Anda di halaman 1dari 92

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kesehatan Jiwa bukan hanya suatu keadaan tidak gangguan jiwa,
melainkan mengandung berbagai karakteristik yang adalah perawatan
langsung, komunikasi dan management, bersifat positif yang menggambarkan
keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yg mencerminkan kedewasaan
kepribadian yang bersangkutan.(menurut WHO).
Keperawatan jiwa adalah pelayanan keperawatan profesional didasarkan
pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus
kehidupan dengan respons psiko-sosial yang maladaptif yang disebabkan oleh
gangguan bio-psiko-sosial. Menurut UU KES. JIWA NO 03 THN 1966.

B. Rumusan masalah
1. Apa definisi proses keperawatan jiwa?
2. Apa saja diagnosa utama dalam keperawatan jiwa ?
3. Apa saja strategi pelaksanaan untuk masing-masing diagnosa ?
4. Bagaimana diagnosa pada proses keperawatan jiwa?

C. Tujuan

Agar mahasiswa mampu memahami laporan pendahuluan tentang keperawata


Jiwa dan tahu apa saja strategi pelaksanaannya.

1
BAB II
PEMBAHASAN
LAPORAN PENDAHULUAN RESIKO BUNUH DIRI

A. Pengertian

Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien
untuk mengakhiri kehidupannya.Menurut Maris, Berman, Silverman, dan
Bongar (2000), bunuh diri memiliki 4 pengertian, antara lain:

1. Bunuh diri adalah membunuh diri sendiri secara intensional


2. Bunuh diri dilakukan dengan intensi
3. Bunuh diri dilakukan oleh diri sendiri kepada diri sendiri
4. Bunuh diri bisa terjadi secara tidak langsung (aktif) atau tidak langsung
(pasif), misalnya dengan tidak meminum obat yang menentukan
kelangsungan hidup atau secara sengaja berada di rel kereta api.

B. Penyebab

Secara universal: karena ketidakmampuan individu untuk menyelesaikan


masalah. Terbagi menjadi:

1. Faktor genetik (berdasarkan penelitian):


a. 1,5 – 3 kali lebih banyak perilaku bunuh diri terjadi pada individu yang
menjadi kerabat tingkat pertama dari orang yang mengalami gangguan
mood/depresi/ yang pernah melakukan upaya bunuh diri.
b. Lebih sering terjadi pada kembar monozigot dari pada kembar dizigot.
2. Faktor Biologis lain:
a. Biasanya karena penyakit kronis/kondisi medis tertentu, misalnya:
1). Stroke.
2). Gangguuan kerusakan kognitif (demensia).
3). Diabetes Penyakit arteri koronaria.
4). Kanker.

2
5). HIV / AIDS.
3. Faktor Psikososial & Lingkungan:
a. Teori Psikoanalitik / Psikodinamika: Teori Freud, yaitu bahwa
kehilangan objek berkaitan dengan agresi & kemarahan, perasaan
negatif thd diri, dan terakhir depresi.
b. Teori Perilaku Kognitif: Teori Beck, yaitu Pola kognitif negatif yang
berkembang, memandang rendah diri sendiri.
c. Stressor Lingkungan: kehilangan anggota keluarga, penipuan,
kurangnya sistem pendukung sosial.

C. Pohon masalah

Resiko mencederai diri sendiri,


orang lain dan lingkungan

Resiko bunuh diri

Harga diri rendah

D. Masalah keperawatan yang mungkin muncul


a. Resiko Perilaku bunuh diri.

b. Koping maladaptive.

E. Data yang perlu dikaji


a. Resiko Perilaku bunuh Diri.

DS : menyatakan ingin bunuh diri / ingin mati saja, tak ada gunanya hidup.

DO : ada isyarat bunuh diri, ada ide bunuh diri, pernah mencoba bunuhdiri.

3
b. Koping maladaptive
DS : menyatakan putus asa dan tak berdaya, tidak bahagia, tak ada harapan.

DO : nampak sedih, mudah marah, gelisah, tidak dapat mengontrol impuls.

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Resiko Perilaku bunuh diri.

b. Koping maladaptive.

G. Rencana tindakan keperawatan


Resiko Perilaku bunuh diri

1. Tujuan umum: Klien tidak melakukan percobaan bunuh diri.

2. Tujuan khusus :

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.


Tindakan:

1) Perkenalkan diri dengan klien.


2) Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal.
3) Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.
4) Bersifat hangat dan bersahabat.
5) Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat.
b. Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri.
Tindakan :
1) Jauhkan klien dari benda benda yang dapat membahayakan (pisau,
silet, gunting, tali, kaca, dan lain lain).
2) Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh
perawat.
3) Awasi klien secara ketat setiap saat.
c. Klien dapat mengekspresikan perasaannya.
Tindakan:
1) Dengarkan keluhan yang dirasakan.

4
2) Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan,
ketakutan dan keputusasaan.
3) Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana
harapannya.
4) Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan,
kematian, dan lain lain.
5) Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang menunjukkan
keinginan untuk hidup.
d. Klien dapat meningkatkan harga diri.
Tindakan:
1) Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi
keputusasaannya.
2) Kaji dan kerahkan sumber sumber internal individu.
3) Bantu mengidentifikasi sumber sumber harapan (misal: hubungan
antar sesama, keyakinan, hal hal untuk diselesaikan).
e. Klien dapat menggunakan koping yang adaptif.
Tindakan:
1) Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman pengalaman yang
menyenangkan setiap hari (misalnya : berjalan-jalan, membaca
buku favorit, menulis surat dll.).
2) Bantu untuk mengenali hal hal yang ia cintai dan yang ia sayang,
dan pentingnya terhadap kehidupan orang lain, mengesampingkan
tentang kegagalan dalam kesehatan.
3) Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yang
mempunyai suatu masalah dan atau penyakit yang sama dan telah
mempunyai pengalaman positif dalam mengatasi masalah tersebut
dengan koping yang efektif.

5
STRATEGI PELAKSANAAN RESIKO BUNUH DIRI
(SP 1)

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
S : Klien mengatakan perasaannya tidak tenang dan ingin bunuh diri.
O :Klien tampak tidak kooperatif dengan perawat, klien tampak gelisah,
klien tampak murung.
2. Diagnosa Keperawatan : Resiko Bunuh Diri.
3. Tujuan Keperawatan :
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Mengajarkan pengendalian dorongan bunuh diri pada klien.
4. Tindakan Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya dengan teknik komunikasi terapeutik.
SP 1 :
1) Mengidentifikasi benda-benda yang dapat membahayakan pasien.
2) Mengamankan benda-benda yang dapat membahayakan pasien.
3) Melakukan kontrak treatment.
4) Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri.
5) Melatih cara mengendalikan dorongan bunuh diri.

B. Strategi Komunikasi

1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik :
“Assalamu Alaikum, nama saya Sinar, saya mahasiswa Stikes
Banyuwangi yang bertugas di ruang ini, saya dinas pagi dari jam 7 pagi
– 2 siang, namanya siapa pak ?senang dipanggil apa ?
b. Evaluasi/validasi :
“Bagaimana perasaan bapak hari ini ?”

6
c. Kontrak

1). Topik :
“Bagaimana kalau kita bercakap – cakap tentang apa yang bapak
rasakan hari ini ?”
2). Tempat :
Dimana kita akan bicara pak? Bagaimana kalau disini saja?”
3). Waktu :
“Mau berapa lama pak ? bagaimana kalau 15 menit ?”

2. Fase Kerja
”Bagaimana perasaan bapak setelah ini terjadi? Apakah dengan bencana ini
bapak paling merasa menderita di dunia ini? Apakah bapak pernah
kehilangan kepercayaan diri? Apakah bapak merasa tidak berharga atau
bahkan lebih rendah dari pada orang lain? Apakah bapak merasa bersalah
atau mempersalahkan diri sendiri? Apakah bapak sering mengalami
kesulitan berkonsentrasi? Apakah bapak berniat unutuk menyakiti diri
sendiri? Ingin bunuh diri atau berharap bapak mati? Apakah bapak pernah
mencoba bunuh diri? Apa sebabnya, bagaimana caranya? Apa yang bapak
rasakan?”
”Baiklah, tampaknya bapak membutuhkan pertolongan segera karena ada
keinginan untuk mengakhiri hidup. Saya perlu memeriksa seluruh isi kamar
bapak ini untuk memastikan tidak ada benda – benda yang membahayakan
bapak)”
”Karena bapak tampaknya mash memilikikeinginan yang kuat untuk
mengakhiri hidup bapak, saya tidak akan membiarkan bapak sendiri”. ”Apa
yang bapak lakukan jika keinginan bunuh diri muncul?”. ”Kalau keninginan
itu muncul, maka akan mengatasinya bapak harus langsung minta bantuan
kepada perawat di ruangan ini dan juga keluarga atau teman yang sedang
besuk. Jadi bapak jangan sendirian ya, katakan kepada teman perawat,
keluarga atau teman jika ada dorongan untuk mengakhiri kehidupan.”.
”Saya percaya bapak dapat mengatasi masalah.”

7
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan bapak… setelah mengetahui cara mengatasi
perasaan ingin bunuh diri?”

b. Evaluasi Obyektif
“ Coba bapak sebutkan lagi cara tersebut!”

c. Rencana Tindak lanjut


“ Nahhh..karena waktu sudah habis kita akhiri saja ya pak pertemuan
kali ini, besog kita bertemu lagi ya pak.”

d. Kontrak
1) Topik :
“Besok kita akan belajar bagaimana caranya berpikiran positif.”
2) Tempat :
Mau dimana kita diskusi ? bagaimana kalau di ruang tamu ? mau pak
ya?
3) Waktu :
“Besog jam 9 pagi ya pak.”

8
STRATEGI PELAKSANAAN RESIKO BUNUH DIRI
(SP 2)

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
S : Klien mengatakan perasaannya tidak tenang dan ingin bunuh diri.
O :Klien tampak tidak kooperatif dengan perawat, klien tampak gelisah.
2. Diagnosa Keperawatan : Resiko Bunuh Diri
3. Tujuan Keperawatan :
a. Mengidentifikasi aspek positif klien
4. Tindakan Keperawatan
a. Pertahankan hubungan saling percaya dengan klien.
SP II :
1) Identifikasi aspek positif pasien.
2) Dorong pasien untuk berfikir positif terhadap diri.
3) Dorong pasien untuk menhargai diri sebagai individu yang berharga.

B. Strategi Komunikasi
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik :
“Selamat pagi bapak, masih ingat dengan saya?” Ya betul sekali. Baik,
sesuai janji kita kemarin sekarang kita akan membahas tentang rasa syukur
atas pemberian Tuhan yang masih bapak miliki.”

b. Evaluasi/validasi :
“Bagaimana perasaan bapak saat ini? Masih adakah dorongan mengakhiri
kehidupan?

c. Kontrak
1). Topik :
“Sesuai janji kita kemarin, sekarang kita akan membahas tentang cara
berpikir positif.”
9
2). Tempat :
Dimana kita akan bicara pak? Bagaimana kalau disini saja?”
3). Waktu :
“Mau berapa lama pak ? bagaimana kalau 20 menit ?”

2. Fase Kerja
”Apa saja dalam hidup bapak yang perlu disyukuri, siapa saja kira-kira yang
sedih dan rugi kalau bapak meninggal. Coba bapak ceritakan hal-hal yang
baik dalam kehidupan bapak. Keadaan yang bagaimana yang membuat
bapak merasa puas? Bagus. Ternyata kehidupan bapak masih ada yang baik
yang patut bapak syukuri. Coba bapak sebutkan kegiatan apa yang masih
dapat bapak lakukan selama ini. Bagaimana kalau bapak mencoba
melakukan kegiatan tersebut, Mari kita latih.”

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
“ Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap?”
b. Evaluasi Obyektif
Bisa sebutkan kembali apa-apa saja yang bapak patut syukuri dalam
hidup bapak? Ingat dan ucapkan hal-hal yang baik dalam kehidupan
bapak jika terjadi dorongan mengakhiri kehidupan. Bagus bapak. Coba
bapak ingat lagi hal-hal lain yang masih bapak miliki dan perlu di
syukuri!
c. Rencana Tindak lanjut
“Waktu sudah habis kita akhiri saja ya pak pertemuan kali ini, nanti kita
bertemu lagi ya, bagaimana pak?”
d. Kontrak
1). Topik :
“Nanti kita bahas tentang cara mengatasi masalah dengan baik.”
2). Tempat :
“Tempatnya dimana? Baiklah”

10
3). Waktu :
“Nanti jam 2 siang ya pak?”

STRATEGI PELAKSANAAN RESIKO BUNUH DIRI


(SP 3)

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien

S : Klien mengatakan perasaannya tidak tenang dan ingin bunuh diri.

O:Klien tampak tidak kooperatif dengan perawat, klien tampak gelisah.

2. Diagnosa Keperawatan : Resiko Bunuh Diri.

3. Tujuan Keperawatan :
a. Mengidentifikasi pola koping yang biasa diterapkan pasien.

4. Tindakan Keperawatan
a. Pertahankan hubungan saling percaya dengan klien.
SP III :
1). Identifikasi pola koping yang biasa diterapkan pasien.
2). Nilai pola koping yang biasa dilakukan.
3). Identifikasi pola koping yang konstruktif.
4). Dorong pasien memilih pola koping yang konstruktif.
5). Anjurkan pasien menerapkan pola koping konstruktif dalam kegiatan.

B. Strategi Komunikasi
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik :
“Selamat pagi pak.”
b. Evaluasi/validasi :
“ Bagaimana perasaan bapak hari ini? Masihkah ada keinginan bunuh
diri?”
c. Kontrak
11
a. Topik :
“Sesuai janji kita, sekarang kita akan membahas tentang cara mengatasi
masalah dengan baik.”
b. Tempat :
Dimana kita akan bicara pak? Bagaimana kalau di teras depan?”
c. Waktu :
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang selama 20 menit ?”

