Anda di halaman 1dari 12

KONSEP CEMAS, STRESS DAN 

ADAPTASI
Posted on 21 April 2009 by andaners
KONSEP CEMAS, STRESS DAN ADAPTASI (Konsep Dasar Keperawatan)
Empat tingkatan rasa cemas/gangguan perasaan (anxiety) pada manusia
1. Rasa cemas ringan
2. Rasa cemas sedang
3. Rasa cemas berat
4. Panik
Rasa cemas (anxiety) merupakan reaksi emosional terhadap penilaian individu yang subyektif.
Penyebab rasa cemas dapat dikelompokkan pula menjadi tiga faktor, yaitu :
a. Faktor biologis/fisiologis, berupa ancaman akan kekurangan makanan, minuman, perlindungan dan keamanan.
b. Faktor psikososial, yaitu ancaman terhadap konsep diri, kehilangan orang/benda yang dicintai, perubahan status
sosial/ekonomi.
c. Faktor perkembangan, yaitu ancaman pada perkembangan masa bayi, anak, remaja.
Gejala-gejala kecemasan
ditandai pada tiga aspek :
a. Aspek biologis/fisiologis, seperti peningkatan denyut nadi dan tekanan darah, tarikan nafas menjadi pendek dan
cepat, berkeringat dingin, termasuk di telapak tangan, nafsu makan hilang, mual/muntah, sering buang air kecil, nyeri
kepala, tak bisa tidur, mengeluh, pembesaran pupil dan gangguan pencernaan.
b. Aspek intelektual/kognitif; seperti ketidakmampuan berkonsentrasi, penurunan perhatian dan keinginan, tidak
bereaksi terhadap rangsangan lingkungan, penurunan produktivitas, pelupa, orientasi lebih ke masa lampau
daripada masa kini/masa depan.
c. Aspek emosional dan perilaku; seperti penarikan diri, depresi, mudah tersinggung, mudah menangis, mudah
marah dan apatisme.
Pembagian rasa cemas
1. Rasa cemas ringan: berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi sehari-hari.
Keadaan ini akan meningkatkan persepsi individu, yang mengakibatkan orang akan berhati-hati/waspada dan
mendorong manusia untuk belajar serta kreatif.
2. Rasa cemas sedang: lapangan persepsi terhadap lingkungan menurun.
Individu lebih memfokuskan hal yang penting saat itu saja dan mengesampingkan hal lainnya.
3. Rasa cemas berat: lapangan persepsi sangat menurun.
Orang hanya memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal lainnya.
Individu tak mampu berpikir lagi, dia sudah harus diberi pertolongan/tuntunan.
4. Panik: lapangan persepsi sudah sangat sempit. Individu tidak dapat mengendalikan diri lagi.
Bila manusia salah orientasi; ketika menghadapi masalah pelik; rasa dan periksa tidak berfungsi;
Disebut orang sedang panik.
STRESS ADAPTASI
STRESS
Stress adalah suatu ketidakseimbangan diri/jiwa dan realitas kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihindari à
perubahan yang memerlukan penyesuaian Sering dianggap sebagai kejadian atau perubahan negatif yang dapat
menimbulkan stress, seperti cedera, sakit atau kematian orang yag dicintai, putus cinta Perubahan positif juga dapat
menimbulkan stress, seperti naik pangkat, perkawinan, jatuh cinta
JENIS STRESS
Stress fisik
Stress kimiawi
Stress mikrobiologis
Stress fisiologis
Stress proses tumbuh kembang
Stress psikologis atau emosional
Pengalaman stress dapat bersumber dari :Lingkungan, Diri dan tubuh Pikiran
Reaksi Psikologis terhadap stress
a. Kecemasan
Respon yang paling umum Merupakan tanda bahaya yang menyatakan diri dengan suatu penghayatan yang khas,
yang sukar digambarkan Adalah emosi yang tidak menyenangkan à istilah “kuatir,” “tegang,” “prihatin,” “takut”fisik à
jantung berdebar, keluar keringat dingin, mulut kering, tekanan darah tinggi dan susah tidur
b. Kemarahan dan agresi Adalah perasaan jengkel sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai
ancaman.Merupakan reaksi umum lain terhadap situasi stress yang mungkin dapat menyebabkan agresi, Agresi
ialah kemarahan yang meluap-luap, dan orang melakukan serangan secara kasar dengan jalan yang tidak
wajar.Kadang-kadang disertai perilaku kegilaan, tindak sadis dan usaha membunuh orang
c. Depresi Keadaan yang ditandai dengan hilangnya gairah dan semangat. Terkadang disertai rasa sedih
RESPON FISIOLOGI TERHADAP STRESS
Hans Selye (1946,1976) telah melakukan riset terhadap 2 respon fisiologis tubuh terhadap stress : Local Adaptation
Syndrome (LAS) dan General Adaptation Syndrome (GAS).
1. Local Adaptation Syndrom (LAS)
Tubuh menghasilkan banyak respons setempat terhadap stress. Respon setempat ini termasuk pembekuan darah
dan penyembuhan luka, akomodasi mata terhadap cahaya, dll. Responnya berjangka pendek.
Karakteristik dari LAS :
1. respon yang terjadi hanya setempat dan tidak melibatkan semua system
2. respon bersifat adaptif; diperlukan stressor untuk menstimulasikannya.
3. respon bersifat jangka pendek dan tidak terus menerus.
4. respon bersifat restorative.
Mungkin anda bertanya, “ apa saja yang termasuk ke dalam LAS ?”. sebenarnya respon LAS ini banyak kita temui
dalam kehidupan kita sehari – hari seperti yang diuraikan dibawah ini :
a. Respon inflamasi
respon ini distimulasi oleh adanya trauma dan infeksi. Respon ini memusatkan diri hanya pada area tubuh yang
trauma sehingga penyebaran inflamasi dapat dihambat dan proses penyembuhan dapat berlangsung cepat. Respon
inflamasi dibagi kedalam 3 fase :
• fase pertama :
adanya perubahan sel dan system sirkulasi, dimulai dengan penyempitan pembuluh darah ditempat cedera dan
secara bersamaan teraktifasinya kini,histamin, sel darah putih. Kinin berperan dalam memperbaiki permeabilitas
kapiler sehingga protein, leucosit dan cairan yang lain dapat masuk ketempat yang cedera tersebut.
• Fase kedua :
pelepasan eksudat. Eksudat adalah kombinasi cairan dan sel yang telah mati dan bahan lain yang dihasilkan
ditempat cedera.
• Fase ketiga :
Regenerasi jaringan dan terbentuknya jaringan parut.
b. Respon refleks nyeri
respon ini merupakan respon adaptif yang bertujuanmelindungi tubuh dari kerusakan lebih lanjut. Misalnya
mengangkat kaki ketika bersentuhan dengan benda tajam.
Bagaimana dengan GAS. Gas merupakan respon fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stres. Respon yang terlibat
didalamanya adalah sistem saraf otonom dan sistem endokrin. Di beberapa buku teks GAS sering disamakan
dengan Sistem Neuroendokrin.
2. General Adaptation Syndrom (GAS)
a. Fase Alarm ( Waspada)
Melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh dan pikiran untuk menghadapi stressor. Reaksi psikologis
“fight or flight” dan reaksi fisiologis. Tanda fisik : curah jantung meningkat, peredaran darah cepat, darah di perifer
dan gastrointestinal mengalir ke kepala dan ekstremitas. Banyak organ tubuh terpengaruh, gejala stress
memengaruhi denyut nadi, ketegangan otot dan daya tahan tubuh menurun
Fase alarem melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh seperti pengaktifan hormon yang berakibat
meningkatnya volume darah dan akhirnya menyiapkan individu untuk bereaksi. Hormon lainnya dilepas untuk
meningkatkan kadar gula darah yang bertujuan untuk menyiapkan energi untuk keperluan adaptasi, teraktifasinya
epineprin dan norepineprin mengakibatkan denyut jantung meningkat dan peningkatan aliran darah ke otot.
Peningkatan ambilan O2 dan meningkatnya kewaspadaan mental.
Aktifitas hormonal yang luas ini menyiapkan individu untuk melakukan “ respons melawan atau menghindar “.
Respon ini bisa berlangsung dari menit sampai jam. Bila stresor masih menetap maka individu akan masuk ke dalam
fase resistensi.
b. Fase Resistance (Melawan)
Individu mencoba berbagai macam mekanisme penanggulangan psikologis dan pemecahan masalah serta mengatur
strategi. Tubuh berusaha menyeimbangkan kondisi fisiologis sebelumnya kepada keadaan normal dan tubuh
mencoba mengatasi faktor-faktor penyebab stress. Bila teratasi à gejala stress menurun àtau normal
tubuh kembali stabil, termasuk hormon, denyut jantung, tekanan darah, cardiac out put. Individu tersebut berupaya
beradaptasi terhadap stressor, jika ini berhasil tubuh akan memperbaiki sel – sel yang rusak. Bila gagal maka
individu tersebut akan jatuh pada tahapa terakhir dari GAS yaitu : Fase kehabisan tenaga.
c. Fase Exhaustion (Kelelahan)
Merupakan fase perpanjangan stress yang belum dapat tertanggulangi pada fase sebelumnya. Energi penyesuaian
terkuras. Timbul gejala penyesuaian diri terhadap lingkungan seperti sakit kepala, gangguan mental, penyakit arteri
koroner, dll. Bila usaha melawan tidak dapat lagi diusahakan, maka kelelahan dapat mengakibatkan kematian.
Tahap ini cadangan energi telah menipis atau habis, akibatnya tubuh tidak mampu lagi menghadapi stres. Ketidak
mampuan tubuh untuk mepertahankan diri terhadap stressor inilah yang akan berdampak pada kematian individu
tersbut.
KONSEP ADAPTASI
Faktor penting yang mempengaruhi tingkah
laku manusia :
1. Kebutuhan
Kebutuhan badaniah
Kebutuhan psikologis
2. Dorongan
Menjamin agar manusia berusaha
memenuhi kebutuhannya.
Stress terjadi jika orang dihadapkan dengan peristiwa yang dirasakan sebagai mengancam fisik atau psikologisnya
Peristiwanya di sebut stressor
Reaksi orang terhadap peristiwa tersebut dinamakan respon stress
Adaptasi adalah proses dimana dimensi fisiologis dan psikososial berubah dalam berespon terhadap stress. Karena
banyak stressor tidak dapat dihindari, promosi kesehatan sering difokuskan pada adaptasi individu, keluarga atau
komunitas terhadap stress.
Ada banyak bentuk adaptasi. Adaptasi fisiologis memungkinkan homeostasis fisiologis. Namun demikian mungkin
terjadi proses yang serupa dalam dimensi psikososial dan dimensi lainnya.
Suatu proses adaptif terjadi ketika stimulus dari lingkungan internal dan eksternal menyebabkan penyimpangan
keseimbangan organisme. Dengan demikian adaptasi adalah suatu upaya untuk mempertahankan fungsi yang
optimal. Adaptasi melibatkan refleks, mekanisme otomatis untuk perlindungan, mekanisme koping dan idealnya
dapat mengarah pada penyesuaian atau penguasaan situasi (Selye, 1976, ; Monsen, Floyd dan Brookman, 1992).
Stresor yang menstimulasi adaptasi mungkin berjangka pendek, seperti demam atau berjangka panjang seperti
paralysis dari anggota gerak tubuh. Agar dapat berfungsi optimal, seseorang harus mampu berespons terhadap
stressor dan beradaptasi terhadap tuntutan atau perubahan yang dibutuhkan. Adaptasi membutuhkan respons aktif
dari seluruh individu.
DIMENSI ADAPTASI
Stres dapat mempengaruhi dimensi fisik, perkembangan, emosional, intelektual, sosial dan spiritual. Sumber adaptif
terdapat dalam setiap dimensi ini. Oleh karenanya, ketika mengkaji adaptasi klienterhadap stress, perawat harus
mempertimbangkan individu secara menyeluruh.
ADAPTASI FISIOLOGIS
Indikator fisiologis dari stress adalah objektif, lebih mudah diidentifikasi dan secara umum dapat diamati atau diukur.
Namun demikian, indicator ini tidak selalu teramati sepanjang waktu pada semua klien yang mengalami stress, dan
indicator tersebut bervariasi menurut individunya. Tanda vital biasanya meningkat dan klien mungkin tampak gelisah
dan tidak mampu untuk beristirahat aberkonsentrasi. Indikator ini dapat timbul sepanjang tahap stress.
Durasi dan intensitas dari gejala secara langsung berkaitan dengan durasi dan intensitas stressor yang diterima.
Indikator fisiologis timbul dari berbagai sistem. Oleh karenanya pengkajian tentang stress mencakup pengumpulan
data dari semua sistem.Hubungan antara stress psikologik dan penyakit sering disebut interaksi pikiran tubuh. Riset
telah menunjukkan bahwa stress dapat mempengaruhi penyakit dan pola penyakit. Pada masa lampau,penyakit
infeksi adalah penyebab kematian paling utama, tetapi sejak ditemukan antibiotic, kondisi kehidupan yang
meningkat, pengetahuan tentang nutrisi yang meningkat, dan metode sanitasi yang lebih baik telah menurunkan
angka kematian. Sekarang penyebab utama kematian adalah penyakit yang mencakup stressor gaya hidup.
Indikator fisiologis stress
1. Kenaikan tekanan darah
2. Peningkatan ketegangan di leher, bahu, punggung.
3. Peningkatan denyut nadi dan frekwensi pernapasan
4. Telapak tangan berkeringat Tangan dan kaki dingin
5. Postur tubuh yang tidak tegap
6. Keletihan
7. Sakit kepala
8. Gangguan lambung
9. Suara yang bernada tinggi
10. Mual,muntah dan diare.
11. Perubahan nafsu makan
12. Perubahan berat badan
13. Perubahan frekwensi berkemih
14. Dilatasi pupil
15. Gelisah, kesulitan untuk tidur atau sering terbangun saat tidur
ADAPTASI PSIKOLOGIS
Emosi kadang dikaji secara langsung atau tidak langsung dengan mengamati perilaku klien. Stress mempengaruhi
kesejahteraan emosional dalam berbagai cara. Karena kepribadian individual mencakup hubungan yang kompleks di
antara banyak faktor, maka reaksi terhadap stress yang berkepanjangan ditetapkan dengan memeriksa gaya hidup
dan stresor klien yang terakhir, pengalaman terdahulu dengan stressor, mekanisme koping yang berhasil di masa
lalu, fungsi peran, konsep diri dan ketabahan yang merupakan kombinasi dari tiga karakteristik kepribadian yang di
duga menjadi media terhadap stress. Ketiga karakteristik ini adalah rasa kontrol terhadap peristiwa kehidupan,
komitmen terhadap aktivitas yang berhasil, dan antisipasi dari tantangan sebagai suatu kesempatan untuk
pertumbuhan (Wiebe dan Williams, 1992 ; Tarstasky, 1993).
Indikator emosional / psikologi dan perilaku stress :
 Ansietas
 Depresi
 Kepenatan
 Peningkatan penggunaan bahan kimia
 Perubahan dalam kebiasaan makan, tidur, dan pola aktivitas.
 Kelelahan mental
 Perasaan tidak adekuat
 Kehilangan harga diri
 Peningkatan kepekaan
 Kehilangan motivasi.
 Ledakan emosional dan menangis.
 Penurunan produktivitas dan kualitas kinerja pekerjaan.
 Kecendrungan untuk membuat kesalahan (mis. buruknya penilaian).
 Mudah lupa dan pikiran buntu
 Kehilangan perhatian terhadap hal-hal yang rinci.
 Preokupasi (mis. mimpi siang hari )
 Ketidakmampuan berkonsentrasi pada tugas.
 Peningkatan ketidakhadiran dan penyakit
 Letargi
 Kehilangan minat
 Rentan terhadap kecelakaan.
ADAPTASI PERKEMBANGAN
Stres yang berkepanjangan dapat mempengaruhi kemampuan untuk menyelesaikan tugas perkembangan. Pada
setiap tahap perkembangan, seseorang biasanya menghadapi tugas perkembangan dan menunjukkan karakteristik
perilaku dari tahap perkembangan tersebut. Stress yang berkepanjangan dapat mengganggu atau menghambat
kelancaran menyelesaikan tahap perkembangan tersebut. Dalam bentuk yang ekstrem, stress yang berkepanjangan
dapat mengarah pada krisis pendewasaan.Bayi atau anak kecil umumnya menghadapi stressor di rumah . Jika
diasuh dalam lingkungan yang responsive dan empati, mereka mampu mengembangkan harga diri yang sehat dan
pada akhirnya belajar respons koping adaptif yang sehat (Haber et al, 1992).
Anak-anak usia sekolah biasanya mengembangkan rasa kecukupan. Mereka mulai mnyedari bahwa akumulasi
pengetahuan dan penguasaan keterampilan dapat membantu mereka mencapai tujuan , dan harga diri berkembang
melalui hubungan berteman dan saling berbagi di antara teman. Pada tahap ini, stress ditunjukkan oleh
ketidakmampuann atau ketidakinginan untuk mengembangkan hubungan berteman.Remaja biasanya
mengembangkan rasa identitas yang kuat tetapi pada waktu yang bersamaan perlu diterima oleh teman sebaya.
Remaja dengan sistem pendukung sosial yang kuat menunjukkan suatu peningkatan kemampuan untuk
menyesuaikan diri terhadap stressor, tetapi remaja tanpa sistem pendukung sosial sering menunjukkan peningkatan
masalah psikososial (Dubos, 1992).
Dewasa muda berada dalam transisi dari pengalaman masa remaja ke tanggung jawab orang dewasa. Konflik dapat
berkembang antara tanggung jawab pekerjaan dan keluarga. Stresor mencakup konflik antara harapan dan realitas.
MANAJEMEN STRESS
Manajemen stress kemungkinan melihat promosi kesehatan sebagai aktivitas atau intervasi atau mengubah
pertukaran rrespon terhadap penyakit. Fokusnya tergantung pada tujuan dari intervensi keperawatan berdasarkan
keperluan pasien. Perawat bertanggung jawab pada implemenetasi pemikiran yang dikeluarkan pada beberapa
daerah perawatan.
MANAJEMEN STRESS UNTUK KLIEN
—REGULER EXERCISE
—DIET DAN NUTRISI
—SUPPORT SISTEM
—TIME MANAGEMENT
—HUMOR
—ISTIRAHAT
—TEHNIK RELAKSASI
—SPIRITUALITAS
Cara Penyesuaian Diri
Bila seseorang mengalami stress maka segera ada usaha untuk mengatasinya. Hal ini dikenal sebagai Homeostasis
yaitu usaha organisme yang terus menerus melakukan pertahanan agar keadaan keseimbangan selalu tercapai.
Stress dapat terjadi pada bidang badaniah ( stress fisik atau somatik ).
Misalnya : bila terjadi infeksi atau penyakit, menggerakkan mekanisme penyesuaian somatik, terjadi reaksi :
•Pembentukan zat anti kuman, zat anti racun
•Mobilisasi leukosit ke tempat-tempat invasi kuman
•Lebih banyak melepaskan kortisol, adrenalin dan sebagainya
Usaha tubuh untuk mencapai keseimbangan kembali
Berorientasi pada tugas : Bertujuan menghadapi stressor secara sadar, realistik, objektif, rasional
Pembelaan ego
Melindungi individu dari kecemasan
Meringankan penderitaan bila mengalami suatu kegagalan
Menjaga harga diri
Misalnya : seseorang yang menghadapi kegagalan è kemungkinan bereaksi :
• penyesuaian diri berupa serangan (bekerja lebih keras) atau menghadapi secara terang-terangan
• menarik diri dan tidak mau tau lagi (tidak berusaha)
• kompromi atau mengurangi keinginannya lalu memilih jalan tengah
Reaksi tersebut menunjukkan langkah-langkah :
a.Mempelajari dan menentukan persoalan
b.Menyusun alternatif penyelesaian
c.Menentukan tindakan yang mempunyai kemungkinan besar akan berhasil
d.Bertindak
e.Menilai hasil tindakan dan dapat mengambil langkah yang lain bila kurang memuaskan
Mekanisme Pembelaan EGO
Bila digunakan terus menerus akibatnya ego bukannya mendapat perlindungan, melainkan lama kelamaan akan
mendapat ancaman/bencana. Oleh karena mekanisme ini Tidak realistik Mengandung banyak unsur penipuan diri
sendiri Distorsi realitas pemutarbalikan realitas)
Mekanisme Pembelaan EGO
1.IDENTIFIKASI
Ingin menyamai seorang figur yang diidealkan, dimana salah satu ciri atau segi tertentu dari figure itu ditransfer pada
dirinya. Dengan demikian ia merasa harga dirinya bertambah tinggi.
Contoh : Teguh, 15 tahun mengubah model rambutnya menirukan artis idolanya yang ia kagumi.
2. INTROJEKSI
Merupakan bentuk sederhana dari identifikasi, dimana nilai-nilai, norma-norma dari luar diikuti atau ditaati, sehingga
ego tidak lagi terganggu oleh ancaman dari luar. Contoh : Rasa benci atau kecewa terhadap kematian orang yang
dicintai dialihkan dengan cara menyalahkan diri sendiri.
3. PROJEKSI
Hal ini berlawanan dengan introjeksi, dimana menyalahkan orang lain atas kelalaian dan kesalahan-kesalahan atau
kekurangan diri sendiri, keinginan keinginan, impuls-impuls sendiri.
Contoh : Seorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan
sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayunya
4. REPRESI
Penyingkiran unsur psikik (sesuatu afek, pemikiran, motif, konflik) sehingga menjadi nirsadar dilupakan/tidak dapat
diingat lagi). Represi membantu individu mengontrol impuls-impuls berbahaya.Contoh :Suatu pengalaman traumatis
menjadi terlupakan
5. REGRESI
Kembali ke tingkat perkembangan terdahulu (tingkah laku yang bersifat primitif).
Contoh : Seorang anak yang mulai berkelakuan seperti bayi, ketika seorang adiknya dilahirkan.
Esvi yang berumur 4 tahun mulai mengompol lagi sejak adiknya yang baru lahir dibawa pulang dari rumah sakit
6. REACTION FORMATION
Bertingkah laku berlebihan yang langsung bertentangan dengan keinginan-keinginan, perasaan yang sebenarnya.
Mudah dikenal karena sifatnya ekstrim dan sukar diterima.
Misalnya :
Seorang wanita yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan kasar.
7. UNDOING
Meniadakan pikiran-pikiran, impuls yang tidak baik, seolah-olah menghapus suatu kesalahan.
Misalnya :
Seorang ibu yang menyesal karena telah memukul anaknya akan segera memperlakukannya penuh dengan kasih
sayang
8. DISPLACEMENT
Mengalihkan emosi, arti simbolik, fantasi dari sumber yang sebenarnya (benda, orang, keadaan) kepada orang lain,
benda atau keadaan lain.
Misalnya :
Seorang pemuda bertengkar dengan pacarnya dan sepulangnya ke rumah marah-marah pada adik-adiknya
9. SUBLIMASI
Mengganti keinginan atau tujuan yang terhambat dengan cara yang dapat diterima oleh masyarakat. Impuls yang
berasal dari Id yang sukar disalurkan oleh karena mengganggu individu atau masyarakat, oleh karena itu impuls
harus dirubah bentuknya sehingga tidak merugikan individu/masyarakat sekaligus mendapatkan pemuasan
Misalnya :
Impuls agresif disalurkan ke olah raga, usaha-usaha yang bermanfaat
10. ACTING OUT
Langsung mencetuskan perasaan bila keinginan terhalang.
Misalnya :
Mengatasi problem dengan jalan paling sedikit bertengkar
11. DENIAL
Menolak untuk menerima atau menghadapi kenyataan yang tidak enak.
Misalnya :
Seorang gadis yang telah putus dengan pacarnya, menghindarkan diri dari pembicaraan mengenai pacar,
perkawinan atau kebahagiaan
12. KOMPENSASI
Menutupi kelemahan dengan menonjolkan kemampuannya atau kelebihannya.
Misalnya :
Saddam yang merasa fisiknya pendek sebagai sesuatu yang negatif, berusaha dalam hal menonjolkan prestasi
pendidikannya
13. RASIONALISASI
Memberi keterangan bahwa sikap/tingkah lakunya menurut alasan yang seolah-olah rasional, sehingga tidak
menjatuhkan harga dirinya.
Misalnya :
Munawir yang menyalahkan cara mengajar dosennya ketika ditanyakan oleh orang tuanya mengapa nilai
semesternya buruk.
14. FIKSASI
Berhenti pada tingkat perkembangan salah satu aspek tertentu (emosi atau tingkah laku atau pikiran, dsb) sehingga
perkembangan selanjutnya terhambat.
Misalnya :
Seorang gadis yang tetap berbicara kekanak-kanakan atau seseorang yang tidak dapat mandiri dan selalu
mengharapkan bantuan dari orang tuanya dan orang lain.
15. SIMBOLISASI
Menggunakan benda atau tingkah laku sebagai simbol pengganti suatu keadaan atau hal yang sebenarnya
Misalnya :
Seorang anak remaja selalu mencuci tangan untuk menghilangkan kegelisahannya/kecemasannya. Setelah
ditelusuri, ternyata ia pernah melakukan masturbasi sehingga perasaan berdosa/cemas dan merasa kotor
16. DISOSIASI
Pemisahan suatu kelompok proses mental atau perilaku dari kesadaran /identitasnya. Keadaan dimana terdapat dua
atau lebih kepribadian pada diri seorang individu.
Misalnya :
Seorang laki-laki yang dibawa ke ruang emergensi karena mengamuk ternyata tidak mampu menjelaskan kembali
kejadian tersebut (ia lupa sama sekali)
17. KONVERSI
Adalah transformasi konflik emosional ke dalam bentuk gejala-gejala jasmani.
Misalnya :
Seorang mahasiswa yang tidak mengerjakan tugas-tugasnya tiba-tiba merasa sakit sehingga tidak masuk kuliah

Stres (Selye, 1976) adalah segala situasi di mana tuntutan non-spesifik mengharuskan seorang induvidu untuk
berespon atau melakukan tindakan. Respon atau tindakan ini termasuk respon fisiolgi dan psikologis, stres dapat
menyebabkan perasaan negatif atau yang berlawanan dengan apa yang diinginkan atau mengancam kesejateraan
emosional, stres dapat mengganggu cara seseorang dalam mencerap realitas, menyelesaikan masalah (Potter &
Perry, 2005).
Satu lagi penyebab maag adalah stres, Sistem persyarafan dari otak itu berhubungan ke lambung. Jadi, konon kalau
kita stres tanpa disadari juga memicu terproduksi asam lambung secara berlebihan. Asam lambung yang berlebihan
ini yang bisa mengakibatkan munculnya rasa nyeri pada lambung (http://wira-broto.com)
1. Macam-macam stres
Ditinjau dari penyebabnya, maka stres dibagi menjadi tujuh macam, diantaranya:
a. Stres fisik
b. Stres kimiawi
c. Stres mikrobiologik
d. Stres fisiologik
e. Stres proses pertumbuhan dan perkembangan
f. Stres psikis atau emosional
2. Sumber stress
Sumber stres merupakan asal dari penyebab suatu stres yang dapat mempengaruhi sifat dari stressor seperti
lingkungan, baik secara fisik, psikososial maupun spiritual. Sumber stresor lingkungan fisik dapat berupa fasilitas-
fasilitas seperti air minum, makan, atau tempat-tempat umum sedangkan lingkungan psikososial dapat berupa suara
atau sikap kesehatan atau orang yang ada disekitarnya, sedangkan lingkungan spiritual dapat berupa tempat
pelayanan keagamaan seperti fasilitas ibadah atau lainnya.
3. Faktor pengaruh respon terhadap stressor
Respon terhadap stres yang diberikan setiap individu akan berbeda berdasarkan faktor yang akan mempengaruhi
dari stres tersebut, dan coping yang dimiliki individu, diantaranya stres yang dapat mempengaruhi respon tubuh
antara lain :
a. Sifat stres
Sifat stres ini dapat berupa tiba-tiba atau berangsur-angsur.
b. Durasi stres
Lamanya stres yang dialami klien akan mempengaruhi respon tubuh.
c. Jumlah stres
Semakin banyak stresor yang dialami pada seseorang, dapat menimbulkan dampak yang besar bagi fungsi tubuh.
d. Pengalaman masa lalu
Semakin banyak stresor dan pengalaman yang dialami dan mampu menghadapinya sehingga kemampuan
adaftifnya akan semakin baik pula.
e. Tipe kepribadian
Apabila orang memiliki tipe kepribadian A, maka lebih rentan terkena stres disbanding dengan tipe kepribadian B.
Tipe kepribadian A memiliki cirri ambisius, agresif, kompetitif, kurang sabar, mudah tegang, mudah tersinggung,
mudah marah, memiliki kewaspadaan yang berlebihan, bicara cepat, bekerja tidak kenal waktu, pandai berorganisasi
dan memimimpin atau memerintah. Sedangkan tipe B memiliki karakteristik yang sebaliknya dari tipe kepribadian A.
f. Tingkat perkembangan
Semakin matang perkembangan seseorang maka semakin baik pula kemampuan untuk mengatasi stres.
4. Tahapan stress
a. Tahapan Pertama
Merupakan tahap yang ringan dari stres yang ditandai dengan adanya semangat bekerja besar, penglihatannya
tajam.
b. Tahap Kedua
Stres tahap kedua ini seseorang memiliki ciri sebagai berikut adanya perasaan letih sewaktu bangun pagi yang
semestinya segar, terasa lelah sesudah makan siang, cepat lelah menjelang sore, sering mengeluh lambung atau
perut tidak nyaman.
c. Tahap Ketiga
Pada tahap ketiga seseorang akan mengalami gangguan seperti pada lambung dan usus seperti adanya keluhan
gastritis, buang air besar tidak teratur, ketegangan otot semakin terasa, perasaan tidak tenang, gangguan pola tidur
seperti sukar mulai untuk tidur, terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur, lemah, terasa seperti tidak memiliki
tenaga
d. Tahap Keempat
Tidak mampu melaksanakan kegiatan sehari-hari, adanya gangguan pola tidur, sering menolak ajakan karena tidak
bergairah, kemampuan mengingat dan konsentrasi menurun karena adanya perasaan ketakutan dan kecemasan
yang tidak diketahui penyebabnya.
e. Tahap Kelima
Stress tahap ini ditandai dengan adnya kelelahan fisik secara mendalam, tidak mampu menyelesaikan pekerjaan
yang ringan dan sederhana, gangguan pada system pecernaan semakin berat.
f. Tahap Keenam
Tahap ini merupakan tahap puncak dan seseorang mengalami panik dan perasaan takut mati dengan ditemukan
gejala seperti detak jantung semakin keras, susah bernafas, terasa gemetar seluruh tubuh dan berkeringat,
kemudian terjadi kolaps atau pingsan.
5. Reaksi tubuh terhadap stres
Stres yang dialami seseorang dapat menimbulkan reaksi yang ada pada tubuh baik secara fisiologis maupun
psikologis. Reaksi pada sistem pencernaan dapat mengalami gangguan seperti lambung terasa kembung, mual,
pedih karena peningkatan asam lambung (gastritis), pada sistem perkemihan terjadi gangguan seperti adanya
frekuensi buang air kecil yang sering, pada otot dan tulang terjadi ketegangan dan terasa ditusuk-tusuk, khususnya
pada persendian dan terasa kaku (A. Aziz Alimul Hidayat, 2004)

http://andaners.wordpress.com/2009/04/21/konsep-cemas-stress-dan-adaptasi/
Pengertian 

Cemas adalah emosi dan merupakan pengalaman subyektif individual, mempunyai kekuatan tersendiri
dan sulit untuk diobservasi secara langsung. Perawat dapat mengidentifikasi cemas lewat perubahan
tingkh laku klien.

Stuart (1996) mendefinisikan cemas sebagai emosi tanpa obyek yang spesifik, penyebabnya tidak
diketahui, dan didahului oleh pengalaman baru. Sedangkan takut mempunyai sumber yang jelas dan
obyeknya dapat didefinisikan. Takut merupakan penilaian intelektual terhadap stimulus yang mengancam
dan cemas merupakan respon emosi terhadap penilaian tersebut. Lebih jauh dikatakan pula, kecemasan
dapat dikomunikasikan dan menular, hal ini dapat mempengaruhi hubungan terapeutik perawat klien. Hal
ini menjadi perhatian perawat.
Bostrom (1995) mengemukakan stressor sebagai factor presipitasi kecemasan adalah bagaimana
individu berhadapan dengan kehilangan dan bahaya yang mengancam. Bagaimana mereka
menerimanya tergantung dari kebutuhan, keinginan, konsep diri, dukungan keluarga, pengetahuan,
kepribadian dan kedewasaan.

Kecemasan adalah suatu kondisi yang menandakan suatu keadaan yang mengancam keutuhan erta
keberadaan dirinya dan dimanifestasikan dalam bentuk prilaku seperti rasa tak berdaya, rasa tidak
mampu, rasa takut, phobia tertentu (Hamid dkk,1997).

Kecemasan muncul bila ada ancaman ketidakberdayaan, kehilangan kendali, perasaan kehilangan
fungsi-fungsi dan harga diri, kegagalan pertahanan, perasaan terisolasi (Hudak dan Gallo, 1997).

Tingkat Kecemasan

Stuart dan Sundeen (1995) membagi kecemasan menjadi 4 tingkatan yaitu :

1. Kecemasan Ringan

Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari. Pada tingkat
ini lahan persepsi melebar dab individu akan berhati-hati dan waspada. Individu terdorong untuk belajar
yang akan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.

a. Respon Fisiologis
 Sesekali nafas pendek
 Nadi dan tekanan darah naik
 Gejala ringan pada lambung
 Muka berkerut dan bibir bergetar
b. Respon Kognitif
 Lapang persegi meluas
 Mampu menerima ransangan yang kompleks
 Konsentrasi pada masalah
 Menyelesaikan masalah secara efektif
c. Respon perilaku dan Emosi
 Tidak dapat duduk tenang
 Tremor halus pada tangan
 Suara kadang-kadang meninggi
2. Kecemasan sedang
Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap lingkungan menurun/individu lebih memfokuskan pada hal
penting saat itu dan mengesampingkan hal lain.

a. Respon Fisiologis
 Sering nafas pendek
 Nadi ekstra systole dan tekanan darah naik
 Mulut kering
 Anorexia
 Diare/konstipasi
 Gelisah
b. Respon Kognitif
 Lapang persepsi menyempit
 Rangsang Luar tidak mampu diterima
 Berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya
c. Respon Prilaku dan Emosi
 Gerakan tersentak-sentak (meremas tangan)
 Bicara banyak dan lebih cepat
 Perasaan tidak nyaman
3. Kecemasan Berat

Pada kecemasan berat lahan persepsi menjadi sempit. Individu cenderung memikirkan hal yang kecil
saja dan mengabaikan hal-hal yang lain. Individu tidak mampu berfikir berat lagi dan membutuhkan
banyak pengarahan/tuntutan.

a. Respon Fisiologis
 Sering nafas pendek
 Nadi dan tekanan darah naik
 Berkeringat dan sakit kepala
 Penglihatan kabur
b. Respon Kognitif
 Lapang persepsi sangat menyempit
 Tidak mampu menyelesaikan masalah
c. Respon Prilaku dan Emosi
 Perasaan ancaman meningkat
 Verbalisasi cepat
 Blocking
4. Panik

Pada tingkat ini persepsi sudah terganggu sehingga individu sudah tidak dapat mengendalikan diri lagi
dan tidak dapat melakukan apa-apa walaupun sudah diberi pengarahan/tuntunan.

a. Respon Fisiologis
 Nafas pendek
 Rasa tercekik dan berdebar
 Sakit dada
 Pucat
 Hipotensi
b. Respon Kognitif
 Lapang persepsi menyempit
 Tidak dapat berfikir lagi
c. Respon Prilaku dan Emosi
 Agitasi, mengamuk dan marah
 Ketakutan, berteriak-teriak, blocking
 Persepsi Kacau
 Kecemasan yang timbul dapat diidentifikasi melalui respon yang dapat berupa respon fisik,
emosional, dan kognitif atau intelektual.
d. Respon Fisiologis
 Kardiovaskuler : Palpitasi berdebar, tekanan darah meningkat/menurun, nadi meningkat/menurun
 Saluran Pernafasan : Nafas cepat dangkal, rasa tertekan di dada, rasa seperti tercekik
 Gastrointestinal : Hilang nafsu makan, mual, rasa tak enak pada epigastrium, diare
 Neuromuskuler : Peningkatan refleks, wajah tegang, insomnia, gelisah, kelelahan secara umum,
ketakutan, tremor
 Saluran Kemih : Tak dapat menahan buang air kecil
 Sistem Kulit : Muka pucat, perasaan panas/dingin pada kulit, rasa terbakar pada muka, berkeringat
setempat atau seluruh tubuh dan gatal-gatal
 Respon Kognitif : konsentrasi menurun, pelupa, raung persepsi berkurang atau menyempit, takut
kehilangan kontrol, obyektifitas hilang
 Respon emosional : Kewaspadaan meningkat, tidak sadar, takut, gelisah, pelupa, cepat marah,
kecewa, menangis dan rasa tidak berdaya
Stuart dan Sundeen (1995) mengatakan rentan respon individu berfluktuasi antara respon adaptif dan
maladaptive seperti :
 Adaptif Maladaptif
 Adaptasi Ringan Sedang Berat Panik
Roy (1974) mengatakan manusia mahluk yang unik karenanya mempunyai respon yang berbeda-beda
terhadap cemas tergantung kemampuan adaptasi ini dipengaruhi oleh pengalaman berubah dan
kemampuan kopinh individu. Koping adalah mekanisme mempertahankan keseimbangan dalam
menghadapi stress.
Selanjutnya Roy (1974) menerangkan proses adaptasi dipengaruhi oleh 2 aspek yaitu masing-masing
individu dan kemampuan adaptasi ini dipengaruhi oleh pengalaman berubah dan kemampuan koping
individu. Koping adalah mekanisme mempertahankan keseimbangan dalam menghadapi stress.

1. Stresor (stimulus lokal)


 Yaitu semua rangsang yang dihadapi individu dan memerlukan respon adaptasi. Mediator (proses
adaptasi)
2. Stimulus Internal
 yaitu factor dari dalam yang dimiliki individu seperti keyakinan, pengalaman masa lalu, sikap, dan
kepribadian.
3. Stimulus eksternal (kontekstual)
 Yaitu factor dari luar yang berkontribusi atau melatar belakangi dan mempengaruhi respon adaptasi
individu terhadap stressor yang dihadapi.
Sumber
 http://www.mantri-suster.co.cc/2010/02/konsep-kecemasan_28.html

http://yoedhasflyingdutchman.blogspot.com/2010/04/konsep-kecemasan.html

Anda mungkin juga menyukai