Anda di halaman 1dari 19

Rabu, 01 Februari 2012

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN RESIKO BUNUH DIRI

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang

           

       Bunuh diri merupakan salah satu bentuk kegawat


daruratan psikiatri. Meskipun suicide adalah perilaku yang membutuhkan pengkajian
yang komprehensif pada depresi, penyalahgunaan NAPZA, skizofrenia, gangguan
kepribadian (paranoid, borderline, antisocial), suicide tidak bisa disamakan dengan
penyakit mental.
            Ada 4 hal yang krusial yang perlu diperhatikan oleh perawat selaku tim
kesehatan diantaranya adalah : pertama, suicide merupakan perilaku yang bisa
mematikan dalam seting rawat inap di rumah sakit jiwa, Kedua, faktor – faktor yang
berhubungan dengan staf antara lain : kurang adekuatnya pengkajian pasien yang
dilakukan oleh perawat, komunikasi staf yang lemah, kurangnya orientasi dan
training dan tidak adekuatnya informasi tentang pasien. Ketiga,
pengkajian suicide seharusnya dilakukan secara kontinyu selama di rawat di rumah
sakit baik saat masuk, pulang maupun setiap perubahan pengobatan atau treatmen
lainnya. Keempat, hubungan saling percaya antara perawat dan pasien serta
kesadaran diri perawat terhadap cues perilaku pasien yang mendukung terjadinya
resiko bunuh diri adalah hal yang penting dalam menurunkan angka suicide di rumah
sakit.
            Oleh karena itu suicide pada pasien rawat inap merupakan masalah yang perlu
penanganan yang cepat dan akurat. Pada makalah ini akan dipaparkan mengenai
faktor resiko terjadinya bunuh diri, instrument pengkajian dan managemen
keperawatannya dengan pendekatan proses keperawatanya.

ASUHAN  KEPERAWATAN  JIWA
TN. B DENGAN  RESIKO BUNUH DIRI
DI  RUANG  MAWAR RSJ SELAGA ALAS MATARAM
NTB

Tgl MRS                                : 5 Januari 2010


Tgl Pengkajian                      : 10 April 2011
Ruang                                     : Mawar
 
A.    Pengkajian
1.      Identitas Klien
Nama Lengkap      : Tn. B
Usia                       : 45 tahun
Jenis Kelamin        : Laki-laki
Status                    : Kawin
Alamat                  : Kediri, Lobar

2.      Alasan Masuk
Klien dibawa kerumah sakit jiwa karena mencoba gantung diri di kamar mandi rumah
pasien

3.      Faktor Predisposisi
Klien frustasi karena baru mengalami kehilangan pekerjaan/di PHK oleh perusahaan
tempat ia bekerja dan di tinggal oleh istrinya. Ada anggota keluarga yang juga
mengalami gangguan jiwa.

4.      Faktor Presipitasi
Klien mengatakan hidupnya tak berguna lagi dan lebih baik mati saja
 Masalah Keperawatan:
1.      Resiko bunuh diri
2.      Risiko perilaku kekerasan
3.      Harga diri rendah
5.      Fisik
Ada bekas percobaan bunuh diri pada leher dan pergelangan tanggan, BB pasien
menurun dan klien tampak lemas tak bergairah, sensitive, mengeluh sakit perut,
kepala sakit. N: 80x/mnt, TD 120/90 mmHg, S: 37 C, RR: 20x/mnt, BB: 56 Kg dan TB
170cm.

6.      Psikososial
Genogram :

  

 
                                                                     

 
                                                                                        

                                                                                           

Keterangan:           laki-laki

                              perempuan

                              klien

7.      Konsep diri
1.      Gambaran diri
Klien merasa tidak ada yang ia sukai lagi dari dirinya.
2.      Identitas
Klien sudah menikah mempunyai seorang istri.
3.      Peran Diri
Klien adalah kepala rumah tangga dengan 3 orang anak yang masih kecil-kecil
4.      Ideal Diri
Klien menyatakan bahwa kalau nanti sudah pulang/sembuh klien bingung harus
mendapat pekerjaan dimana untuk menghidupi keluarga dan bagaimana membangun
keluarganya seperti dulu.
5.      Harga diri
Klien Agresif, bermusuhan, implisif, depresi dan jarang berinteraksi dengan
orang lain.

8.      Hubungan Sosial
Menurut klien orang yang paling dekat dengannya adalah Tn. M teman sekamar yg
satu agama. Klien adalah orang yang kurang perduli dengan lingkungannya, klien
sering diam, menyendiri, murung dan tak bergairah,jarang berkomunikasi dan slalu
bermusuhan dengan teman yang lain, sangat sensitive.

9.      Spiritual
a.       Nilai dan keyakinan: pasien percaya akan adanya Tuhan tetapi dia sering
mempersalahkan Tuhan atas hal yang menimpanya.
b.      Kegiatan ibadah: Klien mengaku jarang beribadah dan mendekatkan diri kepada
Tuhan.

10.  Status Mental
Penampilan:
pada penampilan fisik: Tidak rapi, mandi dan berpakaian harus di suruh, rambut
tidak pernah tersisir rapi dan sedikit bau, Perubahan kehilangan fungsi, tak berdaya
seperti tidak intrest, kurang mendengarkan.
Pembicaraan:
Klien hanya mau bicara bila ditanya oleh perawat, jawaban yang diberikan pendek,
afek datar, lambat dengan suara yang pelan, tanpa kontak mata dengan lawan bicara
kadang tajam, terkadang terjadi blocking.
Aktivitas Motorik:
Klien lebih banyak murung dan tak bergairah, serta malas melakukan aktivitas
Interaksi selama wawancara:
Kontak mata kurang, afek datar, klien jarang memandang lawan bicara saat
berkomunikasi.
Memori
Klien kesulitan dalam berfikir rasional, penurunan kognitif.
11.  Kebutuhan Persiapan Pulang.
12.  Mekanisme Koping
Mal adaptif : Kehilangan batas realita, menarik dan mengisolasikan diri, tidak
menggunakan support system, melihat diri sebagai orang yang secara total tidak
berdaya, klien tidak mau melakukan aktifitas.
13.  Pohon masalah

Koping maladaptif

Resiko mencederai diri


 

14.  Analisa data

Diagnosa Data mayor Data minor


Resiko Subyektif: Subyektif:
bunuh diri         Mengatakan hidupnya tak berguna         Mengatakan ada yang
lagi menyuruh bunuh diri
        Inggin mati         Mengatakan lebih baek mati

        Menyatakan pernah mencoba saja


bunuh diri         Mengatakan sudah bosan
        Mengancam bunuh diri hidup
Obyektif:               Obyektif:
        Ekspresi murung         Perubahan kebiasaan hidup

        Tak bergairah         Perubahan perangai

        Ada bekas percobaan bunuh diri

Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji

1.      Perilaku bunuh diri


DS: menyatakan ingin bunuh diri / ingin mati saja, tak ada gunanya hidup.
DO: ada isyarat bunuh diri, ada ide bunuh diri, pernah mencoba bunuh diri.

2.      Koping maladaptif
DS: menyatakan putus asa dan tak berdaya, tidak bahagia, tak ada harapan.
DO: nampak sedih, mudah marah, gelisah, tidak dapat mengontrol impuls.
                                                                                                     
15.  Rencana Tindakan Keperawatan untuk pasien resiko bunuh diri

Pasien:
a.       Tujuan umum: Klien tidak mencederai diri.
b.      Tujuan khusus
1.      Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
1.1. Perkenalkan diri dengan klien 
1.2. Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal.
1.3. Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.
1.4. Bersifat hangat dan bersahabat.
1.5. Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat.
2.     Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri
Tindakan:

2.1. Jauhkan klien dari benda-benda yang dapat membahayakan (pisau,


silet, gunting, tali, kaca, dan lain-lain).
2.2. Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh perawat.
2.3. Awasi klien secara ketat setiap saat.

3.      Klien dapat mengekspresikan perasaannya


Tindakan:
3.1.    Dengarkan keluhan yang dirasakan.
3.2.    Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan, ketakutan dan
keputusasaan.
3.3.    Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa
dan bagaimanaharapannya.
3.4.     Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan,
kematian,  dan lain-lain.
3.5.    Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang menunjukkan
keinginan untuk hidup.

4.      Klien dapat meningkatkan harga diri


Tindakan:
4.1. Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi
keputusasaannya.
4.2. Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu.
4.4. Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal:hubungan
antar sesama, keyakinan, hal-hal untuk diselesaikan).

5.      Klien dapat menggunakan koping yang adaptif


Tindakan:
5.1.    Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman-pengalaman yang
menyenangkan  setiap hari (misal : berjalan-jalan, membaca buku
favorit, menulis surat dll.).
5.2.    Bantu untuk mengenali hal-hal yang ia cintai dan yang ia sayang, dan
         pentingnya terhadap kehidupan orang lain, mengesampingkan tentang
kegagalan dalam kesehatan.
5.3.Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yang
mempunyai suatu masalah dan atau penyakit yang sama dan telah
mempunyai pengalaman positif dalam mengatasi masalah tersebut dengan
koping yang efektif.

6.      Klien dapat menggunakan dukungan sosial


Tindakan:
6.1.    Kaji dan manfaatkan sumber-sumber ekstemal individu (orang-orang
terdekat, tim pelayanan kesehatan, kelompok pendukung, agama yang
dianut).
6.2.    Kaji sistem pendukung keyakinan (nilai, pengalaman masa lalu, aktivitas
keagamaan, kepercayaan agama).
6.3.    Lakukan rujukan sesuai indikasi (misal : konseling  pemuka agama).

7.      Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat


Tindakan:
7.1. Diskusikan tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping
minum obat).
7.2. Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien, obat,
dosis, cara, waktu).
7.3. Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yang dirasakan.
7.4. Beri reinforcement positif bila menggunakan obat dengan benar.

Keluarga
1.      Tujuan: Keluarga berperan serta melindungi anggota keluarga yang
mengancam atau mencoba bunuh diri.
              Tindakan:
1.1. Menganjurkan keluarga untuk ikut mengawasi pasien serta jangan pernah
meninggalkan pasien sendirian
1.2.Menganjurkan keluarga untuk membantu perawat menjauhi barang-
barang berbahaya disekita pasien
1.3.Mendiskusikan dengan keluarga untuk tidak sering melamun sendiri
1.4.Menjelaskan kepada keluarga pentingnya passion minum obat secara
teratur.
2.      Tujuan: pasien mampu merawat pasien dengan resiko bunuh diri
Tindakan:
1.1.Menanyakan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri
a.       Menanyakan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri yang pernah
muncul pada pasien
b.      Mendiskusikan tentang tanda dan gejala yang umumnya muncul pada
pasien beresiko bunuh diri
1.2.Mengajarkan keluarga tentang cara melindungi pasien dari perilaku bunuh
diri.
a.       Mengajarkan keluarga tentang cara yang dapat dilakukan keluarga bila
pasien memperlihatkan tanda dan gejala bunuh diri.
b.      Menjelaskan tentang cara-cara melindungi pasien, antara lain:
-          Memberikan  tempat yang aman. Menempatkan pasien ditempat yang
mudah di awasi, jangan biarkan pasien mengunci diri dikamarnya atau
jangan meninggalkan pasien sendirian dirumah
-          Menjauhkan barang-barang yang bias digunakan untuk bunuh diri.
Jauhkan pasien dari barang-barang yang bias digunakan untuk bunuh diri,
seperti tali, bahan bakar minyak/bensin, api, pisau atau benda tajam
lainnya, zat yang berbahaya seperti racun nyamuk atau racun serangga.
-          Selalu mengadakan pengawasan dan meningkatkan pengawasan apa bila
ada tanda dan gejala bunuh diri meningkat. Jangan pernah melonggarkan
pengawasan, walaupun pasien tidak menunjukkan tanda dan gejala untuk
bunuh diri.
c.       Menganjurkan keluarga untuk malaksanakan cara tersebut diatas.
1.3.Mengajarkan keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan apa bila
pasien melakukan percobaan bunuh diri, antara lain:
a.       Mencari bantuan pada tetangga sekitar atau pemuka masyarakat untuk
menghentikan upaya bunuh diri tersebut
b.      Segera membawa pasien kerumah sakit atau puskesmas untuk
mendapatkan bantuan medis.
1.4. Mencari keluarga mencari rujukan fasilitas kesehatan yang tersedia bagi
pasien
a.       Memberikan informasi tentang nomor telpon darurat tenaga kesehatan
b.      Menganjurkan keluarga untuk mengantarkan pasien berobat/control
secara teratur untuk mengatasi masalah bunuh dirinya
c.       Menganjurkan keluarga uuntuk membantu pasien minum obat sesuai
prinsip lima benar pemberian obat.

CATATAN PERAWATAN DAN PERKEMBANGAN

NO TGL/JAM DIAGNOSA TINDAKAN EVALUASI


KEP
1. 10/4/2010 Resiko Bunuh Sp I Pasien S:
PK.10.00 Diri 1.      Membina hubungan saling percaya Klien mengatakan
WIB dengan klien sudah mencoba
2.      Mengidentifikasi benda-benda belajar berkenalan
yang dapat membahayakan pasien namun masih
3.      Mengamankan benda-benda yang enggan untuk
dapat membahayakan pasien. dilakukan
4.      Melakukan kontrak treatment
5.      Mengajarkan cara mengendalikan O:
dorongan bunuh diri Klien aktif dan
memperhatikan
Sp II Pasien selama latihan
berkenalan
1.      Mengidentisifikasi aspek positif dengan perawat
pasien
2.      Mendorong pasien untuk berfikir A:
positif terhadap diri sendiri Klien sudah tahu
3.      Mendorong pasien untuk cara berkenalan
menghargai diri sebagai individu dengan
yang berharga menyebutkan
nama,asal,hobi
Sp III Pasien
1.      Mengidentisifikasi pola koping P:
yang biasa diterapkan pasien Lanjutkan
2.      Menilai pola koping yng biasa berkenalan
dilakukan dengan orang
3.      Mengidentifikasi pola koping yang lain.
konstruktif
4.      Mendorong pasien memilih pola
koping yang konstruktif
5.      Menganjurkan pasien menerapkan
pola koping konstruktif dalam
kegiatan harian

Sp IV Pasien
1.      Membuat rencana masa depan yang
realistis bersama pasien
2.      Mengidentifikasi cara mencapai
rencana masa depan yang realistis
3.      Memberi dorongan pasien
melakukan kehiatan dalam rangka
meraih masa depan yang realistis

SP 1 Keluaga
1.      Mendiskusikan massalah yang
dirasakan keluarga dalam merawat
pasien
2.      Menjelaskan pengertia, tanda dan
gejala resiko bunuh diri, dan jenis
prilaku yang di alami pasien beserta
proses terjadinya
3.      Menjelaskan cara-cara merawat
pasien resiko bunuh diri yang
dialami pasien beserta proses
terjadinya.

SP II Keluarga
1.      Melatih keluarga
mempraktekan cara merawat pasien
dengan resiko bunuh diri
2.      Melatih keluarga melakukan cara
merawat langsung kepada pasien
resiko bunuh diri.
SP III Keluarga
1.      Membantu keluarga membuat
jadual aktivitas dirumah termasuk
minum obat\
2.      Mendiskusikan sumber rujukan
yang bias dijangkau oleh keluarga
DAFTAR PUSTAKA
Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. cetakan kedua (edisi revisi). Bandung: PT Refrika
Aditama
Mustofa, Ali. 2010. Asuhan Keperawatan Psikiatri Berbasis Klinik. Mataram
Keliat Budi A. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Jakarta: EGC
Marilynn E Doengoes, et all, alih bahasa Kariasa IM. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan,
pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, EGC, Jakarta
          
 
SP RESIKO BUNUH DIRI
PASIEN
  SP I Pasien: Melindungi pasien dari percobaan bunuh diri
Orientasi:
Perawat             : “Assalamu’alakum, Selamat pagi M’ba Ayu. Perkenalkan saya perawat Nova. yang
bertugas di ruang mawar ini saat ini, saya dinas dari jam 7 pagi sampai jam 2 siang.”
“Bagaimana perasaan M’ba Ayu hari ini?”
M’ba Ayu          : “Hari ini saya sangat sedih dan jengkel Ners”
Perawat             : “Kalau tidak keberatan, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa yang M’ba
Ayu rasakan dan alami selama ini. Saya siap kok mendengarkan semua cerita M’ba,
bagaimana apa M’ba bersedia?
M’ba Ayu          :”Baik Ners saya bersedia,” (Menggukan kepala tanda setuju)
Perawat             : Kalau begitu dimana kita bisa bicara dan berapa lama kita bisa bicara?
M’ba Ayu          : “Ditaman, saya suka duduk menyendiri disana, satu jam”
Perawat             : “Baiklah kalau begitu, mari kita kesana”
 Tahap Kerja:
Perawat             : “Sekarang M’ba bisa cerita bagaimana perasaan M’ba setelah Pacar M’ba yang sangat
M’ba cintai menghamili dan meninggalkan M’ba menikah dengan wanita lain ini terjadi?.
M’ba Ayu          : “Saya sangat terpukul dan sedih Sus, saya fikir dunia kan berahir detik itu juga. Saya
binggung dan malu sudah mencoreng arang di wajah keluarga saya, saya benar-benar
anak yang tak berguna.”
Perawat             : “Apa karena hal tersebut M’ba merasa menjadi orang paling menderita di bumi ini?
M’ba Ayu          : “Saya rasa lebih dari menderita Ners, saya sangat sensara dan merasa kehidupan saya
telah hancur dan menderita, tak ada gunanya lagi saya hidup.”
Perawat           : “Bagaimana dengan kepercayaan diri M’ba, apa merasa kehilangan
percaya diri?             M’ba merasa tak berharga atau bahkan lebih rendah dari pada orang
lain?
M’ba Ayu          :”Saya sangat malu dengan keluarga, tentangga dan teman-teman saya karena menjadi
aip dan mencoreng arang di muka keluarga saya”
Perawat             :” Apakah M’ba merasa bersalah atau mempersalahkan diri sendiri?”
M’ba Ayu          : “Sering Ners, mungkin memang ini semua salah saya, telah semudah itu percaya
dengan  laki-laki brengsek itu. Seandainya saja saya mendengar nasehat ibu dan keluarga
saya”.
Perawat             : “Apa M’ba juga sering mengalami kesulitan berkonsentrasi”
M’ba Ayu          :” Saya sangat pusing dengan semua ini. Jangankan berkonsentrasi berfikir jernih saja
saya sangat susah”
Perawat             : “Apa pernah terbesit dalam fikiran M’ba untuk menyakiti diri/bunuh diri atau baM’ba
inggin mati”
M’ba Ayu         : “Saya pernah mencoba gantung diri di kamar mandi rumah saya dengan seutas tali
jemuran tapi saya akhirnya gagal karena ditolong tetangga saya dan saya juga sering
menyayat pergelangan tangan saya. Bagi saya tidak ada gunanya lagi saya hidup, saya
tidak berguna”. (menunjukkan pergelangan tanggam)
Perawat             : “Baiklah, setelah saya mendengar cerita M’ba tampaknya M’banya membutuhkan
pertolongan segera karena ada keinginan untuk menggahiri hidup”. Saya juga perlu
memeriksa seluruh isi kamar M’ba untuk memastikan tidak ada benda-benda yang
membahayakan (seperti gunting, pisau, cermin dan benda tajam lainya). Mulai sekarang
saya juga takkan membiarkan M’ba sendiri.” Apa yang M’ba lakukan jika keinginan
bunuh diri itu muncul?’
M’ba Ayu          :” Saya sering menggigit, membenturkan kepala dan menyakiti diri saya sendiri”
Perawat             :” Baiklah, mulai sekarang kalau keingginan itu muncul M’ba harus langsung meminta
tolong kepada perawat diruangan ini bisa saya, atau perawat yang sedang sift, keluarga
atau teman jika sedang besuk M’ba untuk mengatasi keingginan M’ba tersebut serta
katakana kepada mereka jika ada dorongan untuk bunuh diri.” M’ba juga jangan sendiri
ya, cobalah untuk berkumpul dan berinteraksi denga teman M’ba yang laen. Apa M’ba
paham dengan yang saya katakan?
M’ba Ayu          : “Ya Ners. saya akan berusaha mencoba”
Perawat             : “Saya seneng mendengar nya, saya percaya baM’ba Ayu dapat mengatasi masalah ini,
OKAY?”
Terminasi
Perawat             : “Bagaimana perasaan M’ba sekarang setelah mengetahui cara mengetahui perasaan
keingginan bunuh diri?”
M’ba Ayu          :“saya sudah sedikit lebih tenang, terima kasih Ners”
Perawat             :” Bisa M’ba sebutkan kembali cara tadi yang saya telah jelaskan?
M’ba Ayu          : (menyebutkan kembali cara)
Perawat             : “saya akan menemani M’ba Ayu terus sampai keingginan bunuh diri M’ba hilang”
(jangan tinggalkan pasien)

  Sp II Pasien: meningkatkan harga diri dan menidentifikasi aspek positif pasien isyarat
bunuh diri
Oriantasi
“Assalamualaikumba M’ba Ayu, Bagaimna perasaan M’ba di pagi yang cerah ini?
Bagaimana, Masi adakah doorongan M’ba Ayu untuk mengaihiri kehidupan? Baik, sesuai
janji kita kemarin sekarang kita akan membahas tentang rasa syukur atas pemberian
tuhan yang masih M’ba miliki serta aspek positif dalam diri M’ba, bukannya M’ba masih
punya keluarga dan teman yang sayang dengan M’ba serta calon bayi yang Mba’kandung.
Berapa lama kita akan bercakap dan mau dimana?
Tahap Kerja
“Menurut M’ba, apa saja dalam hidup M’ba yang perlu disyukuri, siapa saja yang akan
sedih dan merasa rugi jika M’ba meninggal. Coba sekarang M’ba Ayu ceritakan hal-hal
yang baik dalam kehidupan M’ba. Keadaan yang bagaimana yang membuat M’ba merasa
puas? Bagus!. Ternyata kehidupan M’ba Ayu masih ada yang baik dan patut di syukuri.
Coba M’ba sebutkan kegiatan apa yang masih M’ba lakukan selama ini” Bagaimana kalau
M’ba mencoba melakukan kegiatan tersebut lagi, mari kita berlatih.”
Terminasi
““Bagaimana perasaan M’ba Ayu sekarang setelah kita bercakap-cakap? Bisa M’ba
sebutkan kembali apa–apa saja yang patut M’ba syukuri dalam hidup M’ba?. Ingat dan
ucapkan selalu hal-hal yang baik dalam hidup M’ba jika terjadi dorongan mengakhiri
kehidupan. Bagus M’ba Ayu! Coba inggat-ingat  lagi hal-hal lain yang masih M’ba Ayu
miliki dan perlu syukuri nanti jam 12 kita bahas tentang cara mengatasi masalah dengan
baik? Tempatnya dimana. Namun, jika ada perasaan-perasaan yang tak terkendali segera
hubungi saya ya M’ba. Permisi.

  SP III Pasien: meningkatkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah (pola koping)
pasien isyarat bunuh diri     
Oriantasi
“Assalamualaikum M’ba Ayu, Bagaimna perasaan M’ba di pagi yang cerah ini? Masi
adakah keinggina untuk bunuh diri? Menurut M’ba, Apa lagi hal-hal positif yang perlu
M’ba syukuri?Sekarang kita akan berdiskusi tentang bagaimana cara mengatasi masalah
yang selama ini timbul. Mau berapa lama? di sini saja?
Tahap Kerja
“ Coba ceritakan situasi yang membuat M’ba Ayu ingin bunuh diri. Selain bunuh diri, apa
kira-kira jalan keluar dari masalah yang M’ba alami. Hemm… ternyata banyak juga yah.
Nah, sekarang coba kita diskusikan keuntungan dan kerugian masing-masing cara
tersebut. Mari kita pilih cara mengatasi masalah yang paling menguntungkan!, kalau
menurut M’ba Ayu yang mana? Ya, saya setuju, Bisa di coba! “ Mari kita buat rencana
kegiatan dan memasukkannya kedalam jadwal kegiatan harian baM’ba.”
Terminasi
“Bagaimana perasaan M’ba Ayu sekarang setelah kita bercakap-cakap? Apa cara
mengatasi masalah yang akan M’ba Ayu gunakan? Coba dalam satu hari ini, M’ba
menyelesaikan masalah yang M’ba alami dengan cara yang M’ba pilih tadi. Besok dijam
yang sama kita akan bertemu lagi disini untuk membahas pengalaman M’ba Ayu
menggunakan cara yang dipilih’.

  Sp IV Pasien:  Menyusun rencana Masa depan


 Oriantasi
“Assalamualaikum M’ba Ayu, Bagaimna perasaan M’ba di pagi yang cerah ini? Masi
adakah keinggina untuk bunuh diri?. Saya rasa pasti sudah tidak ada. Menurut M’ba, Apa
lagi cara mengatasi masalah yang selama ini timbul? Sekarang kita akan berdiskusi
tentang rencana maa depan ibu dan cara mencapainya. Mau berapa lama? di sini saja?
Tahap Kerja
“Coba ceritakan apa rencana M’ba Ayu dimasa depan setelah keluar dari sini nanti.
Bagus!!. Ternyata M’ba mempunyai rencana yang luar biasa bagus dan masih mempunyai
semangat hidup yang besar. Nah, sekarang coba kita diskusikan keuntungan dan kerugian
masing-masing rencana tersebut dan bagaimana cara mencapai masa depan yang M’ba
ingginkan. Mari kita pilih cara yang paling baik dan realistis!, kalau menurut M’ba Ayu
yang mana? Ya, saya setuju, Bisa di coba! “ Mari kita buat rencana kegiatan dan
memasukkannya kedalam jadwal kegiatan harian M’ba agar masa depan yang M’ba
rencanakan dapat tercapai.”
Terminasi
“Bagaimana perasaan M’ba Ayu sekarang setelah kita bercakap-cakap? Apa cara
mencapai rencana masa depan yang M’ba Ayu gunakan? Coba mulai sekarang, M’ba
melakukan kegiatan/rencana tersebut dengan cara yang M’ba pilih tadi. Besok dijam yang
sama kita akan bertemu lagi disini untuk membahas pengalaman M’ba Ayu menggunakan
cara yang dipilih’. Saya harap M’ba tetap semangat, saya yakin masa depan yang M’ba
ingginkan pasti M’ba dapatkan”. Saya permisi dulu…..

KELUARGA
  SP I Keluarga: mendiskusikan masalah dan mengajarkan keluarga tentang cara merawat
anggota keluarga yang beresiko bunuh diri

Orientasi:
“Assalamu’alakum Bapak/Ibu, kenalkan saya perawat Nova yang merawat Anak
Bapak/Ibu di rumah sakit ini”.
“ Bagaiman kalua kita berbincang-bincang tentang cara merawat agar M’ba Ayu tetap
selamat dan tidak melukai dirinya sendiri. Bagaimana apa Bapak/Ibu bersedia?
Bagaimana kalau disini saja kita berbincang-bincangnya Pak/Bu?” Sambil kita mengawasi
terus M’ba Ayu.
Tahap Kerja
‘Apa masalah atau kesulitan yang Bapak/Ibu rasakan dalam merawat M’ba Ayu?.
“Oww….Begini Bapak/Ibu, M’ba Ayu sedang mengalami putus asa yang sangat berat
akibat kekasihnya yang telah menghamili dan meninggalkannya menikah dengan wanita
lain ini terjadi, sehingga sekarang ia selalu inggin mengaikhiri hidupnya karena merasa
tak berguna.
“Bapak/Ibu sebaiknya baM’ba dan M’ba memperhatikan benar-benar munculnya dan
tanda dan gejala bunuh diri. Pada umumnya orang yang melakukan bunuh diri
menunjukan gejala melalui percakapan misalnya”saya tidak inggin hidup lagi, orang lain
lebih baik tanpa saya. Apakah Bapak/Ibu pernah mendengar M’ba Ayu mengatakan hal
tersebut?”
“ Jika Bapak/Ibu menemukan tanda dan gejala seperti itu, mata sebaiknya Bapak/Ibu
mendengarkan ungkapan perasaan dari M’ba Ayu secara serius. Pengawasan terhadap
M’ba Ayu pun harus ditingkatkan, Jangan tinggalkan atau biarkan beliau sendiri dirumah
atau jangan biarkan mengunci diri dikamar. Kalau menemukan dan tanda dan gejala
tersebut, dan menemukan alat-alat yang akan digunakan untuk bunuh diri. Seperti tali
tambang, silet, gunting, ikat pinggang, pisua serta benda tajam lainnya yang mungkin bisa
di gunaka untuk melukai diri, sebaiknyan dicegah dengan meningkatkan pengawasan dan
memberi dukungan untuk tidak melakukan hal tersebut. Katakana Bapak/Ibu serta
keluarga bahwa sayang pada M’ba Ayu dan katakana juga kebaikan-kebaikannya.
“ Selain itu usahakan 5x sehari Bapak/Ibu memuji beliau dengan tulus tapi tidak
berlebihan”. “Tetapi jika sudah terjadi percobaan bunuh diri, sebaiknya Bapak/Ibu
mencari bantuan orang lain. Apabila tidak bisa diatasi segera rujuk kepuskesmas untuk
mendapatkan peraeatan yang serius. Setelah kembali kerumah, Bapak/Ibu perlu
membantu agar M’ba Ayu terus berobat untuk mengatasi keingginan bunuh dirinya.
Karena kondi M’ba Ayu yang dapat saja nekat mengakhiri hidupnya sewaktu-waktu, kita
semua harus mengawasi M’ba Ayu terus menerus. Bapak/Ibu Bapak/Ibu juga kami minta
partisipasinya untuk juga dapat mengawasi M’ba Ayu ya… pokoknya baM’ba Ayu tidak
boleh ditinggal sendiri sedikitpun untuk sementara karena dalam kondisi serius”
“Jika Bapak/Ibu berbicara pada M’ba Ayu focus pada hal-hal positif, hindarkan
pernyataan negative”. “Selain itu sebaiknya M’ba Ayu pumya kegiatan positif seperti
melakukan hobinya bermain music, menyulam dll supaya M’ba Ayu tidak sempat
melamun sendiri”.
Terminasi:
“ Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah mengetahui cara untuk mengatasi perasaan
inggin bunuh diri dan merawat pasien resiko bunuh diri?”
Bagaimana Bapak/Ibu? Ada yang belum jelas atau mau ditanyakan?. Bapak/Ibu tolong
bisa diulangi lagi cara-cara merawat anggota keluarga yang inggin bunuh diri?”. Ya,
Bagus jika Bapak/Ibu sudah mengerti. Jangan lupa pengawasannya ya! Jika ada tanda-
tanda keinginan bunuh diri segera hubungi kami. Kita dapat melanjutkan untuk
membicarakan cara-cara meningkatlkan harga diri M’ba Ayu dan penyelesaian
masalahnya pada pertemuan akan datang”. “ Bagaimana Bapak/Ibu setuju?” Kalau begitu
sampai bertemu lagi besok disini”. Terima kasih atas waktunya.

  SP II Keluarga: Melatih dan mempraktekan cara merawat pasien resiko bunuh diri
Orientasi:
“Assalamu’alakum Bapak/Ibu, sesuai janji kitakemarin lalu alhamdullah kita sekarang
bisa bertemu lagi”. Bagaimana Bapak/Ibu ada pertanyaan tentang cara merawat pasien
resiko bunuh diri yang kita bicarakan minggu lalu?”.
“ Sekarang kita akan mempraktekkan cara-cara merawat tersebut ya Bapak/Ibu?” “ Kita
akan coba disini dulu, setelah itu baru kita coba langsung ke M’ba Ayu ya?”
“Bapak/Ibu berapa lama waktu mau kita latihan?”
Tahap Kerja
“Sekarang anggap saya M’ba Ayu yang mengatakan inggin mati saja, coba baM’ba dan
M’ba praktikan cara berkomunikasi yang benar jika sedang berada dalam keadaan
seperti ini”    “Bagus, cara Bapak/Ibu sudah
benar”                                                                                                “Sekarang coba praktekan
cara member pujian kepada M’ba Ayu?”                                                 “Bagus, Kemudian
bagaimna jika cara memotivasi M’ba Ayu minum obat dan melakukan kegiatan positifnya
sesuai jadual?”                                                                                                 “Bagus sekali,
ternyata Bapak/Ibu sudah mengerti cara merawat M’ba
Ayu?”                                 “Bagaimana Jika sekarang kita mencobanya langsung kepada
M’ba Ayu?” (Ulangi lagi semua cara diatas langsung kepada klien)
Terminasi
“ Bagaimana perasaan Bapak/Ibu berlatih cara merawa M’ba Ayu di Rumah?” “Setelah
ini coba Bapak/Ibu lakukan apa yang sudah kita lakukan tadi setiap kali membesuk M’ba
Ayu”  “ Baiklah bagaimana kalau 2/3 hari lagi Bapak/Ibu datang kembali kesini dan kita
kan mencoba lagi cara merawat M’ba Ayu sampai Bapak/Ibu lancr melakukannya”. “Jam
berapa Bapak/Ibu bisa kemari?” “Baik saya tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini ya
Bapak/Ibu”

  SP III Keluarga: Perencanaan pulang bersama keluarga/Aktivitas di rumah dengan pasien
resiko bunuh diri
Orientasi:
“Assalamu’alakum Bapak/Ibu, hari ini M’ba Ayu sudah boleh pulang, maka sebaiknya
kita membicarakan jadual M’ba Ayu selama dirumah “berapa lama kita bias diskusi?,
baik mari kita diskusikan.”
Tahap Kerja
“Bapak/Ibu, ini jadual M’ba Ayu selama dirumah sakit, coba perhatikan, dapatkah
dilakukan dirumah?’ tolong dilanjutkan dirumah, baik jadual aktivitas maupun jadual
minum obatnya”       “ Hal-hal yang perlu diperhatikanlebih lanjut adalah perilaku yang
diitampilkan oleh M’ba Ayu selama dirumah. Kalau misalnya M’ba Ayu Mengatakan
terus menerus inggin bunuh diri, tampak M’ba gelisah dan tidak terkendali serta tidak
memperlihatkan perbaikan, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku
membahayakan orang lain, tolong Bapak/Ibu sekeluarga hubungi perawat di puskesmas
terdekat dari rumah Bapak/Ibu, ini nomor telpon puskesmas yang bias di hubunggi (0370)
140791.
Terminasi
“Bagaimna Bapak/Ibu ada yang belum jelas?” ini jadual kegiatan harian M’ba Ayu untuk
dibawah pulang. Ini surat rujukan untuk perawat di puskesmas Selaga Alas, jangan lupa
control ke puskesmas sebelum obat habis atau ada gejala yang tampak.

Anda mungkin juga menyukai