Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar belakang

Stres dialami oleh setiap orang dengan tidak mengenal jenis kelamin, usia,
jabatan,kedudukan, atau status sosial ekonomi. Tanggapan dan tingkat stres dapat
bervariasipada setiap orang, karena stres merupakan proses persepsi yang bersifat
individual(Riggio, 1990). Stres dapat memiliki konsekuensi negatif terhadap
kesehatan,memengaruhi proses berpikir dan emosi, mengganggu untuk beradaptasi
terhadaplingkungan, bahkan memengaruhi aktivitas dan pekerjaannya (Handoko, 2008).

Seseorang yang mengalami stres mungkin mengalami kelelahan fisik, emosionaldan


mental di lingkungan kerja. Banyak individu menghabiskan sebagian besarwaktunya di
tempat kerja dan stres kerja dengan cepat menjadi isu pelayanan kesehatan nasional. Strategi
manajemen stress on site sangat penting untuk membantu menjaga kesehatan optimum
pekerja di setiap sudut lapangan kerja (DeviYulianti, 2003).

Pemberian pelayanan kesehatan menjadi prioritas utama bagi banyak negara,termasuk


Indonesia. Peningkatan kebutuhan akan tenaga kerja yang handal merupakan kebutuhan
mendesak yang dialami instansi rumah sakit, baik swastamaupun pemerintah. Salah satu
pelayanan sentral di rumah sakit adalah bagianInstalasi Perawatan Intensif. Tenaga kesehatan
yang bertugas di dialamnyamerupakan tim kesehatan yang terdiri dari dokter dan perawat
yang telah mendapatpelatihan khusus untuk meliputi Basic Life Support (BLS) dan Advanced
Cardiac LifeSupport (ACLS) (Depkes, 2006).

Perawat di Instalasi Perawatan Intensif berbeda dengan perawat bagian lain yangmana
sebagai salah satu tim kesehatan harus memiliki pengetahuan dan keahlian khusus, meliputi
kemampuan menangani kondisi pasien yang kritis, bekerja dengancepat, tepat, teliti, dan
senantiasa cermat dalam mengobservasi dan menilai keadaanumum pasien yang cenderung
fluktuatif. Perawat di Instalasi Perawatan Intensif jugaharus memiliki tingkat keterampilan
yang kompleks karena bertanggung jawabmempertahankan homeostasis pasien untuk
melewati kondisi kristis (Meltzer & Huckabay, 2004). Kondisi pasien yang kritis, beban kerja
yang sangat tinggi, serta lingkungan Instalasi Perawatan Intensif dapat menjadi sumber stres
bagi perawat tersebut.

1
Pada era globalisasi ini masalah kesejahteraan kesehatan di Indonesia dihadapkan
pada situasi beban ganda, dimana pada satu sisi penyakit menular masih merupakan masalah
utama kesehatan masyarakat, karena masih banyak kasus yang belum terselesaikan. Disisi
lain juga telah terjadi peningkatan jumlah kasus penyakit tidak menular (PTM), yang
merupakan akibat dari penyakit-penyakit degeneratif. Selain itu, kecenderungan ini juga
dipacu oleh berubahnya gaya hidup masyarakat yang tidak sehat seperti akibat dari
urbanisasi, moderenisasi, dan globalisasi. Salah satu penyakit tidak menular yang
diakibatkan oleh gaya hidup adalah hipertensi (Depkes R.I, 2006). Saat ini hipertensi
merupakan salah satu faktor terbesar ketiga yang

menyebabkan angka kematian dini, hipertensi berakibat terjadinya gagal jantung


kongestif serta penyakit cerebrovascular. Adapun gejala-gejalanya antara lain pusing, sakit
kepala, lemas, mual, muntah, keluar darah dari hidung secara tiba-tiba, dan kesadaran
menurun. Penyakit ini dipengaruhi oleh cara dan kebiasaan hidup seseorang. Kebanyakan
kasus hipertensi terdeteksi pada saat pemeriksaan fisik karena alasan penyakit tertentu,
sehingga sering penyakit ini disebut dengan penyakit “silent killer”, tanpa disadari penderita
mengalami komplikasi pada organ-organ vital seperti jantung, otak maupun ginjal (Ditjen
Binfar dan Alkes, 2006).

Menurut Lubis (2008) hipertensi merupakan suatu keadaan dimana meningkatnya


tekanan darah sistolik lebih dari sama dengan 140 mmHg dan diastolik lebih dari sama
dengan
90 mmHg. Hpertensi dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu hipertensi primer dan
hipertensi sekunder. Dikatakan hipertensi primer apabila tidak ditemukan penyebab dari
meningkatnya tekanan darah tersebut, sedangkan hipertensi sekunder disebabkan oleh
penyakit seperti perenkim ginjal, penyakit jantung, serta akibat obat. Hipertensi sering disebut
dengan “silent killer, sebab seseorang dapat mengidap hipertensi selama betahun-tahun tanpa
menyadari sampai terjadi kerusakan organ vital yang cukup berat yang bahkan dapat
membawa kematian (Adib, 2009)

Lansia adalah suatu periode yang ditandai dengan sel-sel dalam tubuh telah
mengalami kemasakan dalam fungsi dan ukuran, serta menunjukkan kemunduran seiring
berjalannya waktu (Dalimartha, 2008). Permasalahan yang sering muncul pada lansia adalah
depresi, dimensia, dibaetes mellitus, stroke, penyakit jantung, hipertensi dan penyakit kronis.
Pada saat ini banyak lansia yang terkena hipertensi (Hartati, 2010).

2
Marliani dan Tantan (2007) menyatakan hipertensi primer dapat ditangani dengan
pengobatan, yaitu dengan pengobatan farmakologi dan pengobatan non farmakologi.
Pengobatan farmakologi yaitu untuk menurunkan tekanan darah dengan menggunakan obat
anti hipertensi yang dilengkapi dengan pengobatan non farmakologi (Marliani dan Tantan,
2007). Salah satu metode penatalaksanaan hipertensi dengan non farmakologi adalah dengan
relaksasi otot progresif. Relaksasi otot progresif merupakan suatu cara dari teknik relaksasi
yang mengkombinasi latihan nafas dalam dan serangkaian kontraksi dan relaksasi otot yang
sangat mudah dan praktis khususnya untuk lansia dikarenakan gerakannya mudah dan dapat
dilakukan kapanpun dan dimanapun (Davis, 2010)

Relaksasi nafas dalam merupakan teknik non farmakologi, yaitu teknik relaksasi
dengan cara melakukan nafas dalam, lambat (inspirasi secara maksimal dengan perlahan)
dangan menghembuskan nafas secara perlahan (Smeltzer & Bare, 2013, hlm.436). Menurut
Asmadi (2009, hlm.41) Slow Deep Breathing adalah bentuk latihan nafas yang terdiri atas
pernapasan abdominal (diafragma) dan purse lips breathing (Safriyani, Putrono & Widiyanto,
2016). Menurut hasil penelitian yang dilakukan Rokawie, Sulastri & Anita (2017) dengan
judul Relaksasi Nafas Dalam Menurunkan Kecemasan Pasien Pre Operasi Bedah Abdomen di
Ruang Bedah RSUD Jendral Ahmad Yani Metro. Hasil penelitian diperoleh tingkat
kecemasan pada pasien pre operasi bedah abdomen sebelum diberikan terapi relaksasi nafas
dalam mempunyai rata-rata skor indeks kecemasan 54,59 (kecemasan sedang) dan tingkat
kecemasan pada pasien pre operasi bedah abdomen setelah diberikan terapi relaksasi nafas
dalam mempunyai rata-rata skor indeks kecemasan 49,56 (kecemasan ringan) dan terjadi
penurunan sebesar 5,03.

Relaksasi progresif merupakan teknik non farmakologi yaitu relaksasi dengan teknik
mengencangkan dan melemaskan otot-otot bagian tubuh tertentu sehingga timbul perasaan
rileks secara fisik. Teknik mengencangkan dan melemaskan otot dilakukan secara berturut-
turut, diawali dari tubuh bagian atas sampai tubuh bagian bawah. Relaksasi otot progresif
dapat menekan saraf-saraf simpatis sehingga dapat menekan rasa tegang yang dialami oleh
individu secara timbal balik, sehingga timbul

3
B.Rumusan masalah

-Bagaimana keefektifan dari teknik relaksasi nafas dalam dan relaksasi otot progresif
terhadap penurunan kecemasan pada pasien

- penyebab yang bisa menyebabkan stress dan terapi untuk pasien stress

-penerapan latihan fisik untuk pasien

C.Manfaat Bagi Mahasiswa

Hasil dari penelitian ini dapa dijadikan bahan dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya
secara berkesinambungan mengenai pengaruh pemberian Teknik nafas dalam dengan Teknik
relaksasi Benson terhadap kualitas tidur lansia di berbagai wilayah

D.Manfaat Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam bidang keperawatan
agar dapat meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Pengertian Stress

Stres menurut Priyoto (2014) adalah suatu reaksi fisik dan psikis terhadap suatu
tuntutan yang menyebabkan ketegangan dan mengganggu stabilitas kehidupan sehari-hari.
Sedangkan stres menurut WHO (2003) stres adalah reaksi/ respon tubuh terhadap stresor
psikososial (tekanan mental/ beban kehidupan) (dalam Priyoto, 2014). Hal ini juga sejalan
dengan pendapat Pestonjee (1992) menyatakan bahwa stres adalah suatu kondisi organisme
yang timbul dari interaksi dengan lingkungannya. Stres menunjukkan suatu perubahan fisik
yang luas yang dipicu oleh berbagai faktor psikologis maupun fisik atau kombinasi dari
keduanya. Menurut (Christina, Middlebrooks & Audage, dalam Izati & Nirmala, 2015) stres
akan terjadi apabila seseorang merasakan adanya ketidaksesuaian antara sumber daya yang
dimiliki dengan tuntutan situasi yang harus dijalankan ketika tuntutan situasi dirasakan
berbeda dangan situasi sebelumnya dan terlalu berat maka stres akan terjadi.

Sedangkan menurut Taylor (2006) stres adalah pengalaman emosional negatif yang
disertai dengan perubahan fisiologis, biokimia, kognisi dan perilaku yang bertujuan untuk
mengubah atau mennyesuaikan diri terhadap situasi yang menyebabkan stres. Lazarus dan
Folkman (1984) mendefinisikan stres sebagai pengalaman subyektif yang didasarkan pada
persepsi seseorang terhadap situasi yang dihadapinya. Stres menurut Mc Nerney (dalam
Yosep,2014) adalah reaksi fisik, mental, dan kimiawi dari tubuh terhadap situasi yang
menakutkan, mengejutkan, membingungkan, membahayakan dan merisaukan seseorang.

Stres menurut Hawari (1997) adalah tanggapan/ reaksi tubuh terhadap berbagai
tuntutan atau beban atasnya yang bersifat non spesifik. Namun, disamping itu stres dapat juga
merupakan faktor pencetus, penyebab sekaligus akibat dari suatu gangguan atau penyakit.
Menurut Selye (dalam Hawari, 1997) stres adalah tanggapan tubuh yang sifatnya non spesifik
terhadap tuntutan atasnya. Manakala tuntutan terhadap tubuh itu berlebihan, maka hal ini
dinamakan distres. Hal ini juga disampaikan oleh Rasmun (dalam Izati & nirmala, 2015) stres
adalah respon tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap kebutuhan yang terganggu, suatu
fenomena universal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari, setiap
orang mengalaminya, stres memberi dampak secara total pada seseorang yaitu terhadap fisik,
psikologis, intelektual, sosial dan spiritual, stres juga dapat mengancam keseimbangan
fisiologis.

5
Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa stres adalah suatu kondisi yang tidak
seimbang antara sumber stres seseorang dengan tuntutanyang dibebankan yang timbul dari
interaksi dengan lingkungannya sehingga dirasa mengancam dirinya yang pada akhirnya
direspon oleh fisik, perilaku, pikiran dan psikologis.

B.pengertian otot progresif

Relaksasi otot progresif (progressive muscle relaxation) didefinisikan sebagai suatu


teknik relaksasi yang menggunakanserangkaian gerakan tubuh yang bertujuan untuk
melemaskan danmemberi efek nyaman pada seluruh tubuh (Corey, 2005). Batasan lain
menyebutkan bahwa relaksasi otot progresif merupakan teknik untukmengurangi kecemasan
dengan cara menegangkan otot dan merilekkannyasecara bergantian (Miltenberger,
2004).Soewondo (2012), relaksasi otot progresif merupakan suatu keterampilan yang dapat
dipelajari dan digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan ketegangan sehingga
menimbulkan rasa nyaman tanpatergantung pada hal/subjek di luar dirinya. Relaksasi
progresif dipandang cukup praktis dan ekonomis karena tidak memerlukan imajinasi
yangrumit, tidak ada efek samping, mudah dilakukan, serta dapat membuat tubuh dan pikiran
menjadi tenang, rileks dan lebih mudah untuk tidur(Davis & McKay, 2001).

C.Pengertian Nafas Dalam

Menurut Setyoadi & Kushariyadi (2011), relaksasi nafas dalam adalah pernafasan
abdomen dengan frekuensi lambat atau perlahan, berirama, dan nyaman yang dilakukan
dengan memejamkan mata.

D.Pengertian Latihan Fisk

aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang
memerlukan energi titik penurunan aktivitas fisik yang merupakan salah satu faktor risiko
independen untuk penyakit kronis dan secara keseluruhan diperkirakan menyebabkan
kematian secara global (WHO, 2010). Menurut Fatmah 2010 aktivitas fisik yaitu pergerakan
anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting untuk
pemeliharaan kesehatan fisik dan mental serta mempertahankan kualitas hidup agar tetap
sehat dan bugar sepanjang hari. jadi, aktivitas fisikadalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh
otot rangka yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik dan mental

6
BAB III

PEMBAHASAN

A.Gejala, Penyebab Dan Dampak Stres

1.Gejala stres

Menurut Baram, gejala-gejala stres dapat berupa tanda-tanda sebagai berikut :

1) Fisik, yaitu sulit tidur atau tidur tidak teratur,sakit kepala, adanya gangguan
pencernaan, keringat berlebihan, berubah selera makan,tekanan darah tinggi atau
serangan jantun dan kehilangan energy.
2) Emosional, yaitu marah-marah, mudah tersinggung dan terlalusensitifgelisah dan
cemas, suasana hati mudah berubah-ubah, sedih,mudah menangis dan depresi, gugup,
agresif terhadap orang lain, danmudah bermusuhan serta mudah menyerang , dan
kelesuan mental.
3) Intelektual, yaitu mudah lupa, kacau pikirannya, daya ingat menurun,sulit untuk
berkonsentrasi, suka melamun berlebihan, pikiran hanyadipenuhi satu pikiran saja.

2 Faktor penyebab stres

Menurut Robbins (2001:565-567) ada tiga sumber utama yang dapat menyebabkan timbulnya
stress, yaitu :

1).Faktor Lingkungan

Ketidakpastian ekonomi
Ketidakpastia politik
Perubahan teknologi

2). Faktor Organisasi

Tuntutan tugas
Tuntutan peran
Tuntutan antar personil

3) .Faktor Personal

Persoalan keluarga
Persoalan ekonomi

7
3.Dampak stres

a. Dampak Fisiologik

Secara umum orang yang mengalami stress mengalami sejumlahgangguan fisik seperti :
mudah sakit kepala, kejang otot, kegemukan atau menjadi kurus yang tidak dapat dijelaskan
dan lain sebagainya.

b.Dampak Psikologik

a) Keletihan emosi dan jenuh


b) Terjadi depersonalisasi, dalam keadaan stress berkepanjangan, ,seiring dengan
keletihan emosi.
c) Pencapaian pribadi yang menurun, sehingga berakibat menurunnya rasa kompeten dan
rasa sukses

c.Dampak Perilaku

a) Manakala stress menjadi distress, prestasi belajar menurun dan


sering terjadi tingkah laku yang tidak diterima oleh masyarakat.
a) Level stress yang cukup tinggi berdampak negatif pada kemampuan
mengingat informasi, mengambil keputusan dan megambil langkah
yang tepat.

a.Terapi Manajemen Stress

-Tujuan:

1.mengatur diri
2.berfikir rasional
3.menenangkan diri
4.membantu mencari jalan keluar
5.meningkat kan prokdutivitas
6.pematangan diri

8
-Indikasi:
1.pada pasien yang mengalami ganngguan pada pikir
2.pada pasien yang sering berhalusinasi
3.pada pasien yang mengalami stress berat
4.pada pasien ibu hamil
-Kontra indikasi:
1.diberikan pada pasien yang normal
Persiapan pasien:
1 menyiapkan lingkungan yang nyaman untuk melakukan kegiatan relaksasi visualisasi titik
menjelaskan prinsip dan prosedur yang akan dilakukan dengan cermat agar dimengerti pasien
gunakan otak kanan yang bersifat menerima.
2 menjelaskan lama waktu visualisasi yang efektif 10 sampai 30 menit.
3 meminta kepada pasien untukmenghitung dari hitungan ke-3 sampai satu titik pada hitungan
kedua ajak pasien untuk bersiap-siap menuju tempat pengasingan atau tempat kedamaian
yang menenangkan dan menyenangkan. dan pada hitungan ke-1 ajak pasien menuju tempat
tersebut.
4 meminta pasien untuk merasakan rumput atau pasir yang diinjak angin semilir yang sejuk di
tempat tersebut.
5 meminta pasien untuk melihat latar depan hamparan penggunungan awan yang tipis yang
menyelimuti titik mentari danau atau laut, burung yang berterbangan pepohonan yang hijau,
bunga bunga yang mekar, lebah yang menghisap sari bunga. meminta pasien
6 gunakan distorsi waktu, seakan-akan pasien telah berada di sana selama 1 jam atau lebih
minta pada pasien untuk menggunakan penguatan dan mengulangi seperti saya dapat rileks
kapan saja saya hidup rukun dan damai kedamaian ada dalam diri saya

b.Terapi Relaksasi Otot Prgresif


Manfaat relaksasi progresif
Relaksasi otot progresif telah digunakan dalam berbagai penelitiandidalam dan diluar negeri
dan telah terbukti bermanfaat pada berbagaikondisi subyek penelitian. Saat ini latihan
relaksasi relaksasi otot progresifsemakin berkembang dan semakin sering dilakukan karena
terbukti efektif mengatasi ketegangan, kecemasan, stres dan depresi (Jacobson &
Wolpedalam Conrad
& Roth- 2007), membantu orang yang mengalami insomnia (Erliana, E., 2008), hingga
meningkatkan kualitas hidup pasien pasca operasi CABG (Dehdari, 2009), menurunkan
tekanan darah padapasien hipertensi esensial (Tri Murti, 201l), meredakan keluhan sakit
kepala dan meningkatkan kualitas hidup (Azizi & Mashhady,2012).

9
Fisiologi Kontraksi dan Relaksasi
Latihan relaksasi otot progresif melibatkan sembilan kelompok otot yang ditegangkan dan
dilemaskan, yaitu kelompok otot tangan, kaki,dahi, mata, otot-otot bibir, lidah, rahang, dada
dan leher. Gunawan (2001),Setiadi(2007), dan Wibowo (2008), berpendapat pada anggota
gerakbagian atas terdapat sekumpulan otot yang terlibat dalam kontraksi dan relaksasi yaitu
musculus latissimus dorsi, musculus deltoideus, musculus trapezius, musculus biceps brachii,
musculus triceps brachii, musculus extensor carpi radialis, musculus extensor carpi
ulnsris,musculuspronator teres, musculus palmaris ulnaris, dan musculus feksordigitorunt
profundus.
Terapi relaksasi otot progresif
Tujuan:
a. meurunkan ketegangan otot kecemasan, nyeri leher punggung, tekanan darah tinggi,
frekuensi jantung, laju metabolik
b. mengurangi disritmia jantung, kebutuhan oksigen
c. meningkatkan gelombang alfa otak yang terjadi ketika klien sadar
d. meningkatkan rasa nyaman dan rileks meningkatkan rasa kebugaran dan konsentrasi
e.memperbaiki kemampuan untuk mengatasi stress
g. mengatasi insomnia depresi, kelelahan, iritabilitas, spasme otot, ringan, gagap ringan, dan
h. membangun emosi positif dari emosi negatif
indikasi:
a. klien yang mengalami insomnia
b. klien yang mengalami stress
c. klien yang mengalami nyeri
d. klien yang mengalami ketegangan otot
kontra indikasi:
a. klien cidera akutdan gangguan musculoskaletalseperti cidera jaringan
lunak,fraktur,osteoartritis,neoplasma dan patologi sistem muskuskaletal lainnya.
b. hipotensi
c. gangguan jantung akut/kronis
Persiapan Alat:
bantal
alas duduk

1
cara kerja:
a. beritahu klien bahwa tindakan akan segera dimulai
b. posisikan Kelayan senyaman mungkin
c. gerakan 1: ditunjukkan untuk melatih otot tangan
d. genggam tangan kiri sambil membuat suatu kepalan
e.buat kepalang semakin kuat sambil merasakan sensasi ketegangan yang terjadi f. pada saat
kepala dilepas rasakan relaksasi selama 10 detik
g. gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga dapat membedakan perbedaan
antara ketegangan otot dan relaksasi yang dialami
h. lakukan gerakan yang sama pada tangan kanan

c.Terapi Relakksasi Nafas Dalam


Mekanisme Relaksasi Nafas Dalam
Slow deep breathing secara teratur akan meningkatkan sensitivitas baroreseptor dan
mengeluarkan neurotransmitter endorphin sehingga mengstimulasi respons saraf otonom yang
berpengaruh dalam menghambat pusat simpatis (meningkatkan aktivitas tubuh) dan
merangsang aktivitas parasimpatis (menurunkan aktivitas tubuh atau relaksasi). Apabila
kondisi ini terjadi secara teratur akan mengaktivasi cardiovasculer contro center (CCC) yang
akan menyebabkan penurunan heart rate, stroke volume, sehingga menurunkan cardiac
output, proses ini memberikan efek menurunkan tekanan darah Johan (2000 dalam Tahu,
2015). Proses fisiologi terapi nafas dalam (deep breathing) akan merespons meningkatkan
aktivitas baroreseptor dan dapat mengurangi aktivitas keluarnya saraf simpatis dan terjadinya
penurunan kontraktilitas, kekuatan pada setiap denyutan berkurang, sehingga volume
sekuncup berkurang, terjadi penurunan curah jantungan hasil akhirnya yaitu menurunkan
tekanan darah sehingga mengurangi kecemasan (Muttaqin, 2009 dalam Khayati et all, 2016).
Terapi relaksasi nafas dalam
Tujuan:
1. Mengurangi keputusasaan,
kecewa
2. Memberikan rasa
nyaman
3. Memberikan efek rileks pada tubuh dan
pikiran
4. Meningkatkan kualitas tidur
seseorang.
5. Melancarkan sirkulasi
darah. Indikasi:

1
1. Klien dengan kondisi
cemas
2. Klien dengan rasa
nyeri.

1
3. Klien dengan ketegangan otot tubuh yang membutuhkan
keadaan rileks.
4. Klien dengan gangguan kualitas
tidur

Tahap
kerja:
1. berikan kesempatan pada pasien untuk bertanaya jika ada yang kurang jelas
2. atur posisi pasien agar rileks tanpa beban fisik
3. instruksikan pasien secara perlahan dan menghembuskan udara
4. instruksikan pasien secara perlahan dan menghembuskan udara membiarkan nya keluar
dari setiap sebagian anggota tubuh,pada waktu bersamaan minta pasien untuk memusat kan
perhatian betapa nikmat rasa nya
5. instruksi kan pasien untuk bernafas dengan irama normal beberapa saat (1-2 menit)
6. instruksikan pasien untuk bernafas dalam ,kemudian menghembuskan secara perlahan dan
merasakan saat ini udara mengalir dari tangan,kaki menuju keparu-paru Kemudian udara dan
rasakan udara mengalir keseluruh tubuh.
7. minta pasien untuk memusatkan perhatian pada kaki dan tangan udara yang mengalir dan
dan merasakan keluardari ujung-ujung jari tangan dan kaki dan rasakan kehangatan nya
8. instruksikan pasien untuk mengulangi teknik-tekni ini apa bila rasa nyeri kembali lagi
9. setelah pasien merasakan ketenangan,minta pasien untuk melakukan sendiri

d.Terapi Relaksasi Latihan Fisik


Tujuan:
1. menguatkan otot-otot pernapasan mempermudah aliran udara masuk dan keluar dari paru-
paru
2. menguatkan dan memperbaiki efisiensi pompa jantung menurunkan denyut jantung saat
istirahat
3.menguatkan otot tubuh
4 titik memperbaiki sirkulasi dan menurunkan tekanan darah
5. memperbaiki sirkulasi dan menurunkan tekanan darah
6 titik memperbaiki kesehatan mental termasuk mengurangi stress dan menurunkan kejadian
depresi

1
Indikasi:
1. pasien dewasa, pria, dan wanita, usia lebih dari 18 tahun
2. tidak menjalani rawat inap
3.tidak ada kondisi medis akut atau kronik yang membuat hasil latihan fisik membahayakan
atau tidak memungkinkan untuk dinilai
4. menerima dianalisis dua kali seminggu
5. tidak memiliki masalah di antreovaneous
6.menyelesaikan tes kesehatan
7. kelayakan pasien dilihat dari informed consent yang telah diisi pasien
Kontra indikasi:
1. gangguan muskuloskeletal
2. terpasang akses femoral
3.gangguan hemodinamik
4. penyakit pada sistem persarafan
Persiapan pasien:
1. menjelaskan tujuan dan manfaat latihan

2. mengkaji keadaan umum pasien

3. mengukur tanda-tanda vital pasien

4. memberikan lingkungan yang nyaman

Tahap kerja:
1.latihan pereganagan
a. peregangan leher
1) -posisi duduk atau berbaring di tempat tidur.
2) -tunjukkan kepala sampai dagu menyentuh dada.
3) -tolehkan kepala ke arah telinga kiri dan kanan bergantian.
4) -ulangi peregangan pada leher.
5) -dengan perlahan gerakan kepala ke arah bahu kanan dan sebaliknya.
6) -setiap gerakan dilakukan 8 hitungan.
2.latihan penguatan
a. penguatan bagian paha
1) -posisi duduk atau berbaring di atas tempat tidur .
2) -dengan kaki lurus dengan perlahan tekuk kaki kanan ke arah badan kemudian
kaki diluruskan.

1
3) -secara bergantian dilakukan antara gerakan kaki sebelah kanan dengan kaki
sebelah kiri.
4) -lakukan gerakan sebanyak 8 kali
3.latihan pendinginan
a. tarik nafas melalui hidung dan keluar melalui mulut sambil mengangkat kedua
tangan setinggi kepala.
b.lakukan gerakan sebanyak 8 kal

1
BAB IV

PENUTUP

A.Kesimpulan

Teknik relaksasi merupakan salah satu cara untuk mengistirahatkanfungsi fisik dan
mental sehingga menjadi rileks, relaksasi merupakan upayasejenak untuk melupakan
kecemasan dan mengistirahatkan pikiran dengancara menyalurkan kelebihan energi atau
ketegangan (psikis) melalui sesuatukegiatan yang menyenangkan.

Relaksasi merupakan suatu bentuk teknik yang melibatkan pergerakan anggota badan
dan bisa dilakukan dimana saja (Potter & Perry,2005). Tehnik ini didasarkan kepada
keyakinan bahwa tubuh berespon padaansietas yang merangsang karena nyeri atau kondisi
penyakitnya. Tehnikrelaksasi dapat menurunkan ketegangan fisiologis (Asmadi, 2008)

B.Saran

Mahasiswa dapat memahami dan mengerti mengenai teknik relaksasi, memahani tentang
definisi, jenis, manfaat , langkah-langkah untuk relaksasi.

1
DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, P. (2009). Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.


Ayudianningsih. 2009. Teknik Relaksasi Nafas Dalam Tehadap Penurunan Tingkat Nyeri
Pada Pasien Pasca Operasi Fraktur Femur Di Rumah Sakit Karima Utama Surakarta.
Skripsi.Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadyah Surakarta.
Council, N. S. (2004). Manajemen Stres. Alih bahasa: Palupi Widyastuti.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Darwin, M. (2015). 8 Efek Stres Bagi Tubuh. Diakses pada tanggal 8


Oktober 2016, from Intisari smart and inspiring: http://www.intisarionline.com/read/8-efek-
stres-bagi-tubuh
Dhania,D. R.(2010).Pengaruh Stres Kerja,BebanKerjaTerhadap Kepuasan Kerja(Studi Pada
Medical Representatif Di Kota Kudus).Jurnal Psikologi Universitas MuriaKudus,I(1),15-23
Elizabeth J. Corwin (2001) . Buku Saku Patofisiologi . Jakarta : EGC.
Hardjana,A. M. (1994). Stres Tanpa Distres: Seni Mengolah Stres.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Hartono, LA. (2007). Stres dan Stroke. Yogyakarta: Kanisius.


Hawari, D. (2001). Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Hidayati, R., Purwanto, Y., & Yuwono, S. (2008). Kecerdasan Emosi, StresKerja Dan Kinerja
Karyawan. Jurnal Psikologi, II(1), 91-96.
Hodson, C. (2001). Psychology and Work. New York: Routledge.
Indarjati, A. (1994). Dukungan Sosial dan Stress Kerja: Model InteraktifMenurut Sutherland
& Cooper. Dalam L. De Clerq, & B. Smet,Psikologi Kesehatan : Suatu Pendahuluan (p. 106).
Semarang:Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata.
Lewis. 2005. Medical Surgical Nursing Assesesment and Management of Clinical problems.
Australia:Elsevier.

Losyk, B. (2007). Kendalikan Stres Anda! Cara Mengatasi Stres danSukses di Tempat Kerja.
Alih bahasa: Marselita Harapan. Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama

1
17

Anda mungkin juga menyukai