (2003), dan Kuntarti (2006), sistem
kontrol desending adalah suatu sistem serabut berasal dari dalam otak bagian
bawah dan bagian tengah dan berakhir pada serabut interneuronal dalam kornu
dorsalis dari medula spinalis.
Relaksasi otot progresif dilakukan dengan cara menegangkan kelompok
otot tertentu kemudian melepaskan ketegangan tersebut. Pada saat otot sedang
ditegangkan memang menimbulkan rasa tidak nyaman, tetapi ketika ketegangan
dilepaskan maka saat itulah akan merasakan sensasi rasa nyaman. Dalam hal ini,
orang yang melakukan latihan relaksasi otot memang diminta untuk
berkonsentrasi membedakan sensasi rasa nyaman yang timbul ketika ketegangan
dilepaskan. Ketegangan otot merupakan hasil dari kontraksi serabut otot, sedang
relaksasi merupakan perpanjangan serabut otot. Hingga saat ini belum ada alat
untuk mengukur tingkat ketegangan dan relaksasi otot. Sehingga ukuran otot yang
tegang dan rileks menjadi tidak standar dan lebih dominan bersifat subyektif.
Untuk ketegangan otot, secara obyektif sebenamya bisa dilihat dan dirasakan.
Pergerakan otot yang terjadi akibat makin membesar dan memanjangnya serabut
otot bisa dilihat secara kasat mata. Konsistensi atau kekerasan bisa menjadi salah
satu indikator ketegangan karena semakin tegang suatu otot maka akan semakin
keras konsistensinya. Selain itu, usaha menegangkan otot harus dilakukan dengan
menahan nafas. Keras dan lemahnya getaran atau guncangan saat menegan gkan
mengindikasikan tingkat ketegangan otot.

D. Prosedur Relaksasi Otot Progresif


Individu belajar Latihan relaksasi otot progresif bagaimana menegangkan
sekelompok otot kemudian melepaskan ketegangan itu. Inti dari latihan tersebut
terletak pada kemampuan individu mengelola ketegangan fisik dan atau mental
dengan memahami perbedaan sensasi antara otot yang tegang dan rileks.
Soewondo (2012), mendeskripsikan prosedur relaksasi progresif sebagai berikut:
1. Pertama duduk bersandar pada kursi secara nyaman dan tenang.
2. Bila mengenakan kaca mata dan atau sepatu agar dilepas.
3. Menegangkan sekumpulan otot tertentu dan melemaskannya.
4. Menyadarkan klien akan perbedaan sensasi otot tegang dan rileks.
5. Jumlah kumpulan otot yang perlu ditegangkan dan dilemaskan tiap kali
hendaknya berkurang.
6. Klien diharapkan dapat mengelola ketegangan dengan menginstruksikan diri
sendiri untuk rileks kapan dan dimana saja.

Meskipun latihan relaksasi otot progresif tidak menimbulkan efek samping


yang berbahaya tetapi beberapa hal berikut ini perlu diperhatikan ketika
memberikan latihan (Davis & McKay.2001), yaitu :
1. Menegangkan otot dalam waktu kurang lebih tujuh detik; disarankan tidak
lebih dari sepuluh detik.
2. Merilekskan otot membutuhkan waktu sekitar 30 - 40 detik.
3. Lebih nyaman dilakukan dengan mata tertutup.
4. Menegangkan kelompok otot dengan dua kali tegangan.
5. Menegangkan bagian tubuh sisi kanan terlebih dahulu kemudian sisi kiri.
6. Memeriksa apakah klien benar-benar rileks atau tidak.
7. Terus menerus memberi instruksi.
8. Memberi instruksi tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat.

Teknik relaksasi otot progresif merupakan yang paling sesuai pada tahap awal
pelatihan relaksasi. Bilamana telah terampil dapat langsung diinstruksikan untuk
rileks. Peserta diminta untuk menjadikan perasaan rileks sebagai sebuah sugesti
yang dapat dihadirkan ketika diperlukan.
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Bentuk Kegiatan
Bentuk kegiatan yang digunakan merupakan sebuah rangkaian yang
sistematis, diantaranya:
1. Bekerjasama dengan puskesmas setempat
2. Penyuluhan kepada siswa/siswi mengenai teknik relaksasi otot
progresif
3. Pemberian alat-alat media pembelajaran
4. Pelaporan akhir

B. Waktu dan Tempat


Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilaksanakan di MTSs Darul
Amal pada Juni 2019

C. Peserta
Peserta dalam program pengabdian masyarakat ini adalah seluruh
siswa/siswi MTSs Darul Amal

D. Sasaran
Program pengabdian masyarakat ini ditujukan kepada seluruh
siswa/siswi remaja baik laki laki maupun perempuan di MTSs
Darul Amal

E. Keterlibatan Mitra
Mitra yang terlibat dalam program pengabdian masyarakat adalah:
1. Kepala Puskesmas
2. Kepala Sekolah dan Guru
F. Jadwal Kegiatan
Kegiatan pengabdian masyarakat ini akan dilakukan di MTSs
Darul Amal, Tangerang. Kegiatan akan dilakukan di wilayah kerja
Puskesmas Bugel. Jadwal kegiatan pelaksaanaan pengabdian
masyarakat tertulis pada tabel 1.
 

