Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

RESIKO BUNUH DIRI

Disusun Oleh

Omita Ayu Septiana S,Kep

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) HAMZAR
MAMBEN LOMBOK TIMUR
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
PERILAKU BUNUH DIRI

A. Masalah Utama : Perilaku Bunuh Diri

B. Proses terjadinya Masalah

1. Pengertian

Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena klien berada

dalam keadaan stres yang tinggi dan menggunakan koping maladaptif.

Bunuh diri adalah segala perbuatan seseorang dengan sengaja yang tahu

akan akibatnya dapat mengakhiri hidupnya sendiri dalam dalam waktu

singkat (Marasmis, 2014:431). Respon adaptif merupakan respon yang

dapat diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan yang secara

umum berlaku, sedangkan respon maladaptif merupakan respon yang

dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat

diterima oleh norma-norma sosial dan budaya setempat.

Tanda dan gejala

Klien dengan perilaku bunuh diri cenderung mengalami

keputusasaan, menyalahkan diri sendiri, perasaan gagal dan tidak

berharga, perasaan tertekan, insomnia yang menetap, penurunan berat

badan, berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan social

dan pikiran dan rencana bunuh diri.

1. Tanda Subjektif : Klien mengatakan ia putus asa, cendrung

menyalahkan diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berharga, perasaan

tertekan.
2. Tanda Objektif : Insomnia, penurunan berat badan, berbicara lamban,

keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial dan pikiran dan rencana

bunuh diri.

2. Penyebab

Banyak penyebab tentang alasan seseorang melakukan bunuh diri antara

lain :

 Kegagalan beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stres.

 Perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan

interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti.

 Perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan

hukuman pada diri sendiri.

 Cara untuk mengakhiri keputusasaan.

Selain itu penyebab perilaku bunuh diri juga terbagi menjadi:

1) Faktor genetik

Berdasarkan penelitian 1,5 – 3 kali lebih banyak perilaku bunuh diri

terjadi pada individu yang menjadi kerabat tingkat pertama dari orang

yang mengalami gangguan mood/depresi/ yang pernah melakukan

upaya bunuh diri. Lebih sering terjadi pada kembar monozigot dari

pada kembar dizigot.

2) Faktor biologis lain

Faktor Biologis lain, biasanya karena penyakit kronis/kondisi medis

tertentu, misalnya: stroke, gangguan kerusakan kognitif (demensia),

diabetes, penyakit arteri koronaria, kanker, HIV / AIDS, dll.

3) Faktor psikososial & lingkungan.


 Teori Psikoanalitik / Psikodinamika: Teori Freud, yaitu bahwa

kehilangan objek berkaitan dengan agresi & kemarahan, perasaan

negatif thd diri, dan terakhir depresi;

 Teori Perilaku Kognitif: Teori Beck, yaitu Pola kognitif negatif

yang berkembang, memandang rendah diri sendiri;

 Stressor Lingkungan: kehilangan anggota keluarga, penipuan,

kurangnya sistem pendukung sosial.

Tanda dan gejala :

1) Tanda Subjektif :

 Klien mengatakan depresi pada alam perasaan, pernah melakukan

upaya bunuh diri sebelumnya.

 Klien mengatakan pernah mengalami kelaianan tindakan dan

depresi mental pada remaja

 Klien mengatakan riwayat psikososial

 Baru berpisah, bercerai/ kehilangan

 Hidup sendiri

 Tidak bekerja, perbahan/ kehilangan pekerjaan baru dialami

 Faktor-faktor kepribadian: implisit, agresif, rasa bermusuhan,

kegiatan kognitif dan negatif, keputusasaan, harga diri rendah,

batasan/gangguan kepribadian antisosial

2) Tanda Objektif :

 Keputusasaan, gelisah, insomnia yang menetap, penurunan BB,

berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan

sosial.
3. Akibat

Klien dengan perilaku bunuh diri akan berakibat melukai atau

mencederai dirinya sendiri. Selain itu juga dapat menyebakan orang

terdekat dan sekitarnya juga dapat terluka baik secara fisik maupun psikis.

Tanda dan gejala :

1) Tanda Subjektif : Klien mengungkapkan kejadian yang telah

dialami atau yang dilakukan baik secara fisik maupun psikis,

2) Tanda Objektif : akibatkan kematian perlukaan atau nyeri pada diri

sendiri, dsb.

C. Pohon masalah:

Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain

Core problem Perilaku bunuh diri

Harga diri Rendah

D. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji

1. Masalah keperawatan

a. Harga diri rendah

b. Perilaku bunuh diri

c. Resiko menciderai diri sendiri dan orang lain.

2. Data yang perlu dikaji

1. Harga diri rendah


a.) Data subjektif :

Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu

apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan

perasaan malu terhadap diri sendiri

b.) Data objektif :

Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih

alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri

hidup.

2. Perilaku bunuh diri

a.) Data subjektif : Menyatakan dirinya ingin mati saja,

tidak ada gunamya hidup.

b.) Data objektif : Ada isyarat bunuh diri, ada ide bunuh

diri, pernah mencoba bunuh diri.

3. Resiko menciderai diri sendiri dan orang lain

a.) Data subjektif :

Menyatakan putus asa dan tak berdaya, tidak bahagia, tak ada

harapan.menyatakan ingin bunuh diri / ingin mati saja, tak ada

gunanya hidup.

b.) Data objektif :

Nampak sedih, mudah marah, gelisah, tidak dapat mengontrol

impuls, ada isyarat bunuh diri, ada ide bunuh diri, pernah

mencoba bunuh diri.

E. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

1. Perilaku bunuh diri


2. Harga diri rendah

F. Rencana Tindakan

Diagnosa I : Perilaku bunuh diri

Tujuan Umum : Klien tidak melakukan percobaan bunuh diri

Tujuan Khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya

Tindakan:

 Perkenalkan diri dengan klien

 Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal.

 Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.

 Bersifat hangat dan bersahabat.

 Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat.

2. Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri

Tindakan

 Jauhkan klien dari benda benda yang dapat membahayakan (pisau,

silet, gunting, tali, kaca, dan lain lain).

 Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh

perawat.

 Awasi klien secara ketat setiap saat.

3. Klien dapat mengekspresikan perasaannya

Tindakan:

 Dengarkan keluhan yang dirasakan.

 Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan, ketakutan

dan keputusasaan.
 Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana

harapannya.

 Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan,

kematian, dan lain lain.

 Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang menunjukkan

keinginan untuk hidup.

4. Klien dapat meningkatkan harga diri

Tindakan:

 Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi

keputusasaannya.

 Kaji dan kerahkan sumber sumber internal individu.

 Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal: hubungan

antar sesama, keyakinan, hal hal untuk diselesaikan).

5. Klien dapat menggunakan koping yang adaptif

Tindakan:

 Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman pengalaman yang

menyenangkan setiap hari (misal : berjalan-jalan, membaca buku

favorit, menulis surat dll.).

 Bantu untuk mengenali hal hal yang ia cintai dan yang ia sayang, dan

pentingnya terhadap kehidupan orang lain, mengesampingkan tentang

kegagalan dalam kesehatan.

 Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yang

mempunyai suatu masalah dan atau penyakit yang sama dan telah
mempunyai pengalaman positif dalam mengatasi masalah tersebut

dengan koping yang efektif

Diagnosa II : Gangguan konsep diri: harga diri rendah

Tujuan Umum : Klien tidak melakukan kekerasan

Tujuan Khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.

Tindakan:

 Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama

perawat dan jelaskan tujuan interaksi.

 Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.

 Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.

2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.

Tindakan:

 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

 Hindari penilaian negatif detiap pertemuan klien

 Utamakan pemberian pujian yang realitas

3. Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan untuk diri sendiri

dan keluarga

Tindakan:

 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

 Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke

rumah
4. Klien dapat merencanakan kegiatan yang bermanfaat sesuai kemampuan

yang dimiliki

Tindakan :

 Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari

sesuai kemampuan.

 Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan.

 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien

5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan

Tindakan :

 Beri klien kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan

 Beri pujian atas keberhasilan klien

 Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada

Tindakan :

 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien

 Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat

 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah

 Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

Pasien Keluarga
No.
SP I P SP I k

1. Mengidentifikasi benda-benda yang Mendiskusikan masalah yang

dapat membahayakan pasien dirasakan keluarga dalam merawat


pasien

2. Mengamankan benda-benda yang Menjelaskan pengertian, tanda dan

dapat membahayakan pasien gejala resiko bunuh diri, dan jenis

perilaku bunuh diri yang dialami

pasien beserta proses terjadinya.

3. Melakukan kontrak treatment Menjelaskan cara-cara merawat

pasien resiko bunuh diri

4. Mengajarkan cara-cara

mengendalikan dorongan bunuh diri

5. Melatih cara mengendalikan dorongan

bunuh diri

SP II P SP II k

1 Mengidentifikasi aspek positif pasien Melatih keluarga mempraktekkan

cara merawat pasien dengan resiko

bunuh diri

2 Mendorong pasien untuk berpikir Melatih keluarga mempraktekkan

positif tentang diri cara merawat langsung kepada

pasien resiko bunuh diri

3 Mendorong pasien untuk menghargai

diri sebagai individu yang berharga

SP III P SP III k

1 Mengidentifikasi pola koping yang Membantu keluarga membuat

biasa diterapkan pasien jadwal aktivitas di rumah termasuk


minum obat (discharge planning)

2 Menilai pola koping yang biasa Menjelaskan follow up pasien

dilakukan setelah pulang

3 Mengidentifikasi pola koping yang

konstruktif

4 Mendorong pasien memilih pola

koping yang konstruktif

5 Menganjurkan pasien menerapkan

pola koping konstruktif dalam

kegiatan harian

SP IV P

1 Membuat rencana masa depan yang

realistis bersama pasien

2 Mengidentifikasi cara mencapai

rencana masa depan yang realistis

3 Memberi dorongan pasien melakukan

kegiatan dalam rangka meraih masa

depan yang realistis

4 Menganjurkan pasien memasukkan

dalam jadwal kegiatan harian


DAFTAR PUSTAKA

Aziz R, dkk. 2013. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang. RSJD Dr.

Amino Gondohutomo : Semarang.

Keliat. B. A. 2016. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : Egc.

Keliat. B. A. 2016. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

Tim Direktorat Keswa. 2013. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, RSJP

Bandung : Bandung.

Anda mungkin juga menyukai