Anda di halaman 1dari 9

Judul : Hubungan stress dengan terjadinya keputihan pada remaja

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan reproduksi diartikan sebagai suatu kondisi yang menjamin bahwa
fungsi reproduksi, khususnya proses reproduksi dapat berlangsung dalam keadaan
sejahtera fisik, mental maupun sosial dan bukan sekedar terbebas dari penyakit atau
gangguan fungsi alat reproduksi. Kesehatan reproduksi merupakan unsur terpenting
dalam kesehatan umum, baik pada perempuan ataupun pada laki-laki, kesehatan
reproduksi juga dapat mempengaruhi kesehatan bayi, anak, remaja dan orang yang
berusia diluar masa reproduksi.(Emilia.O, 2008 dalam Janah, 2013)
Kesehatan bagi wanita adalah lebih dari kesehatan reproduksi. Wanita memiliki
kebutuhan khusus yang berhubungan dengan fungsi seksual dan reproduksi. Wanita
mempunyai sistem reproduksi yang sensitif terhadap kerusakan yang dapat terjadi
disfungsi atau penyakit serta merupakan subjek dari beberapa penyakit terhadap
fungsi tubuh. (Kusmiran, 2012). Masalah kesehatan reproduksi yang sejak lama
menjadi keluhan bagi wanita adalah keputihan.
Keputihan adalah keluhan yang sering menyerang wanita dan tidak mengenal
usia. Sedangkan pengertian keputihan itu sendiri adalah keluarnya cairan selain
darah dari liang vagina diluar kebiasaan, baik berbau ataupun tidak disertai rasa
gatal setempat, dapat terjadi secara normal (fisiologis) maupun abnormal (patologis)
(kusmiran,2012). keputihan dapat terjadi pada wanita tanpa memandang usia. Data
penelitian tentang kesehatan reproduksi wanita menunjukan 75% wanita di dunia
pasti menderita keputihan paling tidak sekali seumur hidup dan 45% diantaranya
bisa mengalami sebanyak dua kali atau lebih (Kustriyani, 2009).
WHO menyatakan bahwa 5% remaja di dunia terjangkit PMS dengan gejala
keputihan setiap tahunnya, bahkan di Amerika Serikat 1 dari 8 remaja. Disebagian
negara berkembang kerentanan wanita terhadap infeksi berupa keputihan diperberat
oleh status sosial wanita dan sangat terbatasnya pencegahan terhadap infeksi (Gay
dkk, 1997). Di indonesia sekitar 90 % wanita berpotensi mengalami keputihan
karena negara indonesia adalah negara yang beriklim tropis, sehingga jamur mudah
tumbuh dan berkembang yang mengakibatkan banyaknya kasus keputihan pada
perempuan indonesia ( Nurul., 2001)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat
dirumuskan masalah penelitian adalah : bagaimana hubungan stress dengan kejadian
keputihan pada remaja di Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi tahun 2018.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum yang ingin peneliti capai dalam penelitian ini yaitu mengetahui
hubungan stress dengan kejadian keputuhan pada remaja di Stikes Jenderal
Achmad Yani Cimahi tahun 2018.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi tingkatan stres pada remaja di Stikes Jenderal Achmad Yani
Cimahi.
b. Mengidentifikasi gambaran kejadian keputihan pada remaja di Stikes Jenderal
Achmad Yani cimahi.
c. Menganalisis hubungan Stress dengan kejadian keputihan pada remaja di
Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan meningkatkan ilmu
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, khususnya masalah hubungan antara
stres dengan kejadian keputihan.