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan


No Agenda kegiatan Bulan Bulan
Juni Juli
2019 2019
1 2 3 4 1 2 3 4
1. Bekerjasama dengan puskesmas
setempat
2. Koordinasi dengan kepala Sekolah
3. Penyuluhan kesehatan mengenai
teknik relaksasi otot progresif
6. Evaluasi kegiatan
7. Pelaporan akhir

G. Rancangan Evaluasi
Evaluasi kegiatan dilakukan setelah kegiatan penyuluhan kesehatan tentang
relaksasi otot progresif pada siswa/siswi. Adapun hasil yang harus tercapai
adalah pemahaman remaja siswa/siswi mengenai tehnik relaksasi otot progresif
yang bermanfaat untuk mengurangi kecemasan sekaigus manajemen stress.

H. Rencana Anggaran Belanja


1. Kebutuhan Dana
Dana yang dibutuhkan untuk melakukan program pengabdian
masyarakat ini sebesar Rp 3.000.000,- ( Tiga Juta Rupiah).
2. Sumber Dana
Sumber dana untuk menjalankan program pengabdian masyarakat ini
didapatkan dari institusi STIKes YATSI.
3. Prediksi Pendapatan
Dana yang diajukan dalam proposal ini sebesar Rp 3.000.000,- dengan
prediksi penerimaan dana sesuai dengan pengajuan awal.
4. Modal Awal
Kegiatan pengabdian masyarakat ini harus tetap dilaksanakan dengan dana
awal yang diberikan 10% dari pengajuan awal, ketika proposal sudah
disetujui.
5. Prediksi Biaya
Pembiayaan yang digunakan dalam kegiatan ini diperkirakan habis
untuk:
a. Penjajakan
b. Penyuluhan
c. Penyusunan laporan

Adapun rincian pembiayaannya sebagai berikut:


No Kebutuhan Biaya satuan Ket Total
1. ATK ; Rp. 500.000,-
Print, FC Modul,
surat menyurat, dll.
Pembuatan dan
Penjilidan Proposal
2. Transportasi ke Rp 50.000,- 4 kali Rp 200.000,-
lokasi
3. Konsumsi Rp. 15000 100 Pc Rp 1.500.000,-
4. Honor Penyuluhan Rp 500.000,-
5. Penggandaan Rp 200.000,-
Laporan laporan
dan penjilidan
6 Spanduk 2x1 Rp 100.000,-
Total Rp 3.000.000,-

Biaya Pengabdian Masyarakat

REKAPITULASI Uraian Jumlah (Rp)


BIAYA
YANG DIUSULKAN
No.
1. Gaji/upah 1.560.000
2. Bahan/Perangkat 640.000
Penunjang/Peralatan
3. Perjalanan 300.000
4. Pengumpulan dan 500.000
Pengolahan data,
Laporan, Publikasi,
Seminar, Pendaftaran
HKI dan lain-lain
Jumlah Biaya 3.000.000

1. Gaji dan Upah


No Pelaksana Jumlah Jumlah Honor/ Biaya
Kegiatan Jam/minggu Jam (Rp)
1. Ketua Tim Peneliti 1 10 70.000 700.000
2. Pelaksana/Peneliti 1 6 60.000 360.000
3. Teknisi 0 0 0
4. Tenaga Harian 2 5 50.000 500.000
Jumlah Biaya 1.560.000

No Jenis Volume Biaya Satuan (Rp) Biaya (Rp)


100.000
1. Perjalanan survey 1 100.000 200.000
2. Perjalanan
4 50.000 300.000
Penyuluhan
Jumlah Biaya

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyuluhan kesehatan mengenai pencegahan gagal ginjal kronik memberikan
dampak terhadap peningkatan pengetahuan dan pemahaman pada siswa/siswi MTSs
Darul Amal. Hal tersebut terlihat pada peningkatan pengetahuan sesudah diberikan
penyuluhan kesehatan mengenai tehnik relaksasi progresif.

B. Saran

Diharapkan dengan diadakannya penyuluhan kesehatan terhadap masyarakat


khususnya bagi para siswa/ siswi ini dapat mengetahui dan memahami mengenai tehnik
relaksasi progresif guna mengurangi kecemasan ketika hendak menghadapi ujian.

DAFTAR PUSTAKA
Irawan, D. Hasballah, K & Kamil, H. 2018. Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Terhadap Stres
dan Tekanan Darah Pada Klien Hipertensi. Jurnal Ilmu Keperawatan, 6(1) 71-77.

Resti, I. B .2015.Teknik Relaksasi Otot Progresif Untuk Mengurangi Stres Pada Penderita Asma.
Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 2(1) 1-19.

Wardiana, U dan Rini, A. S. 2019. Pengaruh Relaksasi Meditasi Gelembung Pikiran Terhadap
Kecemasan Dalam Menghadapi Ujian Nasional Pada Siswa Sma/Sederajat Kelas Xii Di
Tulungagung. 3(1) 9-18.

Fidalika, A.C. 2017. Studi Kepustakaan Penerapan Teknik Relaksasi Untuk Mengatasi Stres
Peserta Didik Kalangan Remaja. 121-131.

Anda mungkin juga menyukai