2. Fase Kerja
”Coba ceritakan situasi yang membuat bapak ingin bunuh diri. Selain bunuh
diri apalagi kira-kira jalan keluarnya. Wow, banyak juga ya pak. Nah,
sekarang coba kita diskusikan tindakan yang menguntungan dan merugikan
dari seluruh cara tersebut. Mari kita pilih cara mengatasi masalah yang
paling menguntungkan! Menurut bapak cara yang mana? Ya saya juga
setuju dengan pilihan bapak. Sekarang kita buat rencana kegiatan untuk
mengatasi perasaan bapak ketika mau bunuh diri dengan cara tersebut.

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
“ Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap?”
b. Evaluasi Obyektif
:”Coba bapak sebutkan lagi cara mengatasi masalah yang sudah bapak
sebutkan tadi!”
c. Rencana Tindak lanjut
“Karena waktunya sudah habis, bagaimana kalau kita akhiri pertemuan
hari ini dan kita lanjutkan lagi besog y pak?”
d. Kontrak
1). Topik :
“Besok kita akan membuat rencana masa depan untuk bapak.”
2). Tempat :
“Tempatnya dimana? Disini ya pak?”

12
3). Waktu :
“Jam berapa besog pak? Bagaimana kalau jam 10 pagi?”

STRATEGI PELAKSANAAN RESIKO BUNUH DIRI


(SP 4)

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
S : Klien mengatakan perasaannya sudah tenang dan tidak ingin bunuh
diri
Lagi.
O :Klien tampak kooperatif dengan perawat, klien tampak tenang.

2. Diagnosa Keperawatan : Resiko Bunuh Diri.

3. Tujuan Keperawatan :

a. Mengidentifikasi cara mencapai masa depan yang realistis untuk klien.

4. Tindakan Keperawatan
a. Pertahankan hubungan saling percaya dengan klien.
SP IV :
1). Membuat rencana masa depan yang realistis bersama pasien.
2). Mengidentifikasi cara mencapai rencana masa depan yang realistis.
3). Memberi dorongan pasien melakukan kegiatan dalam rangka meraih.

B. Strategi Komunikasi
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik :
“Selamat pagi pak.”
b. Evaluasi/validasi :

13
“Bagaimna perasaan bapak hari ini? Masih adakah terpikirkan oleh bapak
untuk bunuh diri lagi? Alhamdulilah bapak tidak ada berpikiran seperti itu
lagi”
c. Kontrak
a. Topik :
“Bagaimana kalau sekarang kita berdiskusi tentang rencana masa
depan bapak dan cara mencapainya?”
b. Tempat :
Dimana kita akan bicara pak? Bagaimana kalau disini?”
c. Waktu :
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang selama 20 menit ?”

2. Fase Kerja

“Nah, sekarang coba bapak ceritakan apa rencana bapak dimasa depan
setelah keluar dari sini nanti. “
“Wah....bagus!!. Ternyata kakak mempunyai rencana yang luar biasa bagus
serta menarik dan masih mempunyai semangat hidup yang besar.”
“Nah, sekarang coba kita diskusikan keuntungan dan kerugian masing-
masing rencana tersebut dan bagaimana cara mencapai masa depan yang
bapak inginkan.” “Mari kita pilih cara yang paling baik dan realistis!, kalau
menurut bapak yang mana?” “Ya, saya setuju dengan bapak!“
“Nah...untuk meraih masa depan dengan cara tersebut tentu ada beberapa
hal atau kegiatan yang harus dilakukan, menurut bapak apa saja itu?”
“Yup..benar sekali pak. Saya yakin kakak mampu melakukannya dan dapat
meraih impian bapak. Jika bapak terus bersemangat dan tidak mudah putus
asa, insya Allah rencana masa depan bapak itu akan dapat menjadi
kenyataan. Bagaimana, pak?”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang dan
membuat rencana masa depan bapak tadi?”
b. Evaluasi Obyektif

14
”Coba kakak sebutkan lagi apa saja rencana masa depan bapak dan
bagaimana cara mencapainya. Ya...benar sekali, pak”
c. Rencana Tindak lanjut
“Coba mulai sekarang, bapak melakukan kegiatan/rencana tersebut
dengan cara yang kakak pilih tadi.Bagaimana kalau kita buat rencana
kegiatan dan memasukkannya kedalam jadwal kegiatan harian bapak
agar semua masa depan yang bapak rencanakan tadi dapat tercapai.”
d. Kontrak
1). Topik :
“Besok kita bertemu lagi untuk membahas bagaimana pengalaman
bapak menggunakan cara yang bapak pilih.”

2). Tempat :
“Mau dimana kita bertemu?”
3). Waktu :
“Jam berapa besog pak?”

15
LAPORAN PENDAHULUANWAHAM

A. Pengertian
Waham adalah gangguan isi pikir yang ditandai dengan keyakinan tentang diri
dan lingkungan yang menyimpang dan dipertahankan secara kuat (Yudhi dkk,
2011).

B. Penyebab

Penyebab secara umum dari waham adalah gangguan konsep diri : harga
diri rendah. Harga diri rendah dimanifestasikan dengan perasaan yang negatif
terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa
gagal mencapai keinginan.

C. Tipe-tipe waham

Menurut kaplan dan sadock (1997), tipe-tipe waham antara lain:

1. Tipe Eritomatik
Klien dicintai mati-matian oleh orang lain, biasanya orang yang
sangat terkenal, seperti artis, pejabat, atau atasanya. Klien biasanya hidup
terisolasi, menarik diri, hidup sendirian dan bekerja dalam pekerjaan
yang sederhana.
2. Tipe kebesaran (magalomania)
Keyakinan bahwa seseorang memiliki bakat, kemampuan,
wawasan yang luar biasa, tetapi tidak dapat diketahui

3. Waham cemburu
Cemburu terhadap pasanganya. Tipe ini jarang ditemukan (0,2%)
dari pasien psikiatrik. Onset sering mendadak, dan hilang setelah
perpisahan/ kematian pasangan. Tipe ini menyebapkan penyiksaan hebat
dan fisik yang bermakna terhadap pasangan, dan kemungkinan dapat
membunuh pasangan, oleh karena delusinya.

16
4. Waham kejar
Keyakinan merasa dirinya dikejar-kejar, diikuti oleh orang lain. Tipe ini
paling sering ditemukan pada gangguan jiwa. Dapat berbentuk sederhana,
ataupun terperinci, dan biasanya berupa tema yang berhubungan difitnah
secara kejam, diusik, dihalang-halangi, diracuni, atau dihalangi dalam
mengejar tujuan jangka panjang.
5. Waham tipe somatik (psikosis hipokondrial monosimptomatik)
Perbedaan dengan hipokondrial adalah pada derajat keyakinan yang
dimiliki klien. Menetapnya waham somatik yang tidak kacau tanpa adanya
gejala psikotik lainya menyatakan gangguan delosional/ waham tipe
somatik.
6. WahamNihilistik
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal, diucapkan
berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
7. Sisip Pikir
Percaya ada pikiran orang lain yang masuk dalam pikirannya

D. Manifestasi klinik

Manifestasi klinik waham yaitu berupa :

1. Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya ( tentang agama,


kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya ) berulang kali secara berlebihan
tetapi tidak sesuai kenyataan.
2. Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak
(diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak
tepat menilai lingkungan / realitas, ekspresi wajah tegang, mudah
tersinggung.

17
E. Pohon masalah

Resiko tinggi mencederai


diri, orang lain dan
lingkungan

Perubahan isi
pikir: waham

Gangguan konsep diri: harga diri rendah

F. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji


1. Masalah keperawatan :
a. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
b. Gangguan isi pikir : waham
c. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan
2. Data yang perlu dikaji :
a. Gangguan konsep diri : harga diri rendah.
1) Data subjektif
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri.
2) Data objektif
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencedaerai diri/ ingin mengakhiri hidup.

18
b. Perubahan isi pikir : waham
1) Data subjektif :
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya ( tentang agama,
kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara
berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan.
2) Data objektif :
Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan,
merusak (diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat
waspada, tidak tepat menilai lingkungan / realitas, ekspresi wajah
klien tegang, mudah tersinggung.
c. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan
1) Data subjektif
Klien memberi kata-kata ancaman, mengatakan benci dan kesal pada
seseorang, klien suka membentak dan menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang kesal, atau marah, melukai / merusak
barang-barang dan tidak mampu mengendalikan diri.
2) Data objektif
Mata merah, wajah agak merah, nada suara tinggi dank eras, bicara
menguasai, ekspresi marah, pandangan tajam, merusak dan
melempar barang-barang.

G. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan isi pikir : waham
b. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah.

19
STRATEGI PELAKSANAAN WAHAM
(SP 1)

A. Proses Keperawatan
1. Fase Orientasi
Selamat pagi mas Yn, mas Yn masih ingat nama saya siapa? Oh mas Yn
lupa, baik kita kenalan lagi ya Vn nama saya perawat V, mas Yn masih suka
dipanggil mas atau siapa ? wah nama panggilannya bagus sekali. Mas Yn
bagaimana perasaannya hari ini ? wah mas Yn lagi seneng ya ? Mas Yn
kemarin kan kita kan sudah ketemu untuk membahas masalah kebutuhan
mas Yn yang tidak terpenuhi, sekarang bisa mas Yn sebutkan kebutuhan mas
Yn yang belum terpenuhi dirumah dan dirumah sakit ? apa sudah ada yang
terpenuhi mas Yn sekarang ? wah bagus sekali kalau begitu saya ikut senang.
Baik, sekarang kita akan belajar berhubungan dengan realita, bagaimana
apakah mas Yn bersedia? Kalau begitu mas Yn mintanya kta ngobrol berapa
menit? Dimana kita ngobrolnya? Bagaimana kalu kita ngobrol sambil duduk
dikursi taman ?

2. Fase Kerja
Kita mulai ya mas ngobrolnya, mas itu menganggap diri mas Yn itu siapa?
Baik mas, mas adalah pasien kami, mas itu sudah punya istri dan dua orang
anak, mas ingat ? kerjaan mas Yn kan seorang pegawai di dinas kesehatan.
Orang lain yang memakai baju sama seperti mas itu teman mas Yn, dan yang
memakai baju putih-putih adalah perawat yang bertugas merawat dan
membantu mas, sekarang kita ada dirumah sakit mas Yn, tempat untuk
membantu mengatasi masalah-masalah yang mas hadapi. Nanti kalau mas
Yn kesepian, saya ajak mas Yn bermain dengan teman-teman yang lain ya,
biar kita bisa kenalan sama mereka dan mas punya banyak teman. Bagaiman
mas Yn mau ? Bagus sekali, kalau mas Yn mau.

20
3. Fase Terminasi
Bagaimana perasaan mas Yn setelah ngobrol dengan saya ? syukur, kalo mas
senang. Saya juga senang sekali bisa ngobrol dengan mas Yn. Baik, tadi kan
kita sudah ngobrol masalah realita, mas zaki bisa ceritakan kembali kepada
saya mas itu siapa dan sedang dimana ? Wah pinta sekali mas Yn. mas nanti
kalau ada apa-apa mas Yn bisa menghubungi saya atau perawat yang ada
disini. Nah besok saya akan kesini lagi untuk membahas bagaimana
menggunakan obat dengan benar. Bagaiman mas, besok kita ngobrolnya jam
berapa ? berapa menit? dimana tempatnya ? bagaimana kalau disini saja mas
Yn? baik kalau bergotu besok kita ketemu lagi untuk membahas bagaimana
menggunakan obat dengan benar, kalu begitu berhubung ini sudah 15 menit,
berarti waktu ngobrol kita sudah selesai, terima kasih mas, silahkan mas Yn
lanjutkan aktivitas mas lagi, saya permisi dulu.

21
STRATEGI PELAKSANAAN WAHAM
(SP 2)

A. Proses Keperawatan
1. Fase Orientasi
Selamat pagi pak,,??? Masih ingat dengan saya??,,lupa,,baik perkenalkan yaa
pak nama saya perawat XY biasanya di panggil X saya bertugas di sini dari
jam 07.00 sampai jam 14.00 siang nanti. Dengan pak M ya??,,biasanya suka
di panggil dengan sebutan apa??? Wach,,,bagus sekali yach,,, Bagaimana
perasaan bapak hari ini,,??sudah makan belum??tadi makan dengan lauk
apa??? bapak kelihatan gagah sekali ya pagi ini,,, Baik pak,,sesuai dengan
kontrak kita kemarin yaa pak,,,hari ini kita bertemu jam 09.00, waktunya ±
15 menit, di taman ini untuk membahas kemampuan-kemampuan yang di
miliki oleh bapak yaa.

2. Fase Kerja
Baik pak, sekarang bapak bisa menceritakan kepada saya, kemampuan-
kemampuan apa saja yang bisa bapak lakukan..??? saya bisa mengepel,
menyapu, menggambar, mencuci baju, merapikan tempat tidur sendiri, Wah
hebat sekali. Selain itu apa lagi pak. Bagus sekali ternyata bapak pandai
mengukir yaaa,,,

3. Fase Terminasi
Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang tadi?? Bapak
bisa menyebutkan kembali kemampuan-kemampuan apa yang bapak miliki?
Wach,,,hebat sekali bapak bisa menyebutkan kembali kemampuan-
kemampuan yang bapak miliki. Saya,,senang sekali hari ini bisa mengobrol
dengan bapak,,bagaimana kalau besok kita ketemu lagi..?yaa,,,mau,,baik pak
besok kita ketemu jam berapa pak.? waktunya berapa menit? tempatnya
dimana??baik pak,,besok kita ketemu lagi yaa pak jam 09.00 waktunya ± 15
menit di taman yaa pak,,besok kita akan membahas kebutuhan-kebutuhan

22
yang tidak terpenuhi selama bapak si sini dan bapak bisa mengingat kembali
kemampuan apa yang bapak miliki dan bisa di sampaikan besok,,,Sebelum
kita bertemu tadi bapak sedang melakukan aktifitas apa??baik,,,bapak bisa
melanjutkan kembali aktifitas yang tadi sedang bapak lakukan. Selamat
beraktifitas yaa pak,,selamat siang......

23
STRATEGI PELAKSANAAN WAHAM
(SP 3)

A. Proses Keperawatan
1. Fase orientasi
Selamat pagi Ny. U perkenalkan nama saya perawat tuti, Saya biasa
dipanggil tuti. saya bertugas dri jam 07.00 pagi sampai jam 214.00 siang
nanti kalau boleh tau nama Ny. U siapa? Suka dipanggil siapa?Sudah berapa
lama Ny.U di rawat? Apakah Ny. U masih ingat siapa yang membawa
kesini? Bagaimana perasaan Ny.U saat ini?Baik sekarang saya akan
mengajari Ny. U cara menggunakan obat dengan benar.apa Ny. U sudah tahu
bagaimana cara menggunakan obat yang benar? Apa Ny. U sudah
melakukan minum obat dengan teratur?

2. Fase kerja
Apakah Ny. U sudah minum obat dengan teratur? Berapa kali Ny. U
minum obat dalam sehari? Apakah Ny. U sudah tau tentang cara
mengkonsumsi obat dengan benar? Kalau Ny.U belum paham, nanti saya
akan mengajarkan cara menggunakan obat dengan benar. Bagaimana ibu
apakah ibu mau mendengarkan penjelasan dari saya? Menggunakan obat itu
ada 5 prinsip yang benar yaitu benar dosis, benar frekuensi,benar efek
samping.benar efek, dan benar akibat penghentian.bagaimana ibu apakah ibu
faham yang sudah saya jelaskan tadi?Coba nanti ibu jelaskan kembali yang
sudah saya jelaskan tadi.

3. Fase terminasi
Bagaimana ibu setelah tau cara menggunakan obat yang benar? Coba ibu
jelaskan lagi ada berapa cara menggunakan obart yang benar sesuai program
yang sudah saya jelaskan tadi. Ibu U jika ibu mau minum obat lagi nanti ibu
menanyakan ke perawat yang mengasih obat ibu ya.menanyakan apa
kegunaan obat ini.jadi nanti ibu lebih tahu dan memahami obat

24
ini.bagaimana ibu apakah bisa di mengerti tentang penjelasan dari saya?
Baik ibu U saya sudah selesai berbincang-bincang ya bu… Bagaimana ibu
kalau besok kita ketemu lagi?apakah ibu bisa ketemu lagi dengan saya?
Nanti saya akan mengajarkan ibu bagaimana cara mengkonsomsi obat yang
benar.besok mau ketemu dimana bu? Ya nanti saya nunggu di taman ya bu,
kalau masih pagi di taman kan udara masih segar dan fikiran juga masih
fresh ya bu.ok bu,,,ketemunanti besok ya bu…

25
STRATEGI PELAKSANAAN WAHAM
(SP 4)

A. Proses Keperawatan
1. Fase Orientasi
Selamat pagi mas Yn, mas Yn masih ingat nama saya siapa? Oh mas Yn
lupa, baik kita kenalan lagi ya Vn nama saya perawat V, mas Yn masih suka
dipanggil mas atau siapa ? wah nama panggilannya bagus sekali. Mas Yn
bagaimana perasaannya hari ini ? wah mas Yn lagi seneng ya ? Mas Yn
kemarin kan kita kan sudah ketemu untuk membahas masalah kebutuhan
mas Yn yang tidak terpenuhi, sekarang bisa mas Yn sebutkan kebutuhan mas
Yn yang belum terpenuhi dirumah dan dirumah sakit ? apa sudah ada yang
terpenuhi mas Yn sekarang ? wah bagus sekali kalau begitu saya ikut senang.
Baik, sekarang kita akan belajar berhubungan dengan realita, bagaimana
apakah mas Yn bersedia? Kalau begitu mas Yn mintanya kta ngobrol berapa
menit? Dimana kita ngobrolnya? Bagaimana kalu kita ngobrol sambil duduk
dikursi taman ?

2. Fase Kerja
Kita mulai ya mas ngobrolnya, mas itu menganggap diri mas Yn itu siapa?
Baik mas, mas adalah pasien kami, mas itu sudah punya istri dan dua orang
anak, mas ingat ? kerjaan mas Yn kan seorang pegawai di dinas kesehatan.
Orang lain yang memakai baju sama seperti mas itu teman mas Yn, dan yang
memakai baju putih-putih adalah perawat yang bertugas merawat dan
membantu mas, sekarang kita ada dirumah sakit mas Yn, tempat untuk
membantu mengatasi masalah-masalah yang mas hadapi. Nanti kalau mas
Yn kesepian, saya ajak mas Yn bermain dengan teman-teman yang lain ya,
biar kita bisa kenalan sama mereka dan mas punya banyak teman. Bagaiman
mas Yn mau ? Bagus sekali, kalau mas Yn mau.

26
3. Fase Terminasi
Bagaimana perasaan mas Yn setelah ngobrol dengan saya ? syukur, kalo mas
senang. Saya juga senang sekali bisa ngobrol dengan mas Yn. Baik, tadi kan
kita sudah ngobrol masalah realita, mas zaki bisa ceritakan kembali kepada
saya mas itu siapa dan sedang dimana ? Wah pinta sekali mas Yn. mas nanti
kalau ada apa-apa mas Yn bisa menghubungi saya atau perawat yang ada
disini. Nah besok saya akan kesini lagi untuk membahas bagaimana
menggunakan obat dengan benar. Bagaiman mas, besok kita ngobrolnya jam
berapa ? berapa menit? dimana tempatnya ? bagaimana kalau disini saja mas
Yn? baik kalau bergotu besok kita ketemu lagi untuk membahas bagaimana
menggunakan obat dengan benar, kalu begitu berhubung ini sudah 15 menit,
berarti waktu ngobrol kita sudah selesai, terima kasih mas, silahkan mas Yn
lanjutkan aktivitas mas lagi, saya permisi dulu.

27
LAPORAN PENDAHULUAN PERILAKU KEKERASAN

A. Pengertian

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seorang


melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik,baik kepada diri
sendiri maupun orang lain dan lingkungan yang dirasakan sebagai
ancaman(Kartika Sari, 2015:137).

B.Penyebab

1. Faktor Predisposisi

Menurut Yosep (2010), faktor predisposisi klien dengan perilaku


kekerasan adalah:

a. Teori Biologis

1). Faktor neurologik

Beragam komponen dari system syaraf seperti sinap, neuro


transmitter, dendrit,akson terminalis mempunyai peran memfasilitasi
atau menghambat rangsangan dan pesan-pesan yang mempengaruh
isi fatagresif. Sistem limbik sangat terlibat dalam menstimulasi
timbulnya perilaku bermusuhan dan respon agresif
(MukripahDamaiyanti, 2012: hal 100).

2). Faktor genetik

Adanya factor gen yang diturunkan melalui orang tua, menjadi


potensi perilaku agresif. Menurut risetkazu murakami(2007) dalam
gen manusia terdapat dorman (potensi) agresif yang sedang tidur
akan bangun jika terstimulasi oleh faktor eksternal. Menurut
penelitian genetik tipe karyotype XYY, pada umumnya dimiliki oleh
penghuni pelaku tindak kriminal serta orang-orang yang tersangkut
hokum akibat perilaku agresif (Mukripah Damaiyanti, 2012: hal 100).

28
3). Cycardian Rhytm

Irama sikardian memegang peranan individu. Menurut penelitian


pada jam sibuk seperti menjelang masuk kerja dan menjelang
berakhirnya kerja ataupun pada jam tertentu akan menstimulasi
orang untuk lebih mudah bersikap agresif (Mukripah Damaiyanti,
2012: hal 100).

2. Faktor Presipitasi

a. Rentang respon

Respon adaptif Respon maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif PK

b. Tanda danGejala

Perawat dapat mengidentifikasi dan mengobservasi tanda dan gejala


perilaku kekerasan:(Mukripah Damaiyanti, 2012: hal97).

1) Muka merah dan tegang.


2) Mata melotot atau pandangan
tajam.
3) Tangan mengepal.
4) Rahang mengatu.
5) Wajah memerah dan
tegang.
6) Postur tubuh kaku.
7) Pandangan tajam.
8) Jalan mondar mandi.

c. Penatalaksanaan
1) Farmako terapi

29
Pasien dengan ekspresi marah perlu perawatan dan pengobatan
mempunyai dosis efektif tinggi contohnya: clorpromazine HCLyang
berguna untuk mengendalikan psikomotornya. Bila tidak ada dapat
bergunakan dosisefektif rendah. Contohnya trifluoperasineestelasine,
bila tidak ada juga maka dapatdigunakan transquilizer bukan obat anti
psikotik seperti neuroleptika, tetapi meskipun demikian keduanya
mempunyai efek anti tegang, anti cemas, dan anti agitasi
(EkoPrabowo,2014: hal 145).

2) Terapi okupasi

Terapi ini sering diterjemahkan dengan terapi kerja terapi ini buka
pemberian pekerjaan atau kegiatan itu sebagai media untuk
melakukan kegiatan dan mengembalikan kemampuan
berkomunikasi, karena itu dalam terapi ini tidak harus diberikan
pekerjaan tetapi segala bentuk kegiatan seperti membaca koran,
main catur dapat pula dijadikan media yang penting setelah mereka
melakukan kegiatan itu diajak berdialog atau berdiskusi tentang
pengalaman dan arti kegiatanu itu bagi dirinya. Terapi ini merupakan
langkah awal yang harus dilakukan oleh petugas terhadap rehabilitasi
setelah dilakukannya seleksi dan ditentukan program
kegiatannya(Eko Prabowo, 2014: hal 145).

3) Peran serta keluarga

Keluarga merupakan system pendukung utama yang memberikan


perawatan langsung pada setiap keadaan(sehat-sakit)pasien.Perawat
membantu keluarga agar dapat melakukan lima tugas kesehatan,
yaitu mengenal masalah kesehatan, membuat keputusan tindakan
kesehatan, member perawatan pada anggota keluarga, menciptakan
lingkungan keluarga yang sehat, dan menggunakan sumber yang ada
pada masyarakat.

30
C. PohonMasalah

Resiko Mencederai Diri


Sendiri dan Orang Lain

Perilaku Kekereasan

Halusinasi

Harga Diri Rendah

Koping Individu Tidak


Efektif

Faktor Predisposisi dan


Pretisipasi

31
STRATEGI  PELAKSANAAN PERILAKU KEKERASAN
(SP 1)

A.  Pra interaksi
1. risiko perilaku kekeran.

B. Proses keperawatan :
1. Kondisi klien
Klien tenang, kooperatif, klien mampu menjawab semua pertanyaan yang
diajukan.

C. Diagnosa Keperawatan :
1. Risiko perilaku kekerasan.

D. Tindakan Keperawatan
SP 1 Klien :
Membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi penyebab marah,tanda
dan gejala yang  dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan,akibat dan cara
mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik pertama ( latihan nafas
dalam).

E. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan


1. Fase Orientasi
Assalamu’alaikum, selamat pagi bu, perkenalkan nama saya Khairil
Anwar, saya biaya dipanggil Anwar. Saya  perawat yang dinas diruang
Madrim ini, saya dinas diruangan ini selama 3 minggu. Hari ini saya
dinas pagi dari jam 7 sampai jam 1 siang, jadi selama 3 minggu ini saya
yang merawat ibu.
2. Fase Kerja
Apa yang menyebabkan ibu R marah? Apakah sebelumnya ibu R
pernah marah? Terus penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang?
Pada saat penyebab marah itu ada, seperti rumah yang berantakan,

32
makanan yang tidak tersedia, air tak tersedia ( misalnya ini penyebab
marah klien), apa yang ibu R rasakan?Apakah ibu R merasa kesal,
kemudian dada ibu berdebar-debar, mata melotot, rahang terkatup rapat,
dan tangan mengepal?apa yang ibu lakukan selanjutnya”Apakah dengan
ibu R marah-marah, keadaan jadi lebih baik?Menurut ibu adakah cara lain
yang lebih baik selain marah-marah?maukah ibu belajar mengungkapkan
marah dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?
3. Fase Terminasi      
Bagaimana perasaan ibu R setelah berbincang-bincang tentang kemarahan,
Coba ibu  R sebutkan penyebab ibu marah dan yang ibu rasakan  dan apa
yang ibu lakukan serta akibatnya. Baik, sekarang latihan tandi kita
masukkan ke jadual harian ya Bu berapa kali sehari ibu mau latihan nafas
dalam.

33
STRATEGI  PELAKSANAAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN
(SP 2)

A. Pra interaksi
1. resiko perilaku kekerasan.

B. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
Klien tenang, kooperatif, klien mampu menjawab semua pertanyaan.

C. Diagnosa keperawatan
Risiko perilaku kekerasan

D. Tindakan Keperawatan
SP 2 klien :
Membantu klien latihan mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara
fisik ke dua (evaluasi latihan nafas dalam, latihan mengendalikan perilaku
kekerasan dengan cara fisik ke dua : pukul kasur dan bantal), menyusun
jadwal kegiatan harian cara ke dua.

E. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan


1. Fase Orientasi
Assalamu’alaikum Ibu R, masih ingat nama saya” bagus Ibu,,,ya saya
Anwar”sesuai dengan janji saya kemarin, sekarang saya datang lagi.
Bagaimana perasaan ibu saat ini, adakah hal yang menyebabkan ibu
marah?”Baik, sekarang kita akan belajar cara mengendalikan perasaan
marah dengan     kegiatan fisik untuk cara yang kedua.”
mau berapa lama? Bagaimana kalau 10 menit?”
Dimana kita bicara? Bagaimana kalau di ruang tamu ini ya Bu”.

34
2. Fase Kerja
Kalau ada yang menyebabkan ibu marah dan muncul perasaan kesal,
selain nafas dalam ibu dapat memukul kasur dan bantal.”“ Sekarang mari
kita latihan memukul bantal dan kasur mari ke kamar ibu? Jadi kalau nanti
ibu kesal atau marah, ibu langsung kekamar dan lampiaskan marah ibu
tersebut dengan memukul bantal dan kasur.Nah coba ibu lakukan memukul
bantal dan kasur, ya bagus sekali ibu melakukannya!”“ Nah cara ini pun
dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah, kemudian jangan lupa
merapikan tempat tidur Ya!”
3.Fase Terminasi      
Bagaimana perasaan ibu setelah latihan cara menyalurkan marah tadi?”“
Coba ibu sebutkan ada berapa cara yang telah kita latih? Bagus!”
Mari kita masukkan kedalam jadwal kegiatan sehari-hari ibu. Pukul berapa
ibu mau mempraktikkan memukul kasur/bantal?
Bagai mana kalau setiap bangun tidur? Baik jadi jam 5 pagi dan jam 3
sore, lalu kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu gunakan kedua cara
tadi ya Bu.“ sekarang ibu istirahat, 2 jam lagi kita ketemu ya Bu, kita akan
belajar mengendalikan marah dengan

35
STRATEGI  PELAKSANAAN PERILAKU KEKERASAN
(SP 3)

A.  Pra interaksi
1. Perilaku kekerasan.

B. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
Klien kooperatif, tenang, ada kontak mata saat berbicara,
sesekali nada bicara agak tinggi.

C. Diagnosa Keperawatan
Risiko perilaku kekerasan.

D. Tindakan Keperawatan
SP3 klien :
Membantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara
sosial/verbal (evaluasi jadwal harian tentang dua cara fisik mengendalikan
perilaku kekerasan, latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal
( menolak dengan baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan
dengan baik), susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal).

E. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan


1. Fase Orientasi
Assalamu’alaikum Ibu R, masih ingat nama saya” bagus Ibu,,,ya saya
Anwar”, sesuai dengan janji saya 2 jam ”
“Bagaimana bu, sudah dilakukan tarik nafas dalam dan pukul kasur bantal?
Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?”“Coba saya
lihat jadual kegiatan hariannya. “Bagus,
“Bagaiman kalau kita sekarang latihan cara bicara untuk mencegah marah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau ditempat yang
sama?”

36
“Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang? Bagaiman kalau 10 menit?”
2. Fase Kerja
“Sekarang kita latihan cara bicara  ibu baik untuk mencegah marah.
Kalau marah sudah disalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur
dan bantal, dan sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang
membuat kita marah. Ada tiga caranya bu: 1. Meminta dengan baik tanpa
marah dengan suara yang rendah serta tidak menggunakan kata-kata kasar.
Kemarin ibu mengatakan penyebab marahnya karena makanan tidak
tersedia, rumah berantakan, Coba ibu minta sediakan makan dengan
baik:” bu, tolong sediakan makan dan bereskan rumah” Nanti
biasakan dicoba disini untuk meminta baju, minta obat dan lain-lain. Coba
ibu praktekkan.
3.Fase Terminasi      
Bagaimana perasaan ibu setelah latihan cara menyalurkan marah tadi?”“
Coba ibu sebutkan ada berapa cara yang telah kita latih? Bagus!”
Mari kita masukkan kedalam jadwal kegiatan sehari-hari ibu. Pukul berapa
ibu mau mempraktikkan memukul kasur/bantal?
Bagai mana kalau setiap bangun tidur? Baik jadi jam 5 pagi dan jam 3
sore, lalu kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu gunakan kedua cara
tadi ya Bu.“ sekarang ibu istirahat, 2 jam lagi kita ketemu ya Bu, kita akan
belajar mengendalikan marah dengan

37
STRATEGI  PELAKSANAAN PERILAKU KEKERASAN
(SP 4)

A. PROSES KEPERAWATAN
1.  Kondisi klien
a. Klien tenang, kooperatif, bicara jelas.

B. Diagnosa Keperawatan    
1. Risiko perilaku kekerasan.

C. Tujuan khusus
1. Pasien dapat mencegah/ mengendalikan PKnya secara spiritual,
a. Tindakan Keperawatan
SP 4 klien :
Bantu klien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara spiritual  
(diskusikan hasil latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara fisik
dan sosial/verbal, latihan beribadah dan berdoa, buat jadwal latihan
ibadah/ berdoa). 

D. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan


1. Fase Orientasi
“Selamat pagi pak, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang kita ketemu
lagi”. “Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam dan pukul
kasur bantal?, apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?”
“Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya.”. “Bagus. Nah kalau tarik nafas
dalamnya dilakukan sendiri tulis M, artinya mandiri; kalau diingatkan suster 
baru dilakukan tulis B, artinya dibantu atau diingatkan. Nah kalau tidak
dilakukan tulis T, artinya belum bisa melakukan. “Bagaimana kalau
sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah marah?”

38
2. Fase kerja
“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa ibu lakukan! Bagus, yang mana
yang mau di coba?”“Nah, kalau ibu sedang marah coba langsung duduk dan
langsung tarik nafas dalam. Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan
agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil air wudhu kemudian sholat”.“Ibu
bisa melakukan sholat.
3. Fase terminasi
“Bagaiman perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang ketiga
ini?”. “Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajariBagus”
“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan ibu. Mau berapa
kali ibu sholat. Baik kita masukkan sholat .dan (sesuai kesebuatan pasien).”
“Coba ibu sebutkan lagi cara ibadah yang dapat ibu lakukan bila ibu sedang
marah”. “Setelah ini coba ibu lakukan sholat sesuai jadwal yang telah kita
buat tadi”. “2 jam lagi kita ketemu  ya bu,nanti kita bicarakan cara keempat
mengontrol rasa marah, yaitu dengan patuh minum obat! “. “Nanti kita akan
membicarakan cara penggunaan obat yang benar untuk mengontrol rasa
marah ibu, setuju bu?”Assalamu’alaikum.

A. Pra interaksi
1. resiko perilaku kekerasan.

B. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
Klien tenang, kooperatif, klien mampu menjawab semua pertanyaan.

C. Diagnosa keperawatan
Risiko perilaku kekerasan

39
D. Tindakan Keperawatan
SP 2 klien :
Membantu klien latihan mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara
fisik ke dua (evaluasi latihan nafas dalam, latihan mengendalikan perilaku
kekerasan dengan cara fisik ke dua : pukul kasur dan bantal), menyusun
jadwal kegiatan harian cara ke dua.

E. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan


1. Fase Orientasi
Assalamu’alaikum Ibu R, masih ingat nama saya” bagus Ibu,,,ya saya
Anwar”sesuai dengan janji saya kemarin, sekarang saya datang lagi.
Bagaimana perasaan ibu saat ini, adakah hal yang menyebabkan ibu
marah?”Baik, sekarang kita akan belajar cara mengendalikan perasaan
marah dengan     kegiatan fisik untuk cara yang kedua.”
mau berapa lama? Bagaimana kalau 10 menit?”
Dimana kita bicara? Bagaimana kalau di ruang tamu ini ya Bu”.
2. Fase Kerja
Kalau ada yang menyebabkan ibu marah dan muncul perasaan kesal,
selain nafas dalam ibu dapat memukul kasur dan bantal.”“ Sekarang mari
kita latihan memukul bantal dan kasur mari ke kamar ibu? Jadi kalau nanti
ibu kesal atau marah, ibu langsung kekamar dan lampiaskan marah ibu
tersebut dengan memukul bantal dan kasur.Nah coba ibu lakukan memukul
bantal dan kasur, ya bagus sekali ibu melakukannya!”“ Nah cara ini pun
dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah, kemudian jangan lupa
merapikan tempat tidur Ya!”
3.Fase Terminasi      
Bagaimana perasaan ibu setelah latihan cara menyalurkan marah tadi?”“
Coba ibu sebutkan ada berapa cara yang telah kita latih? Bagus!”
Mari kita masukkan kedalam jadwal kegiatan sehari-hari ibu. Pukul berapa
ibu mau mempraktikkan memukul kasur/bantal?

40
Bagai mana kalau setiap bangun tidur? Baik jadi jam 5 pagi dan jam 3
sore, lalu kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu.

LAPORAN PENDAHULUAN HARGA DIRI RENDAH

A. Pengertian
Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti,
rendah diri, yang menjadikan evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri (keliat, 2011).

B. Klasifikasi
Menurut Fitria (2009), harga diri rendah dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Harga diri rendah situasional adalah keadaan dimana individu yang
sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif
mengenai diri dalam berespon, terhadap suatu kejadian (kehilangan,
perubahan).
2. Harga diri rendah kronik adalah keadaan dimana individu mengalami
evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan dalam waktu
lama.

C. Etiologi
Gangguan diri rendah dan dapat terjadi secara :
1. Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan,
dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena
sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena :
2. Kronik
Yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum
sakit/ dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang negatif. Kejadian
sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya. Dalam

41
tinjauan life span history klien, penyebab HDR adalah kegagalan tumbuh
kembang, misalnya sering disalahkan, kurang dihargai, tidak diberi
kesempatan dan tidak diterima dalam kelompok (Yosep, 2007).
D.Tanda dan gejala
Menurut Carpenito, L.J (1998 : 352); Keliat, B.A (1994 : 20).
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan
terhadap penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi botak
setelah mendapat terapi sinar pada kanker
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi jika
saya segera ke rumah sakit, menyalahkan/ mengejek dan mengkritik diri
sendiri.
3. Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu,
saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa.
4. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin bertemu
dengan orang lain, lebih suka sendiri.
5. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang
memilih alternatif tindakan.
6. Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.

E. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
a. Obat anti psikosis: Penotizin
b. Obat anti depresi: Amitripilin
c. Obat Anti ansietas: Diasepam, bromozepam, clobozam
d. Obat anti insomnia: Phneobarbital
2. Terapi modalitas
a. Terapi keluarga
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi masalah
klien dengan memberikan perhatian
1) BHSP

42
2) Jangan memancing emosi klien.
3) Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluarga.
4) Berikan kesempatan klien mengemukaan pendapat.
5) Dengarkan, bantu dan anjurkan pasien untuk mengemukakan
masalah yang dialaminya.
3. Terapi kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan sosial, atau
aktivitas lain dengan berdiskusi dan bermain untuk mengembalikan
keadaan klien karena masalah sebagian orang merupakan persaan dan
tingkah laku pada orang lain.
4. Terapi musik
Dengan musik klien terhibur, rileks dan bermain untuk mengembalikan
kesadaran klien

F. Pohon Masalah

Pohon Masalah Harga Diri Rendah : Gangguan Konsep Diri

43
G.Diagnosa Keperawatan
1. Harga diri rendah

44
SP 1 HARGA DIRI RENDAH (HDR)

A. Fase Orientasi
1. Salam Terapeutik :
Assalamualaikum bu, perkenalkan nama saya Belia Elfitriyani senang
dipanggil abel, saya mahasiswa keperawatan dari Universitas Andalas
Padang, saya akan merawat ibu dari jam 8 pagi sampai jam 2 siang nanti.
Nama ibu siapa?, senang dipanggil apa?.
2. Evaluasi/ Validasi :
Bagaimana perasaan ibu pada pagi hari ini?, oo jadi ibu merasa tidak
berguna kalau dirumah?.
3. Kontrak :
a. Topik :
Baik lah bagaimana kalau kita membicarakan tentang perasaan ibu dan
kemampuan yang ibu miliki? Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana
yang masih dapat ibu dilakukan. Setelah kita nilai, kita akan pilih
beberapa kegiatan untuk kita latih.
b. Waktu :
Mau berapa lama kita berbicang-bincang bu? bagaimana kalau 30 menit?
c. Tempat :
Dimana ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau disini saja.

B. Fase Kerja
Sebelumnya saya ingin menanyakan tentang penilaian ibu terhadap diri ibu,
tadi ibu mengatakan merasa tidak berguna kalau dirumah. Apa yang
menyebabkan ibu merasa demikian?
Jadi ibu merasa telah gagal memenuhi keinginan orang tua ibu, apakah ada
hal lain yang tidak menyenangkan yang ibu rasakan?
Bagaimana hubungan ibu dengan keluarga dan teman-teman setelah setelah
ibu merasakan hidup ibu yang tidak berarti dan tidak berguna?, oo jadi ibu

45
menjadi malu dan malam, ada lagi bu?. Tadi ibu mengatakan gagal dalam
memenuhi keingina orang tua. Sebenarnya apa saja harapan dan cita-cita ibu?.
Yang mana saja harapan ibu yang sudah tercapai?. Bagaimana usaha ibu untuk
mencapai harapan yang belum terpenuhi?
Agar dapat mencapai harapan-harapan ibu, mari kita sama-sama menilai
kemampuan yang ibu miliki untuk dilatih dan dikembangkan. Coba ibu
sebutkan kemampuan apa saja yang ibu pernah miliki?, bagus apalagi bu?
Kegiatan rumah tangga yang bisa ibu lakukan? Bagus, apalagi bu?
Nah dari keempat kegiatan yang telah dipilih untuk dikerjakan dirumah
sakit, mana yang dilatih hari ini?. Baik mari kita latihan merapikan tempat
tidur, tujuannya agar ibu dapat meningkatkan kemampuan merapikan tempat
tidur dan merasakan manfaatnya. Dimana kamar ibu?
  
3. Fase Terminasi
     a. Eavaluasi subjektif :
Bagaimana perasaan ibu setelah kita latiahn merapikan tempat tidur?
           b. Evaluasi objektif :
Nah coba ibu sebutkan lagi langkah-langkah merapikan tempat tidur?
Bagus.
          c. Rencana Tindak Lanjut
Sekarang mari kita masukan dalam jadwal harian ibu, mau berapa kali ibu
melakukannya? Bagus 2 kali…pagi-pagi setelah bangun tidur dan jam 4
setelah istiraht siang. Jika ibu melakukannya tanpa diingatkan perawta ibu
beri tanda M, tapi kalau ibu merapikan tempat tidur dibantu atau diingatkan
perawat ibu beri tanda B, tapi kalau ibu tidak melakukannya ibu buat T.
d. Kontrak
Topik :
Baik, besok saya akan kembali lagi untuk melatih kemampuan ibu yang
kedua.
Waktu :
Ibu mau jam berapa? Baik jam 10 pagi ya.
Tempat :

46
Tempatnya dimana ibu? bagaimana kalau disini saja, jadi besok kita ketemu
lagi disini jam 10 ya w. Assalamualaikum ibu.

SP 2 HARGA DIRI RENDAH (HDR)

A. Fase orientasi
·         1. Salam terapeutik
Assalamualaikum ibu. Apakah ibu masih ingat dengan saya?  Sesuai janji
saya kemarin saya datang lagi.
·         2. Evaluasi / validasi :
Bagaimana perasaan ibu pagi ini? Bagaimana dengan perasaan negatif
yang ibu rasakan? Bagus sekali berarti perasaan tidak berguna yang ibu
rasakan sudah berkurang. Bagaimana dengan kegiatan merapikan tempat
tidurnya?, boleh saya lihat kamar tidurnya? Tempat tidurnya rapi sekali.
Sekarang mari kita lihat jadwalnya, wah ternyata ibu telah melaukan
kegiatan merapikan tempat tidur sesuai jadwal, lalu apa manfaat yang ibu
rasakan dengan melaukan kegiatan merapikan tempat tidur secara terjadwal?
·         3. Kontrak :
a. Topik :
Sekarang kita akan lanjutkan latihan kegiatan yang kedua. Hari kita mau
latihan cuci piring kan?
b. Waktu :
Kita akan melakukan latihan cuci piring selamaa 30 menit bu
c. Tempat :
Dimana tempat mencuci piringnya bu?

B. Fase kerja
Baik, sebelum mencuci piring, kita persiapkan dulu perlengkapan untuk
mencuci piring. Menurut ibu apa saja yang kita perlu kita siapkan saat mencuci
piring?, ya bagus, jadi sebelum mencuci piring kita perlu menyiapkan alatnya
yaitu sabun cuci piring dan spoons untuk mencuci piring. Selain itu juga
tersedia air bersih untuk membilas piring yang telah kita sabuni.

47
Nah sekarang bagaimana langkah-langkah atau cara mencuci yang biasa ibu
lakukan? Benar sekali, tapi sebaiknya sebelum kita mencuci piring pertama
kita bersihkan pirimng dari sisa-sisa makanan dan kita kumpulkan disuatu
tempat atau tempat sampah. Kemudian kita basahi piring dengan air, lalu
sabuni seluruh permukaan piring, dan kemudian dibilas hingga bersih sampai
piringnya tidak teras licin lagi. Kemudian kita letakkan pada rak piring yang
tersedia. Jika ada piring dan gelas, maka yang pertama kali kita cuci adalh
gelasnya, setelah itu baru piringnya. Sekarang bisa kita mulai bu. Bagus sekali,
ibu telah mencuci piring dengan cara yang baik. Menurut ibu bagaiman
perbedaan setelah piring dicuci dibandingkan tadi sebelum piring belum
dicuci?

C. Fase terminasi
         1. Eavaluasi subjektif :
Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan mencuci piring?
          2. Evaluasi objektif :
Nah coba ibu sebutkan lagi langkah-langkah mencuci piring yang baik bu?
Bagus bu.
         3. Rencana Tindak Lanjut
Sekarang mari kita masukan dalam jadwal harian ibu, mau berapa kali ibu
melakukannya? Bagus 3 kali…setelah selesei makan sarapan, siang dan
malam ya bu. Jika ibu melakukannya tanpa diingatkan perawat ibu beri
tanda M, tapi kalau ibu mencuci piring dibantu atau diingatkan perawat ibu
beri tanda B, tapi kalau ibu tidak melakukannya ibu buat T.
4. Kontrak
a. Topik :
Baik, besok saya akan kembali lagi untuk melatih kemampuan ibu yang
ketiga.
b. Waktu :
Ibu mau jam berapa? Baik jam 10 pagi ya.
c. Tempat :

48
Tempatnya dimana ibu? bagaimana kalau disini saja, jadi besok kita
ketemu lagi disini jam 10 ya w. Assalamualaikum ibu.

SP 3 HARGA DIRI RENDAH (HDR)

A. Fase orientasi
·         1. Salam terapeutik
Assalamualaikum ibu. Apakah ibu masih ingat dengan saya?  Sesuai janji
saya kemarin saya datang lagi.
·         2. Evaluasi / validasi :
Bagaimana perasaan ibu pagi ini? Bagaimana dengan perasaan negatif
yang ibu rasakan? Bagus sekali berarti perasaan tidak berguna yang ibu
rasakan sudah berkurang.
Bagaimana dengan jadwalnya? Boleh saya lihat bu? Yang merapikan
tempat tidur sudah dikerjakan. Bagus sekali, boleh saya lihat kamar
tidurnya? Tempat tidurnya rapi sekali.
Untuk cuci piringnya sudah dikerjakan sesuai jadwal, coba kita lihat
tempat cuci piringnya? B ersing sekali tidak ada piring dan gelas yang kotor,
semua sudah rapi di rak piring.wah ibu luar biasa smua kegiatan dikerjakan
sesuai jadwal
Lalu apa manfaat yang ibu rasakan dengan melaukan kegiatan secara
terjadwal?
·         4. Kontrak :
a. Topik :
Sekarang kita akan kita akan lanjutkan latihan kegiatan yang ketiga. Hari
kita mau latihan menyapu kan? Tujuan pertemuan pagi ini adalah untuk
berlatih menyapu sehingga ibu dapat menyapu dengan baik dan merasakan
manfaat dari kegiatan menyapu
b. Waktu :
Kita akan melakukan latihan menyapu selamaa 30 menit bu

49
c. Tempat :
Ibu mau menyapu dimana? Bagaimana kalau dikamar ibu bu?

B. Fase kerja
Baik menurut ibu, apa saja yang kita perlukan untuk menyapu lantai?, bagus
sebelum mulai kita menyapu kita perlu menyiapkan sapu dan pengki.
Bagaimana cara menyapu yang biasa ibu lakukan? Yah bagus jadi menyapu
kita lakukan  dari arah sudut ruangan. Menyapu juga dilakukan dibawah meja
dan kursi, bila perlu meja dan kursinya digeser, agar dapat menyapu pada
bagian lantainya dengan lebih bersih. Begitu juga untuk dibawah kolong
tempat tidur perlu disapu. Mari kita mulai berlatih bu?
Ya bagus sekali ibu menyapu dengan bersih. Menurut ibu bagaiman
perbedaan setelah ruangan ini disapu dibandingkan tadi sebelum disapu?

C. Fase terminasi
          1. Eavaluasi subjektif :
Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan menyapu?
         2. Evaluasi objektif :
Nah coba ibu sebutkan lagi langkah-langkah menyapu yang baik bu? Bagus
bu.
          3. Rencana Tindak Lanjut
Sekarang mari kita masukan dalam jadwal harian ibu, mau berapa kali
ibu melakukannya? Bagus 2 kali…jam berapa ibu mau melakukannya ,jadi
ibu mau melaukannya jam 8 pagi dan jam 5 sore. Jika ibu melakukannya
tanpa diingatkan perawat ibu beri tanda M, tapi kalau ibu mencuci piring
dibantu atau diingatkan perawat ibu beri tanda B, tapi kalau ibu tidak
melakukannya ibu buat T.
4. Kontrak
a. Topik :

50
Baik, besok saya akan kembali lagi untuk melatih kemampuan ibu yang
keempat.
b. Waktu :
Ibu mau jam berapa? Baik jam 10 pagi ya.

c. Tempat :
Tempatnya dimana ibu? bagaimana kalau disini saja, jadi besok kita
ketemu lagi disini jam 10 ya w. Assalamualaikum ibu.

51
LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI

A. Pengertian
Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) panca indera tanpa adanya
rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan dimana
terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh / baik (Hawari, Dadang. 2001).

B. Tanda dan Gejala


Menurut Hamid (2000), perilaku klien yang terkait dengan halusinasi adalah
sebagai berikut :
1. Berbicara, senyum dan tertawa sendiri.
2. Mengatakan mendengar suara, melihat, menghirup, mengecap dan merasa
sesuatu yang tidak nyata.
3. Menggerakan bibir tanpa suara.
4. Pergerakan mata cepat.
5. Respon vebal lambat.
6. Menarik diri dari orang lain.
7. Berusaha untuk menghindari orang lain dan sulit berhubungan dengan
orang lain.
8. Merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
9. Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan hal yang tidak nyata.

C. Jenis-Jenis Halusinasi
Menurut Stuart 2007 jenis halusinasi terdiri dari:
1. Halusinasi pendengaran

52
Yaitu klien mendengar suara atau bunyi yang tidak ada hubungannya
dengan stimulus yang nyata / lingkungan dengan kata lain orang yang
berada disekitar klien tidak mendengar suara / bunyi yang didengar klien.

2. Halusinasi penglihatan
Yaitu klien melihat gambaran yang jelas atau samar tanpa adanya stimulus
yang nyata dari lingkungan, stimulus dalam bentuk kilatan cahaya, gambar
geometris, gambar kartun, bayangan yang rumit atau kompleks.
3. Halusinasi penciuman
Yaitu klien mencium sesuatu yang bau yang muncul dari sumber tertentu
tanpa stimulus yang nyata.
4. Halusinasi pengecapan
Yaitu klien merasa merasakan sesuatu yang tidak nyata, biasanya
merasakan rasa yang tidak enak.
5. Halusinasi perabaan
Yaitu klien merasakan sesuatu pada kulitnya tanpa stimulus yang nyata.
6. Cenestetik
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah dari vena dan arteri,
pencernaan makanan atau pembentukan urine.
7. Kinistetik
Merasakan gerakan sementara berdiri tegak.
8. Halusinasi seksual, ini termasuk halusinasi raba
Penderita merasa diraba dan diperkosa, sering pada skizoprenia dengan
waham kebesaran terutama menjadi organ-organ.
9. Halusinasi viseral
Timbulnya perasaan tertentu pada tubuhnya.

D. Tahapan Halusinasi
Tahapan terjadinya halusinasi terdiri dari 4 fase menurut Stuart Lardia (2001)
dan setiap fase memiliki karakteristik yang berbeda yaitu :

53
1. Fase I
Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa
bersalah serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan
untuk meredakan ansietas. Disini kliuen tersenyum atau tertawa yang tidak
sesuai, menggerakan lidah tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, diam
dan asyik sendiri.
2. Fase II
Pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan klien mulai lepas kendali
dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber
yang dipersepsi. Disini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf
otonom akibat ansietas seperti peningkatan tanda-tanda vital.
3. Fase III
Klien menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah pada
halusinasi tersebut. Disini klien sukar berhubungan dengan orang lain dan
berada dalam kondisi yang sangat menegangkan terutama jika akan
berhubungan dengan orang lain.
4. Fase IV
Pengalaman sensori menjadi mengancam  jika klien mengikuti perintah
halusinasi. Disini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak
mampu berespon terhadap perintah yang kompleks dan tidak mampu
berespon lebih dari satu orang.

E. Pohon Masalah

54
E. Faktor Predisposisi
1. Biologis
Abnormalitas otak dapat menyebabkan respon neuro biologik yang
maladptif, misal adanya lesi pada area frontal, temporal dan limbik yang
paling berhubungan dengan munculnya perilaku psikotik. Perubahan-
perubahan kimia di otak juga dapat dikaitkan dengan skizoprenia seperti
kelebihan neurotransmiter dopamin, ketidakseimbangan dopamin dengan
neurotransmiter lain dan masalah pada reseptor.
2. Psikologis
Selama lebih dari 20 tahun skizoprenia diyakini sebagai penyakit yang
dapat disebabkan oleh keluarga dan sebagian oleh karakter individu itu
sendiri.Skizoprenia juga dipandang sebagai kaegagalan membangun tahap
awal perkembangan psikososial. Skizoprenia dipandang sebagsi contoh
paling berat dari ketidakmampuan mengatasi stress. Gangguan identitas,
ketidakmampuan untuk mengontrol insting-insting dasar diduga sebagai
teori kunci dari skizoprenia.
3. Sosial budaya

55
Beberapa ahli menyimpulkan bahwa kemiskinan, ketidakmampuan sosial
budaya dapat menyebabkan skizoprenia. Ilmuan lain menyatakan bahwa
skizoprenia di sebabkan terisolasi dikota atau segera tempat tinggalnya.

F. Faktor Presipitasi
Faktor sosial budaya : teori ini mengatakan bahwa stress lingkungan dapat
menyebabkan terjadinya respon neurobiologis yang maladaptif misalnya
lingkungan yang penuh kritik (rasa bermusuhan), kehilangan kemandirian
dalam kehidupan atau kehilangan harga diri, kerusakan dalam hubungan
interpersonal, kesepian, tekanan dalam pekerjaan dan kemiskinan. Teori ini
mengatakan bahwa stress yang menumpuk dapat menunjang terhadapa
terjadinya gangguan psikotik tetapi tidak diyakini sebagai penyebab utama
gangguan.

G. Mekanisme koping (Stuart dan Sundeen, 1998)


1. Regresi : merupakan upaya klien untuk menanggulangi ansietas
2. Proyeksi : sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi
mengalihkan tangguang jawab
3. Menarik diri : sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus
internal.

56
STRATEGI PELAKSANAAN HALUSINASI
SP 1

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Salam Terapeutik
Selamat pagi, Pak. Perkenalkan, nama saya......., panggil saja........ Nama
Bapak siapa? Senang dipanggil apa?

Apa yang Bapak rasakan saat ini?

Apa yang Bapak sudah lakukan?

2. Kontrak (Topik, Waktu, Tempat)


Nah, bagaimana kalau kita mengobrol di teras depan selama 30 menit
tentang apa yang terjadi di rumah sehingga Bapak dibawa ke sini dan saya
akan mengajarkan cara mengontrol suara-suara yang Bapak dengar selama
ini agar suara-suara tadi bisa berkurang atau bahkan tidak terdengar lagi.

57
B. KERJA

Coba Bapak ceritakan apa yang terjadi di rumah sehingga Bapak di bawa ke
sini? Jadi, Bapak mendengar suara-suara ya? Apa yang suara-suara itu katakan
kepada Bapak? Kapan suara-suara itu terdengar? Seberapa sering Bapak
mendengar suara-suara itu? Apa yang Bapak rasakan saat suara-suara itu
terdengar? Apakah cara yang Bapak lakukan mengurangi suara-suara tadi?

Sekarang saya akan memperagakan caranya. Bayangkan suara-suara itu


terdengar, kemudian saya lakukan seperti ini (peragakan cara menghardik).

Nah sekarang coba Bapak lakukan kembali seperti yang telah saya ajarkan tadi.
Bagus Pak....coba ulangi sekali lagi...Betul Pak.

C. TERMINASI

1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan


Bagaimana perasaan Bapak setelah tadi latihan cara menghardik suara-
suara?

Apa yang telah Bapak pelajari tadi?coba ceritakan (boleh mencoba lagi)

2. Rencana Tindak Lanjut (planing klien )


Berapa kali Bapak mau latihan menghardik? Bagaimana kalau tiga kali
sehari? Bagaimana kalau jam 08.00 – 12.00-17.00 dan jika suara-suara tadi
terdengar? Kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian Bapak ya...

3. Kontrak yang akan datang (topik, waktu, tempat)


Bagaimana kalau besok kita ketemu lagi di sini jam 10.00 pagi untuk
berbincang-bincang cara kedua mengatasi suara-suara tadi? Sampai ketemu
besok Pak. Selamat siang.

58
STRATEGI PELAKSANAAN HALUSINASI
SP 2

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Salam Terapeutik

Selamat pagi Pak/Bu.....


Bagaimana perasaannya hari ini?,apakah tanda dan gejala halusinasinya
masih ada atau sudah berkurang.., baik, apa Pak/Bu.... masih mendengar
bisikan, frekuensinya apa masih sering, waktunya masih malam, saat
sendirian, perasaan takut/ cemas/ terancam/ senang, masih mengikuti isi
bisikan.
Bagaimana latihan menghardiknya sudah dicoba? Apa ada kesulitan? Berapa
kali dicoba? Apa manfaatnya yang Pak/Bu...rasakan?Bagus sekali ternyata
Pak/Bu... sudah melatihnya dan merasakan manfaatnya.
2. Kontrak (Topik, Waktu, Tempat)

Bagaimana jika sekarang kita latih cara kedua mengontrol halusinasi dengan
menggunakan obat?...Kita latihannya didepan saja, setuju?Bagaimana jika
15 menit kita latihannya?...Tujuannya supaya Pak Agus teratur minum obat
dan tidak lupa minum obat, kemudian halusinasinya bisa dicegah.

B. FASE KERJA

Baik Pak/Bu..., cara kedua mengontrol halusinasi adalah dengan menggunakan


obat. Untuk itu Bapak harus tahu 6 benar tentang obat (benar jenis, guna, dosis,
frekuensi, cara, dan kontinuitas minum obat)…, nah kalau Pak/Bu... obatnya
ada 3 jenis warnanya putih, pink, dan orange. Yang putih namanya THP
gunanya untuk supaya tidak kaku, pink namanya HP gunanya supaya tidak
mendengar bisikan, dan orange namanya CPZ gunanya supaya lebih rileks dan
bisa istirahat tidur. Obatnya diminum 3 x sehari (pagi jam 07.00, siang jam
13.00, dan malam jam 20.00). nah…, supaya tidak terjadi putus obat sebaiknya
2 hari sebelum obat habis Bapak harus kontrol ulang guna mendapatkan obat

59
lagi… bagaimana apa Pak /Bu.. sudah mengerti?....., bagus sekali… baik
sekarang kita buat jadwal minum obatnya dan kita masukan dalam jadual
kegiatan harian bapak supaya tidak lupa..

C. TERMINASI
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Bagaimana perasaan Bapak/Ibu...setelah kita latihan tentang obat?
Coba Pak/Bu...sebutakan jenis, guna, dosis, frekuensi, cara, dan kontinuitas
minum obat…. Bagus sekali Pak/Bu...sudah mengerti tentang obat yang
dapat mengontrol halusinasi.
2. Rencana Tindak Lanjut (planing klien )
Baik Pak./Bu..,nanti coba latihan sendiri ya menggunakan obat untuk
mengontrol halusinasinya,, Bapak/Ibu....bisa minum obat sesuai dengan
jadual yang telah kita buat.
3. Kontrak yang akan datang (topik, waktu, tempat)
Besok pagi kita akan bertemu lagi untuk melihat manfaat bercakap-
cakap,dan berlatih cara yang ke 4 untuk mengotrol hallusinasi dengan
mekukan aktifitas,apa yang akan kita lakukan oh..baiklah besok kita akan
merapihkan tempat tidur dan membereskan meja makan ya,mau jam berapa?
Mau dimana? Baiklah samapai bertemu besok ya.selamat pagi...

60
STRATEGI PELAKSANAAN HALUSINASI
SP 3

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Salam Terapeutik

Selamat pagi,Pak/Bu...masih ingat dengan saya?


Selama 30 menit kita akan bercakap-cakap tentang masalah yang
Bapak/Ibu.. rasakan,di tempat ini ya pak/bu...
Baiklah Pak/Bu..,bagaimana perasaan Bapak/Ibu.. hari ini?Apakah
Bapak/Ibu... masing sering mendengar suara-suara?berapa kali Bapak/Ibu..
dengar hari ini? saat kondisi apa bapak/ibu... dengar suara tersebut? apa yang
bapak/ibu... rasakan ketika suara itu datang,apakah Bapak/Ibu... telah
melakukan apa yang sudah kita pelajari dua hari yang lalu. Bagaimana
apakah dengan menghardik suara-suara yang Bapak/Ibu... dengar berkurang?
apakah Bapak/Ibu... sudah minum obat hari ini?
Baiklah Pak/Ibu..,tadi bapak mengatakan kalau Bapak/Ibu.. sudah
melakukan mengahardik saat suara-suara itu datang,sekarang coba
Bapak/Ibu... praktekan kembali bagaimana bapak/ibu...
melakukannya?..bagus sekali,coba sekarang Bapak/Ibu... perlihatkan pada
suster jadwal kegiatan latihan mengahardik yang Bapak/Ibu... lakukan,bagus
sekali...,hari ini Bapak/Ibu... sudah minum obat?berapa obat yang bapak
minum?coba tolong sebutkan lagi hari ini Bapak/Ibu...minum obat apa saja?
warnanya apa?...berapa kali Bapak/Ibu... minum obat setiap hari?...bagus
sekali.
2. Kontrak (Topik dan tujuan)

Baiklah, pada hari ini kita akan belajar cara yang ketiga dari cara
mengendalikan hallusinasi/suara-suara yang Bapak/Ibu...dengar yaitu dengan
bercakap-cakap. Tujuannya agar suara yang bapak dengar semakin
berkurang,bagaimana Bapak/Ibu...?

61
B. KERJA

Caranya begini Pak/Bu...,ketika bapak mendengar suara-suara,coba


Bapak/Ibu... alihkan dengan mengajak orang lain bercakap-cakap,topiknya bisa
apa saja yang Bapak/Ibu... sukai,dengan cara contohnya begini..”Tolong,saya
ingin bicara..saya sedang mendengar suara-suara...ayo..kita bercakap-cakap”.
Kalau Bapak/Ibu...di rumah dan mendengar suara-suara tersebut
Bapak/Ibu...bisa mengajak keluarga di rumah untuk bercakap-cakap,misalnya
dengan ibu.contohnya begini..”ibu saya mendengar suara-suara ayo kita
bercakap-cakap”...nah bagamana Bapak /Ibu...mengerti?coba sekarag
Bapak/Ibu...praktikan cara yang tadi sudah di ajarkan...bagus..bagus sekali.

C. TERMINASI
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Bagaimana perasaan Bapak/Ibu...setelah kita berlatih tentang cara
mengontrol suara-suara dengan bercakap-cakap?

Jadi sudah berapa cara yang kita latih untuk mengontrol suara-suara?coba
sebutkan? bagus...(jika benar)
2. Rencana Tindak Lanjut (planing klien )
Mari sekarang kita masukan ke jadwal harian Bapak/Ibu... ya berapa kali
bapak/ibu... mau latihan bercakap-cakap...oh 2 kali ya!jam berapa?dengan
jam berapa? jangan lupa Bapak/Ibu...lakukan 3 cara yang sudah kita pelajari
agar hallusinasi tidak menggangu Bapak/Ibu...lagi ya!

3. Kontrak yang akan datang (topik, waktu, tempat)


Besok pagi kita akan bertemu lagi untuk melihat manfaat bercakap-
cakap,dan berlatih cara yang ke 4 untuk mengotrol halusinasi dengan
mekukan aktifitas,apa yang akan kita lakukan oh..baiklah besok kita akan
merapihkan tempat tidur dan membereskan meja makan ya,mau jam berapa?
Mau dimana? Baiklah samapai bertemu besok ya.selamat pagi...

62
STRATEGI PELAKSANAAN HALUSINASI
SP 4

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Salam Terapeutik
Selamat pagi,Pak masih ingat dengan saya?
Baiklah Pak Agus,bagaimana perasaan Bapak hari ini?Apakah Bapak
masing sering mendengar suara-suara?berapa kali Bapak dengar hari ini?
saat kondisi apa bapak dengar suara tersebut? apa yang bapak rasakan ketika
suara itu datang,apakah Bapak telah melakukan apa yang sudah kita pelajari
dua hari yang lalu. Bagaimana apakah dengan menghardik suara-suara yang
Bapak dengar berkurang?apakah Bapak sudah minum obat hari ini?lalu
apakah sudah mencoba latihan bercakap-cakap dengan orang lain tentang
suara yang didengarnya.
Baiklah Pak Agus,tadi bapak mengatakan kalau Bapak sudah melakukan
mengahardik saat suara-suara itu datang,sekarang coba Bapak praktekan
kembali bagaimana bapak melakukannya?..bagus sekali,coba sekarang
Bapak perlihatkan pada suster jadwal kegiatan latihan mengahardik yang
Bapak lakukan,bagus sekali...,hari ini Bapak sudah minum obat?berapa obat
yang bapak minum?coba tolong sebutkan lagi hari ini Bapak minum obat
apa saja? warnanya apa?...berapa kali Bapak minum obat setiap
hari?...bagus sekali.
2. Kontrak (Topik dan tujuan)
Baiklah, pada hari ini kita akan belajar cara yang keempat dari cara
mengendalikan hallusinasi/suara-suara yang Bapak dengar yaitu dengan
melakukan kegiatan yang sudah terjadwal . Tujuannya agar suara yang
bapak dengar semakin berkurang,bagaimana Bapak?Selama 30 menit kita
akan bercakap-cakap tentang masalah yang Bapak rasakan,di tempat ini ya
pak.

63
B. FASE KERJA

Caranya begini Pak,ketika bapak mendengar suara-suara,coba Bapak


alihkan dengan melakukan kegiatan yang sudah rutin/terjadwal bapak lakukan
kegiatan bisa apa saja yang Bapak sukai,dengan cara contohnya begini..”jika
muncul suara-suara segera bapak merapikan tempat tidur sendiri atau
membereskan meja makan ”. nah bagamana Bapak mengerti?coba sekarag
Bapak praktikan cara yang tadi sudah di ajarkan...bagus..bagus sekali..

C. FASE TERMINASI
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Bagaimana perasaan Bapak setelah kita berlatih tentang cara mengontrol
suara-suara dengan melakukan kegiatan rutin/harian ?
Jadi sudah berapa cara yang kita latih untuk mengontrol suara-suara?coba
sebutkan? bagus...(jika benar).
2. Tindak Lanjut Klien
Mari sekarang kita masukan ke jadwal harian Bapak ya berapa kali bapak
mau latihan melakukan kegiatan rutin harian ...oh 2 kali ya!jam berapa?
dengan jam berapa? jangan lupa Bapak lakukan 4 cara yang sudah kita
pelajari agar hallusinasi tidak menggangu Bapak lagi ya!
3. Kontrak Akan datang (topik,waktu,tempat)
Besok pagi kita akan bertemu lagi untuk meliha tmanfaat latihan untuk
mengotrol hallusinasi, mau jam berapa? Mau dimana?Baiklah samapai
bertemu besok ya. Selamat pagi...

64
LAPORAN PENDAHULUAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. Pengertian
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhan guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan
kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatan, klien mengatakan terganggu
keperawatan dirinya jika tidak melakukan perawatan diri ( depkes 2000).

B. Proses Terjadinya Masalah


A. Faktor Predisposisi
Factor pendukung terjadinya deficit perawatan diri adalah sebagai berikut
Perkembangan, keluarga terllau melindungi dan memenjakan klien
sehingga perkembangan inisiatif terganggu. Biologis, penyakit kronik
yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan
diri.Kemampuan realitas turun, klien dengan gangguan jiwa dengan
kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidak pedulian dirinya
dan lingkungan termaksud perawatan diri.Social, kurang dukungan dan
latihan kemampuan keperawatab diri lingkungannya.Situasi lingkungan
mepengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
B. Factor Presipitasi
Yang merupakan factor presipitasi deficit perawatan diri adalah kurang
penurunan motifasi, kerusakan kognisi atau perseptual, cemas, lelah atau
lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang
mampu melakukan perawatan diri.
C. Mekanisme Koping
a. Regresi
b. Penyangkalan
c. Isolasi diri

65
D. Pohon Masalah
Resiko Gsp: halusinasi

Isolasi sosial DPD

HDR

E. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji


a. Defisit perawatan diri
1) Data subjektif :
Klien mengatakan malas mandi karena airnya dingin, Klien
mengatakan malas makan sendiri dan tidak mampu untuk makan
sendiri.Klien mengatakan jarang membersihkan alat kelaminnya
setelah BAK atau BAB dan Klien mengatakan dirinya malas
berdandan.
2) Data objektif :

Ketidakmampuan mandi atau membersihkan diri di tandai dengan


rambut kotor, gigi kotor, dan kulit berdaki dan berbau serta kuku
panjang dan kotor.Ketidakmampuan makan secara sendiri ditandai
dengan ketidakmampuan mengambil makanan sendiri, makanan
berceceran, dan makan tidak pada tempatnya.Ketidakmampuan BAB
atau BAK secara mandiri ditandi BAB atau BAK tidak pada
tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB atau
BAK dan Ketidakmampuan berpakaian atau berhias ditandai dengan
rambut acak-acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak
sesuai, tidak bercukur (laki-laki) atau tidak berdandan (wanita).
F. Diagnosa keperawatan
a. Defisit perawatan diri.

66
b. ketidakmampuan dalam kebersihan diri.
c. makan mandiri.
d. berhias/berdandan.
STRATEGI PELAKSANAAN KEBERSIHAN DIRI

SP 1

A. Fase Orientasi

1. Salam teraupetik:
Selamat pagi bapak atau ibu, perkenalkan nama saya Faradillah. Saya
senag dipanggil Fara.Nama bapak atau ibu siapa?Senangnya dipanggil
siapa? Saya mahasiswi stikes pertamedikayang akan merawat bapak atau
ibu, saya praktek disini selama 5 hari. Hari ini saya dinas pagi diruangan ini
dari jam 7 pagi sampai 2 siang. Dari tadi, saya lihat bapak atau ibu
menggaruk-garuk badannya, gatal ya ?bagaimana kalo kita bicara tentang
kebersihan diri? Berapa lama kita bicara ? 15 menit ya.... mau dimana .. ?
disini saja ya ?
2. Evaluasi atau validasi:
Bagaimana perasaan bapak atau ibu hari ini?
Bagaimana semalam tidurnya ?
3. Kontrak
a. Topik :
Bapak atau ibu saya ingin berbincang-bincang tentang kondisi bapak
atauibu selama perawatan.
b. Waktu :
Bapak atau ibu kita akan berbincang-bincang jam berapa? Dan
berapalama?
c. Tempat :
Dimana kita berbincang-bincang, bagaimana kalau kita berbincang-
bincang ditaman?

67
B. Fase Kerja

Bapak atau ibu ada apa garuk-garuk ? Apakah bapak atau ibu sudah mandi hari
ini? Apa alasan bapak atau ibu sehingga tidak bisa merawat diri? kalau kita
tidak teratur menjaga kebersihan diri masalah apa menurut bapak yang bisa
muncul ? betul ada kudis,kutu.... dan lain-lain.

Menurut bapak atau ibu kita mandi harus bagaimana? Sebelum mandi apa
yang perlu kita siapakan ? benar sekali, bapak atau ibu perlu menyiapkan
handuk,sikat gigi, sampo, sabun, dan sisir.Bagaimana kalau sekarang kita
kekamar mandi, saya akan membimbing bapak atau ibu melakukannya.
Sekarang, buka pakaian dan siram seluruh tubuh bapak atau ibu termaksud
rambut lalu ambil sampo gosokan pada kepala bapak atau ibu sampai berbusa,
lalu bilas sampai bersih. Bagus sekali! Selanjutnnya ambil sabun, gosokan
diseluruh tubuh secara merata, lalu siram dengan air sampai bersih, jangan lupa
sikat gigi pakai odol, giginya disikat mulai dari atas sampai bawah. Gosok
seluruh gigi bapak atau ibu mulai darri depan sampai belakang. Bagus, lalu
kumur-kumur sampai bersih. Terakhir, siram lagi seluruh bapak atau ibu
sampai bersih lalu keringkan dengan anduk. Bapak atau ibu bagus sekali
melakukannya.

C. Fase Terminasi

1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan


a. Evaluasi klien (subyektif)
Bagaimana perasaan bapak atau ibu setelah berbincang-bincang dengan
saya dan tahu cara merawat kebersihan diri?
b. Evaluasi perawat (objektif dan reinforcement)
Cobak bapak atau ibu sebutkan kembali cara menjaga kebersihan diri.
2. Rencana tindak lanjut

68
Saya harap bapa atau ibu melakukan cara menjaga kebersihan diri dan
jangan lupa masukkan dalam jadwal kegiatan harian.

3. Kontrak yang akan datang


a. Topik :
Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi dan berbincang-bincang lagi
tentang cara makan yang baik.
b. Waktu :
Bagaimana klau kita berbincang-bincang kembali hari ini jam 10.00
selama 15 menit, apakan bapak atau ibu setuju?
c. Tempat :
Besok kita akan berbincang-bincang dimana, bagaimana kalau diruang
makan?
Baiklah samapai bertemu lagi.Selamat pagi bapak atau ibu.

69
STRATEGI PELAKSANAAN KEBERSIHAN DIRI

SP 2

A. Fase Orientasi

1. Salam teraupetik:
Selamat pagi bapak atau ibu, tampak rapi hari ini. Pagi ini kita akan
latihan bagaimana cara makan yang baik. Kita latihan langsung diruang
makan ya ! Mari..itu sudah datang makananya.
2. Evaluasi atau validasi:
Bagaimana bapak atau ibu sudah mandi hari ini ?
Alat apa saja yang dibutuhkan ketika mau mandi ?
3. Kontrak
a. Topik :
Bapak atau ibu saya ingin berbincang-bincang tentang cara dan alat
makan.
b. Waktu :
Bapak atau ibu kita akan berbincang-bincang jam berapa? Dan
berapalama? Bagaimana jika jam 08.00-08.15?
c. Tempat :
Bimana kita berbincang-bincang, bagaimana kalau kita berbincang-
bincang
di ruangan makan?

B. Fase Kerja

Bagaimana kebiasaan sebelum, saat, maupun setelah makan?dimana bapak


atau ibu makan?Sebelum makan kita harus cuci tangan memakai sabun. Ya,

70
mari kita praktikan! Bagus, setelah itu kita duduk dan ambil makanan.Sebelum
disantap kita berdoa dulu. Silakan bapak atau ibu yang pimpin! Bagus. Mari
kita makan! Saat makan kita harus menyuap makanan satu persatu dengan
pelan-pelan. Ya,ayo….sayurnya dimakan ya. Setelah makan kita bereskan
piring dan gelas yang kotor. Ya betul..dan akhiri dengan cuci tangan. Ya
bagus!

C. Fase Terminasi
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
a. Evaluasi klien (subyektif)
Bagaimana perasaan bapak atau ibu setelah berbincang-bincang dengan
saya dan setelah kita makan bersama.
b. Evaluasi perawat (objektif)
Coba bapak atau ibu sebutkan kembali apa saja yang harus kita lakukan
pada saat makan.
2. Rencana tindak lanjut
Saya harap bapak atau ibu melakukan makan mandiri dan jangan lupa
masukkan dalam jadwal kegiatan harian.
3. Kontrak yang akan datang
a. Topik :bagaimana kalau besok kita bertemu lagi dan berbincang-
bincang lagi tentang cara toileting yang baik.
b. Waktu :bagaimana klau kita berbincang-bincang kembali hari ini jam
08.00 selama 30 menit, apakan bapak atau ibu setuju?
c. Tempat :besok kita akan berbincang-bincang dimana, bagaimana kalau
diruang taman?
Baiklah samapai bertemu lagi.Selamat pagi bapak atau ibu.

71
STRATEGI PELAKSANAAN KEBERSIHAN DIRI

SP 3

A. Fase Orientasi

1. Salam teraupetik:
Selamat pagi bapak atau ibu, bagaimana perasaan hari ini? Baik.., sudah
di jalankan jadwal kegiatan nya?..kita akan membicarakan tentang cara
buang air besar dan buang air kecil yang baik yah. Kira-kira 30 menit yah..?
di mana kita duduk?
2. Evaluasi atau validasi:
Bagaimana bapak/ibu makannya sudah habis 1 porsi?
Bapak atau ibu ketika makan apa saja yang harus dilakukan ?
3. Kontrak
a.Topik :
Bapak atau ibu saya ingin berbincang-bincang tentang melakuan
BAB/BAK secara mandiri.
b. Waktu :
Bapak atau ibu kita akan berbincang-bincang jam berapa? dan
berapalama? Bagaimana jika jam 08.00-08.30?
c. Tempat :
Dimana kita berbincang-bincang, bagaimana kalau kita berbincang-
bincang di taman?

B. Fase Kerja

Untuk pasien laki-laki:

Dimana biasanya bapak buang air besar dan buang air kecil? Benar bapak
buang air besar atau kecil yang baik itu di WC, kamar mandi atau tempat lain
yang tertutup dan ada saluran pembuangan kotorannya. Jadi kita tidak boleh
buang air besar atau kecil di sembarang tempat. Sekarang, apakan bapak tau

72
bagaimana cara cebok? Yang perlu diingat saat mencebok adalah bapak
membersihkan bokong atau kemaluan dengan air yang bersih dan pastikan
tidak ada tinja atau air kencing yang tersis di tubuh bapak.Setelah bapak selesai
cebok, jangan lupa tinja atau air kencing yang ada di WC di bersihkan.Caranya
siram tinja atau air kencing yang ada di WC secukupnya sampai tinja atau air
kencing itu tidak tersisa di WC. Setelah itu cuci tangan dengan menggunakan
sabun.

Untuk perempuan

Cara membilas yang bersih stelah ibu buang air besar yaitu dengan
menyiram air ke arah depan ke belakang. Jangan terbalik yah..cara seperti ini
berguna untuk mencegah masuknya kotoran/tinja yang ada di bokong ke
bagian kemaluan kita. Setelah ibu selesai cebok, jangan lupa tinja atau air
kencing yang ada di WC di bersihkan.Caranya siram tinja atau air kencing
tersebut dengan air secukupnya sampai air kencing atau tinja tidak tersisa di
WC.Lalu cuci tangan dengan menggunakan sabun

C. Fase Terminasi
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
a. Evaluasi klien (subyektif)
Bagaimana perasaan bapak atau ibu setelah berbincang-bincang tentang
cara buang air besar atau kecil yang baik.
b. Evaluasi perawat (objektif dan reinforcement)
Coba bapak atau ibu jelaskan ulang tentang cara BAB/BAK yang baik
2. Rencana tindak lanjut
Saya harap bapak atau ibu melakukan toileting yang baik dan jangan lupa
masukkan dalam jadwal kegiatan harian.
3. Kontrak yang akan datang
a. Topik :
Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi dan berbincang-bincang lagi
tentang cara berhias/berdandan.

73
b. Waktu :
Bagaimana klau kita berbincang-bincang kembali hari ini jam 08.00
selama 30 menit, apakan bapak atau ibu setuju?
c. Tempat :
Besok kita akan berbincang-bincangdimana, bagaimana kalau di ruang
tamu?
Baiklah samapai bertemu lagi.Selamat pagi bapak atau ibu.

74
STRATEGI PELAKSANAAN KEBERSIHAN DIRI

SP 4

A. Fase Orientasi

1. Salam teraupetik:
Selamat pagi bapak atau ibu, bagaimana perasaan hari ini? Baik.., sudah
di jalankan jadwal kegiatan nya?..hari ini kita akan latihan
berhias/berdandan, mau di mana latihan nya? Bagaimana kalau di ruang
tamu?Bagaimana kalau kita melkaukan nya selama 30 menit?
2. Evaluasi atau validasi:
Bagaimana bapak/ibu hari ini sudah BAB/BAK?
Bapak atau ibu ketika BAB/BAK apa saja yang harus dilakukan ?
3. Kontrak
a. Topik :
Bapak atau ibu saya ingin berbincang-bincang tentang melakuan
berhias/berdandan.
b. Waktu :
Bapak atau ibu kita akan berbincang-bincang jam berapa? Dan
berapalama? Bagaimana jika jam 08.00-08.30?
c. Tempat :
Dimana kita berbincang-bincang, bagaimana kalau kita berbincang-
bincang di ruang tamu?

B. Fase Kerja

Apa yang bapak atau ibu lakukan setelah selesai mandi? Apakah bapak atau
ibu sudah ganti baju?Untuk berpakaian, pilihlah pakaian yang bersih dan
kering berganti pakaian yang bersih 2 hari sekali.Sekarng bapak atau ibu ganti
bajunya.Ya, bagus seperti itu.Apakah bapak atau ibu menyisir rambut?
Bagaimana cara bersisir? Coba kita peraktekkan liat ke cermin, bagus

75
sekali.Apakah bapak suka bercukur?Berapa hari sekali bercukur?Betul 2 kali
seminggu.

C. Fase Terminasi
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan.
a. Evaluasi klien (subyektif)
Bagaimana perasaan bapak atau ibu setelah berhias/berdandan?
b. Evaluasi perawat (objektif dan reinforcement)
Coba bapak atau ibu sebutkan cara berhias/berdandan diri yang baik
sekali lagi.
2. Rencana tindak lanjut
Saya harap bapak atau ibu melakukan berhias/berdandan yang baik dan
jangan lupa masukkan dalam jadwal kegiatan harian.
3. Kontrak yang akan datang
a. Topik :
Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi dan berbincang-bincang lagi
tentang kondisi bapak/ibu yang lain.
b. Waktu :
Bagaimana klau kita berbincang-bincang kembali hari ini jam 08.00
selama 30 menit, apakan bapak atau ibu setuju?
c. Tempat :
Besok kita akan berbincang-bincang dimana, bagaimana kalau di
taman?
Baiklah samapai bertemu lagi.Selamat pagi bapak atau ibu.

76
LAPORAN PENDAHULUAN ISOLASI SOSIAL

A. Pengertian

Perilaku isolasi sosial menraik diri merupakan suatu gangguan hubungan


interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang
menimbulkan perilaku maladaptive dan mengganggu fungsi seseorang dalam
hubungan sosial (Depkes RI, 2000).

B. Tanda dan Gejala


Menurut Budi Anna Kelia (2009), tanda dan gejala ditemui seperti:
1. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
2. Menghindar dari orang lain (menyendiri).
3. Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap
dengan klien lain/perawat.
4. Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk.
5. Berdiam diri di kamar/klien kurang mobilitas.
6. Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapan
atau pergi jika diajak bercakap-cakap.
7. Tidak melakukan kegiatan sehari-hari.
8. Posisi janin saat tidur.

C. Rentang Respon Sosial

Waktu membina suatu hubungan sosial, setiap individu berada dalam


rentang respons yang adaptif sampai dengan maladaptif. Respon adaptif
merupakan respons yang dapat diterima oleh norma – norma sosial dan
budaya setempat yang secara umum berlaku, sedangkan respons maladaptif
merupakan respons yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah
yang kurang dapat diterima oleh norma – norma sosial dan budaya setempat.
Respons sosial maladaptif yang sering terjadi dalam kehidupan sehari – hari

77
adalah menarik diri, tergantung (dependen), manipulasi, curiga, gangguan
komunikasi, dan kesepian.

Menurut Stuart dan Sundeen, 1999, respon setiap individu berada dalam
rentang adaptif sampai dengan maladaptive yang dapat dilihat pada bagan
berikut :

1. Respon Adaptif
adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma –norma
sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku di masyarakat. Respon
adaptif terdiri dari :
a. Menyendiri.
b. Otonomi.
c. Bekerja sama (mutualisme).
d. Saling tergantung (interdependen).
2. Respon maladaptive
Respon maladaptif adalah respon yang menimbulkan gangguan
dengan berbagai tingkat keparahan (Stuart dan Sundeen, 1998). Respon
maladaptif terdiri dari :
a. Menarik diri.
b. Manipulasi.
c. Impulsif.
d. Narkisisme.
e. Tergantung.
f. Curiga.
3. Faktor Predisposisi dan Presipitasi
Faktor predisposisi terjadinya perilaku menarik diri adalah kegagalan
perkembangan yang dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri,
tidak percaya orang lain, ragu takut salah, putus asa terhadap hubungan
dengan orang lain, menghindar dari orang lain, tidak mampu
merumuskan keinginan dan meresa tertekan.
Sedangkan faktor presipitasi dari faktor sosio-cultural karena
menurunnya stabilitas keluarga dan berpisah karena meninggal dan fakto
psikologis seperti berpisah dengan orang yang terdekat atau kegagalan

78
orang lain untuk bergantung, merasa tidak berarti dalam keluarga
sehingga menyebabkan klien berespons menghindar dengan menarik diri
dari lingkungan (Stuart and Sundeen, 1995).

D. Pohon masalah:

Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi

Isolasi sosial: Menarik diri

Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

E. Masalah keperawatan yang mungkin muncul

1. Isolasi sosial: menarik diri.

F. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

1. Isolasi sosial: menarik diri


2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah.

79
STRATEGI PELAKSANAAN ISOLASI SOSIAL
SP1

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi Klien :
S: Klien mengatakan orang-orang jahat dengan dirinya.
O: Klien tampak menyendiri, klien terlihat mengurung diri, klien tidak mau
bercakap-cakap dengan orang lain.
2. Diagnosa Keperawatan: Isolasi Sosial.
3. Tujuan Keperawatan :
a. Membina hubungan saling percaya dengan klien.
b. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial klien.
4. Tindakan Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya dengan klien.
b. SP 1 :
1) Identifikasi penyebab isolasi sosial pasien.
2) Diskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan
orang lain.
3) Diskusi dengan pasien tentang kerugian berinteraksi dengan orang
lain.
4) Ajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang.
5) Anjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang
dengan orang lain dalam kegiatan harian.

80
B. FASE ORIENTASI

1. Salam Terapeutik
“Selamat pagi Pak!” Perkenalkan nama saya Sinar Surya Putri, biasa di
panggil Sinar, saya mahasiswa STIKES Banyuwangi. Saya praktek disini
mulai dari hari ini. Nama Bapak siapa? Senang di panggil apa?
2. Validasi
“Bagaimana perasaan Bapak hari ini? Apa yang terjadi sehingga Bapak
dibawa kesini??”
3. Kontrak
a. Topik :
“Senang ya bisa berkenalan dengan bapak hari ini, bagaimana kalau kita
berbincang-bincang untuk lebih saling mengenal sekaligus agar bapak
dapat mengetahui keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan orang
lain?
b. Waktu :
“ Berapa lama pak? Bagaimana kalau 15 menit saja?”
c. Tempat :
“Di mana ibu mau berbincang-bincang dengan saya? Ya sudah, di
ruangan ini saja kita berbincang-bincang.”

C. FASE KERJA
“Bapak, kalau boleh saya tau orang yang paling dekat dengan ibu siapa?”
“Menurut bapak apa keuntungann berinteraksi dengan orang lain dan kerugian
tidak berinteraksi dengan orang lain?”
“Kalau bapak tidak tahu saya akan memberitahukan keuntungan dari
berinteraksi dengan orang lain, yaitu bapak punya banyak teman, saling
menolong, saling bercerita, dan tidak selalu sendirian”.
“Sekarang saya akan mengajarkan bapak berkenalan. Bagus, bapak dapat
mempraktekkan apa yang saya ajarkan tadi. Bagaiman kalau kegiatan
berbincang-bincang dengan orang lain di masukkan kedalam jadwal kegiatan
harian?”

81
D. FASE TERMINASI

1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan


a. Evaluasi Subyektif:
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang tadi?”
b. Evaluasi Objektif:
“Coba ibu ceritakan kembali keuntungan berinteraksi dan kerugian tidak
berinteraksi dengan orang lain?”
2. Tindak Lanjut
“Tadi saya sudah menjelaskan keuntungan dan kerugian tidak berinteraksi
dengan orang lain dan cara berkenalan yang benar. Saya harap bapak dapat
mencobanya bagaimana berinteraksi dengan orang lain!“
3. Kontrak yang akan datang
a. Topik :
“Baiklah, pertemuan kita cukup sampai disini. Besok kita akan
berbincang-bincang lagi tentang jadwal yang telah kita buat dan
mempraktekkan cara berkenalan dengan orang lain”.
b. Waktu:
“Berapa lama bapak punya waktu untuk berbincang-bincang dengan
saya besok? Bagaimana kalau 15 menit saja?”
c. Tempat:
“Di mana bapak mau berbincang-bincang dengan saya besok? Ya
sudah... bagaimana kalau besok kita melakukannya di teras depan saja?”

82
STRATEGI PELAKSANAAN ISOLASI SOSIAL
SP2

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi Klien :
S: Klien mengatakan malas berinteraksi.
O: Klien menyendiri di kamar, klien tidak mau melakukan aktivitas di luar
kamar, klien tidak mau melakukan interaksi dengan yang lainnya.
2. Diagnosa Keperawatan: Isolasi Sosial.
3. Tujuan Keperawatan :
a. Membina hubungan saling percaya dengan klien.
b. Klien dapat mempraktekkan cara berkenalan denagn orang lain.
c. Klien memiliki keinginan untuk melakukan kegiatan berbincang-
bincang dengan orang lain.
4. Tindakan Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya dengan klien.
b. SP 1 :
1) Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
2) Berikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara berkenalan
dengan satu orang.
3) Bantu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan
orang lain sebagai salah satu kegiatan harian.

B. FASE ORIENTASI
1. Salam Terapeutik :
“Selamat Pagi Pak!” masih ingat dengan saya? Benar bapak! saya suster
Sinar”.
2. Validasi :
“Bagaimana perasaan bapak hari ini ? masih ingat dengan yang kemarin
saya ajarkan?”

83
3. Kontrak :
a. Topik :
“Sesuai dengan janji kita kemarin, hari ini kita akan mempraktekkan
bagaimana cara berkenalan dengan satu orang”.
b. Waktu :
“Sesuai dengan kesepakatan kita kemarin, kita akan melakukannya
selama 15 menit, bagaimana menurut bapak?
c. Tempat :
“Kesepakatan kita kemarin!! Kita akan melakukannya di teras depan,
apakah bapak setuju?”

C. FASE KERJA
1. “Sebelum kita berkenalan dengan orang lain, coba bapak perlihatkan kepada
saya bagaimana cara berkenalan dengan orang lain?”
2. “Hebat, bapak dapat melakukannya dengan baik. Sekarangvmari kita
melakukannya dengan satu orang yang bapak belum kenal!!”
3. “Bagus, bapak dapat mempraktekkan dengan baik dan sesuai dengan apa
yang saya ajarkan. Bagaimana kalau kegiatan berkenalan dengan orang lain
yang baru dikenal di masukkan kedalam jadwal kegiatan harian?”

D. FASE TERMINASI

1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan


a. Evaluasi Subyektif :
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang tadi?”
Siapa nama orang yang bapak ajak berkenalan tadi?”
b. Evaluasi Objektif :
“Klien terlihat berkenalan dengan orang yang baru di kenalnya sebanyak
1 orang”.
2. Tindak Lanjut :
“Bapak saat saya tidak ada bapak dapat melakukan hal seperti yang bapak
lakukan tadi dengan orang yang belum bapak kenal, kemudian bapak ingat

84
nama yang pernah bapak ajak kenalan atau bisa bapak catat di buku saat
berkenalan.”
3. Kontrak yang akan datang
a. Topik :
“Baiklah, pertemuan kita cukup sampai disini. Besok kita akan
melakukan berkenalan dengan orang lain sebanyak 2 orang atau lebih?”
b. Waktu :
“Berapa lama bapak punya waktu untuk interaksi dengan orang lain?
Bagaimana kalau besok kita melakukannya selama 15 menit?”
c. Tempat :
“Di mana bapak bisa melakukannya besok? Bagaimana kalau besok kita
melakukannya di tempat ini lagi? Selamat siang bapak!!!”

85
STRATEGI PELAKSANAAN ISOLASI SOSIAL
SP3

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi Klien :
S: Klien mengatakan sudah dapat berinteraksi dengan orang lain
O: Klien tampak sudah mau keluar kamar, klien dapat melakukan aktivitas
di ruangan
2. Diagnosa Keperawatan: Isolasi Sosial
3. Tujuan Keperawatan :
a. Klien mempu berkenalan dengan dua orang atau lebih
b. Klien dapat memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian
4. Tindakan Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya dengan klien
b. SP 1 :
1) Evaluasi jadwal kegitan harian pasien
2) Berikan kesempatan pada klien berkenalan
3) Anjurkan pasien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.

A. FASE ORIENTASI
1. Salam Terapeutik :
“Selamat Pagi Pak!” masih ingat dengan saya? Benar bapak! saya suster
Sinar”.
2. Validasi :
“Bagaimana perasaan bapak hari ini ? masih ingat dengan yang kemarin
bapak lakukan?”
3. Kontrak :
a. Topik :
“Sesuai dengan janji kita kemarin, hari ini bapak akan melakukan
interaksi dengan orang lain sebanyak 2 orang atau lebih pada orang
yang tidak bapak kenal atau orang baru”
b. Waktu :

86
“Sesuai dengan kesepakatan kita kemarin, kita akan melakukannya
selama 15 menit... bagaimana menurut bapak?”
c. Tempat :
“Kesepakatan kita kemarin!! Kita akan melakukannya di teras, apakah
bapak setuju?”

C. FASE KERJA
“Sebelum kita berkenalan dengan orang lain, coba bapak perlihatkan kepada
saya bagaimana cara berkenalan dengan orang lain? Hebat... ibu dapat
melakukannya dengan baik”.
“Sekarang, mari kita melakukannya dengan orang lain yang bapak tidak kenal
sebanyak 2 orang atau lebih!! Bagus, bapak dapat mempraktekkan dengan baik
dan mulai berkembang dalam berinteraksi dengan orang lain”.
“Bagaimana kalau kegiatan berkenalan dengan orang lain yang baru dikenal di
masukkan kedalam jadwal kegiatan harian?”

D. FASE TERMINASI

1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan


a. Evaluasi Subyektif :
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang tadi? Siapa
saja nama orang yang bapak ajak berkenalan tadi?”
b. Evaluasi Objektif :
“Klien terlihat berkenalan dengan orang yang baru di kenalnya sebanyak
3 orang”.
2. Tindak Lanjut :
“Nah.. saat saya tidak ada, bapak dapat melakukannya hal seperti yang ibu
lakukan tadi dengan orang yang baru bapak kenal... kemudian bapak ingat
nama yang pernah bapak ajak kenalan atau bisa bapak catat di buku saat
berkenalan.”

87
3. Kontrak yang akan datang:
a. Topik :
“Baiklah, pertemuan hari ini kita akhiri. Besok kita ulangi apa yang telah
kita pelajari dari kemarin ya pak. Apakah bapak bersedia?”
b. Waktu :
“Berapa lama bapak mau melakukannya? Bagaimana kalau besok kita
melakukannya selama 15 menit?”
c. Tempat :
“Di mana bapak bisa melakukannya besok? Baiklah kita melakukannya
di sini saja. Selamat siang bapak!!!”

88
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat dan Bahagia serta mampu


mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya
serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain.

Secara umum diketahui bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh adanya


gangguan pada otak tapi tidak diketahui secara pasti apa yang mencetuskannya.
Stress diduga sebagai pencetus dari gangguan jiwa tapi stress dapat juga
merupakan hasil dari berkembangnya mental illness pd diri seseorang.

Prinsip Keperawatan Jiwa :

1. Manusia
2. Lingkungan
3. Kesehatan
4. Keperawatan

Kesehatan jiwa meliputi :

1. Bagaimana perasaan anda terhadap diri sendiri


2. Bagaimana perasaan anda terhadap orang lain
3. Bagaimana kemampuan anda mengatasi persoalan hidup anda Sehari -
hari.

Fungsi perawat kesehatan jiwa adalah memberikan asuhan keperawatan


secara langsung dan asuhan keperawatan secara tiak langsung. Fungsi ini
dapat icapai dengan aktifitas perawat kesehatan jiwa yang membantu upaya
penanggulangan maslah kesehatan jiwa.

89
B. Saran

Diharapkan perawat lebih mempelajari mengenai fungsi dan perannya


dalam penanganan masalah kesehatan jiwa dengan memahami masalah
kesehatan jiwa yang ada serta upaya penanganannya dengan baik.

90
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna;Panjaitan;Helena. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.


Ed.2. Jakarta: EGC.

Stuart, Gail W.2007.Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Suliswati, 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC

Yosep,Iyus.2007. Keperawatan Jiwa. Jakarta: PT. Refika Aditama.

Keliat,Budi Anna,dkk.2005.Proses Keparawatan Kesehatan Jiwa.


Ed.2.Jakarta:EGC

Stuart, Gall W.2007.Buku Saku Keperawatan Jiwa.Jakarta:EGC

Suliswati.2005.Konsep Dasar Keperawatn  Kesehatan Jiwa.Jakarta:EGC

Ns. Asmadi, s. kep (2005).konsep dasar keperawatan.jakarta:Buku Kedokteran


RKEGC

Ferry & Potter.2005.fundamental keperawatan vol.1 Edisi 4.jakarta:EGC

Hidayat,A.Aziz Alimul.(2004). Pengantar Konsep dasar Keperawatan. Salemba


Medika.    

      Jakarta

Stuart, gail & Sandra J, 1998. keperawatan jiwa. EGC : jakarta

Purwaningsih,Wahyu , S.Kep. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Nuha Medika


Press.

      Jogjakarta

Keliat, Budi Anna;Panjaitan;Helena. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.


Ed.2. Jakarta: EGC.

Stuart, Gail W.2007.Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Suliswati, 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC

91
92

Anda mungkin juga menyukai