Anda di halaman 1dari 17

Manajemen

Stress Pada
Klien Gerontik
Dosen : Ns Savitri Gemini, M. Kep
Nama Kelompok:

Cansui Jelita S (616080720007)


Mutia Permatasari (616080720023)
Topik Pembahasan

01 02
Stress Pada Lansia Tahapan Stress

03 04
STESSOR DAN
JENIS MANAJEMEN
MEKANISME KOPING
STRESS PADA LANSIA
PADA LANSIA
Strees Pada Lansia
Stres merupakan reaksi fisiologis dan psikologis yang terjadi
jika seseorang merasakan ketidakseimbangan antara tuntutan
yang dihadapi dengan kemampuan
untuk mengatasi tuntutan tersebut. Stres dapat dikatakan adalah
gejala penyakit masa kini yang erat kaitannya dengan adanya
kemajuan pesat dan perubahan yang
menuntut adaptasi seseorang terhadap perubahan tersebut
dengan sama pesatnya. Usaha, kesulitan, hambatan, dan
kegagalan dalam mengikuti derap kemajuan dan perubahannya
menimbulkan beraneka
ragam keluhan (Rahman, 2016).
Strees Pada Lansia

Stress Pada Lansia adalah Kejadian exsternal dan situasi lingkungan yang
membebani kemampuan adaptasi individu meliputi emosional dan
kejiwaan. Batasan lansia merupakan seseorang yang telah berusia 60 tahun
atau lebih. Lansia terjadi kemunduran fisik dan psikologis secara bertahap
dimana penurunan kondisi tersebut dapat menimbulkan stress pada
sebagian lansia (Keliat2017)
Tingkat stres lebih banyak di alami oleh perempuan dibandingkan laki-
laki di karenakan perempuan lebih cepat stres dan berubah mood
(suasana hati) ketimbang laki - laki. Hal ini diperkuat dengan sebuah
studi terbaru yang menemukan bahwa kejiwaan perempuan benar-benar
dikendalikan oleh hormone Perempuan memang memiliki tingkat
depresi, gangguan stres dan masalah kecemasan yang lebih tinggi
ketimbang laki- laki.
Tahapan Stress Pada Lansia

Tahapan Stres
Sunaryo (2004) menyatakan bahwa tahapan stres dibagi sebagai berikut:

1. Stres tahap I
Merupakan tahapan stres yang paling ringan dan biasanya disertai
parasaan-perasaan semangat bekerja yang besar dan berlebihan.2.

2.Stres Tahap II
Dalam tahap ini dampak stres yang semula menyenangkan mulai
menghilang dan timbul keluhan-keluhan yang disebabkan karena cadangan energi
tidak lagi cukup sepanjang hari. Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan merasa
letih waktu bangun pagi yang seharusnya merasa segar, merasa lekas capai pada
saat menjelang sore, merasa mudah lelah setelah makan, tidak dapat rileks (santai),
lambung atau perut tidak nyaman, detakan jantung lebih keras dan berdebar-debar,
otot tengkuk dan punggung tegang
3. Stres Tahap III
Bila seseorang tetap memaksakan diri dan tidak menghiraukan keluhankeluhan yang
dirasakan maka yang bersangkutan akan menunjukkan keluhan-keluhan yang semakin
nyata dan mengganggu, yaitu gangguan lambung, dan usus semakin nyata (misalnya
keluhan maag, buang air besar tidak teratur), ketegangan otot semakain terasa, perasaan
tidak tenang dan ketegangan emosional semakin meningkat, gangguan pola tidur
(insomnia), koordinasi tubuh terganggu (badan terasa oyong dan serasa mau pingsan).
Pada tahapan ini seseorang sudah harus berkonsultasipada dokter untuk memperoleh
terapi atau beban stres dikurangi sehingga tubuh memperoleh kesempatan untuk
beristirahat guna menambah suplai energi yang mengalami defisit.

4. Stres Tahap IV
Tidak jarang seseorang pada waktu memeriksakan diri ke dokter sehubungan dengan
keluhan-keluhan stres tahap III oleh dokter dinyatakan tidak sakit karena tidak ditemukan
kelainan-kelainan fisik pada organ tubuhnya. Bila hal ini terjadi dan yang bersangkutan
terus memaksakan diri, maka gejala stres tahap IV akan muncul, tidak mampu untuk
bekerja sepanjang hari (loyo), aktifitas pekerjaan tarasa sulit dan membosankan, respon
tidak adequate, kegiatan rutin terganggu, gangguan pola tidur disertai mimpi-mimpi yang
menegangkan, sering menolak ajakan karena tidak semangat dan
tidakbergairah,konsentrasi dan daya ingat menurun, timbul ketakutan dan kecemasan.
5. Stres Tahap V
Bila keadaan berlanjut, maka seseorang akan jatuh dalam stres tahap V
yang ditandai dengan kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam,
ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang ringan dan
sederhana, gangguan system pencernaan semakin berat, timbul perasaan
ketakutan dan kecemasan yangsemakin meningkat, bingung dan panik.

6. Stres Tahap VI
Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mengalami serangan
panik dan perasaan takut mati. Tidak jarang orang yangmengalami stress
tahap ini berulang kali dibawa ke IGD bahkanke ICU meskipun pada
akhirnya dipulangkan karena tidak ditemukan kelainan-kelainan fisik
organ tubuh. Gambaran stress pada tahap ini : debaran jantung teramat keras,
sesak nafas, badangemetar dan berkeringat dingin, loyo dan pingsan
(kolaps)
Stressor Dan Mekanisme Koping Pada Lansia

Banyak faktor penyebab terjadinya stress pada lanjut usia, antara lain :

1. Kondisi kesehatan fisik


Proses penuaan mengakibatkan perubahan (penurunan) struktur dan fisiologis pada
lanjut usia seperti : penglihatan, pendengaran, sistem paru, persendian tulang. Seiring
dengan penurunan fungsi fisiologis tersebut, ketahanan tubuh lansia pun semakin
menurun sehingga terjangkit berbagai penyakit.

2. Kondisi psikologi
Kondisi psikologis lansia, misalnya pengalaman, sifat, jenis kepribadian dan cara
pandang. dapat berpengaruh dalam menghadapi stress. Cara pandang lansia yang yang
positif dalam menghadapi masalah, dapat menyelesaikan masalah tersebut melalui
proses mekanisme penyelesaian yang positif pula. Berorientasi pada masalah, selalu
mencari jalan tengah, berdasarkan pertimbangan pengalaman yang baik maupun kurang
baik.
3. Keluarga Lansia sangat membutuhkan peran besar keluarga dalam
menjauhkan atau menghindari stress. Kurangnya perhatian pada lansia
dipersepsikan sebagai sikap mengabaikan. Acuh tak acuh pada lansia yang
disebabkan karna lansia merepotkan, bawel, dan temperamen. Keluarga
juga menyatakan bahwa faktor kurang perhatian pada lansia karena
kesibukan pekerjaan. Jika terdapat masalah dalam keluarga, hal ini dapat
menjadi pemicu stress bagi lansia, misalnya kematian pasangan, konflik
dalam keluarga karena perebutan harta warisan, hubungan antara anak dan
pasangannya tidak harmonis, keluarga enggan merawat lansia yang sakit
sehingga lansia merasa menjadi beban keluarga dan takut ditelantarkan, dan
sebagainya.
Jenis Manajemen Stress Pada Lansia

Berikut ini beberapa hal yang dapat dilakukan lansia dalam rangka mengelola
stres, seperti dirangkum dari situs Kementerian Kesehatan RI dan juga John
Hopkins University:

1. Mengenal pemicu atau penyebab stres


Langkah awal dalam manajemen stres adalah mengetahui hal apa
yang menyebabkan stres. Apakah bersumber dari perasaan kesepian, anak-
anak yang jarang hadir di rumah, caregiver yang kurang cekatan, atau dari
pemahaman lansia yang belum bersahabat dengan perubahan pada diri
mereka sendiri, yang menyebabkan lansia lebih mudah uring-uringan dan
stres. Mengetahui penyebab dari stres akan membantu baik diri lansia sendiri
maupun pendamping lansia untuk mengatur ulang langkah praktis yang dapat
mengubah situasi pemicu stress tersebut.
2. Tetap terhubung dengan orang lain
Salah satu hal yang dapat menjadi pencetus stres pada lansia yaitu rasa
kesepian yang sering dirasakan. Menjalin hubungan yang baik dengan teman,
tetangga, serta keluarga yang memberi support pada kehidupan lansia akan
membantu mereka merasa lebih bahagia, positif, dan enerjik.

3. Tetap (bergerak) aktif


Kiat lainnya yang dapat membantu meringankan stres adalah dengan tetap
aktif bergerak sesuai kemampuan tubuh. Bergerak aktif akan membantu
produksi endorphin sebagai hormon bahagia dalam tubuh. Adanya hormon
endorphin juga memberikan energi positif dalam diri lansia sehingga
menghindarkan mereka dari stres.
4. Hindari stres yang tidak perlu
Di antara sekian banyak pemicu stres harian beberapa ada sifatnya
dapat kita hindari. Mungkin ada beberapa kondisi, obrolan, ataupun
orang yang kehadirannya dapat menimbulkan stres pada diri kita,
sehingga perlu kita hindari.

5. Jangan ragu untuk mengambil ‘jeda istirahat’ dalam hidup


Dalam hidup lansia mungkin mereka akan mengalami masa-masa
perubahan besar dalam diri seperti saat duka kehilangan pasangan,
perubahan fisik yang menjadi jauh lebih tidak berdaya—akibat
penyakit degeneratif misalnya—maupun kondisi lain yang memicu
beban pikiran dan perubahan emosi yang signifikan pada lansia.
Pada saat-saat seperti itu, lansia maupun keluarga dapat mengambil
jeda istirahat sejenak dari rutinitas yang biasa dilakukan.
Jenis Manajemen Stress Pada Lansia

1. Stres Akut
Jenis stres yang pertama adalah stres akut yang merupakan stres
dengan jangka pendek dan paling lumrah terjadi, bisa datang secara
tiba-tiba dengan durasi waktu yang sebentar. Ketika seseorang
mengalami stres akut, umumnya orang tersebut akan merasakan
kondisi emosional yang sedikit terguncang. Mislanya, ketika seseorang
bertengkar dengan orang yang kurang disukai saat mengendarai
kendaraan di jalan raya.

2. Stres Kronis
Stres jenis ini dapat berlangsung untuk rentan waktu yang panjang dan
secara teratur. Apabila dibiarkan begitu saja stres yang satu ini dapat
membuat tubuh Anda mudah merasa lelah. Stres kronis dapat muncul
dari adanya pengalaman traumatis atau trauma masa kecil yang
membayangi hingga masa dewasa. Jika dibiarkan begitu saja dapat
menimbulkan masalah kesehatan, seperti sakit kepala, gangguan tidur,
penyakit kardiovaskuler, gangguan pencernaan, hingga depresi.
3. Stres Akut Episodik

Sesuai dengan namanya, stres akut episodik adalah stres yang


dapat terjadi secara terus menerus hingga menciptakan kehidupan
yang terus menerus tertekan. Orang dengan stres jenis ini
cenderung mudah marah, tersinggung, dan cemas. Jika dibiarkan,
jenis stres ini juga dapat membuat seseorang lebih pesimis dan
mengalamikehidupansosial yang memburuk.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai