Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

RESIKO BUNUH DIRI

OLEH
Rabiatul Adawiyah
021.02.1168

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN (STIKES) MATARAM

2022
LAPORAN PENDAHULUAN
PERILAKU BUNUH DIRI

A. Masalah Utama : Perilaku Bunuh Diri


B. Proses terjadinya Masalah
1. Pengertian
Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena klien berada dalam keadaan
stres yang tinggi dan menggunakan koping maladaptif. Bunuh diri adalah segala
perbuatan seseorang dengan sengaja yang tahu akan akibatnya dapat mengakhiri
hidupnya sendiri dalam dalam waktu singkat (Marasmis, 1998:431). Respon adaptif
merupakan respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan yang
secara umum berlaku, sedangkan respon maladaptif merupakan respon yang dilakukan
individu dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh norma-norma
sosial dan budaya setempat.

Tanda dan gejala


Klien dengan perilaku bunuh diri cenderung mengalami keputusasaan,
menyalahkan diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berharga, perasaan tertekan, insomnia
yang menetap, penurunan berat badan, berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari
lingkungan social dan pikiran dan rencana bunuh diri.
1. Tanda Subjektif : Klien mengatakan ia putus asa, cendrung menyalahkan diri sendiri,
perasaan gagal dan tidak berharga, perasaan tertekan.
2. Tanda Objektif : Insomnia, penurunan berat badan, berbicara lamban, keletihan,
menarik diri dari lingkungan sosial dan pikiran dan rencana bunuh diri.
2. Penyebab
Banyak penyebab tentang alasan seseorang melakukan bunuh diri antara lain :
 Kegagalan beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stres.
 Perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal
melakukan hubungan yang berarti.
 Perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri
sendiri.
 Cara untuk mengakhiri keputusasaan.
Selain itu penyebab perilaku bunuh diri juga terbagi menjadi:
1) Faktor genetik
Berdasarkan penelitian 1,5 – 3 kali lebih banyak perilaku bunuh diri terjadi pada
individu yang menjadi kerabat tingkat pertama dari orang yang mengalami gangguan
mood/depresi/ yang pernah melakukan upaya bunuh diri. Lebih sering terjadi pada
kembar monozigot dari pada kembar dizigot.
2) Faktor biologis lain
Faktor Biologis lain, biasanya karena penyakit kronis/kondisi medis tertentu,
misalnya: stroke, gangguan kerusakan kognitif (demensia), diabetes, penyakit arteri
koronaria, kanker, HIV / AIDS, dll.
3) Faktor psikososial & lingkungan.
 Teori Psikoanalitik / Psikodinamika: Teori Freud, yaitu bahwa kehilangan objek
berkaitan dengan agresi & kemarahan, perasaan negatif thd diri, dan terakhir
depresi;
 Teori Perilaku Kognitif: Teori Beck, yaitu Pola kognitif negatif yang berkembang,
memandang rendah diri sendiri;
 Stressor Lingkungan: kehilangan anggota keluarga, penipuan, kurangnya sistem
pendukung sosial.
Tanda dan gejala :
1) Tanda Subjektif :
 Klien mengatakan depresi pada alam perasaan, pernah melakukan upaya bunuh
diri sebelumnya.
 Klien mengatakan pernah mengalami kelaianan tindakan dan depresi mental pada
remaja
 Klien mengatakan riwayat psikososial
 Baru berpisah, bercerai/ kehilangan
 Hidup sendiri
 Tidak bekerja, perbahan/ kehilangan pekerjaan baru dialami
 Faktor-faktor kepribadian: implisit, agresif, rasa bermusuhan, kegiatan
kognitif dan negatif, keputusasaan, harga diri rendah, batasan/gangguan
kepribadian antisosial
2) Tanda Objektif :
 Keputusasaan, gelisah, insomnia yang menetap, penurunan BB, berbicara
lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial.
3. Akibat
Klien dengan perilaku bunuh diri akan berakibat melukai atau mencederai dirinya
sendiri. Selain itu juga dapat menyebakan orang terdekat dan sekitarnya juga dapat
terluka baik secara fisik maupun psikis.
Tanda dan gejala :
1) Tanda Subjektif : Klien mengungkapkan kejadian yang telah dialami atau yang
dilakukan baik secara fisik maupun psikis,
2) Tanda Objektif : akibatkan kematian perlukaan atau nyeri pada diri sendiri, dsb.
C. Pohon masalah:

Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain

Core problem Perilaku bunuh diri

Harga diri Rendah

D. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji


1. Masalah keperawatan
a. Harga diri rendah
b. Perilaku bunuh diri
c. Resiko menciderai diri sendiri dan orang lain.
2. Data yang perlu dikaji
1. Harga diri rendah
a.) Data subjektif :
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri
b.) Data objektif :
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup.
2. Perilaku bunuh diri
a.) Data subjektif : Menyatakan dirinya ingin mati saja,
tidak ada gunamya hidup.
b.) Data objektif : Ada isyarat bunuh diri, ada ide bunuh
diri, pernah mencoba bunuh diri.
3. Resiko menciderai diri sendiri dan orang lain
a.) Data subjektif :
Menyatakan putus asa dan tak berdaya, tidak bahagia, tak ada
harapan.menyatakan ingin bunuh diri / ingin mati saja, tak ada gunanya
hidup.
b.) Data objektif :
Nampak sedih, mudah marah, gelisah, tidak dapat mengontrol impuls, ada
isyarat bunuh diri, ada ide bunuh diri, pernah mencoba bunuh diri.
E. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1. Perilaku bunuh diri
2. Harga diri rendah
F. Rencana Tindakan
Diagnosa I : Perilaku bunuh diri
Tujuan Umum : Klien tidak melakukan percobaan bunuh diri
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
 Perkenalkan diri dengan klien
 Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal.
 Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.
 Bersifat hangat dan bersahabat.
 Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat.
2. Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri
Tindakan
 Jauhkan klien dari benda benda yang dapat membahayakan (pisau, silet, gunting,
tali, kaca, dan lain lain).
 Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh perawat.
 Awasi klien secara ketat setiap saat.
3. Klien dapat mengekspresikan perasaannya
Tindakan:
 Dengarkan keluhan yang dirasakan.
 Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan, ketakutan dan
keputusasaan.
 Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana harapannya.
 Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan, kematian, dan lain
lain.
 Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang menunjukkan keinginan untuk
hidup.
4. Klien dapat meningkatkan harga diri
Tindakan:
 Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.
 Kaji dan kerahkan sumber sumber internal individu.
 Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal: hubungan antar sesama,
keyakinan, hal hal untuk diselesaikan).
5. Klien dapat menggunakan koping yang adaptif
Tindakan:
 Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman pengalaman yang menyenangkan setiap
hari (misal : berjalan-jalan, membaca buku favorit, menulis surat dll.).
 Bantu untuk mengenali hal hal yang ia cintai dan yang ia sayang, dan pentingnya
terhadap kehidupan orang lain, mengesampingkan tentang kegagalan dalam
kesehatan.
 Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yang mempunyai suatu
masalah dan atau penyakit yang sama dan telah mempunyai pengalaman positif
dalam mengatasi masalah tersebut dengan koping yang efektif

Diagnosa II : Gangguan konsep diri: harga diri rendah


Tujuan Umum : Klien tidak melakukan kekerasan
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan:
 Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan
jelaskan tujuan interaksi.
 Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
 Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
Tindakan:
 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
 Hindari penilaian negatif detiap pertemuan klien
 Utamakan pemberian pujian yang realitas
3. Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan untuk diri sendiri dan keluarga
Tindakan:
 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
 Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah
4. Klien dapat merencanakan kegiatan yang bermanfaat sesuai kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
 Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan.
 Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan.
 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan :
 Beri klien kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
 Beri pujian atas keberhasilan klien
 Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan :
 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
 Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
 Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

Pasien Keluarga
No.
SP I P SP I k
1. Mengidentifikasi benda-benda yang dapat Mendiskusikan masalah yang dirasakan
membahayakan pasien keluarga dalam merawat pasien
2. Mengamankan benda-benda yang dapat Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala
membahayakan pasien resiko bunuh diri, dan jenis perilaku
bunuh diri yang dialami pasien beserta
proses terjadinya.
3. Melakukan kontrak treatment Menjelaskan cara-cara merawat pasien
resiko bunuh diri

4. Mengajarkan cara-cara mengendalikan


dorongan bunuh diri
5. Melatih cara mengendalikan dorongan bunuh
diri
SP II P SP II k
1 Mengidentifikasi aspek positif pasien Melatih keluarga mempraktekkan cara
merawat pasien dengan resiko bunuh diri

2 Mendorong pasien untuk berpikir positif Melatih keluarga mempraktekkan cara


tentang diri merawat langsung kepada pasien resiko
bunuh diri

3 Mendorong pasien untuk menghargai diri


sebagai individu yang berharga
SP III P SP III k
1 Mengidentifikasi pola koping yang biasa Membantu keluarga membuat jadwal
diterapkan pasien aktivitas di rumah termasuk minum obat
(discharge planning)
2 Menilai pola koping yang biasa dilakukan Menjelaskan follow up pasien setelah
pulang
3 Mengidentifikasi pola koping yang
konstruktif
4 Mendorong pasien memilih pola koping yang
konstruktif
5 Menganjurkan pasien menerapkan pola
koping konstruktif dalam kegiatan harian
SP IV P
1 Membuat rencana masa depan yang realistis
bersama pasien

2 Mengidentifikasi cara mencapai rencana masa


depan yang realistis

3 Memberi dorongan pasien melakukan


kegiatan dalam rangka meraih masa depan
yang realistis

4 Menganjurkan pasien memasukkan dalam


jadwal kegiatan harian

STRATEGI PELAKSANAAN (SP)


KLIEN DENGAN PERILAKU BUNUH DIRI
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
Klien dengan perilaku bunuh diri cenderung mengalami keputusasaan, menyalahkan diri
sendiri, perasaan gagal dan tidak berharga, perasaan tertekan, insomnia yang menetap,
penurunan berat badan, berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan social
dan pikiran dan rencana bunuh diri.
2. Diagnosa keperawatan
Perilaku Bunuh Diri

B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


 Tujuan tindakan keperawatan untuk pasien meliputi:
 Pasien tetap aman dan selamat
 Tindakan Keperawatan untuk pasien meliputi:
 Menemani pasien terus-menerus sampai dia dapat dipindahkan ketempat yang aman
 Menjauhkan semua benda yang berbahaya (misalnya pisau, silet, gelas, tali pinggang)
 Memeriksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya, jika pasien
mendapatkan obat
 Dengan lembut menjelaskan pada pasien bahwa saudara akan melindungi pasien
sampai tidak ada keinginan bunuh diri
SP 1 Pasien : Pasien membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab perasaan marah,
tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, akibatnya
dan cara mengontrol secara fisik.
Orientasi:
”Selamat pagi bapak, Saya Mahasiswa Fakulitas Ilmu Kesehatan Universitas
Kristen Satya Wacana, yang akan merawat bapak berapa hari kedepan. Nama Saya
Meidarina, saya lebih senang dipanggil Memey.
“ Nama bapak siapa?Bapak Senang dipanggil apa” bagaimana bapak bisa
berada di tempat ini?”Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apa keluhan bapak saat ini”
”Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa yang bapak rasakan? Di
mana kita duduk? Di halaman depan? Berapa lama? Bagaimana kalau 25 menit”
Kerja
”Bagaimana perasaan bapak D setelah ini terjadi? Apakah dengan bencana ini
bapak D paling merasa menderita di dunia ini? Apakah Bapak D pernah kehilangan
kepercayaan diri? Apakah Bapak D merasa tidak berharga atau bahkan lebih rendah
dari pada orang lain? Apakah Bapak D merasa bersalah atau mempersalahkan diri
sendiri? Apakah Bapak D sering mengalami kesulitan berkonsentrasi? Apakah Bapak D
berniat untuk menyakiti diri sendiri? Ingin bunuh diri atau berharap Bapak D mati?
Apakah Bapak D pernah mencoba bunuh diri? Apa sebabnya, bagaimana caranya? Apa
yang D rasakan?”
”Baiklah, tampaknya Bapak D membutuhkan pertolongan segera karena ada
keinginan untuk mengakhiri hidup. Saya perlu memeriksa seluruh isi kamar Bapak D ini
untuk memastikan tidak ada benda – benda yang membahayakan D)”
”Karena D tampaknya mash memiliki keinginan yang kuat untuk mengakhiri hidup D,
saya tidak akan membiarkan Bapak D sendiri”
”Apa yang D lakukan jika keinginan bunuh diri muncul?”
”Kalau keninginan itu muncul, maka akan mengatasinya Bapak A harus langsung
minta bantuan kepada perawat di ruangan ini dan juga keluarga atau teman yang
sedang besuk. Jadi Bapak D jangan sendirian ya, katakan kepada teman perawat,
keluarga atau teman jika ada dorongan untuk mengakhiri kehidupan.”
”Saya percaya Bapak D dapat mengatasi masalah.”
Terminasi :
”Bagaimana perasaan Bapak D sekarang setelah mengetahui cara mengatasi
perasaan ingin bunuh diri?”
” Coba Bapak D sebutkan lagi cara tersebut!”
”Saya akan menemani Bapak D terus sampai keinginan bunuh diri hilang.” (jangan
meninggalkan pasien).
DAFTAR PUSTAKA

Aziz R, dkk. 2003. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang. RSJD Dr. Amino
Gondohutomo : Semarang.
Keliat. B. A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : Egc.
Keliat. B. A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Tim Direktorat Keswa. 2000. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, RSJP Bandung :
Bandung.
Yosep, I. 2010. Keperawatan Jiwa. PT. Refika Aditama : Bandung.
http://rastirainia.wordpress.com/2009/11/25/laporan-pendahuluan-asuhan-keperawatan-pada-
klien-dengan-prilaku-percobaan-bunuh-diri/ diakses pada tanggal 13 September 2014
Stuart G.W, Sundeen. 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa. EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai