Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Pengertian Stress
Stres adalah reaksi atau respon tubuh terhadap stresor psikososial
(tekanan mental/beban kehidupan ). Stres dewasa ini digunakan secara
bergantian untuk menjelaskan berbagai stimulus dengan intensitas
berlebihan yang tidak disukai berupa respon fisiologis, perilaku dan
subjektif terhadap stres . Konteks yang menyembatani pertemuan
anatara individu dengan stimulus yang membuat stres,semua sebagai
suatu sistem (WHO,2013).
Stress adalah respon tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap
kebutuhan tubuh terganggu , suatu fenomena universal yang terjadi
dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari setiap orang
yang mengalaminya ( Rasmun 2014 ).
2. Sumber Stres
Sumber stres adalah semua kondisi stimulusi yang berbahaya dan
menghasilkan reaksi stres, misalnya jumlah semua respon fisiologis
nonspesifik yang menyebabkan kerusakan dalam sistem biologis .
Stress reaction acute ( reaksi stres akut ) adalah gangguan sementara
yang muncul pada seseorng individu tanpa adanya gangguan mental
yang sangat berat ,biasanya merada dalam bebrapa jam atau hari.
Kerentanan dan kemampuan koping (copang copacity) seseorang
memainkan peranan dalam terjadinya reaksi stres akut dan
keparahannya ( Sunaryo 2014 ).
Bayi,anak-anak dan dewasa semua dapat mengalami stres . sumber
stres bisa berasal dari diri sendiri , keluarga dan komunitas sosial (
Alloy 2014 ). Menurut meramis (2009), dalam bukunya ada empat
sumber atau penyebab stres psikologi yaitu frustasi ,konflik,tekanan
dan krisis.
a. Frustasi
Timbul akibat kegagalan dalam mencapai tujuan karena ada arah
melintang ,misalnya apabila ada perawat puskesmas lulsan SPK
bercita-cita ingin mengikuti D3 AKPER program khusus
puskesmas ,tetapi tidak di izinkan oleh istri/suami , tidak punya
biaya dan sebagainya . Frustasi ada yang bersifat intrinsik ( cacat
badan dan kegagalan usaha ) dan ekstrinsik ( kecelakaan ,bencana
alam, kematian orang yang dicintai ,keguncangan
ekonomi,pengangguran,perselingkuhan dan lain-lain).
b. Konflik
Timbul akibat tidak bisa memilih antara dua atau lebih macam-
macam keinginan,kebutuhan atau tujuan ,ada tiga jenis konflik :
1) Appoach-approach conflict,terjadi apabila individu harus
memilih satu diantara dua alternatif yang sama-sama
disukai,misalnya saja seorang yang sulit menentukan keputusan
diantara dua pilihan karir yang sama-sama diinginkan . Stres
muncul akibat hilangnya kesempatan untuk menikmati alternatif
yang tidak diambil . jenis konfli ini biasanya sangat mudah dan
cepat diselesaikan .
2) Avoidance-a voidance conflict,terjadi apabila individu
dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama tidak disenangi
,misalnya wanita muda yang hamil diluar pernikahan,disuatu sisi
ia tidak ingin aborsi tiap disisi lain ia belum mampu secara
mental dan finansial untukmembesarkan anaknya nanti . Konflik
jenis ini lebih sulit diputuskan dan memerlukan lebih banak
tenaga dan waktu untuk menyelesaikannya karena masing-
masing alternatif memiliki konsekuensi yang tidak
menyenangkan.
3) Approach-avoidance conflict ,merupakan situasi dimana
individu merasa tertarik sekaligus tidak menyukai atau ingin
menghindar dari seseorang atau suatu objek yang sama,
misalnya seseorang yang berniat berhenti merokok ,karena
khawatir merusak kesehatannya tetapi ia tidak dapat
membayangkan sisa hidupnya kelaktanpa rokok .
c. Tekanan
Timbul sebagai akibat tekanan hidup sehari-hari. Tekanan dapat
berasal dari dalam diri individu, misalnya cita-cita atau norma yang
terlalu tinggi . Tekanan yang berasal dari luar individu,misalnya
orang tua menuntut anknya agar disekolah selalu rangkaking satu ,
atau istri menuntut uang belanja yang berlebihan kepada suami .
d. Krisis
Keadaan mendadak yang menimbulkan stres pada invidu ,
misalnya kematian orang disayangi,kecakalakan atau penyakit yang
harus segera dioperasi.

3. Jenis-jenis Stres
Girdano( 2015 ),mengatakan bahwa terdapat dua jenis stress yaitu :
a. Eustres ,yaitu hasul dari respon terhadap stres yang bersifat
sehat,positif ,dan konstruktif ( bersifat membangun ).
Hal tersebut termasuk kesejahtraan individu dan juga organisasi
yang diasosiasikan dengan pertumbuhan fleksibilitas, kemampuan
adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi, ini adalah semua
bentuk stres yang mendorong tubuh untuk beradaptasi dan
meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi . Ketika tubuh
mampu menggunakan stres yang dialami untuk melewati sebuah
hambatan dan meningkatkan perfrom stres tersebut bersifat positif
sehat dan menantang .
b. Distres ,yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak
sehat , negatif , dan distruktif (bersifat merusak). Hal tersebut
termasuk konsekuensi individu terhadap penyakit sistemik dan
tingkat ketidakhadiran (absenteeism) yang tinggi , yang
diasosiasikan dengan keadaan sakit , penurunan kematian . Distres
adalah semua bentuk stres yang melebihi kemampuan untuk
mengatasinya , membebani tubuh, dan menyebabkan masalah fisik
atau psikologis , ketika seseorang mengalami distres orang tersebut
akan cenderung bereaksi secara berlebihan ,bingung, dan tidak
dapat berperfrom secara maksimal .
4. Tahapan stres
Gejala stres pada seseorang sringkali tidak didasari , karena
perjalanan awal tahapan stres timbul secara lambat dan baru dirasakan
bila mana tahapan gejala sudah lanjut dan menggangu fungsi
kehidupannya sehari-hari . Menurut Hawari ( 2011 ) bahwa tahapan
stres dibagi sebagai berikut :
a) Stress tahap 1
Tahapan ini merupakan tahapan stres yang paling ringan dan
biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut :
1) Semangat bekerja keras , berlebihan ( over acting )
2) Penglihatan tajam tidak sebagaimana biasanya
3) Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih biasanya ,
namun tanpa disadari cadangan energi semakin menipis .
b) Stres tahap II
Dalam tahap ini dampak stres yang semula “ menyenangkan “
sebagaimana diuraikan pada tahap 1 diatas mulai menghilang dan
timbul keluhan-keluhan yang disebabkan karena cadangan energi
yang tidak lagi cukup sepanjang hari, karena tidak cukup waktu
untuk beristirahat istirahat yang dimaksud antara lain dengan tidur
yang cukup , bermanfaat untuk untuk mengisi atau memulihkan
cadangan energi yang mengalami defisit . Keluhan-keluhan yang
sering dikemukakan oleh seseorang yang berada pada stres tahap
II adalah sebagai berikut :
1) Merasa letih sewaktu bangun pagi yang seharusnya merasa
segar
2) Merasa lelah sesudah makan siang
3) Lekas merasa capai setelah sore hari
4) Detakan jantung lebih keras dan biasanya berdebar-debar
5) Sering mengeluh lambung/ perut tida nyaman (bowel
discomfort)
6) Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang
7) Tidak bisa santai
c) Stres tahap III
Apabila seseorang tetap memaksakan diri dalam pekerjaan tanpa
menghiraukan keluhan-keluhan pada stres tahap II , maka akan
menujukan keluhan-keluhan yang semkain nyata dan menggangu
yaitu :
1) Gangguan lambung dan usus semakin nyata : mialnya keluha
“ maag “ ( gastritis ) ,buang air besar tidak teratur ( diare).
2) Ketegangan otot-otot semakin terasa
3) Perasaan ketidaktenangan dan ketegangan emosional semakin
meningkat.
4) Gangguan pola tidur ( insomnia ) , misalnya sukar untuk
memulai masuk tidur (early insomnia) atau terbangun tengah
malam dan sukar kembali tidur ( midle insomnia ) atau
bangun terlalu pagi atau dini hari dan ridak dapat kembali
tidur ( late insomnia ).
5) Kondisi tubuh terganggu ( badan terasa oyong dan sersa mau
pingsan ) Pada tahap ini seseorang harus berkonsultasi pada
dokter untuk memperoleh terapi , atau bisa juga beban stres
hendakna dikurangi dan tubuh memperoleh kesehatan untuk
beristirhat guna menambah suplai energi yang mengalami
defisit . untuk beristirahat , merasa lelah karena cemas , tidak
sabar karena mengalami penundaan dan menghadapi
gangguan terhadap hal yang sedang dilakukan , mudah
tersinggung , gelisah dan tidak dapat memaklumi hal apapun
yang menghalangi ketika sedang mengerjakan sesuatu hal ,
tugas kuliah ( Psychologi Foundation of Australia 2010 ).
d) Stres tahap IV
Gejala stres tahap IV akan mucul yang ditadai dengan hal-hal
sebagai berikut :
1) Merasa sulit untuk bertahan sepanjang hari
2) Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah
diselesaikan menjadi membosankan dan terasa lebih sulit .
3) Yang semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan
kemampuan untuk merespon secara memadai ( adequate ).
4) Ketidak mampuan untuk melaksankan kegiatan rutin sehari-
hari
5) Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang
menegangkan
6) Seringkali menolak ajakan ( negativism ) karena tidak ada
semangat dan tidak ada kegairahan .
7) Daya konsentrasi dan daya ingat turun
8) Timbul prsaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat
dijelaskan apa penyebabnya
e) Stres tahap V
Bila keadaan berlanjut , maka seseorang itu akan jatuh dalam stres
tahap V yang ditandai dengan hal-hal sebagai berikut :
1) Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam ( physical
dan psychologikal exhaustation )
2) Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari
yang ringan dan sederhana
3) Gangguan sistem pencernaan semakin berat ( gastrointestinal
disoster)
4) Timbul perasaan ketakutan,kecemasan yang semakin
meningkat, mudah bingung dan panik
f) Stres tahap VI
Tahapan ini emrupakan tahapan klimaks , seseorang mengalami
serangan panik ( panic attack ) dan perasaan takut mati , tidak
jarang orang yang mengalami stres tahap VI berulah dibawah ke
unit Gawat Darurat bahkan ICU ,meskipun pada akhirnya
dipulangkan karena tidak ditemukan kelainan fisik organ
tubuh.Gambaran stres tahap VI ini adalah sebgai berikut :
1) Debaran jantung amat keras
2) Susah bernafas ( sesak dan mangap-mangap )
3) Sekujur badan terasa gemetar ,dingin dan keringat bercucuran
4) Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan
5) Pingsan atau kolaps (collapse) Bila dikaji maka keluhan atau
gejala sebagaimana digambarkan diatas didominasi oleh
keluhan-keluhan fisik yang disebabkan oleh gangguan faal (
fungsional) organ tubuh , sehingga akibat stresor psikososial
yang melebihi kemampuan seseorang untuk mengatasinya .
5. Pengukuran stres
Tingkat stres adalah hasil penelitian terhadap berat ringannya
stresyang dialami seseorang . Tingkat stres ini bisa diukur dengan banyak
skala , anataranta adalah skala dengan menggunakan depresion Anxiety
stres scale 42 ( DASS 42 ) atau lebih di ringkaskan sebagai Depression
anxiety stres scale 21 ( DASS 21 ). Psycometric Properties of the
depresson anciety stress scale 42 ( DASS).DASS adalah seperangkat
skala subjektif yang dibentuk untuk mengukur status emosional negatif
dan depresi , kecemasan dan stres .DASS 42 dibentuk tidak hanya untuk
mengukur secara konvensional mengenai status emosional , tetapi untuk
proses yang lebih lanjut untuk pemahaman , pengetian dan pengukuran
yang berlaku dimanapun dari status emosional , secara signifikan
biasanya digambarkan sebagai stres . DASS dapat digunakan baik itu
oleh kelompok atau individu untuk tujuan penelitian ( Lovibond &
Lovibond 2005 ).Selain itu ,ada juga skala-skala lain yang bisa
digunakan seperti Parceived stress scale ( PSS ) atau profile mood states
( POMS ).Alat-alat ini digunakan sebagai instrumen untuk mendeteksi
stres dan tahap stres dan bukannya sebagai alat untuk mendiagnosa (
cohen 2013 ).
6. Tingkat stres
Hawai ( 2011 ), menyatakan setiap individu mempunyai persepsi
dan respon yang berbeda-beda terhadap stres . Persepsi seseorang
didasarkan kepada keyakinan dan norma , pengalaman ,pola hidup faktor
lingkungan struktur dan fungsi keluarga ,
tahap perkembangan keluarga ,pengalaman masa lalu dengan stres
serta mekanisme koping berdasarkan studi literatur ditemukan tingkat
stres menjadi 5 bagian ,yaitu :
a) Stres normal
Stres normal yang dihadapi secara teratur dan merupakan bagian
alamiah dari kehidupan seperti dalam situasi ,kelelahan stelah
mengerjakan tugas , takuttidak lulus ujian , merusak detak jantung
berdetak lebih keras setelah aktivitas .
Stres normal alamiah dan menjadi penting karena setiap orang pasti
pernah mengalami stres.
b) Stres ringan
adalah stresor yang dihadapi secara teratur yang dapat berlangsung
beberapa menit atau jam . situasi seperti banyak tidur ,kemacetan
atau dimarahi dosen . Stressor ini dapat menimbulkan gejala antara
lain bibir sering kering kesulitan bernafas ( sering terengah-engah
),kesulitan menelan,merasa goyah,merasa lemas,berkeringat
berlebihan ketika temperatur tidak panas dan tidak setelah
beraktivitas ,takut tanpa alasan ang jelas ,menyadari denyut jantung
walaupun tidak setelah melakukan aktifitas fisik, tremor pada tangan
dan merasa sangat lega jika situasi berakhir
( Psychology Foundation of Australia 2010). Dengan demikian
stresor ringan dengan jumlah yang banyak dalam waktu singkat
dapat meningkatkan resiko penyakit bagi seseorang.
c) Stres sedang
Stres ini terjadi lebih lama , antara beberapa jam sampai beberapa
hari. Misalnya masalah perselisihan yang tidak dapat diselesaikan
dengan teman atau pacar. Stresor ini dapat menimbulkan
gejala,antara lain : mudah marah,bereaksi berlebihanterhadap
situasi,sulit untuk beristirahat merasa lelah karena cemas ,tidak sabar
karena mengalami penundaan dan menghdapi gangguan terhadap hal
yang sedang dilakukan ,mudah tersinggung ,gelisah dan tidak dapat
memaklumi hal apapun yang menghalangi ketika sedang
mengerjakan sesuatu hal ( Psycology Foundation of Australia 2010).
d) Stres berat
Stres berat dalah situasi kronis yang dapa terjadi dalam beberapa
minggu sampai beberapa tahun, seperti perselisihan dengan dosen
atau teman secara terus menerus , kesulitan financial yang
berkepanjangan dan penyakit fisik jangka panjang . Makin sering
dan lama situasi stres , makin tinggi resiko stres yang ditimbulkan .
stresos ini dapat menimbulkan gejala , antara lain merasa tidak
dapat merasakan peranan positif , merasa tidak kuat lagi untuk
melakukan kegiatan , merasa tiak ada hal yang dapat diharpkan
dmasa depan , sedih tertekan , putus asa kehilangan minat dalam
segala hal , merasa tidak berharga sebagai seorang manusia ,
berpikir bahwa hidup bermanfaat .semakin meningkata stres yang
dialami mahasiswa secara berharap maka akan menurunkan energi
dan respon adaptif ( Psychology foundation of Australia 2010 ).
e) Stres sangat berat
Stres sangat berat adalah situasi kronis yang dapat terjadi dalam
beberpa bulan dan waktu yang tidak dapat ditentukan . Seseorang
yang mengalami stres sangat berat tidak memiliki motivasi untuk
hidup dan cendrung pasrah , seseorang dalam tingkat stres ini
biasanya terindentifikasi mengalami depresi berat.

7. Manajeman stres
Hawari ( 2011), menyatakan manajemen stres merupakan upaya
mengelola stres dengan baik , bertujuan untuk mencegah dan
mengatasi stress agar tidak sampai ke tahap yang paling berat.
Beberapa manajemen stress yang dapat dilakukan yaitu :
a) Mengatur diet dan nutrisi
Pengaturan diet dan nutrisi merupakan cara yang efektif dalam
mengurangi dan mengatsi stres ini dapat dilakukan dengan
mengkonsumsi makanan yang bergizi sesuai porsi dan jadwal
yang teratur , menu juga sebaiknya bervariasi agar tidak timbul
kebosanan.
b) Istirahat dan tidur
Istirshat dan tidur merupkan obat yang terbaik dalam mengatasi
stres karena istirahat dan tidur yang cukup akan memulihkan
keletihan fisik dan kebugaran tubuh. Tidur yang cukup dapat
memperbaiki sel-sel yang rusak .
c) Olahraga teratur
Olahraga yang teratur adalah olahraga yang daya tahan dan
kekebalan fisik maupun mental. Olahraga yang dilakukan tidak
harus sulit, olahraga yang sederhana seperti jalan pagi atau lari
pagi dilakukan paling tidak dua kali seminggu dan tidak harus
sampai berjam-jam sesuai olahraga diamkan tubuh yang
berkeringat sejenak dan mandi memulihkan kesegaran .
d) Berhenti merokok
Berhenti merokok adlah bagian dari cara mengurangi stres karena
dapat meningkatkan status kesehatan serta menjaga kesehatan dan
kekebalan tubuh .
e) Menghidari minuman keras
Menuman keras merupakan faktor pencetus yang dapat
mengakibatkan terjadinya stres. Dengan menghindari minuman
keras,individu dapat terhindar dari banyak penyakit yang
disebabkan oleh pengaruh minuman keras yang mengandung
alkohol.
f) Mengatur berat badan
Berat baadan yang tiak seimbang ( terlalu gemuk atau terlalu kurus
) merupakan faktor yang dapat menyebabkan stres. Keadaan
tubuh yang tidak seimbang akan menurunkan kesehtan dan
kekebalan tubuh terhdap stres.
8. Faktor yang mempengaruhi tingkat stres
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat stres antara lain :
a) Kemampuan memperkirakan
Timbulnya suatu stres , meskipun yang bersangkutan belum dapat
mengontrolnya.
b) Kontrol atau jasa waktu
Kemampuan individu untuk mengendalikan berapa lama waktu
kejadian yang penuh stres .
c) Evaluasi kognitif
Kejadian stress yang sama mungkin dihayati secaraberbeda oleh dua
individu yang berbeda .
d) Perasaan mampu
Kepercayaan seseorang atas kemampuannya menanggulangi stres . (
Hawari 2011 )
9. Dampak yang ditimbulkan stres
Terdapat dua aspek utama dari dampak yang ditimbulkan akibat stres
yang terjadi pada manusia ,yaitu :
a) Aspek biologis
Beberapa gejala fisik yang dirasakan ketika seseorang sedang
mengalami stres, diantaranya adalah sakit kepala yang berlebihan
tidurmenjadi tidak nyenyak , gangguan pencernaan , hilangnya nafsu
makan , gangguan kulit dan produksi keringat yang berlebihan
diseluruh tubuh.
b) Aspek psikologis
Terdapat tiga gejala psikologis yang dirasakan ketika seseorang
sedang mengalami stres diantranya :
1) Gejala kognisi
2) Gejala-gejala yang muncul pada aspek kognisi seperti menurnya
daya ingat,perhatian dan konsentrasi yang berkurang sehingga tidak
fokus dalam melakukan sesuatu hal.
3) Gejala emosi
Gejala-gejala yang muncul pada aspek emosi seperti mudah marah,
kecemasan yang berlebihan terhadap segala sesuatu , merasa sedih
dan depresi.
4) Gejala tingkah laku
Gejala-gejala yang muncul pada aspek tingkah laku seperti mudah
menyalahkan dan mencari kesalahan orang lain, melanggar norma
karena tidak bisa mengontrol perbuatannya , bersikap tak acuh
pada lingkunganya serta suka melkukan penundaan pekerjaan .
(Hawari 2011 )

B. Konsep bencana
1. Pengertian bencana
Bencana adalah kejadian yang disebabkan oleh perbuatan manusia
ataupun prubahan alam yang mengakibatkan kerusakandan
kehancuran sehingga perlu bantuan orang lain untuk memperbaikinya.
Bencana akan selalu menimbulkan kerugian dan penderitaan serta
memengaruhi aspek-aspek kehidupan seseorang, keluarga, kelompok,
maupun masyarakat secara umum sehingga diperlukan cara-cara
khusus mencegah dan mengelolanya.
Bencana yang terjadi dapat dibagi berdasarkan sifatnya sebagai
alamiah maupun buatan manusia dan mengakibatkan penderitaan dan
kesengsaraan sehingga korban bencana membutuhkan bantuan orang
lain untuk memenuhi kebutuhannya. Secara lebih sederhana bencana
adalah kejadian yang membutuhkan usaha ekstra keras, lebih dari
respon terhadap situasi kedaruratan biasa (Keliat, 2011).
Menurut departemen kesehatan republik indonesia (2001), defenisi
bencana adalah peristiwa atau kejadian pada suatu daerah yang
mengakibatkan kerusakan ekologi, kerugian kehidupan manusia, serta
memburuknya kesehatan dan pelayanan kesehatan yang bermakna
sehingga memerlukan bantuan luar biasa dari pihak luar.
American Public Health Association (APHA) 2006 menyatakan
bencana sebagai peristiwa alami atau buatan manusia, yang dapat
menyebabkan gangguan, hilangnya nyawa manusia, kerusakan fisik
dan kerusakan lingkungan. (WHO,2007) sebagai setiap kejadian yang
menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis, kehilangan nyawa
manusia atau memburuknya derajat kesehatan atau pelayanan
kesehatan pada skala tertentu yang memerlukan respon dari luar
masyarakat atau wilayah yang terkena (Efendi, 2009).
2. Jenis-jenis bencana
Menurut UU No. 24 Tahun 2007, bencana diklasifikasikan atas 3
jenis, yaitu :
a) Bencana Alam ( Natural Disaster)
Bencana alam adalah bencana yang bersumber dari fenomena
alam. Bencana alam terjadi hampir sepanjang tahun diberbagai
belahan dunia, termasuk Indonesia, Jenis bencana alam sangatlah
banyak, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Gempa
Gempa merupakan kejadian alam yang paling sering dan
banyak menimbulkan korban. Menurut kejadiannya, gempa
merupakan kejadian alam, berupa sentakan alamiah yang
terjadi di bumi, yang sumbernya didalam bumi dan merambat
kepermukaan.
2) Tsunami
Tsunami berasal daribahasa jepang (tsu =pelabuhan, nami=
gelombang), yang dapat diartikan sebagai gelombang pasang.
b) Bencana Buatan Manusia (Man Made Disaster)
Bencana buatan manusia atau sering juga disebut bencana non
alam, yaitu bencana yang diakibatkan atau terjadi karena
adanya campur tangan manusia. Campur tangan ini dapat
berupa langsung maupun tidak langsung. Buatan manusia
langsung misalnya, bencana akibat kegagalan teknologi disuatu
pabrik atau industry. Berbai bentuk bencana terkait dengan
kegiatan manusia, antara lain :
1) Bencana Industri
Bencana industri adalah bencana yang berkaitan dengan
aktivitas industri dalam proses operasinya. Kegiatan
industri mengandung berbagai bahaya yang berpotensi
menimbulkan bencana,khususnya industri yang berisiko
tinggi. Bencana yang dapat terjadi akibat kegiatan industri,
sebagai berikut:
a) Kebakaran dan peledakan
b) Bocoran bahan berbahaya dan beracun
c) Pencemaran lingkungan
d) Kegagalan Konstruksi
2) Bencana non industri
Bencana non industri juga banyak terjadi diberbagai
negara dan kawasan di dunia, mulai dari bencana
transportasi, publlic, pemukiman, dan lainnya.
3. Kebijakan Dan Penanganan Bencana
Pemerintah telah menetapkan UU No 24 tahun 2007 tentang
penanggulangan bencana yang didalamnya memuat ketentuan umum:
landasan, asas, dan tujuan: tanggung jawab dan wewenang
(pemerintah dan pemerintah daerah): kelembagaan (pusat dan daerah),
hak dan kewajiban masyarakat,
peran lembaga usaha dan lembaga internasional, penyelenggaraan
penanggulangan bencana, pendanaan dan pengelolaan bantuan
bencana, pengawasan, penyelesaian sengketa dan ketentuan pidana,
ketentuan peralihan dan penutup. UU No 24 tahun 2007, ini
sesungguhnya merupakan kebijakan pemerintah RI yang mengikat
bagi pemerintah itu sendiri maupun seluruh masyarakat Indonesia
serta lembaga donor (asing maupun domestik) dalam hal
penanggulangan bencana Indonesia. Undang-Undang ini masih
mensyaratkan beberapa peraturan pemerintah dan peraturan lain
dibawahnya namun secara filosofis sudah memuat ketentuan pokok
penenggulangan bencana seperti berikut ini:
a) Penyelenggaraan penanggulangan bencana merupakan tanggung
jawab dan wewenang pemerintah dan pemerintah daerah yang
dilaksanakan secara terencana, terpadu, terkoordinasi, dan
menyeluruh.
b) Penyelenggaraan penenggulangan bencana pada masa tanggap
darurat dilaksanakan sepenuhnya oleh badan penenggulangan
bencana (pusat atau daerah) yang terdiri atas unsur pengerah dan
pelaksana.
c) Penyelenggaraan penenggulangan bencana dilaksanakan dengan
memperhatikan hak-hak masyarakat dalam hal pemenuhan
kebutuhan dasar, perlindungan sosial, pendidikan dan
keterampilan, serta partisipasi dalam pengambilan keputusan
dalam hal penanggulangan bencana.
d) Penyelenggaraan penanggulangan bencana dilakukan pada tahap
pra bencana, saat tahap tanggap darurat, dan pasca bencana yang
masing-masing mempunyai karakteristik penanganan yang
berbeda.
e) Penyelenggaraan penenggulangan bencana pada tahap tanggap
darurat didukung oleh anggaran pendapatan dan belanja negara
dan daerah (APBN/APBD) juga didukung dengan dan siap pakai
yang pertanggungjawabannya dilakukan melalui mekanisme
khusus.
f) Penyelenggaraan penanggulangan bencana diawasi oleh
pemerintah dan masyarakat agar tidak terjadi penyimpangan.
g) Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam konteks
undang-undang ini memuat sanksi pidana dan perdata agar ditaati
dan menimbulkan efek jera bagi para pihak yang berbuat lalai
atau sengaja yang karena perbuatannya menimbulkan bencana
(Efendi, 2009)
4. Penanggulangan bencana dibidang kesehatan
Dengan melihat faktor resiko yang terjadi akibat bencana, maka
penanggulangan bencana sektor kesehatan bisa dibagi menjadi aspek
medis dan aspek kesehatan masyarakat. Pengendalian penyakit dan
penyehatan lingkungan merupakan salah satu bagian dari aspek
kesehatan masyarakat. Pelaksanaannya tentu harus melakukan koordinasi
dan kolaborasi dengan sektor dan program terkait. Berikut ini merupakan
ruang lingkup bidang pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan,
terutama pada saat tanggap darurat dan pasca bencana.
a) Sanitasi darurat
Kegiatannya adalah penyediaan serta pengawasan air bersih dan
jamban, kualitas tempat pengungsian, serta pengaturan limbah sesuai
standart. Kekurangan jumlah maupun kualitas sanitasi ini akan
meningkatkan resiko penularan penyakit.
b) Pengendalian vektor
Bila tempat pengungsian dikategorikan tidak ramah, maka
kemungkinan terdapat nyamuk dan vektor lain disekitar pengungsi.
Ini termasuk adanya timbunan sampah dan genangan air yang
memungkinkan terjadinya perindukan vektor. Maka kegiatan
pengendalian vektor terbatas sangat diperlukan, baik dalam bentuk
spraying atau fogging, larvasiding, maupun manipulasi lingkungan.
c) Pengendalian penyakit
Bila laporan pos-pos kesehatan diketahui terdapat peningkatan kasus
penyakit, terutama yang berpotensi KLB, maka dilakukan
pengendalian melalui intensifikasi penatalaksanaan kasus serta
penanggulangan faktor risikonya. Penyakit yang memerlukan
perhatian adalah diare dan ISPA.
d) Surveilans epidemiologi
Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh informasi epidemiologi
penyakit potensi KLB dan faktor risiko. Atas informasi inilah maka
dapat ditentukan pengendalian penyakit, pengendalian vektor, dan
pemberian imunisasi. Informasi epidemiologi yang harus diperoleh
melalui kegiatan surveilans epidemiologi adalah: reaksi sosial,
penyakit menular, perpindahan penduduk, pengaruh cuaca, makanan
dan gizi, persediaan air dan sanitasi, kesehatan jiwa, kerusakan
infrastruktur kesehatan (Efendi, 2009).

C. Konsep Resiliensi
1. Pengertian Resiliensi

D. Hipotesis
Hipotesis merupakan pernyataan awal peneliti mengenai hubungan
antar variabel yang merupakan jawaban peneliti tentang kemungkinan
hasil penelitian. Didalam pernyataan ini terkandung variabel-variabel
yang akan diteliti dan hubungan antara variabel tersebut serta mampu
mengarahkan peneliti untuk menentukan desain penelitian, tehnik
menentukan sampel pengumpulan data metode analisis data (Dharma,
2011).
Berdasarkan kerangka konsep penelitian maka hipotesis dalam
penelitian ini adalah :
Ha : Ada hubungan antara Tingkat stress dan kemampuan
resiliensi pasca gempa di huntara petobo.

Anda mungkin juga menyukai