Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

RESIKO BUNUH DIRI

Oleh :
NUR KHALIMAH
P.1337420917017

PRODI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2017

LAPORAN PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN
Bunuh diri menurut Herman (2015) adalah tindakan yang secara sadar
dilakukan oleh klien untuk mengakhiri kehidupannya.
Bunuh diri adalah perilaku merusak diri yang langsung dan disengaja
untuk mengakhiri kehidupan. Individu secara sadar berkeinginan untuk mati
sehingga melakukan tindakan-tindakan untuk mewujudkan keinginan
tersebut.
Jenis tentamen suicide antara lain:
1. Ancaman Bunuh Diri
Peringatan verbal atau nonverbal bahwa orang tersebut
mempertimbangkan untuk bunuh diri. Orang tersebut mungkin
menunjukkan secara verbal bahwa ia tidak akan berada di sekitar kita lebih
lama lagi atau mungkin juga mengkomunikasikan secara nonverbal
melalui pemberian hadiah, merevisi wasiatnya dan sebagainya. Pesan-
pesan ini harus dipertimbangkan dalam konteks peristiwa kehidupan
terakhir. Ancaman menunjukkan ambivalensi seseorang tentang kematian.
Kurangnya respon positif dapat ditafsirkan sebagai dukungan untuk
melakukan tindakan bunuh diri.
2. Upaya bunuh diri
Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh individu
yang dapat mengarah kematian jika tidak dicegah.
3. Bunuh diri
Bunuh diri mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau
diabaikan. Orang yang melakukan upaya bunuh diri dan yang tidak benar-
benar ingin mati mungkin akan mati jika tanda-tanda tersebut tidak
diketahui tepat pada waktunya
B. PENYEBAB
Perilaku bunuh diri disebabkan karena individu mempunyai koping tidak
adaptif akibat dari gangguan konsep diri: harga diri rendah.
Banyak penyebab tentang alasan seseorang melakukan bunuh diri :
1. Kegagalan beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stres.
2. Perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan
3. interpersonal/ gagal melakukan hubungan yang berarti.
4. Perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman
pada diri sendiri.
5. Cara untuk mengakhiri keputusasaan.
a. Penyebab bunuh diri pada anak
1) Pelarian dari penganiayaan atau pemerkosaan
2) Situasi keluarga yang kacau
3) Perasaan tidak disayang atau selalu dikritik
4) Gagal sekolah 5) Takut atau dihina di sekolah
5) Kehilangan orang yang dicintai
6) Dihukum orang lain
b. Penyebab bunuh diri pada remaja
1) Hubungan interpersonal yang tidak bermakna
2) Sulit mempertahankan hubungan interpersonal
3) Pelarian dari penganiayaan fisik atau pemerkosaan
4) Perasaan tidak dimengerti orang lain
5) Kehilangan orang yang dicintai
6) Keadaan fisik
7) Masalah orang tua
8) Masalah seksual
9) Depresi
c. Penyebab bunuh diri pada mahasiswa
1) Self ideal terlalu tinggi
2) Cemas akan tugas akademik yang banyak
3) Kegagalan akademik berarti kehilangan penghargaan dan kasih
sayang orang tua.
4) Kompetisis untuk sukses

d. Penyebab bunuh diri pada usia lanjut


1) Perubahan status dari mandiri ke tergantung
2) Penyakit yang menurunkan kemampuan berfungsi
3) Perasaan tidak berarti di masyarakat.
4) Kesepian dan isolasi sosial
5) Kehilangan ganda (seperti pekerjaan, kesehatan, pasangan)
6) Sumber hidup berkurang

C. MANIFESTASI KLINIK
Resiko yang mungkin terjadi pada klien yang mengalami krisis bunuh diri
adalah mencederai diri dengan tujuan mengakhiri hidup.
Perilaku yang muncul meliputi isyarat, percobaan atau ancaman verbal
untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan kematian perlukaan atau
nyeri pada diri sendiri.
Pengkajian orang yang bunuh diri juga mencakup apakah orang tersebut
tidak membuat rencana yang spesifik dan apakah tersedia alat untuk
melakukan rencana bunuh diri tersebut adalah: keputusasaan, celaan terhadap
diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berguna, alam perasaan depresi, agitasi
dan gelisah, insomnia yang menetap, penurunan BB, berbicara lamban,
keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial. Adapun petunjuk psikiatrik
anatara lain: upaya bunuh diri sebelumnya, kelainan afektif, alkoholisme dan
penyalahgunaan obat, kelaianan tindakan dan depresi mental pada remaja,
dimensia dini/ status kekacauan mental pada lansia. Sedangkan riwayat
psikososial adalah: baru berpisah, bercerai/ kehilangan, hidup sendiri, tidak
bekerja, perubahan/ kehilangan pekerjaan baru dialami, faktor-faktor
kepribadian: implisit, agresif, rasa bermusuhan, kegiatan kognitif dan negatif,
keputusasaan, harga diri rendah, batasan/ gangguan kepribadian antisosial.

D. PENATALAKSANAAN
Koreksi penunjang dari kejadian tentamen suicide akan menentukan terapi
resisitasi dan terapi lanjutan yang akan dilakukan pada klien dengan
tentamen suicide. Pemeriksaan darah lengkap dengan elektrolit akan
menunjukan seberapa berat syok yang dialami klien, pemeriksaan EKG
dan CT scan bila perlu bia dilakukan jika dicurigai adanya perubahan
jantung dan perdarahan cerebral.

E. POHON MASALAH

Resiko Bunuh Diri

Keputusasaan

HDR Kronis

F. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji
a. Masalah keperawatan:
1) Resiko mencederai diri
2) Perilaku bunuh diri
3) Ketidakpatuhan
4) Ketidakberdayaan
5) Kecemasan
b. Data yang perlu dikaji:
1) Data subjektif :
Menyatakan putus asa dan tak berdaya, tidak bahagia, tak ada
harapan.menyatakan ingin bunuh diri / ingin mati saja, tak ada
gunanya hidup.
2) Data objektif:
Nampak sedih, mudah marah, gelisah, murung, tidak dapat
mengontrol impuls, ada isyarat bunuh diri, ada ide bunuh diri,
pernah mencoba bunuh diri, tidak bergairah, ada bekaspercobaan
bunuh diri, banyak diam (Kemenkes, 2012)
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko mencederai diri berhubungan dengan
perilaku bunuh diri (suicide).
b. Perilaku bunuh diri (suicide) berhubungan dengan
koping maladaptif.
3. Rencana Tindakan Keperawatan
a. Tujuan umum: sesuai masalah (problem).
b. Tujuan khusus
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
a) Perkenalkan diri dengan klien
b) Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak
menyangkal.
c) Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.
d) Bersifat hangat dan bersahabat.
e) Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat.
2. Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri
a) Jauhkan klien dari benda-benda yang dapat membahayakan
(pisau, silet, gunting, tali, kaca, dan lain-lain)
b) Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat
oleh perawat.
c) Awasi klien secara ketat setiap saat.

3. Klien dapat mengekspresikan perasaannya


Tindakan:
a) Dengarkan keluhan yang dirasakan.
b) Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan,
ketakutan dan keputusasaan.
c) Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan
bagaimana harapannya.
d) Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti
penderitaan, kematian, dan lain-lain.
e) Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang
menunjukkan keinginan untuk hidup.
4. Klien dapat meningkatkan harga diri
Tindakan:
a)Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi
keputusasaannya.
b)Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu.
c)Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal:
hubungan antar sesama, keyakinan, hal-hal untuk
diselesaikan)
5. Klien dapat menggunakan koping yang adaptif
Tindakan:
a) Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman-pengalaman
yang menyenangkan setiap hari (misal : berjalan-jalan,
membaca buku favorit, menulis surat dll.).
b) Bantu untuk mengenali hal-hal yang ia cintai dan yang ia
sayang, dan pentingnya terhadap kehidupan orang lain,
mengesampingkan tentang kegagalan dalam kesehatan.
c) Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yang
mempunyai suatu masalah dan atau penyakit yang sama dan
telah mempunyai pengalaman positif dalam mengatasi masalah
tersebut dengan koping yang efektif.

6. Klien dapat menggunakan dukungan sosial


Tindakan:
a) Kaji dan manfaatkan sumber-sumber ekstemal individu
(orang-orang terdekat, tim pelayanan kesehatan, kelompok
pendukung, agama yang dianut).
b) Kaji sistem pendukung keyakinan (nilai, pengalaman masa
lalu, aktivitas keagamaan, kepercayaan agama).
c) Lakukan rujukan sesuai indikasi (misal : konseling pemuka
agama)
7. Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat
Tindakan:
a) Diskusikan tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek
samping minum obat).
b) Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar
pasien, obat, dosis, cara, waktu).
c) Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yang
dirasakan.
d) Beri reinforcement positif bila menggunakan obat dengan
benar.

DAFTAR PUSTAKA
NANDA Internasional (2012). diagnosisKeperawatan: Definisi dan Klasifikasi
2012-2014. Jakarta: EGC
Stuart, G.W. (2007)Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC
Satrio. K. L (2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandar Lampung: Permatanet

Anda mungkin juga menyukai