Anda di halaman 1dari 6

TERAPI KOMPLEMENTER DALAM KEPERAWATAN KOMUNITAS

NURSILA DJ HASANUDIN
KEPERAWATAN A
01606010034

STIKES GRAHA MEDIKA KOTAMOBAGU


Definisi Terapi Komplementer

Menurut WHO (World Health Organization), pengobatan komplementer adalah pengobatan


non-konvensional yang bukan berasal dari negara yang bersangkutan. Jadi untuk Indonesia, jamu
misalnya, bukan termasuk pengobatan komplementer tetapi merupakan pengobatan tradisional.
Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah pengobatan yang sudah dari zaman dahulu
digunakan dan diturunkan secara turun – temurun pada suatu negara. Tapi di Philipina misalnya,
jamu Indonesia bisa dikategorikan sebagai pengobatan komplementer.
Terapi komplementer adalah cara Penanggulangan Penyakit yang dilakukan sebagai pendukung
kepada Pengobatan Medis Konvensional atau sebagai Pengobatan Pilihan lain diluar Pengobatan
Medis yang Konvensional. 
Berdasarkan data yang bersumber dari Badan Kesehatan Dunia pada tahun 2005, terdapat 75
– 80% dari seluruh penduduk dunia pernah menjalani pengobatan non-konvensional. Di
Indonesia sendiri, kepopuleran pengobatan non-konvensional, termasuk pengobatan
komplementer ini, bisa diperkirakan dari mulai menjamurnya iklan – iklan terapi non –
konvensional di berbagai media

Prinsip holistik pada keperawatan ini perlu didukung kemampuan perawat dalam menguasai
berbagai bentuk terapi keperawatan termasuk terapi komplementer. Penerapan terapi
komplementer pada keperawatan perlu mengacu kembali pada teori-teori yang mendasari praktik
keperawatan. Misalnya teori Rogers yang memandang manusia sebagai sistem terbuka,
kompleks, mempunyai berbagai dimensi dan energi. Teori ini dapat mengembangkan pengobatan
tradisional yang menggunakan energi misalnya tai chi, chikung, dan reiki. Teori keperawatan
yang ada dapat dijadikan dasar bagi perawat dalam mengembangkan terapi komplementer
misalnya teori transkultural yang dalam praktiknya mengaitkan ilmu fisiologi, anatomi,
patofisiologi, dan lain-lain. Hal ini didukung dalam catatan keperawatan Florence Nightingale
yang telah menekankan pentingnya mengembangkan lingkungan untuk penyembuhan dan
pentingnya terapi seperti musik dalam proses penyembuhan. Selain itu, terapi komplementer
meningkatkan kesempatan perawat dalam menunjukkan caring pada klien (Snyder & Lindquis,
2002).
Jenis – Jenis Terapi Komplementer

1. Praktek-praktek penyembukan tradisional seperti ayurweda dan akupuntur.


2. Terapi fisik seperti chiropractic, pijat, dan yoga.
3. .Homeopati atau jamu-jamuan.
4. Pemanfaatan energi seperti terapi polaritas atau reiki
5. Teknik-teknik relaksasi, termasuk meditasi dan visualisasi.
6. Suplemen diet, seperti vitamin dan mineral

 Fokus Terapi Komplementer

1. Pasien dengan penyakit jantung.


2. Pasien dengan autis dan hiperaktif
3. Pasien kanker

 Peran Perawat Dalam Terapi Komplementer

1. Perawat adalah sebagai pelaku dari terapi komplementer selain dokter dan praktisi terapi.
2. Perawat dapat melakukan intervensi mandiri kepada pasien dalam fungsinya secara holistik
dengan memberikan advocate dalam hal keamanan, kenyamanan dan secara ekonomi kepada
pasien.

Peran perawat yang dapat dilakukan dari pengetahuan tentang terapi komplementer diantaranya
sebagai konselor, pendidik kesehatan, peneliti, pemberi pelayanan langsung, koordinator dan
sebagai advokat. Sebagai konselor perawat dapat menjadi tempat bertanya, konsultasi, dan
diskusi apabila klien membutuhkan informasi ataupun sebelum mengambil keputusan. Sebagai
pendidik kesehatan, perawat dapat menjadi pendidik bagi perawat di sekolah tinggi keperawatan
seperti yang berkembang di Australia dengan lebih dahulu mengembangkan kurikulum
pendidikan (Crips & Taylor, 2001). Peran perawat sebagai peneliti di antaranya dengan
melakukan berbagai penelitian yang dikembangkan dari hasilhasil evidence-based practice.

Perawat dapat berperan sebagai pemberi pelayanan langsung misalnya dalam praktik pelayanan
kesehatan yang melakukan integrasi terapi komplementer (Snyder & Lindquis, 2002). Perawat
lebih banyak berinteraksi dengan klien sehingga peran koordinator dalam terapi komplementer
juga sangat penting. Perawat dapat mendiskusikan terapi komplementer dengan dokter yang
merawat dan unit manajer terkait. Sedangkan sebagai advokat perawat berperan untuk memenuhi
permintaan kebutuhan perawatan komplementer yang mungkin diberikan termasuk perawatan
alternatif (Smith et al.,2004).

 Teknik Terapi Komplementer

Di Indonesia ada 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang telah ditetapkan oleh
Departemen Kesehatan untuk dapat diintegrasikan ke dalam pelayanan konvensional, yaitu
sebagai berikut:

Akupuntur
Akupunktur medik yang dilakukan oleh dokter umum berdasarkan kompetensinya. Metode yang
berasal dari Cina ini diperkirakan sangat bermanfaat dalam mengatasi berbagai kondisi
kesehatan tertentu dan juga sebagai analgesi (pereda nyeri). Cara kerjanya adalah dengan
mengaktivasi berbagai molekul signal yang berperan sebagai komunikasi antar sel. Salah satu
pelepasan molekul tersebut adalah pelepasan endorphin yang banyak berperan pada sistem
tubuh.

Terapi hiperbarik, 

Terapi heperbarik yaitu suatu metode terapi dimana pasien dimasukkan ke dalam sebuah ruangan
yang memiliki tekanan udara 2 – 3 kali lebih besar daripada tekanan udara atmosfer normal (1
atmosfer), lalu diberi pernapasan oksigen murni (100%). Selama terapi, pasien boleh membaca,
minum, atau makan untuk menghindari trauma pada telinga akibat tingginya tekanan udara

Terapi herbal medik, 

Terapi herbal medic yaitu terapi dengan menggunakan obat bahan alam, baik berupa herbal
terstandar dalam kegiatan pelayanan penelitian maupun berupa fitofarmaka. Herbal terstandar
yaitu herbal yang telah melalui uji preklinik pada cell line atau hewan coba, baik terhadap
keamanan maupun efektivitasnya. Terapi dengan menggunakan herbal ini akan diatur lebih
lanjut oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia.  Dari 3 jenis teknik pengobatan
komplementer yang ada, daya efektivitasnya untuk mengatasi berbagai jenis gangguan penyakit
tidak bisa dibandingkan satu dengan lainnya karena masing – masing mempunyai teknik serta
fungsinya sendiri – sendiri. Terapi hiperbarik misalnya, umumnya digunakan untuk pasien –
pasien dengan gangren supaya tidak perlu dilakukan pengamputasian bagian tubuh. Terapi
herbal, berfungsi dalam meningkatkan daya tahan tubuh. Sementara, terapi akupunktur berfungsi
memperbaiki keadaan umum, meningkatkan sistem imun tubuh, mengatasi konstipasi atau diare,
meningkatkan nafsu makan serta menghilangkan atau mengurangi efek samping yang timbul
akibat dari pengobatan kanker itu sendiri, seperti mual dan muntah, fatigue (kelelahan) dan
neuropati.

 Persyaratan Dalam Terapi Komplementer

Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu sebagai berikut :


Sumber daya manusia harus tenaga dokter dan atau dokter gigi yang sudah memiliki kompetensi.
Bahan yang digunakan harus yang sudah terstandar dan dalam bentuk sediaan farmasi.
Rumah sakit yang dapat melakukan pelayanan penelitian harus telah mendapat izin dari
Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan akan dilakukan pemantauan terus – meneru
Daftar Pustaka

Andrews, M., Angone, K.M., Cray, J.V., Lewis, J.A., & Johnson, P.H. (1999). Nurse’s handbook of
alternative and complementary therapies. Pennsylvania: Springhouse. Buckle, S. (2003). Aromatherapy.
http// .www.naturalhealthweb.com/articles, diperoleh 25 Januari 2008. Fontaine, K.L. (2005).
Complementary & alternative therapies for nursing practice. 2th ed. New Jersey: Pearson Prentice Hall.

Nezabudkin, V. (2007). How to research alternatif treatment before using


them.http// .www.naturalhealthweb.com/articles/ Nezabudkin1.html, diperoleh 25 Januari 2008. Smith,
S.F., Duell, D.J., Martin, B.C. (2004). Clinical nursing skills: Basic to advanced skills. New Jersey:
Pearson Prentice Hall. Snyder, M. & Lindquist, R. (2002). Complementary/alternative therapies in
nursing. 4th ed. New York: Springer.

Anda mungkin juga menyukai