Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN

RESIKO BUNUH DIRI

A. MASALAH UTAMA
Resiko bunuh diri

B. PROSES TERJADINYA
MASALAH
1. Pengertian
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien untuk
mengakhiri kehidupannya.Menurut Maris, Berman, Silverman, dan Bongar (2000),
bunuh diri memiliki 4 pengertian, antara lain:
 Bunuh diri adalah membunuh diri sendiri secara intensional
 Bunuh diri dilakukan dengan intensi
 Bunuh diri dilakukan oleh diri sendiri kepada diri sendiri
 Bunuh diri bisa terjadi secara tidak langsung (aktif) atau tidak langsung
(pasif), misalnya dengan tidak meminum obat yang menentukan
kelangsungan hidup atau secara sengaja berada di rel kereta api.
Tanda dan gejala :
 Sedih
 Marah
 Putus asa
 Tidak berdaya
 Memeberikan isyarat verbal maupun non verbal
2. Penyebab
Secara universal: karena ketidakmampuan individu untuk menyelesaikan masalah.
Terbagi menjadi:
1. Faktor Genetik
2. Faktor Biologis lain
3. Faktor Psikososial & Lingkungan
Faktor genetik (berdasarkan penelitian):
 1,5 – 3 kali lebih banyak perilaku bunuh diri terjadi pada individu yang menjadi
kerabat tingkat pertama dari orang yang mengalami gangguan mood/depresi/
yang pernah melakukan upaya bunuh diri.
 Lebih sering terjadi pada kembar monozigot dari pada kembar dizigot.
Faktor Biologis lain:
Biasanya karena penyakit kronis/kondisi medis tertentu, misalnya:
 Stroke
 Gangguuan kerusakan kognitif (demensia)
 DiabetesPenyakit arteri koronaria
 Kanker
 HIV / AIDS
Faktor Psikososial & Lingkungan:
 Teori Psikoanalitik / Psikodinamika: Teori Freud, yaitu bahwa
kehilangan objek berkaitan dengan agresi & kemarahan, perasaan negatif
thd diri, dan terakhir depresi.
 Teori Perilaku Kognitif: Teori Beck, yaitu Pola kognitif negatif yang
berkembang, memandang rendah diri sendiri
 Stressor Lingkungan: kehilangan anggota keluarga, penipuan, kurangnya
sistem pendukung sosial
3. Akibat
Resiko bunuh diri dapat megakibatkan sebagai berikut :
 Keputusasaan
 Menyalahkan diri sendiri
 Perasaan gagal dan tidak berharga
 Perasaan tertekan
 Insomnia yang menetap
 Berbicara lamban, keletihan
 Menarik diri dari lingkungan social
 Pikiran dan rencana bunuh diri
 Percobaan atau ancaman verbal
C. POHON MASALAH

Resiko mencederai diri sendiri,


orang lain dan lingkungan

Resiko bunuh diri

Harga diri rendah

D. MASALAH KEPERAWATAN
DAN DATA YANG PERLU DIKAJI
1. Pengkajian Faktor Resiko Perilaku bunuh Diri
 Jenis kelamin: resiko meningkat pada pria
 Usia: lebih tua, masalah semakin banyak
 Status perkawinan: menikah dapat menurunkan resiko, hidup sendiri merupakan
masalah.
 Riwayat keluarga: meningkat apabila ada keluarga dengan percobaan bunuh diri
/ penyalahgunaan zat.
 Pencetus ( peristiwa hidup yang baru terjadi): Kehilangan orang yang dicintai,
pengangguran, mendapat malu di lingkungan social.
 Faktor kepribadian: lebih sering pada kepribadian introvert/menutup diri.
 Lain – lain: Penelitian membuktikan bahwa ras kulit putih lebih beresiko
mengalami perilaku bunuh diri.
2. Masalah keperawatan
 Resiko Perilaku bunuh diri
DS : menyatakan ingin bunuh diri / ingin mati saja, tak ada gunanya hidup.
DO : ada isyarat bunuh diri, ada ide bunuh diri, pernah mencoba bunuhdiri.
 Koping maladaptive
DS : menyatakan putus asa dan tak berdaya, tidak bahagia, tak ada harapan.
DO : nampak sedih, mudah marah, gelisah, tidak dapat mengontrol impuls.
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Diagnosa 1 : Resiko bunuh diri
2. Tujuan umum : Klien tidak melakukan percobaan bunuh
diri
3. Tujuan khusus :
 Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
 Perkenalkan diri dengan klien
 Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal.
 Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.
 Bersifat hangat dan bersahabat.
 Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat.
 Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri
Tindakan :
 Jauhkan klien dari benda benda yang dapat membahayakan (pisau, silet,
gunting, tali, kaca, dan lain lain).
 Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh perawat.
 Awasi klien secara ketat setiap saat.
 Klien dapat mengekspresikan perasaannya
Tindakan:
 Dengarkan keluhan yang dirasakan.
 Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan, ketakutan dan
keputusasaan.
 Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana
harapannya.
 Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan,
kematian, dan lain lain.
 Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang menunjukkan
keinginan untuk hidup.
 Klien dapat meningkatkan harga diri
Tindakan:
 Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.
 Kaji dan kerahkan sumber sumber internal individu.
 Bantu mengidentifikasi sumber sumber harapan (misal: hubungan antar
sesama, keyakinan, hal hal untuk diselesaikan).
 Klien dapat menggunakan koping yang adaptif
Tindakan:
 Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman pengalaman yang
menyenangkan setiap hari (misal : berjalan-jalan, membaca buku favorit,
menulis surat dll.)
 Bantu untuk mengenali hal hal yang ia cintai dan yang ia sayang, dan
pentingnya terhadap kehidupan orang lain, mengesampingkan tentang
kegagalan dalam kesehatan.
 Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yang
mempunyai suatu masalah dan atau penyakit yang sama dan telah
mempunyai pengalaman positif dalam mengatasi masalah tersebut
dengan koping yang efektif

1. Diagnosa 2 : Gangguan konsep diri: harga diri


rendah
2. Tujuan umum : Klien tidak melakukan kekerasan
3. Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan
salingpercaya.
Tindakan:
1.1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat
dan jelaskan tujuan interaksi.
1.2. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
1.3. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.

2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan


dan aspek positif yang dimiliki.
Tindakan:
2.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2.2 Hindari penilaian negatif setiap pertemuan klien
2.3 Utamakan pemberian pujian yang realitas
3. Klien mampu menilai kemampuan yang
dapat digunakan untuk diri sendiri dan keluarga
Tindakan:
3.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3.2 Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah
4. Klien dapat merencanakan kegiatan yang
bermanfaat sesuai kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
4.1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan.
4.2. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan.
4.3. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai
kondisi dan kemampuan
Tindakan :
5.1. Beri klien kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
5.2. Beri pujian atas keberhasilan klien
5.3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
6. Kliendapat memanfaatkan sistem pendukung
yang ada
Tindakan :
6.1 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
6.2 Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
6.3 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
6.4 Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

1. Diagnosa : Resiko mencederai diri sendiri, orang lain


dan lingkungan
2. Tujuan umum : Pasien tidak mencederai diri sendiri, orang lain
dan lingkungan
3. Tujuan khusus :
- Pasien mendapatkan perlindungan dari lingkungannya
- Pasien mampu mengungkapkan perasaannya
- Pasien mampu meningkatkan harga dirinya
- Pasien mampu menggunakan cara penyelesaiaan masalah yang baik
4. Tindakan :
- Mendikusikan cara mengatasi keinginan mencederai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan
- Meningkatkan harga diri pasien dengan cara :
o Memberikan kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya
o Memberikan pujian jika pasien dapat mengatakan perasaan yang positif
o Meyakinkan pasien bahawa dirinya penting
o Mendiskusikan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh pasien
o Merencanakan yang dapat pasien lakukan
- Tingkatkan kemampuan menyelesaikan masalah dengan cara :
o Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya
o Mendiskusikan dengan pasien efektfitas masing-masing cara penyelesian
masalah
o Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang lebih
baik

F. RENCANA TINDAKAN
KPERAWATAN
a Ancaman atau percobaan bunuh diri
1. Intervensi pada pasien
a) Tujuan keperawatan
Pasien tetap aman dan selamat.
b) Tindakan keperawatan
Melindubgi pasien dengan cara:
1. Temani pasien terus-menerus sampai pasein dapat dipindahkan ke tempat
yang aman
2. Jauhkan semua benda yang berbahaya (misalnya: pisau, silet, gelas, dan tali
pinggang)
3. Periksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya jika pasien
mendapatkan obatnya.
4. Dengan lembut, jelaskan pada pasien bahwa anda akan melindungi pasien
sampai tidak ada keinginan bunuh diri.
Lampiran

STRATEGI PELAKSANAAN I

A. Proses Keperawatan
1.      Kondisi klien
DS :
1. Klien mengatakan ada yang menyuruh bunuh diri
2. Klien mengatakan lebih baik mati saja
3. Klien mengatakan sudah bosan hidup
DO :
1. Ekspresi murung
2. Tak bergairah
3. Ada bekas percobaan bunuh diri

2.      Diagnosa keperawatan


Resiko bunuh diri

3.      Tujuan Khusus


Klien tidak dapat melakukan percobaan bunuh diri

4.      Tindakan Keperawatan


1. Mengidentifikasi benda-benda yang dapat membahayakan pasien
2. Mengamankan benda-benda yang dapat mengamankan pasien
3. Melakukan kontrak treatment
4. Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri
5. Melatih cara mengendalikan bunuh diri

B.     Strategi Komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.


1.    Orientasi
a.   Salam Terapeutik
Assalamu’alaikum…“perkenalkan nama saya... senang dipanggil... saya mahasiswa STIKES
BHAMADA SLAWI .Nama bapak siapa senang dipanggil apa ?”

b.   Evaluasi / Validasi


“Bagaimana perasaan dan kabar bapak hari ini?, bagaimana tidur bapak semalam?”

c.   Kontrak
“Bagaimana pak kalau hari ini kita berbincang-bincang tentang benda-benda apa saja yang
dapat membahayakan diri bapak, serta bagaimana cara mengendalikan dorongan bunuh diri?”,
dimana kita akan bicara?, bagaimana kalau di taman pak?”, berapa lama kita akan berbincang-
bincang?”, bagaimana kalau waktu berbimcang-bincang kita selama 15 menit?”, apakah bapak
setuju?”

d.   Tujan
“Tujuan pembicaraan kita adalah agar bapak tahu benda-benda apa saja yang dapat
membahayakan diri bapak, serta bapak dapat mengetahui cara mengendalikan dorongan bunuh
diri”.

2.      Fase kerja


“Bapak, apakah bapak tahu benda-benda yang dapat membahayakan diri bapak?, coba
sebutkan apa saja benda-benda tersebut!. Bagus sekali sekali bapak, bapak tahu benda-benda
yang dapat membahayakan diri bapak. Apakah salah satu benda tersebut ada dikamar bapak?,
kalau ada benda tersebut jangan bapak dekati atau pegang ya pak. Apa bapak sering mendengar
bisikan yang mendorong bapak untuk melakukan bunuh diri?, apa yang bapak lakukan ketika
suara-suara itu datang? “Bapak, bagaimana kalau saya ajarkan cara-cara lain untuk mengusir
suara-suara itu, apakah bapak mau?, “pak, kalau suara-suara itu ada, bapak tutup kedua telinga
rapat-rapat, seperti ini pak, dan katakana dengan keras, JAUHI SAYA, PERGI KAMU !!!
KAMU PALSU. “Coba bapak lakukan seperti yang saya ajarkan tadi, iya pak seperti itu,
bagus…

3.    Fase terminasi


a.   Evaluasi subjektif (respon klien)
“Bagaimana perasaan bapak setelah bapak mengetahui benda-benda yang dapat
membahayakan diri bapak, dan mengetahui cara mengusir suara-suara yang menyuruh bapak
melakukan bunuh diri?”

b.   Evaluasi Objektif


“Coba bapak  ulangi lagi apa yang saya ajarkan tadi”, iya begitu pak…

c.   Rencana tindak lanjut


“Bapak, selama kitak tidak bertemu, bila bapak melihat benda-benda yang dapat
membahayakan bapak, segera jauhi, dan jika bapak mendengar suara-suara itu kembali, segera
bapak usir dengan cara yang sudah kita pelajari tadi ya pak”.

d.      Kontrak yang akan datang


“Baiklah sekarang bapak saya tinggal dulu, kapan kita bisa bertemu lagi pak?,bagaimana kalau
besok?, baiklah besok kita akan membahas tentang cara berfikir positif tentang diri sendiri dan
mengahargai diri sebagai individu yang berharga. Tempatnya mau dimana pak? Bagaimana
kalau di taman pak?, baik besok kita dari jam 08.30- 08.45 WIB. Apakah bapak setuju?,
baiklah pak selamat beristirahat”.

STRATEGI PELAKSANAAN II 

A. Proses Keperawatan
1.      Kondisi klien
DS :
1. Klien mengatakan ada yang menyuruh bunuh diri
2. Klien mengatakan lebih baik mati saja
3. Klien mengatakan sudah bosan hidup
DO :
1. Ekspresi murung
2. Tak bergairah
3. Ada bekas percobaan bunuh diri
2.      Diagnosa keperawatan
Resiko bunuh diri
3.      Tujuan Khusus
Klien dapat berfikir positif terhadap dirinya sendiri
4.      Tindakan Keperawatan
1. Mengidentifikasi aspek positif pasien
2. Mendorong pasien untuk berfikir positif terhadap diri sendiri
3. Mendorong pasien untuk menghargai diri sendiri sebagai individu yang berharga

B.     Strategi Komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.


1. Orientasi
a. Salam terapetik
“Selamat pagi bapak, masih ingat dengan saya?”
b. Evaluasi Validasi
“Bagaimana perasaan bapak hari ini?”, bagaimana dengan tidur bapak semalam?”.
c. Kontrak
“Bapak masih ingat dengan kontrak kita kemarin?, kita akan berbincang-bincang tentang cara
berfikir positif tentang diri sendiri dan mengahargai diri sebagai individu yang berharga,
bagaimana kalau kita berbincang-bincang ditaman sesuai dengan kontrak kita kemarin?, apa
bapak mau?, berapa lama kita akan berbicara?, bagaimana kalau 15 menit sesuai kontrak kita
kemarin juga yang telah di tentukan?, apakah bapak setuju?”.
d. Tujuan
“Tujuan pembicaraan kita adalah agar bapak lebih berfikir positif terhadap diri bapak sendiri,
dan bapak
lebih menghargai diri sendiri”.

2. Fase kerja
“Apa yang bapak tidak sukai dari anggota tubuh bapak?, bisa bapak jelaskan alasan bapak
tidak suka dengan bagian anggota tubuh tersebut?, jadi kalau bapak merasa anggota tubuh
tersebut tidak bapak sukai, coabalah dari sekarang bapak mulai mencoba menyukainya,
contoh : bapak bisa menulis dengan tekhnik yang berbeda, lihat pak seperti saya!”, coba bapak
lakukan seperti saya tadi, ya begitu pak….bagus…!!!

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan bapak setelah apa yang kita bicarakan tadi?, saya senang jika bapak
mulai sekarang mencoba menyukai anggota tubuh bapak yang bapak anggap tidak suka”.
b. Evaluasi objektif
“Coba bapak lakukan kembali apa yang sudah kita bicarakan tadi, dan tekhnik cara menulis”.
c. Rencana tindak lanjut
“Bapak, selama kitak tidak bertemu, bapak bisa melakukan tekhnik menulis yang seperti saya
ajarkan tadi”.
d. Kontrak yang akan datang
“Baiklah sekarang bapak saya tinggal dulu, kapan kita bisa bertemu lagi pak?,bagaimana kalau
besok?, baiklah besok kita akan membahas tentang cara melakukan hal yang baik ketika
sedang mengalami masalah. Bagaimana kalau di taman lagi pak?, baik besok kita dari jam
08.30- 08.45 WIB. Apakah bapak setuju?, baiklah pak selamat beristirahat”.

STRATEGI PELAKSANAAN III

A. Proses Keperawatan
1.      Kondisi klien
DS :
1. Klien mengatakan ada yang menyuruh bunuh diri
2. Klien mengatakan lebih baik mati saja
3. Klien mengatakan sudah bosan hidup
DO :
1. Ekspresi murung
2. Tak bergairah
3. Ada bekas percobaan bunuh diri

2.      Diagnosa keperawatan


Resiko bunuh diri

3.      Tujuan Khusus


Mengidentifikasi pola koping pasien
4.      Tindakan Keperawatan
1. Mengidentifikasi pola koping yang bisa diterapkan pasien
2. Menilai pola koping yang bisa dilakukan
3. Mengidentifikasi pola koping yang konstruktif
4. Menganjurkan pasien menerapkan pola koping konstruktif dalam kegiatan harian

B.     Strategi Komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.


1.     Fase Orientasi
a. Salam terapetik
“Selamat pagi bapak, masih ingat dengan saya?”

b. Evaluasi Validasi
    “Bagaimana perasaan bapak hari ini?”, bagaimana dengan tidur bapak semalam?”.
c.       Kontrak
“Bapak masih ingat dengan kontrak kita kemarin?, kita akan berbincang-bincang tentang
bagaimana cara bapak melakukan hal yang baik ketika sedang mengalami masalah, bagaimana
kalau kita berbincang-bincang ditaman sesuai dengan kontrak kita kemarin?, apa bapak mau?,
berapa lama kita akan berbicara?, bagaimana kalau 15 menit sesuai kontrak kita kemarin juga
yang telah di tentukan?, apakah bapak setuju?”.
d.      Tujuan
“Tujannya adalah, supaya bapak dapat melakukan hal yang positif ketika bapak sedang
mengalami masalah”.

2.      Fase Kerja


“Bapak, ketika bapak sedang mangalami masalah, apa yang bapak lakukan?, apalagi pak?,
bagus sekali bapak ini. Jadi kalau bapak sedang mengalami masalah seperti itu, bapak bisa
melakukan hal-hal yang membuat bapak sibuk, tapi sibuk dengan hal-hal yang positif, seperti
apa yang bapak katakana tadi, misalnya : main bola, menyapu halaman dan shalat”.
“Coba bapak sebutkan lagi kegiatan-kegiatannya ! iya pintar…..
3.      Fase terminasi
a.       Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan bapak setelah apa yang kita bicarakan tadi?, saya senang jika bapak
melakukan kegiatan-kegiatan yang tadi kita bicarakan”.

b.      Evaluasi objektif


“Coba bapak sebutkan kembali apa yang sudah kita bicarakan tadi! Pintar sekali bapak ini….”.

c.       Rencana tindak lanjut


“Bapak, selama kitak tidak bertemu, bapak bisa melakukan kegiatan-kegiatan tadi, seperti main
bola, menyapu, dan shalat. Kemudian bapak masukan kedalam jadwal kegiatan harian bapak
ya”.

d.      Kontrak yang akan datang


 “Baiklah sekarang bapak saya tinggal dulu, kapan kita bisa bertemu lagi pak?,bagaimana kalau
besok?, baiklah besok kita akan membahas tentang membuat rencana untuk masa depan.
Bagaimana kalau di taman lagi pak?, baik besok kita dari jam 08.30- 08.45 WIB. Apakah
bapak setuju?, baiklah pak selamat beristirahat”. 
STRATEGI PELAKSANAAN IV 

A.    Proses Keperawatan


1.      Kondisi klien
DS :
1. Klien mengatakan ada yang menyuruh bunuh diri
2. Klien mengatakan lebih baik mati saja
3. Klien mengatakan sudah bosan hidup
DO :
1. Ekspresi murung
2. Tak bergairah
3. Ada bekas percobaan bunuh diri

2.      Diagnosa keperawatan


Resiko bunuh diri

3.      Tujuan Khusus


Klien tidak dapat mencapai masa depan yang realistis

4.      Tindakan Keperawatan


1. Membuat rencana masa depan yang realistis bersama pasien
2. Mngidentifikasi cara mencapai masa depan yang realistis
3. Memberi dorongan pasien melakukan kegiatan dalam rangka meraih masa depan yang
realistis

B. Strategi Komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.


a.       Salam terapetik
“Selamat pagi bapak, masih ingat dengan saya?”

b.      Evaluasi Validasi


“Bagaimana perasaan bapak hari ini?”, bagaimana dengan tidur bapak semalam?”.

c.       Kontrak
“Bapak masih ingat dengan kontrak kita kemarin?, kita akan berbincang-bincang tentang
bagaimana cara bapak melakukan hal yang baik ketika sedang mengalami masalah, bagaimana
kalau kita berbincang-bincang ditaman sesuai dengan kontrak kita kemarin?, apa bapak mau?,
berapa lama kita akan berbicara?, bagaimana kalau 15 menit sesuai kontrak kita kemarin juga
yang telah di tentukan?, apakah bapak setuju?”.

d.      Tujuan
“Tujuan pembicaraan kita adalah supaya bapak dapat merencenakan masa depan yang jauh
lebih baik dari  sebelumnya dan bapak dapat mencapai masa depan yang nyata”

2. Fase Kerja
“Bapak, apa keinginan bapak dari dulu sampai sekarang?, apalagi pak?, apakah masih ada?.
Sampai saat ini sudah ada keinginan bapak yang sudah tercapai?, wah hebat…..yang belum
tercapainya pak?.
“Harapan bapak sangat bagus sekali, bapak bisa berusaha semampu bapak dengan cara yang
sabar, lebih giat, ikhtiar dan berdoa. Kegagalan bukan akhir dari sebuah harapan pak, namun
cobaan yang nantinya akan membawa bapak ke arah yang bapak harapkan selama ini. Jadi,
selalu berusaha menjadi yang terbaik ya pak, kejar cita-cita bapak sampai dapat dan ingat,
kejar harapan itu sesuai kemampuan bapak”.

3. Fase terminasi
a. Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan bapak setelah apa yang kita bicarakan tadi?, saya senang jika bapak  
melakukan apa yang sudah tadi kita bicarakan”.

b.      Evaluasi objektif


“Coba bapak sebutkan kembali apa yang seharusnya kita lakukan ketika kita menginginkan
sesuatu! Pintar sekali bapak ini….”.

c.       Rencana tindak lanjut


“Bapak, selama kita tidak bertemu, bapak bisa melakukan hal seperti tadi untuk mencapai
keinginan bapak yang nyata, bapak mesti lebih sabar, lebih giat, ikhtiar dan berdoa. Jangan
sampai menyerah ya pak”.
“Sukses buat bapak…. “.

Anda mungkin juga menyukai