2. Manfaat Praktis
Sebagai penunjang upaya preventif terkait gangguan kesehatan yang bisa
ditimbulkan karena stres.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi bagi masyarakat pada
umumnya dan bagi mahasiswi pada khususnya untuk mengetahui hubungan
tingkat stres dengan siklus menstruasi pada mahasiswi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Stress
1. Pengertian
Stres adalah stimulus atau situasi yang menimbulkan distres dan
menciptakan tuntutan fisik dan psikis pada seseorang. Stres membutuhkan
koping dan adaptasi. Teori selye, menggambarkan stres sebagai kerusakan
yang terjadi pada tubuh tanpa mempedulikan apakah penyebab stres
tersebut positif atau negatif. Respon tubuh dapat diprediksi tanpa
memperhatikan stresor atau penyebab tertentu (Issacs, 2004)
Stres adalah reaksi dari tubuh (respons) terhadap lingkungan yang
dapat memproteksi diri kita yang juga merupakan bagian dari stres
pertahanan yang membuat kita tetap hidup. Stres adalah kondisi yang tidak
menyenangkan dimana manusia melihat adanya tuntutan dalam suatu
situasi sebagai beban atau diluar batasan kemampuan mereka untuk
memenuhi tuntutan tersebut ( patel 1996 dalam Nasir & Muhith (2011)
Stres adalah ketidak mampuan mengatasi ancaman yang dihadapi
oleh mental, fisik, emosional, dan spiritual manusia, yang pada suatu saat
dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut. (National Safety
Council,2004)
Stres adalah reaksi / respon tubuh terhadap stresor psikososial
(tekanan mental / beban kehidupan). Stres dewasa ini digunakan secara
bergantian untuk menjelaskan berbagai stimulus dengan intensitas
berlebihan yang tidak disukai berupa respon fisiologis, prilaku, dan
subjektif terhadap stres, konteks yang menjembatani pertemuan antara
individu dengan stimulus yang membuat stres, semua sebagai suatu sistem
(WHO, 2003)
2. Jenis stres
ada sua jenis stres, yaitu “baik” dan “buruk”. Stres melibatkan perubahan
fisiologis yang kemungkinan dapat dialami sebagai perasaan yang baik
anxiousness (distres) atau pleasure ( eustres).
a. Stres yang baik atau eustres adalah sesuatu yang positif. Stres
dikaitkan berdampak baik apabila seseorang mencoba untuk memenuhi
tuntutan untuk menjadikan orang maupun dirinya sendiri mendapatkan
sesuatu yang baik dan berharga. Dengan stres yang baik
3. Penyebab stres
Stresor adalah faktor-faktor dalam kehidupan manusia yang
mengakibatkan terjadinya respon stres. Stresor dapat berasal dari berbagai
sumber, baik dari kondisi fisik, psikologis, maupun sosial dan juga muncul
pada situasi kerja, dirumah, dalam kehidupan sosial dan lingkungan luar
lainnya (petel,1996)
Secara garis besar stresor bisa dikelompokan menjadi dua.
1. Stresor mayor, yang berupa major live events yang meliputi peristiwa
kematian orang yang disayangi, masuk sekolah untuk pertama kali, dan
perpisahan
2. Stresor minor yang biasanya berawal dari stimulus tentang masalah
hidup sehari-hari, misalnya ketidak senangan emosional terhadap hal-
hal tertentu sehingga menyebabkan munculnya stres ( Brantley, dkk.,
1988 dalam Nasir, 2011)
4. Gejala- gejala stres
Gejala stres menurut Goliszek (2005) melibatkan 30 kategori, yaitu:
a. Gejala fisik :
Gejala yang termasuk kategori fisik yaitu sakit kepala, sulit menelan,
sariawan, sakit leher, nyeri otot, rasa lemah, diare, sakit perut, jantung
berdebar-debar.
b. Gejala emosi
Gejala emosi antara lain depresi, panik, khawatir, sering menangis,
amarah, mimpi buruk, berprilaku impulsive, gelisah, terhadap hal-hal
yang kecil, sikap agresif yang tidak normal.
c. Gejala prilaku
Sedangkan yang termasuk dalam kategori prilaku adalah dahi berkerut,
gelak tawa gelisah bernada tinggi, mengigit kuku, kelambanan kronis,
berjalan mondar-mandir, merokok secara berlebihan, prilaku sosial
yang berubah secara tiba-tiba.
5. Tahapan stres
Gejala-gejala sters pada seseorang sering kali tidak disadari karena
perjalanan awal tahapan stres berjalan secara lamban dan baru dirasakan
saat tahapan gejala sudah lanjut dan mengganggu fungsi kehidupannya
sehari-hari. Dr. Robert J.Van Amberg membagi tahapan-tahapan stres
sebagai berikut : (Hawari, 1995 : 50-53)
a. Stres tahap pertama ( paling ringan), yaitu stres yang disertai perasaan
nafsu bekerja yang besar dan berlebihan, mampu menyelesaikan
pekerjaan tanpa memperhitungkan tenaga yang dimiliki, dan
penglihatan menjadi tajam.
b. Stres tahap ke dua, yaitu stres yang disertai keluhan, seperti bangun
pagi tidak segar atau letih, lekas cape pada saat menjelang sore, lekas
lelah sesudah makan, tidak dapat rileks, lambung atau perut tidak
nyaman, jantung berdebar, otot tengkuk, dan punggung tegang, Hal
tersebut karena cadangan tenaga tidak memadai.
c. Stres tahap ketiga, yaitu tahapan stres dengan keluhan, seperti defekasi
tidak teratur (kadang-kadang diare), otot semakin tegang, emosional,
insomnia, mudah terjaga dan sulit tidur kembali, koordinasi tubuh
terganggu, dan mudah jatuh pingsan.
d. Stres tahap keempat, yaitu tahapan stres dengan keluhan, seperti tidak
mampu bekerja sepanjang hari (loyo), aktivitas bekerja terasa sulit dan
menjenuhkan, respon tidak adekuat, kegiatan rutin terganggu,
gangguan pola tidur, sering menolak ajakan, konsentrasi dan daya
ingat menurun, serta timbul ketakutan dan kecemasan.
e. Stres tahap kelima, yaitu tahap stres yang ditandai dengan kelelahan
fisik dan mental, ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan yang
sedang dan ringan, gangguan pencernaan berat, meningkatnya rasa
takut dan cemas, bingung dan panik
f. Stres tahap keenam (paling berat), yaitu tahapan stres dengan tanda-
tanda seperti jantung berdebar keras, sesak nafas, badan gemetar,
dingin, dan banyak keluar keringat, loyo, serta pingsan atau collaps.
6. Pengukuran tingkat stres
B. Konsep Kepeutihan
1. Pengertian
Keputihan (white discharge, flour albus, leucorrhea) adalah
keluarnya secret atau cairan dari vagina yang bervariasi dari bau,
konsentrasi dan warna (prawirohardjo, 2013) Keputihan (flour albus)
adalah gejala keluarnya getah atau cairan vagina yang berlebihan sehingga
sering menyebabkan celana dalam basah ( Pudiastuti, 2010), Keputihan
adalah kondisi saat mengeluarkan cairan atau lendir menyerupai nanah
(Bahari,2012)
Berdasarkan ketiga pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
keputihan merupakan suatu keadaan dimana terjadinya pengeluaran berupa
cairan selain darah yang berlebih dari liang vagina.
2. Klasifikasi Keputihan
Menurut Ayuningsing, Teviningrum dan Krisnawati (2009) terdapat 2
jenis keputihan, yaitu :
a. Keputihan normal (fisiologis)
Keputihan fisiologis biasanya terjadi menjelang dan sesudah
menstruasi, mendapat rangsangan seksual, mengalami stres berat,
sedang hamil atau mengalami kelelahan. Adapun cairan yang keluar
berwarna jernih atau kekuningan, tidak berbau dan tidak terasa gatal.
Keputihan semacam ini merupakan sesuatu yang wajar, sehinggga
tidak diperlukan tindakan medis tertentu.
b. Keputihan abnormal (patologis)
Keputihan patologis disebut keputihan dengan ciei-ciri jumlahnya
banyak, warnanya putih seperti susu basi, kuning, atau kehijauan
disertai dengan rasa gatal dan pedih, kadang berbau busuk atau amis.
Keputihan menjadi salah satu tanda atau gejala adanya kelainan pada
organ reproduksi wanita. Kelainan tersebut dapat berupa infeksi, polip
leher rahim, keganasan (tumor dan kanker), serta adanya benda asing.
Namun tidak semua infeksi pada saluran reproduksi wanita
memberikan gejala keputihan.
3. Patogenesisi keputihan
Perkembangan alat kelamin wanita mengalami berbagai perubahan mulai
bayi hingga menopouse.keputihan merupakan keadaan yang dapat terjadi
fidiologis dan patologis karena terinfeksi kuman penyakit. Bila vagina
terinfeksi kuman penyakit seperti jamur, parasit, bekteri, dan virus
makakeseimbangan ekosistem vagina akan terganggu. bakteri ini
memakan glikogen yang dihasilkan oleh estrogen pada dinding vagina
sehingga mengakibatkan keadaan pH vagina basa dan menjadikan kuman
penyakit berkembang dan hidup subur di dalam vagina (Sibagariang,
2010).
4. Gejala keputihan
Menurut wijayanti (2009), gejala yang timbul akibat keputihan beraneka
ragam sesuai dengan faktor penyebabnya. Cairan yang keluar bisa saja
banyak, sehingga harus berkali-kali mengganti celana dalam,bahkan
menggunakan pembalut, namun dapat bula sedikit. Sebagian penderita
mengeluhkan rasa gatal, hal ini dipengaruhi oleh kondisi lembap karena
banyaknya cairan yang keluar disekitar paha, sehingga kulit dibgian itu
mudah mengalami lecet.
Keputihan dapat memengaruhi kondisi psikologis remaja dikarenakan rasa
malu, sedih atau rendah diri, sehingga mengakibatkan kehilangan rasa
percaya diri dari pergaulan. Bahkan, kondisi ini dapat menimbulkan cemas
yang berlebihan karena takut terkena penyakit kanker.
5. Karakteristik yang dapat dicegah oleh infeksi
6. Pemeriksaan keputihan
7. Pencegahan keputihan
8. Penatalaksanaan keputihan
9. Dampak keputihan
dampak keputihan yang berlangsung terus menerus dalam waktu yang
lama dan menimbulkan keluhan maka perlu dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut untuk mengetahui penyebabnya. Keputihan tidak bisa dianggap
remeh karena keputihan dapat berakibat fatal bila terlambat ditangani,
misalnya salah satunya dapat menimbulkan kemandulan, kanker, radang,
penyakit panggul dan hampir setiap wanita pernah mengalaminya
(Shadine,2009). Cairan keputihan banyak mengandung banyak leukosit
dan warnanya agak kekuning-kuningan sampai hijau, seringkali lebih
kental dan berbau. Radang vulva, vagina, serviks dan kavum uteri dapat
menyebabkan leukorea patologik ( sarwono, 2011).
C. Konsep remaja
1. Pengertian
2. Ciri-ciri umum masa remaja
3. Kurun waktu masa remaja
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
1. Paradigma Penelitian
2. Rancangan Penelitian
3. Hipotesis penelitian
4. Variabel Penelitian
5. Definisi Operasional
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
2. Sampel
C. Teknik Pengumpulan Data dan prosedur Penelitian
1. Teknik Pengumpulan Data
2. Instrumen Penelitian
D. Uji Validitas dan Reabilitas
1. Uji Validitas
2. Uji Reabilitas
E. Prosedur Penelitian
F. Pengolahan dan Analisa Data
G. Etika Penelitian
H. Lokasi dan Waktu Penelitian
(Emilia O.(2008) Promosi Kesehatan Reproduksi Wanita. Yogyakarta: Pustaka
Cendikia) dalam (Ana Fatkhuli Janah, Edi Sampurno, Wahyuningsih, 2013. JNKI,
Vol. 1, No. 2, Tahun 2013, 66-70)
Kusmiran. Eni.(2012) Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta : Salemba
Medika

Anda mungkin juga menyukai