STRESS
A. Pengertian Stress
Menurut Hans Selye, Stress adalah respons manusia yang bersifat nonspesifik terhadap
setiap tuntutan kebutuhan yang ada dalam dirinya.
Menurut DadangHawari, Stress adalah reaksi atau respons tubuh terhadap stressor
psikososial (tekanan mental atau beban kehidupan).
Menurut Maramis, Stress adalah segala masalah atau tuntutan penyesuaian diri karena
sesuatu yang dapat mengganggu keseimbangan kita
Ivancevick dan Matteson
Respon adaptif dipengaruhi oleh karakteristik individual dan atau proses psikologis, yaitu
akibat dari tindakan, situasi atau kejadian eksternal yang menyebabkan tuntutan fisik dan
atau psikologis terhadap seseorang
Menurut Lazarus (1976)
stres adalah suatu keadaan psikologis individu yang disebabkan kerena individu
dihadapkan pada situasi internal dan eksternal.
Korchin (1976)
Stres adalah keadaan stres muncul apabila tuntutan-tuntutan yang luar biasa atau terlalu
banyak mengancam kesejahteraan atau integritas seseorang
Menurut Robbins (2001:563)
stress juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang
dalam mencapai suatu kesempatan dimana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat
batasan atau penghalang
Walter Cannon
Stress merupakan respon fisiologis terhadap rangsangan emosional dan penekanan fungsi
adaptif dari reaksi melawan
B. Penyebab Stress
Menurut Maramis (1999), ada empat sumber atau penyebab stress Psikologis, yaitu :
1. Frustasi
Timbul akibat kegagalan dalam mencapai tujuan karena ada aral melintang. Frustasi
ada yang bersifat intrinsik (cacat badan dan kegagalan usaha) dan ekstrinsik
(kecelakaan, bencana alam, kematian orang yang dicintai, kegoncangan ekonomi,
pengangguran, perselingkuhan, dan lain-lain).
2. Konflik
Timbul karena tidak bisa memilih antara dua atau lebih macam-macam keinginan,
kebutuhan, atau tujuan. Bentuknya approach-approach conflict, approach-avoidance
conflict, avoidance -avoidance conflict.
3. Tekanan
Timbul sebagai akibat tekanan hidup sehari-hari. Tekanan dapat berasal dari dalam diri
individu.
4. Krisis
Krisis yaitu keadaan yang mendadak, yang menimbulkan stress pada individu, misalnya
kematian orang yang disayangi, kecelakaan dan penyakit yang harus segera operasi.
Keadaan stress dapat terjadi beberapa sebab sekaligus, misalnya frustasi, konflik dan
tekanan.
Sedangkan menurut Brench Grand (2000), stress ditinjau dari penyebabnya hanya
dibedakan menjadi 2 yaitu:
1. Penyebab makro
Menyangkut peristiwa besar dalam kehidupan, seperti: kematian, perceraian, pensiun,
luka batin dan kebangkrutan.
2. Penyebab mikro
Menyangkut peristiwa kecil dalam kehidupan sehari-hari, seperti: pertengkaran rumah
tangga, beban pekerjaan, masalah apa yang akan dimakan dan antri.
C. Penggolongan Stress
Menurut Sri Kusmiati dan Desminiarti (1990), dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Stress fisik
Disebabkan oleh adanya suhu atau temperatur yang terlalu tinggi atau terlalu rendah,
suara amat bising, sinar yang terlalu terang atau tersengat arus listrik.
2. Stress kimiawi
Disebabkan oleh asam basa kuat, obat-obatan, zat beracun, hormon atau gas.
3. Stress mikrobiologi
Disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang dapat menimbulkan penyakit.
4. Stress fisiologik
Disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi jaringan, organ atau sistemik sehingga
menimbulkan fungsi tubuh tidak normal.
5. Stress proses pertumbuhan dan perkembangan
Disebabkan oleh gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi hingga
tua.
6. Stress psikis atau emosional
Disebabkan oleh gangguan hubungan interpersonal, sosial, budaya atau keagamaan.
D. Tahapan Stress
Menurut Dr.Robert J.Van Amberg (1979) sebagaimana dikemukakan oleh Prof. Dadang
Hawari (2001), bahwa tahapan stress adalah sebagai berikut:
1. Stress tahap pertama (paling ringan)
Stress yang disertai dengan perasaan nafsu bekerja yang besar dan berlebihan, mampu
menyelesaikan pekerjaan tanpa memperhitungkan tenaga yang dimiliki dan penglihatan
menjadi tajam.
2. Stress tahap kedua
Stress yang disertai keluhan, seperti bangun pagi badan tidak tersasa segar dan merasa
letih, lekas capek pada saat menjelang sore hari, lambung atau perut tidak nyaman,
jantung berdebar, otot tengkuk dan punggung menjadi tegang. Hal ini disebabkan
karena cadangan tenaga yang tidak memadai.
3. Stress tahap ketiga
Tahapan stress dengan keluhan, seperti defekasi yang tidak teratur, otot semakin
tegang, emosional, imsomnia, mudah terjaga dan sulit untuk tidur kembali, bangun
terlalu pagi, koordinasi tubuh terganggu dan mau jatuh pingsan.
4. Stress tahap keempat
Tahapan stress dengan keluhan, seperti tidak mampu bekerja sepanjang hari (loyo),
aktivitas pekerjaan terlalu sulit dan menjenuhkan, kegiatan rutin terganggu dan
gangguan pada pola tidur, sering menolak ajakan, konsentrasi dan daya ingat menurun,
serta dapat menimbulkan ketakutan serta kecemasan.
5. Stress tahap kelima
Tahapan stress yang disertai dengan kelelahan secara fisik dan mental,
ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan yang sederhana dan ringan, gangguan
pencernaan berat, meningkatnya rasa takut dan cemas, bingung dan panik.
6. Stress tahap keenam
Tahapan stress dengan tanda-tanda seperti jantung berdebar keras, sesak nafas, badan
gemetar, dingin dan keluar banyak keringat.
Respon Psikologis
Faktor-faktor Psikologis dapat mempengaruhi fungsi fisik, faktor-faktor fisik juga dapat
mempengaruhi fungsi mental. Gangguan fisik yang diyakini disebabkan atau dipengaruhi
faktor psikologis pada masa lalu yang disebut psikosomatis (psychosomatic)
atau psikofisiologis.
1. Daya pikir
Pada orang seseorang yang mengalami stres, kemampuan bepikir dan mengingat serta
konsentrasi menurun. Orang menjadi pelupa dan seringkali mengeluh sakit kepala
pusing.
2. Kecemasan
Respons yang paling umum merupakan tanda bahaya yang menyatakan diri dengan
suatu penghayatan yang khas, yang sukar digambarkan adalah emosi yang tidak
menyenangkan dengan istilah kuatir, tegang, prihatin, takut seperti jantung berdebar-
debar, keluar keringan dingin, mulut kering, tekanan darah tinggi dan susah tidur.
3. Kemarahan dan agresi
Perasaan jengkel sebagai respons terhadap kecenasan yang dirasakan sebagai ancaman.
Merupakan reaksi umum lain terhadap situasi stress yang mungkin dapat menyebabkan
agresi.
4. Depresi
Keadaan yang ditandai dengan hilangnya gairah dan semangat. Terkadang disertai rasa
sedih.
Ada beberapa kiat untuk mengedalikan stress menurut Grand Brecht (2000), diantaranya
sebagai berikut:
a. Sikap, keyakinan dan pikiran kita harus positif, fleksibel, rasional dan adaptif terhadap
orang lain.
b. Mengendalikan faktor penyebab stress dengan jalan:
− Kemampuan menyadari (awareness skills).
− Kemampuan untuk menerima (acceptance skills).
− Kemampuan untuk menghadapi (coping skills).
− Kemampuan untuk bertindak (action skills).
c. Perhatikan diri anda, proses interpersonal dan interaktif, serta lingkungan anda.
d. Kembangkan sikap efisien
e. Relaksasi
f. Visualisasi (angan-angan terarah). Teknik singkat untuk menghilangkan stress,
misalnya melakukan pernafasan dalam, mandi santai dalam bak, tertawa, pijat,
membaca, kecanduan positif (melakukan yang disukai secara teratur), istirahat teratur
dan ngobrol.
ADAPTASI
A. Pengertian Adaptasi
Ada beberapa pengertian tentang mekanisme penyesuaian diri, antara lain:
Menurut W.A Gerungan (1996) menyebutkan bahwa “Penyesuaian diri adalah mengubah
diri sesuai dengan keadaan lingkungan, tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan
keadaan (keinginan diri)”.
Menurut Soeharto Heerdjan (1987), “ Penyesuaian diri adalah usaha atau perilaku yang
tujuannya mengatasi kesulitan dan hambatan”.
Adaptasi merupakan pertahanan yang didapat sejak lahir atau diperoleh karena belajar dari
pengalaman untuk mengatasi stress. Cara mengatasi stress dapat berupa membatasi
tempat terjadinya stress, mengurangi atau menetralisasi pengaruhnya.
B. Tujuan Adaptasi
− Menghadapi tuntutan keadaan secara sadar.
− Menghadapi tuntutan keadaan secara realistik
− Menghadapi tuntutan keadaan secara obyektif
− Menghadapi tuntutan keadaan secara rasional
C. Macam-Macam Adaptasi
1. Adaptasi fisiologis
Adalah proses dimana respon tubuh terhadap stressor untuk mempertahankan fungsi
kehidupan, dirangsang oleh faktor eksternal dan internal, respons dapat dari sebagian
tubuh atau seluruh tubuh serta setiap tahap perkembangan punya stressor tertentu.
Mekanisme fisiologis adaptasi berfungsi melalui umpan balik negatif, yaitu suatu
proses dimana mekanisme kontrol merasakan suatu keadaan abnormal seperti
penurunan suhu tubuh dan membuat suatu respons adaptif seperti mulai mengigil untuk
membangkitkan panas tubuh.
Riset klasik yang telah dilakukan oleh Hans Selye (1946,1976) telah mengidentifikasi
dua respons fisiologis terhadap stress, yaitu:
a. LAS ( Lokal Adaptasion Syndrome)
Tubuh menghasilkan banyak respons setempat terhadap stres, responnya berjangka
pendek
Karakteristik dari LAS:
− Respon yang terjadi hanya setempat dan tidak melibatkan semua sistem.
− Respons bersifat adaptif; diperlukan stressor untuk menstimulasikannya.
− Respons bersifat jangka pendek dan tidak terus menerus.
− Respons bersifat restorative.
b. GAS (General Adaptasion Syndrom)
Merupakan respons fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stress. Respons yang
terlibat didalamnya adalah sistem saraf otonom dan sistem endokrin. Di beberapa
buku teks GAS sering disamakan dengan Sistem Neuroendokrin.
GAS diuraikan dalam tiga tahapan berikut:
a). Fase alarm
Melibatkan pengerahan mekanisme pertahan dari tubuh dan pikiran untuk
menghadapi stressor seperti pengaktifan hormon yang berakibat meningkatnya
volume darah dan akhirnya menyiapkan individu untuk bereaksi. Aktifitas
hormonal yang luas ini menyiapkan individu untuk melakukan respons melawan
atau menghindar. Respons ini bisa berlangsung dari menit sampai jam. Bila
stressor menetap maka individu akan masuk kedalam fase resistensi.
b). Fase resistance (melawan)
Individu mencoba berbagai macam mekanisme penanggulangan psikologis dan
pemecahan masalah serta mengatur strategi. Tubuh berusaha menyeimbangkan
kondisi fisiologis sebelumnya kepada keadaan normal dan tubuh mencoba
mengatasi faktor-faktor penyebab stress. Bila teratasi, gejala stress menurun atau
normal. Bila gagal maka individu tersebut akan jatuh pada tahapan terakhir dari
GAS yaitu: Fase kehabisan tenaga.
c). Fase exhaustion (kelelehan)
Merupakan fase perpanjangan stress yang belum dapat tertanggulangi pada fase
sebelumnya. Tahap ini cadangan energi telah menipis atau habis, akibatnya tubuh
tidak mampu lagi menghadapi stress. Ketidakmampuan tubuh untuk
mempertahankan diri terhadap stressor inilah yang akan berdampak pada
kematian individu tersebut.
2. Adaptasi psikologis
Perilaku adaptasi psikologi membantu kemampuan seseorang untuk menghadapi
stressor, diarahkan pada penatalaksanaan stress dan didapatkan melalui pembelajaran
dan pengalaman sejalan dengan pengidentifikasian perilaku yang dapat diterima dan
berhasil.
Perilaku adaptasi psikologi dapat konstruktif atau destruktif. Perilaku konstruktif
membantu individu menerima tantangan untuk menyelesaikan konflik. Perilaku
destruktif mempengaruhi orientasi realitas, kemampuan pmecahan masalah,
kepribadian dan situasi yang sangat berat, kemampuan untuk berfungsi.
Perilaku adaptasi psikologis juga disebut sebagai mekanisme koping. Mekanisme ini
dapat berorientasi pada tugas, yang mencakup penggunaan teknik pemecahan masalah
secara langsung untuk menghadapi ancaman atau dapat juga mekanisme pertahanan
ego, yang tujuannya adalah untuk mengatur distress emosional dan dengan demikian
memberikan perlindungan individu terhadap ansietas dan stress. Mekanisme pertahanan
ego adalah metode koping terhadap stress secara tidak langsung.
1). Task oriented behavior
Perilaku berorientasi tugas mencakup penggunaan kemampuan kognitif untuk
mengurangi stress, memecahkan masalah, menyelesaikan konflik dan memenuhi
kebutuhan (Stuart & Sundeen, 1991). Tiga tipe umum perilaku yang berorientasi tugas
adalah:
a). Perilaku menyerang
Adalah tindakan untuk menyingkirkan atau mengatasi suatu stressor.
b). Perilaku menarik diri
Adalah menarik diri secara fisik atau emosional dari stressor.
c). Perilaku kompromi
Adalah mengubah metode yang biasa digunakan, mengganti tujuan atau menghilangkan
kepuasan terhadap kebutuhan untuk memenuhi lain atau untuk menghindari stress.
2). Ego Dependen Mekanism
Perilaku tidak sadar yang memberikan perlindungan psikologis terhadap peristiwa yang
menegangkan (Sigmund Frued). Mekanisme ini sering kali diaktifkan oleh stressor
jangka pendek dan biasanya tidak mengakibatkan gangguan psikiatrik.Adabanyak
mekanisme pertahanan ego, yaitu:
a). Represi
Menekan keinginan, impuls/dorongan, pikiran yang tidak menyenagkan ke alam tidak
sadar dengan cara tidak sadar.
b). Supresi
Menekan secara sadar pikiran, impuls, perasaan yang tidak menyenangkan ke alam
tidak sadar.
c). Reaksi formasi
Tingkah laku berlawanan dengan perasaan yang mendasari tingkah laku tersebut.
d). Kompensasi
Tingkah laku menggantikan kekurangan dengan kelebihan yang lain
- Kompensasi langsung
- Kompensasi tidak langsung
e). Rasionalisasi
Berusaha memperlihatkan tingkah laku yang tampak sebagai pemikiran yang logis
bukan karenakeinginan yang tidak disadari.
f). Substitusi
Mengganti obyek yang bernilai tinggi dengan obyek yang kurang bernilai tetapi dapat
diterima oleh masyarakat.
g). Restitusi
Mengurangi rasa bersalah dengan tindakan pengganti.
h). Displacement
Memindahkan perasaan emosional dari obyek sebenarnya kepada obyek pengganti.
i). Proyeksi
Memproyeksikan keinginan, perasaan, impuls, pikiran pada orang lain/obyek
lain/lingkungan untuk mengingkari.
j). Simbolisasi
Menggunakan obyek untuk mewakili ide/emosi yang menyakitkan untuk diekspresikan
k). Regresi
Ego kembali pada tingkat perkembangan sebelumnya dalam pikiran, perasaan dan
tingkah lakunya.
l). Denial
Mengingkari pikiran, keinginan, fakta dan kesedihan.
m). Sublimasi
Memindahkan energi mental (dorongan)yang tidak dapat diterima kepada tujuan yang
dapat diterima masyarakat.
n). Konvesi
Pemindahan konflik mental pada gejala fisik
o). Introyeksi
Mengambil alih semua sifat dari orang yang berarti menjadi bagian dari kepribadiannya
sekarang.
3. Adaptasi perkembangan
Pada setiap tahap perkembangan, seseorang biasanya menghadapi tugas perkembangan
dan menunjukkan karakteristik perilaku dari tahap perkembangan tersebut. Stress yang
berkepanjangan dapat mengganggu atau menghambat kelancaran menyelesaikan tahap
perkembangan tersebut. Dalam bentuj ekstrem, stress yang berkepanjangan dapat
mengarah pada krisis pendewasaan.
Bayi atau anak kecil umumnya menghadsapi stressor di rumah. Jika diasuh dalam
lingkungan yang responsive dan empati, mereka mampu mengembangkan harga diri
yang sehat dan pada akhirnya belajar respons koping adaptif yang sehat (Haber et al,
1992)
Anak-anak usia sekolah biasanya mengembangkan rasa kecukupan. Mereka mulai
menyadari bahwa akumulasi pengetahuan dan penguasaan keterampilan dapat
membantu mereka mencapai tujuan, dan harga diri berkembang melalui hubungan
berteman dan saling berbagi diantara teman. Pada tahap ini, stress ditunjukan oleh
ketidakmampuan atau ketidakinginan untuk mengembangkan hubungan berteman.
Remaja biasanya mengembangkan rasa identitas yang kuat tetapi pada waktu yang
bersamaan perlu diterima oleh teman sebaya. Remaja dengan sistem pendukung sosial
yang kuat menunjukkan suatu peningkatan kemampuan untuk menyesuaikan diri
terhadap stressor, tetapiremaja tanpa sistem pendukung sosial sering menunjukan
peningkatan masalah psikososial (Dubos,1992).
Dewasa muda berada dalam transisi dari pengalaman masa remaja ke tanggung jawab
orang dewasa. Konflik dapat berkembang antara tanggung jawab pekerjaan dan
keluarga. Stressor mencakup konflik antara harapan dan realitas.
Usia setengah baya biasanya terlibat dalam membangun keluarga, menciptakan karier
yang stabil dan kemungkinan merawat orang tua mereka. Mereka biasanya dapat
mengontrol keinginan dan pada beberapa kasus menggantikan kebutuhan pasangan,
anak-anak, atau orang tua dari kebutuhan mereka.
Usia lansia biasanya menghadapi adaptasi terhadap perubahan dalam keluarga dan
kemungkinan terhadap kematian dari pasangan atau teman hidup. Usia dewasa tua juga
harus menyesuaikan terhadap perubahan penampilan fisik dan fungsi fisiologis.
4. Adaptasi sosial budaya
Mengkaji stressor dan sumber koping dalam dimensi sosial mencakup penggalian
tentang besaranya, tipe dan kualitas dari interaksi sosial yang ada. Stressor pada
keluarga dapat menimbulkan efek disfungsi yang mempengaruhi klien atau keluarga
secara keseluruhan (Reis & Heppner, 1993).
5. Adaptasi spiritual
Orang menggunakan sumber spiritual untuk mengadaptasi stress dalam banyak cara,
tetapi stress dapat juga bermanifestasi dalam dimensi spiritual. Stress yang berat dapat
mengakibatkan kemarahan pada Tuhan, atau individu mungkin memandang stressor
sebagai hukuman.