Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN RESIKO

BUNUH DIRI(RDB)

Disusun oleh :
Nur Asmiati 1914401011

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FLORA MEDAN


AHLI MADYA KEPERAWATAN
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar belakang
  

       Bunuh diri merupakan salah satu bentuk kegawat daruratan psikiatri. Meskipun
suicide adalah perilaku yang membutuhkan pengkajian yang komprehensif pada
depresi, penyalahgunaan NAPZA, skizofrenia, gangguan kepribadian (paranoid,
borderline, antisocial), suicide tidak bisa disamakan dengan penyakit mental.
            Ada 4 hal yang krusial yang perlu diperhatikan oleh perawat selaku tim
kesehatan diantaranya adalah : pertama,suicide merupakan perilaku yang bisa
mematikan dalam seting rawat inap di rumah sakit jiwa, Kedua, faktor – faktor yang
berhubungan dengan staf antara lain : kurang adekuatnya pengkajian pasien yang
dilakukan oleh perawat, komunikasi staf yang lemah, kurangnya orientasi dan
training dan tidak adekuatnya informasi tentang pasien. Ketiga,
pengkajian suicide seharusnya dilakukan secara kontinyu selama di rawat di rumah
sakit baik saat masuk, pulang maupun setiap perubahan pengobatan atau treatmen
lainnya. Keempat, hubungan saling percaya antara perawat dan pasien serta
kesadaran diri perawat terhadap cues perilaku pasien yang mendukung terjadinya
resiko bunuh diri adalah hal yang penting dalam menurunkan angka suicide di
rumah sakit.
            Oleh karena itu suicide pada pasien rawat inap merupakan masalah yang
perlu penanganan yang cepat dan akurat. Pada makalah ini akan dipaparkan
mengenai faktor resiko terjadinya bunuh diri, instrument pengkajian dan managemen
keperawatannya dengan pendekatan proses keperawatanya.
ASUHAN  KEPERAWATAN  JIWA
TN. B DENGAN  RESIKO BUNUH DIRI
DI  RUANG  MAWAR RSJ

Tgl MRS                                : 5 juli 2021


Tgl Pengkajian                      : 10 juli 2021
Ruang                                     : Mawar
 

A.    Pengkajian

1.      Identitas Klien

Nama Lengkap      : Tn. B
Usia                       : 45 tahun
Jenis Kelamin        : Laki-laki
Status                    : Kawin
Alamat                  : Kediri, Lobar

2.      Alasan Masuk
Klien dibawa kerumah sakit jiwa karena mencoba gantung diri di kamar
mandi rumah pasien

3.      Faktor Predisposisi
Klien frustasi karena baru mengalami kehilangan pekerjaan/di PHK oleh
perusahaan tempat ia bekerja dan di tinggal oleh istrinya. Ada anggota
keluarga yang juga mengalami gangguan jiwa.

4.      Faktor Presipitasi
Klien mengatakan hidupnya tak berguna lagi dan lebih baik mati saja
 Masalah Keperawatan:
1.      Resiko bunuh diri
2.      Risiko perilaku kekerasan
3.      Harga diri rendah
5.      Fisik
Ada bekas percobaan bunuh diri pada leher dan pergelangan tanggan, BB
pasien menurun dan klien tampak lemas tak bergairah,sensitive, mengeluh
sakit perut, kepala sakit. N: 80x/mnt, TD 120/90 mmHg, S: 37 C, RR:
20x/mnt, BB: 56 Kg dan TB 170cm.

7.      Konsep diri
1.      Gambaran diri
Klien merasa tidak ada yang ia sukai lagi dari dirinya.
2.      Identitas
Klien sudah menikah mempunyai seorang istri.
3.      Peran Diri
Klien adalah kepala rumah tangga dengan 3 orang anak yang masih kecil-
kecil
4.      Ideal Diri
Klien menyatakan bahwa kalau nanti sudah pulang/sembuh klien
bingung harus mendapat pekerjaan dimana untuk menghidupi keluarga
dan bagaimana membangun keluarganya seperti dulu.
5.      Harga diri
Klien Agresif, bermusuhan, implisif, depresi dan jarang berinteraksi dengan
orang lain.

8.      Hubungan Sosial
Menurut klien orang yang paling dekat dengannya adalah Tn. M teman
sekamar yg satu agama. Klien adalah orang yang kurang perduli dengan
lingkungannya, klien sering diam, menyendiri,murung dan tak
bergairah, jarang berkomunikasi dan slalu bermusuhan dengan teman
yang lain, sangat sensitive.

9.      Spiritual
a.       Nilai dan keyakinan: pasien percaya akan adanya Tuhan tetapi dia sering
mempersalahkan Tuhan atas hal yang menimpanya.
b.      Kegiatan ibadah: Klien mengaku jarang beribadah dan mendekatkan diri
kepada Tuhan.

10.  Status Mental
Penampilan:
pada penampilan fisik: Tidak rapi, mandi dan berpakaian harus di suruh,
rambut tidak pernah tersisir rapi dan sedikit bau,  Perubahan kehilangan
fungsi, tak berdaya seperti tidak intrest, kurang mendengarkan.
Pembicaraan:
Klien hanya mau bicara bila ditanya oleh perawat, jawaban yang diberikan
pendek, afek datar, lambat dengan suara yang pelan, tanpa kontak mata
dengan lawan bicara kadang tajam, terkadang terjadi blocking.
Aktivitas Motorik:
Klien lebih banyak murung dan tak bergairah, serta malas melakukan
aktivitas
Interaksi selama wawancara:
Kontak mata kurang, afek datar, klien jarang memandang lawan bicara
saat berkomunikasi.
Memori
Klien kesulitan dalam berfikir rasional, penurunan kognitif.

11.  Kebutuhan Persiapan Pulang.


12.  Mekanisme Koping
Mal adaptif : Kehilangan batas realita, menarik dan mengisolasikan diri,
tidak menggunakan support system, melihat diri sebagai orang yang
secara total tidak berdaya, klien tidak mau melakukan aktifitas.
13.  Pohon masalah

Bunuh diri

Resiko
bunuh

Isolasi
sosial

Harga diri rendah


kronik
14.  Analisa data

Diagnosa Data mayor Data minor


Resiko bunuh Subyektif: Subyektif:
diri          Mengatakan hidupnya tak berguna lagi          Mengatakan ada yang meny
         Inggin mati bunuh diri
         Menyatakan pernah mencoba bunuh diri          Mengatakan lebih baek mati saja
         Mengancam bunuh diri          Mengatakan sudah bosan hidup
Obyektif:               Obyektif:
         Ekspresi murung          Perubahan kebiasaan hidup
         Tak bergairah          Perubahan perangai
         Ada bekas percobaan bunuh diri

Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji

1.      Perilaku bunuh diri


DS: menyatakan ingin bunuh diri / ingin mati saja, tak ada gunanya hidup.
DO: ada isyarat bunuh diri, ada ide bunuh diri, pernah mencoba bunuh diri.

2.      Koping maladaptif
DS: menyatakan putus asa dan tak berdaya, tidak bahagia, tak ada
harapan.
DO: nampak sedih, mudah marah, gelisah, tidak dapat mengontrol impuls.
                                                                                                     
15.  Rencana Tindakan Keperawatan untuk pasien resiko bunuh diri

Pasien:
a.       Tujuan umum: Klien tidak mencederai diri.
b.      Tujuan khusus

1.      Klien dapat membina hubungan saling percaya


Tindakan:
1.1. Perkenalkan diri dengan klien 
1.2. Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal.
1.3. Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.
1.4. Bersifat hangat dan bersahabat.
1.5. Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat.

2.     Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri


Tindakan:

2.1. Jauhkan klien dari benda-benda yang dapat membahayakan (pisau, silet, gunting,


tali, kaca, dan lain-lain).
2.2. Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh perawat.
2.3. Awasi klien secara ketat setiap saat.

3.      Klien dapat mengekspresikan perasaannya


Tindakan:
3.1.    Dengarkan keluhan yang dirasakan.
3.2.    Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan, ketakutan dan
keputusasaan.
3.3.    Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa danbagaimana harapannya.
3.4.     Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan, kematian,  dan
lain-lain.
3.5.    Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang menunjukkan keinginan untuk
hidup.

4.      Klien dapat meningkatkan harga diri


Tindakan:
4.1. Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.
4.2. Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu.
4.4. Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal: hubungan antar
sesama, keyakinan, hal-hal untuk diselesaikan).
5.      Klien dapat menggunakan koping yang adaptif
Tindakan:
5.1.    Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman-pengalaman yang
menyenangkan setiap hari (misal : berjalan-jalan, membaca buku
favorit, menulis surat dll.).
5.2.    Bantu untuk mengenali hal-hal yang ia cintai dan yang ia sayang, dan
         pentingnya terhadap kehidupan orang lain, mengesampingkan tentang kegagalan
dalam kesehatan.
5.3.Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yang mempunyai suatu
masalah dan atau penyakit yang sama dan telah mempunyai pengalaman positif
dalam mengatasi masalah tersebut dengan koping yang efektif.

6.      Klien dapat menggunakan dukungan sosial


Tindakan:
6.1.    Kaji dan manfaatkan sumber-sumber ekstemal individu (orang-orang terdekat, tim
pelayanan kesehatan, kelompok pendukung, agama yang dianut).
6.2.    Kaji sistem pendukung keyakinan (nilai, pengalaman masa lalu, aktivitas
keagamaan, kepercayaan agama).
6.3.    Lakukan rujukan sesuai indikasi (misal : konseling pemuka agama).

7.      Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat


Tindakan:
7.1. Diskusikan tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping minum
obat).
7.2. Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien, obat, dosis, cara,
waktu).
7.3. Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yang dirasakan.
7.4. Beri reinforcement positif bila menggunakan obat dengan benar.
Keluarga
1.      Tujuan: Keluarga berperan serta melindungi anggota keluarga yang mengancam
atau mencoba bunuh diri.
              Tindakan:
1.1. Menganjurkan keluarga untuk ikut mengawasi pasien serta jangan pernah
meninggalkan pasien sendirian
1.2.Menganjurkan keluarga untuk membantu perawat menjauhi barang-barang
berbahaya disekita pasien
1.3.Mendiskusikan dengan keluarga untuk tidak sering melamun sendiri
1.4.Menjelaskan kepada keluarga pentingnya passion minum obat secara teratur.

2.      Tujuan: pasien mampu merawat pasien dengan resiko bunuh diri


Tindakan:
1.1.Menanyakan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri
a.       Menanyakan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri yang pernah muncul
pada pasien
b.      Mendiskusikan tentang tanda dan gejala yang umumnya muncul pada pasien
beresiko bunuh diri
1.2.Mengajarkan keluarga tentang cara melindungi pasien dari perilaku bunuh diri.
a.       Mengajarkan keluarga tentang cara yang dapat dilakukan keluarga bila pasien
memperlihatkan tanda dan gejala bunuh diri.
b.      Menjelaskan tentang cara-cara melindungi pasien, antara lain:
-          Memberikan  tempat yang aman. Menempatkan pasien ditempat yang mudah di
awasi, jangan biarkan pasien mengunci diri dikamarnya atau jangan meninggalkan
pasien sendirian dirumah
-          Menjauhkan barang-barang yang bias digunakan untuk bunuh diri. Jauhkan pasien
dari barang-barang yang bias digunakan untuk bunuh diri, seperti tali, bahan bakar
minyak/bensin, api, pisau atau benda tajam lainnya, zat yang berbahaya seperti
racun nyamuk atau racun serangga.
-          Selalu mengadakan pengawasan dan meningkatkan pengawasan apa bila ada
tanda dan gejala bunuh diri meningkat. Jangan pernah melonggarkan pengawasan,
walaupun pasien tidak menunjukkan tanda dan gejala untuk bunuh diri.
c.       Menganjurkan keluarga untuk malaksanakan cara tersebut diatas.
1.3.Mengajarkan keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan apa bila pasien
melakukan percobaan bunuh diri, antara lain:
a.       Mencari bantuan pada tetangga sekitar atau pemuka masyarakat untuk
menghentikan upaya bunuh diri tersebut
b.      Segera membawa pasien kerumah sakit atau puskesmas untuk mendapatkan
bantuan medis.
1.4. Mencari keluarga mencari rujukan fasilitas kesehatan yang tersedia bagi pasien
a.       Memberikan informasi tentang nomor telpon darurat tenaga kesehatan
b.      Menganjurkan keluarga untuk mengantarkan pasien berobat/control secara teratur
untuk mengatasi masalah bunuh dirinya
c.       Menganjurkan keluarga uuntuk membantu pasien minum obat sesuai prinsip lima
benar pemberian obat.
CATATAN PERAWATAN DAN PERKEMBANGAN

NO TGL/JAM DIAGNOSA KEP TINDAKAN EVALUASI


1. 10/4/2010 Resiko Bunuh Diri Sp I Pasien S:
PK.10.00 1.      Membina hubungan saling percaya dengan Klien meng
WIB klien sudah me
2.      Mengidentifikasi benda-benda yang dapat belajar berk
membahayakan pasien namun masih e
3.      Mengamankan benda-benda yang dapat untuk dilakukan
membahayakan pasien.
4.      Melakukan kontrak treatment O:
5.      Mengajarkan cara mengendalikan Klien aktif
dorongan bunuh diri memperhatikan
selama l
Sp II Pasien berkenalan d
perawat
1.      Mengidentisifikasi aspek positif pasien
2.      Mendorong pasien untuk berfikir positif A:
terhadap diri sendiri Klien sudah tah
3.      Mendorong pasien untuk menghargai diri berkenalan d
sebagai individu yang berharga menyebutkan
nama,asal,hobi
Sp III Pasien
1.      Mengidentisifikasi pola koping yang biasa P:
diterapkan pasien Lanjutkan berk
2.      Menilai pola koping yng biasa dilakukan dengan orang la
3.      Mengidentifikasi pola koping yang
konstruktif
4.      Mendorong pasien memilih pola koping
yang konstruktif
5.      Menganjurkan pasien menerapkan pola
koping konstruktif dalam kegiatan harian
Sp IV Pasien
1.      Membuat rencana masa depan yang
realistis bersama pasien
2.      Mengidentifikasi cara mencapai rencana
masa depan yang realistis
3.      Memberi dorongan pasien melakukan
kehiatan dalam rangka meraih masa depan
yang realistis

SP 1 Keluaga
1.      Mendiskusikan massalah yang dirasakan
keluarga dalam merawat pasien
2.      Menjelaskan pengertia, tanda dan gejala
resiko bunuh diri, dan jenis prilaku yang di
alami pasien beserta proses terjadinya
3.      Menjelaskan cara-cara merawat pasien
resiko bunuh diri yang dialami pasien
beserta proses terjadinya.

SP II Keluarga
1.      Melatih keluarga
mempraktekan cara merawat pasien
dengan resiko bunuh diri
2.      Melatih keluarga melakukan cara merawat
langsung kepada pasien resiko bunuh diri.

SP III Keluarga
1.      Membantu keluarga membuat jadual
aktivitas dirumah termasuk minum obat\
2.      Mendiskusikan sumber rujukan yang bias
dijangkau oleh keluarga

Anda mungkin juga menyukai