Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


MASALAH KEPERAWATAN JIWA RISIKO BUNUH DIRI

Disusun Oleh :
APRESIA MURTATI
SN181016

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES KUSUMA HUSADASURAKARTA
2019

A. MASALAH UTAMA
Risiko bunuh diri
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Pengertian
A. Bunuh diri menurut Maris (2007) merupakan tindakan yang secara
sadar dilakukan oleh pasien untuk mengakhiri kehidupannya, bunuh diri
memiliki 4 pengertian, antara lain:
a Bunuh diri adalah membunuh diri sendiri secara intensional,
b Bunuh diri dilakukan dengan intense
c Bunuh diri dilakukan oleh diri sendiri kepadadiri sendiri
d Bunuh diri biasa terja disecara langsung (aktif) atau tidak langsung
(pasif), misalnya dengan tidak meminum obat yang menentukan
kelangsungan hidup atau secara sengaja berada di rel kereta api.
Tanda dan gejala yang ditemui seperti:
Sedih, marah, putus asa, tidak berdaya dan memberikan isyarat verbal
maupun non verbal.
2. Tandadangejala
a. Subyektif
1) Mengungkapkan tidak ada lagi yang peduli
2) Mengungkapkan tidak bisa apa-apa
3) Mengungkapkan dirinya tidak berguna
b. Obyektif
1) Sedih
2) Marah
3) Putus asa
4) Tidak berdaya

3. Penyebab terjadinya masalah


a. Faktor genetik dan teori biologi
Faktor genetik mempengaruhi terjadinya resiko bunuh diri pada
keturunannya.Disamping itu adanya penurunan serotonin dapat
menyebabkan depresi yang berkontribusi terjadinya resiko buuh diri.
b. Teori sosiologi
Emile Durkheim membagi suicide dalam 3 kategori yaitu : Egoistik
(orang yang tidak terintegrasi pada kelompok social) , atruistik
(Melakukan suicide untuk kebaikan masyarakat) dan anomic ( suicide
karena kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain dan
beradaptasi dengan stressor).
c. Teori psikologi
Sigmund Freud dan Karl Menninger meyakini bahwa bunuh diri
merupakan hasil dari marah yang diarahkan pada diri sendiri.
d. Penyebab lain
1) Adanya harapan untuk reuni dan fantasy.
2) Merupakan jalan untuk mengakhiri keputusasaan dan
ketidakberdayaan
3) Tangisan untuk minta bantuan
4) Sebuah tindakan untuk menyelamatkan muka dan mencari
kehidupan yang lebih baik.
Faktor predisposisi
a. Faktor Genetik dan Teori Biologi
Faktor genetik mempengaruhi terjadinya resiko bunuh diri pada
keturunannya.Disamping itu adanya penurunan serotonin dapat
menyebabkan depresi yang berkontribusi terjadinya resiko buuh
diri.
b. Teori sosiologi

Emile Durkheim membagi suicide dalam 3 kategori yaitu Egoistik


(orang yang tidak terintegrasi pada kelompok sosial) , atruistik
(Melakukan suicide untuk kebaikan masyarakat ) dan
anomik(suicide karena kesulitan dalam berhubungan dengan
orang lain dan beradaptasi dengan stressor ).

c. Teori psikologi
Sigmund Freud dan Karl Menninger meyakini bahwa bunuh diri
merupakan hasil dari marah yang diarahkan pada diri
sendiri.Sedangkan Menurut Stuart dan Sundeen ( 2007 ), faktor
predisposisi bunuh diri antara lain :
1) Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya
resiko bunuh diri adalah rasa bermusuhan, implisif dan
depresi.
2) Lingkungan psikososial
Seseorang yang baru mengalami kehilangan,
perpisahan/perceraian, kehilangan yang dini dan
berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor penting
yang berhubungan dengan bunuh diri.
3) Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri
merupakan faktor resiko penting untuk perilaku destruktif.
4) Faktor biokimia
Data menunjukkan bahwa secara serotogenik, apatengik, dan
depominersik menjadi media proses yang dapat
menimbulkan perilaku destruktif diri

Faktor Presipitasi
Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah :
a. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan
hubungan interpersonal/ gagal melakukan hubungan yang berarti.
b. Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi
stress
c. Perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan
hukuman pada diri sendiri.
d. Cara untuk mengakhiri keputusasaan.
4. Akibat terjadinya masalah
a. Keputusasaan
b. Menyalahkan diri sendiri
c. Perasaan gagal dan tidak berdaya dan tidak berharga
d. Perasaan tertekan
e. Insomnia yang tetap
f. Penurunan berat badan
g. Berbicara lamban, keletihan
C. POHON MASALAH
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain,dan lingkungan

Risiko bunuhdiri (suicide)

Harga diri rendah


D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko bunuh diri
2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah (HDR)
3. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
E. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Diagnosa 1: Resiko bunuh diri
Tujuan umum:
Klien tidak melakukan percobaan bunuh diri
Tujuan khusus:
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
a. Perkenalkan diri dengan klien
b. Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak
menyangkal.
c. Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.
d. Bersifat hangat dan bersahabat.
e. Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat.
2. Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri
a. Jauhkan klien dari benda-benda yang dapat membahayakan
(pisau, silet, gunting, tali, kaca, dan lain lain).
b. Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat
oleh perawat.
c. Awasi klien secara ketat setiap saat.
3. Klien dapat mengekspresikan perasaannya
a. Dengarkan keluhan yang dirasakan.
b. Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan,
ketakutan dan keputusasaan.
c. Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan
bagaimana harapannya.
d. Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti
penderitaan, kematian, dan lain lain.
e. Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang
menunjukkan keinginan untuk hidup.
4. Klien dapat meningkatkan harga diri
a. Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi
keputusasaannya.
b. Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu.
c. Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal:
hubungan antar sesama, keyakinan, hal-hal untuk diselesaikan).
5. Klien dapat menggunakan koping yang adaptif
a. Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman-pengalaman
yang menyenangkan setiap hari (misal: berjalan-jalan, membaca
buku favorit, menulis surat dll.)
b. Bantu untuk mengenali hal-hal yang klien cintai dan yang
klien sayang, dan pentingnya terhadap kehidupan orang lain,
mengesampingkan tentang kegagalan dalam kesehatan.
c. Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain
yang mempunyai suatu masalah dan atau penyakit yang sama dan
telah mempunyai pengalaman positif dalam mengatasi masalah
tersebut dengan koping yang efektif.
Diagnosa 2: Gangguan konsep diri: harga diri rendah
Tujuan umum:
Klien tidak melakukan kekerasan
Tujuan khusus:
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
a. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, empati,
sebut nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi.
b. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
c. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b. Hindari penilaian negative ditiap pertemuan klien
c. Utamakan pemberian pujian yang realitas
3. Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan untuk diri
sendiri dan keluarga
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan
setelah pulang ke rumah
4. Klien dapat merencanakan kegiatan yang bermanfaat sesuai
kemampuan yang dimiliki
a. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan
setiap hari sesuai kemampuan.
b. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan.
c. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
a. Beri klien kesempatan mencoba kegiatan yang telah
direncanakan
b. Beri pujian atas keberhasilan klien
c. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara
merawat klien.
b. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
c. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
d. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
Diagnosa 3: Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Tujuan umum: Pasien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan
Tujuan khusus:
1. Pasien mendapatkan perlindungan dari lingkungannya
2. Pasien mampu mengungkapkan perasaannya
3. Pasien mampu meningkatkan harga dirinya
4. Pasien mampu menggunakan cara penyelesaiaan masalah yang
baik
Tindakan :
1. Mendikusikan cara mengatasi keinginan mencederai diri sendiri,
orang lain dan lingkungan
2. Meningkatkan harga diri pasien dengan cara:
a. Memberikan kesempatan pasien mengungkapkan
perasaannya.
b. Memberikan pujian jika pasien dapat mengatakan perasaan
yang positif
c. Meyakinkan pasien bahawa dirinya penting.
d. Mendiskusikan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri
oleh pasien.
e. Merencanakan yang dapat pasien lakukan.
3. Tingkatkan kemampuan menyelesaikan masalah dengan cara:
a. Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan
masalahnya
b. Mendiskusikan dengan pasien efektfitas masing-masing
cara penyelesian masalah.
c. Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah
yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
Dermawan, Deden. 2013. Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Fitria, Nita. 2010. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.

Keliat B. A, 2010. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Keliat, Budi Anna dan Akemat. 2014. Model Praktik Keperawatan Profesional
Jiwa. Jakarta : EGC.

Rasmun. 2011. Keperawatan kesehatan mental psikiatri terintegrasi dengan


keluarga. Jakarta : CV Sagung Seto.

Tim Direktorat Keswa. 2014. Standart Asuhan Keperawatan Jiwa Edisi 1.


Bandung: RSJP Bandung

Townsend M C. 2008. Diagnosa Keperawatan Pada Perawatan Psikiatri:


Pedoman Untuk Pembuatan Rencana Perawatan. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai