Anda di halaman 1dari 12

KEPERAWATAN PALIATIF EVIDENCE-BASED PRACTICE

MANAJEMEN NYERI PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT


TERMINAL

Disusun Oleh:

Kelompok 13 B

1. Yesica Marbun (032017072)

2. Mei Frans Hulu (032017097)

3. Eva Damayanthi Gulo (032017098)

4. Ayu Safitri Sihotang (032017

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN TAHAP AKADEMIK


STIKES SANTA ELISABETH MEDAN
T.A 2018/2019

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………….....i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………...ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum…………………………………………………….4
1.2.2 Tujuan Khusus……………………………………………………4
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS
2.1 Terjadinya Penyakit Manajemen Nyeri....................................................5
2.2 Manajemen Nyeri Pada Pasien Terminal.................................................5
2.3 Manajemen Nyeri Pada Pasien Kanker Payudara Dengan Menggunakan
Tehnik Distraksi Terapi Musik....................………………………….....6
BAB 3 PENUTUP
3.1 KESIMPULAN………………………………………………………….11
DAFTAR PUSTAKA

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmatnya kami dapat menyelesaikan makalah kami ini dengan judul “Evidence-based
practice Manajemen nyeri pada pasien dengan penyakit terminal”. Dalam pembelajaran kali
ini, mahasiswa dituntut untuk mampu memahami bagaimana kita melakukan penggembalaan
pada orang sakit pada saat dihadapkan dengan pasien.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai tindakan bilas lambung. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata kesempurnaan.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-
kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.

Medan, 28 Agustus 2019

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker Payudara merupakan penyakit yang paling umum diderita kaum wanita,
wanita mampu bertahan hidup bertahun-tahun dengan mengidapkanker payudara, tetapi,
jika kanker ditemukan pada stadium lanjut peyakit ini sulit untuk disembuhkan dan dapat
menyebabkan kematian. Payudara merupakan organ kehidupan bagi perempuan, dengan
mempunyai berbagai fungsi yang penting bagi tubuh, oleh karena itu, payudara harus
dijaga dengan benar kesehatannya. Nyeri akan timbul saat kanker sudah bermetastase
dan membesar pada stadium lanjut. Nyeri dapat ditangani dengan berbagai cara, mulai
dari tehnik relaksasi nafas dalam, tehnik distraksi visual, distraksi pendengaran degan
menggunakan terapi music.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui management pasien pada penyakit terminal
1.2.2 Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui pengertian penyakit pasien terminal
b) Untuk mengetahui manajemen nyeri penyakit pasien terminal

1.3 Rumusan Masalah


a). Apa yang dimaksud dengan penyakit pasien terminal?
b). Apa yang dimaksud dengan manajemen nyeri penyakit pasien terminal?

4
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Manajemen Nyeri


Nyeri merupakan suatu perasaan atau pengalaman yang tidak nyaman baik secara
sensori maupun emosional yang dapat ditandai dengan kerusakan jaringan ataupun tidak
(Association for the study of pain dalam Syamsiah,2015).
Nyeri berdasarkan jenisnya, meliputi secara umum di bagi menjadi dua :
a. Nyeri akut
Merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang tidak
melebihi 6 bulan dan ditandai adanya peningkatan tegangan otot (Hidayat, 2010).

b. Nyeri kronis
Merupakan nyeri yang timbulnya secara perlahan-lahan, biasanya berlangsung
dalam waktu cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan yang termasuk dalam kategori ini
adalah nyeri terminal,syndroma nyeri kronis, nyeri psikosomatik (Hidayat, 2010).

Manajemen nyeri meliputi pemberian terapi analgesik dan terapi nonfarmakologi


berupa intervensi perilaku kognitif seperti teknik relaksasi, terapi musik, imaginary dan
biofeedback (Potter & Perry, 2005; AHCPR, 1992; Lemone & Burke, 2008; dalam
Smeltzeret al, 2008). Intervensi perilaku kognitif dalam mengontrol nyeri dimaksudkan
untuk melengkapi atau mendukung pemberian terapi analgesic (AHCPR, 1992) agar
pengendalian nyeri menjadi efektif (Smeltzer et al., 2008; Black & Hawk, 2005 dalam ).
Managemen nyeri atau pain management adalah salah satu bagian dari disiplin ilmu
medis yang berkaitan dengan upaya-upaya menghilangkan nyeri atau pain relief.
Management nyeri ini menggunakan pendekatan multidisiplin yang didalamnya
termasuk pendekatan farmakologikal (termasuk pain modifiers), non farmakologikal dan
psikologikal. managemen nyeri non farmakologikal merupakan upaya-upaya mengatasi
atau menghilangkan nyeri dengan menggunakan pendekatan non farmakologi. Upaya-
upaya tersebut antara lain relaksasi, distraksi, massage, guided imaginarydan lain
sebagainya.

2.2 Manajemen Nyeri Pada Pasien Terminal


Penyakit terminal merupakan penyakit progresif yaitu penyakit yang menuju ke arah
kematian. Contohnya seperti penyakit jantung,dan kanker atau penyakit terminal ini dapat
dikatakan harapan untuk hidup tipis, tidak ada lagi obat-obatan, tim medis sudah give up
(menyerah) dan seperti yang di katakan di atas tadi penyakit terminal ini mengarah kearah
kematian. (White, 2002).
Nyeri merupakan keluhan umum pasca pengobatan pada penderita kanker, bahkan
bertahun-tahun setelah pengobatan (Bennet & Puroshotham, 2009). Nyeri pada pasien
kanker sering ditemukan dalam praktek sehari-hari pada pasien yang pertama kali datang
berobat sekitar 30% dan hampir 70% pasien kanker stadium lanjut yang menjalani
pengobatan. Pada 20% penderita yang mendapat pengobatan merasakan nyeri bukan
disebabkan penyakit yang dideritanya, tetapi justru oleh pengobatan yang telah
dijalaninya (Jensen et al, 2010).

5
Perawatan Palliative adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup
pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang
dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan dan peniadaan melalui identifikasi dini dan
penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah-masalah lain, fisik, psikososial
dan spiritual. Penyakit terminal merupakan penyakit progresif yaitu penyakit yang
menuju ke arah kematian. Contohnya seperti penyakit jantung,dan kanker atau penyakit
terminal ini dapat dikatakan harapan untuk hidup tipis, tidak ada lagi obat-obatan, tim
medis sudah give up (menyerah) dan seperti yang di katakan di atas tadi penyakit terminal
ini mengarah kearah kematian.
Nyeri kanker merupakan komplikasi kanker yang paling sering ditemui pada pasien
kanker. Frekuensinya sekitar 30-50% pada pasien yang sedang menjalani terapi dan
meningkat hingga 70-90% pada kanker tahap lanjut.2 Oleh karena sifat nyerinya yang
bisa memberat secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama, maka pasien dapat
mengalami gangguan tidur dan nafsu makan hingga depresi.

2.3 Manajemen Nyeri Pada Pasien Kanker Payudara Dengan Menggunakan Tehnik
Distraksi Terapi Musik
Kanker Payudara merupakan keganasan pada jaringan Payudara yang dapat
berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya (Panigoro et al., 2008). Pada penderita
kanker payudara akan timbul rasa nyeri apabila sel kanker sudah membesar, sudah
timbul luka, atau bila sudah muncul metastase ke tulang. Nyeri pada kanker
merupakan satu fenomena yang subjektif. Yang merupakan gabungan antara fisik dan
non fisik. Nyeri berasal dari berbagai bagian tubuh ataupun sebagai akibat dari terapi
dan prosedur yang dilakukan termasuk operasi kemoterapi, dan radioterapi. Nyeri
yang dialami oleh penderita kanker payudara diakibatkan oleh pengaruh langsung
terhadap organ yang terkena dan pengaruh langsung terhadap jaringan lunak yang
terkena.(Fadilah, Astuti, & Santy, 2016).
Ada berbagai bentuk manajemen nyeri yang dapat dilakukan untuk menghadapi
rasa Nyeri, salah satu menanggulanginya adalah dengan tehnik distraksi/ terapi musik
sebagai terapi nonfarmakologi yang dilakukan untuk mengurangi nyeri (Yusnita,
2013). Tujuannya yaitu memperoleh hasil dari manajemen nyeri menggunakan tehnik
distraksi terapi musik.
Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus, dengan wawancara
terstruktur, studi dokumen, dan observasi menggunakan instrumen yang sudah
ditetapkan. Partisipan dalam penelitian adalah dua orang pasien kanker payudara yang
mengalami nyeri di RSUD Koja. Analisis data yang digunakan dengan tehnik
pengumpulan data kualitatif berupa wawancara dan studi dokumen. Penyajian data
kualitatif dalam bentuk narasi dan disertai ringkasan ungkapan verbal dari subyek
studi kasus yang merupakan data pendukungnya.
Pada penerapan intervensi keperawatan penulis lebih menekankan kepada
pemberian tehnik relaksasi distraksi terapi musik untuk manajmen nyeri. Penulis
melakukan tindakan pemberian tehnik relaksasi distraksi terapi musik dengan posisi
klien duduk ataupun berbaring. Dan melakukan terapi musik dengan durasi 15-30
menit, kemudian musik yang digunakan ialah musik klasik. Hal tersebut sesuai
dengan teori yang di kemukakan oleh (Lestari, 2014) yang menjelaskan Dengan

6
demikian terapi musik diharapkan dapat membantu mengatasi stress, mencegah
penyakit dan meringankan rasa sakit. Sedangkan dalam teori nya (Potter, 2010)
menjelaskan bahwa jenis musik yang digunakan dalam terapi musik dapat di
sesuaikan dengan keinginan, seperti terapi musik klasik, instrumentalis, dan slow
musik. Hal ini sependapat dengan teori (Lestari, 2014) yang menjelaskan tentang
Berbagai penelitian dan literatur menerangkan tentang manfaat musik untuk
kesehatan, baik untuk kesehatan fisik maupun mental, beberapa penyakit yang dapat
ditangani dengan musik antara lain: kanker, stroke, dimensia, nyeri, gangguan
kemampuan belajar, dan bayi prematur.
Hasil tindakan keperawatan yang telah dilakukan selama 2 kali 24 jam diperoleh
respon membaik ditandai dengan adanya penurunan skala nyeri pada kedua klien saat
evaluasi. Pemberian terapi tehnik distraksi dengan distraksi musik selama 15-30 menit
dapat menurunkan skala nyeri pasien kanker payudara sebanyak 2 poin.

2.3.1 Progresive Muscle Relaxation Menurunkan Frekuensi Nyeri Pada Penderita


Kanker Payudara Yang Menjalani Kemoterapi
Penderita ca mamae mengalami nyeri sedang sampai berat sebanyak 45-100%.
Studi awal di POSA pada 15 pasien kanker payudara stadium III mengalami nyeri
sedang, frekwensi nyeri 3-4 kali ada 9 orang, 1-2 kali sebanyak 6 orang, semua
mendapat analgesic Asam mefenamat 3x1 tablet. dan rasa nyeri hilang antara 1-2 jam.
Rasa nyeri sedang sampai berat akan mengganggu aktifitas penderita secara mandiri
dan harus dibantu oleh orang lain.
Penatalaksanaan nyeri di POSA (Poli Onkologi Satu Atap) selama ini
diberikan terapi farmakologi, sedangkan terapi non farmakologi telah diberikan
penyuluhan tentang relaksasi dengan pernafasan dan istirahat, namun hasilnya belum
maksimal dikarenakan berbagai hal salah satunya adalah tidak ada demonstrasi yang
dilaksanakan untuk pasien sehingga pasien sulit untuk menerapkan apa yang sudah
diberikan oleh perawat. Melalui Progresive Muscle Relaxation (PMR) yang
dicontohkan langsung dengan demonstrasi, diharapkan penderita bisa melakukan
sendiri di rumah. Upaya yang bisa dilakukan terapi non farmakologi pada nyeri antara
lain pengaturan lingkungan yang tenang, pengaturan nutrisi yang baik dan relaksasi
(Abdulmuntolib 2006 dalam Rosjidi 2010b).
Relaksasi otot progresif (PMR) adalah teknik manajemen stres dan kecemasan
teknik. Jika Anda memiliki gangguan panik, agorafobia atau gangguan kecemasan,
teknik ini dapat membantu Anda menenangkan tubuh dan menenangkan pikiran
Anda. Dengan latihan teratur, relaksasi otot progresif semakin mudah untuk
dilakukan, dan Anda akan dapat mencapai kedalaman dari relaksasi.
Cara melaksanakannya adalah sebagai berikut:
1. Pastikan Anda merasa nyaman. Anda bisa duduk di kursi atau berbaring. Mata
Anda bisa terbuka atau tertutup, tetapi kebanyakan orang menemukan bahwa
menutup mata mereka membantu mempertahankan fokus selama latihan.
Longgarkan pakaian yang ketat dan pastikan lingkungan sekitar Anda yang
tenang.

7
2. Mulailah dengan melakukan beberapa pernapasan dalam. Tarik napas perlahan
dan dalam melalui hidung dan menghembuskan napas melalui mulut Anda. Ulangi
beberapa kali.
3. Mulailah dengan menegangkan otot-otot di kaki Anda. Tekuk kaki Anda ke atas
dari pergelangan kaki ke arah wajah Anda. Tekuk kaki Anda ke atas setinggi
mungkin, tapi tidak begitu banyak sehingga menyebabkan rasa sakit atau kram.
Tahan posisi ini selama 5 sampai 10 detik. Cepat lepaskan ketegangan di kaki
Anda. Perhatikan perasaan dan sensasi yang Anda alami ketika kaki Anda rileks.
Tetap santai selama sekitar 20 sampai 30 detik sebelum pindah ke kelompok otot
depan.
4. Regangkan otot bokong dan paha. Perhatikan bagaimana ketegangan terasa. Tahan
posisi ini selama 5 sampai 10 detik dan lepaskan ketegangan dengan cepat. Tetap
rileks selama 20 sampai 30 detik.
5. Kencangkan otot perut Anda. Fokus pada ketegangan selama 5 sampai 10 detik.
Lepaskan ketegangan dan bersantai selama hitungan 20 sampai 30. Perhatikan
perbedaan antara bagaimana perut Anda rasakan saat tegang dan santai.
6. Buatlah kepalan ketat dengan masing-masing tangan sambil meregangkan tangan
Anda ke atas di pergelangan tangan. Fokus pada sensasi yang Anda rasakan saat
otot-otot yang tegang sampai hitungan 5 sampai 10 detik. Cepat lepaskan
ketegangan dan fokuskan diri anda pada otot-otot rileks di tangan dan lengan
selama 20 sampai 30 detik.
7. Tekuk siku Anda dan bisep tegangkan sekeras yang Anda bisa. Tahan ketegangan
untuk hitungan 5 sampai 10 dan cepat lepaskan. Tetap rileks selama 20 sampai 30
detik, dengan fokus pada bagaimana rasa dari otot-otot rileks.
8. Pindah ke punggung atas. Kencangkan otot-otot punggung atas dengan menarik
bahu Anda kembali seketat mungkin. Tahan selama hitungan 5 sampai 10. Cepat
lepaskan ketegangan dan bersantai selama 20 sampai 30 detik. Fokus pada
bagaimana punggung bagian atas terasa sekarang dibandingkan dengan ketika
menegang.
9. Tarik bahu Anda ke atas ke arah telinga Anda. Tarik mereka sekencang mungkin
dan tahan selama 5 sampai 10 detik. Rasakan ketegangan di bahu dan leher. Cepat
lepaskan ketegangan dan tetap santai selama 20 sampai 30 detik.
10. Kerut dahi ke atas seketat mungkin. Tahan selama hitungan 5 sampai 10 dan
dengan cepat melepaskan ketegangan. Tetap rileks selama 20 sampai 30 detik.
11. Pejamkan mata dengan ketat sampai hitungan 5 sampai 10. Fokus pada bagaimana
ketegangan terasa. Lepaskan ketegangan dan fokus pada bagaimana relaksasi
terasa sampai hitungan 20 sampai 30.
12. Buka mulut Anda selebar mungkin. Rasakan ketegangan pada rahang Anda.
Tahan selama 5 sampai 10 detik dan lepaskan. Tenangkan rahang Anda – bibir
Anda harus sedikit terbuka. Perhatikan kontras antara ketegangan dan relaksasi.
13. Lanjutkan pernapasan dalam selama beberapa menit. Fokus pada bagaimana otot
Anda terasa santai.

2.3.2 Efektivitas Pursed Lip Breathing Dan Deep Breathing Terhadap Penurunan
Frekuensi Pernafasan Pada Pasien Ppok Di Rsud Ambarawa
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) ialah suatu keadaan yang
menyebabkan terganggunya pergerakan udara masuk dan keluar paru. PPOK ini
sering disebut juga penyakit dari kombinasi bronkitis obstruksi kronik, emfusema dan
asma (Black & Hawks, 2014, hlm. 287).

8
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK), dapat berdampak luas apabila tidak
segera ditangani. Masalah utama yang biasanya di alami oleh pasien PPOK adalah
terjadinya dispnea (sesak napas) dikarenakan adanya obstruksi jalan napas akibat
radang yang menyebabkan hipoventilasi alveolar dan lemahnya dinding bronchial dan
kerusakan alveolar (Wilson & Price, 2005, hlm.788).
Pasien PPOK yang biasanya mengalami sesak nafas akan dilihat dari
peningkatan frekuensi pernapasan. Upaya yang biasanya dilakukan untuk mengurangi
sesak nafas adalah dengan pemberian terapi oksigen. Menurut Kowalski dan Rosdahl
(2014, hlm.1636), bahwa pemberian oksigen pada pasien PPOK harus dengan hati-
hati. Jumlahnya tidak boleh lebih dari 3 liter/menit karena banyak penderita PPOK
menahan karbondioksida dalam tubuhnya. Terlalu tinggi kadar oksigen dapat
menekan upaya pernapasan seseorang yaitu orang menjadi kehilangan stimulus alami
untuk bernapas. Sebagai seorang perawat, kita harus mengetahui bagaimana cara
untuk melatih pasien bernapas secara mandiri dengan suatu tujuan untuk mengurangi
masalah sesak nafasnya. Salah satu terapi mandiri yang dapat diberikan adalah dengan
Pursed Lip Breathing.
Pursed Lip Breathing (PLB) adalah latihan pernapasan yang dianjurkan untuk
membantu seseorang mengendalikan pernapasan. Pernapasan ini diindikasikan karena
dapat menimbulkan suatu tahanan terhadap udara yang keluar dari paru, yang
kemudian meningkatkan tekanan pada bronkus (jalan utama udara) dan selanjutnya
meminimalkan kolapsnya jalan napas yang lebih sempit, yang merupakan masalah
utama pada penderita PPOK (Kozier & Erb, 2009, hlm.548).
Pada teknik Pursed lip breathing, penderita lebih mengutamakan untuk
perpanjangan ekspirasi secara bertahap dengan melibatkan reflek inflasi Hering-
Breuer dalam usaha mengurangi udara yang terjebak di dalam alveoli dan juga akan
mengurangi karbondioksida didalam tubuh yang secara otomatis akan meningkatkan
oksigen yang masuk ke dalam alveoli serta oksigen dapat diikat oleh hemoglobin
(Ganong, 2008, hlm.702). Selama ekpirasi terjadi proses pasif yang tidak memerlukan
kontraksi otot untuk menurunkan volume intratoraks. Namun, pada awal ekpirasi
sedikit terjadi kontraksi otot inspirasi masih terjadi. Kontraksi ini berfungsi sebagai
peredam daya recoil paru dan memperlambat ekspirasi. Perlambatan ini bertujuan
untuk mereleksasikan otot-otot inspirasi sehingga adanya penurunan kerja pernafasan
yang menyebabkan terjadi penurunan frekuensi pernafasan (Ganong, 2008, hlm.673).
Penggantian udara dalam alveolus secara perlahan seperti yang dilakukan dalam
teknik pursed lip breathing dapat mencegah perubahan konsentrasi gas yang
mendadak dalam darah.
Pursed lip breathing meningkatkan volume tidal dan dapat mengatasi masalah air
trapping yang dialami oleh pasien PPOK atau udara yang terjebak pada alveoli,
mengurangi hiperinflasi sehingga meningkatkan ventilasi dan perfusi serta
menurunkan tingkat kandungan PaCO2 dalam darah. Sejalan dengan penurunan
PaCO2, hal ini juga menyebabkan peningkatan oksigen yang diikat oleh Hemoglobin
dan peningkatan kadar PaO2 (Guyton & Hall, 2014, hlm.522).

9
Cara melaksanakannya adalah sebagai berikut:
1. Mengatur posisi pasien dengan duduk ditempat tidur atau kursi
2. Menginstruksikan pasien untuk rileks dengan melemaskan otot-otot leher dan
bahu
3. Meletakkan satu tangan pasien di abdomen (tepat dibawah proc.sipoideus) dan
tangan lainnya ditengah dada untuk merasakan gerakan dada dan abdomen saat
bernafas
4. Menarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik sampai dada dan abdomen
Terasa terangkat maksimal lalu jaga mulut tetap tertutup selama inspirasi dan
tahan nafas selama 2 detik
5. Hembuskan nafas melalui bibir yang dirapatkan dan sedikit terbuka sambil
mengkontraksikan otot – otot abdomen selama 4 detik Menginstruksikan pasien
untuk melakukan Pursed Lips Breathing selama 10 menit, tiap siklus sebanyak 6
kali pernapasan dengan jeda antar siklus 2 detik, kemudian mengevaluasi kondisi
responden setelah dilakukan intervensi
6. Pursed Lips Breathing dilakukan 3 kali dalam sehari (pagi, sore, malam) selama
3 Hari berturut-turut (Smeltzer , 2008).

10
BAB 3
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Nyeri merupakan suatu perasaan atau pengalaman yang tidak nyaman baik secara
sensori maupun emosional yang dapat ditandai dengan kerusakan jaringan ataupun tidak.
Ada berbagai bentuk manajemen nyeri yang dapat dilakukan untuk menghadapi rasa
Nyeri, salah satu menanggulanginya adalah dengan tehnik distraksi/ terapi musik sebagai
terapi nonfarmakologi yang dilakukan untuk mengurangi nyeri. Sedangkan
Penatalaksanaan nyeri di POSA (Poli Onkologi Satu Atap) selama ini diberikan terapi
farmakologi, sedangkan terapi non farmakologi telah diberikan penyuluhan tentang
relaksasi dengan pernafasan dan istirahat, namun hasilnya belum maksimal dikarenakan
berbagai hal salah satunya adalah tidak ada demonstrasi yang dilaksanakan untuk pasien
sehingga pasien sulit untuk menerapkan apa yang sudah diberikan oleh perawat. Pada
teknik Pursed lip breathing, penderita lebih mengutamakan untuk perpanjangan ekspirasi
secara bertahap dengan melibatkan reflek inflasi Hering-Breuer dalam usaha mengurangi
udara yang terjebak di dalam alveoli dan juga akan mengurangi karbondioksida didalam
tubuh yang secara otomatis akan meningkatkan oksigen yang masuk ke dalam alveoli
serta oksigen dapat diikat oleh hemoglobin.

3.2 SARAN
Disarankan untuk menggunakan teknik ini sebagai intervensi keperawatan mandiri
pada pasien dengan masalah keperawatan nyeri.

11
DAFTAR PUSTAKA

KEPMENKES RI NOMOR: 812/ MENKES/SK/VII/2007 Tentang Kebijakan Perawatan


Palliative Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Fadilah, P. N., Astuti, P., & Santy, W. H. (2016). Pengaruh Teknik Relaksasi Hand Massage
Terhadap Nyeri pada Pasien Kanker Payudara di Yayasan Kanker Indonesia Surabaya. Jurnal
Ilmiah Kesehatan, 9(2), 221–226.

Kolcaba, K., Dowd, T., Steiner R., Mitzel, A. (2004). Efficacy of Hand Massage for
Enhacing the Comfort of Hospice Patients. Journal of Hospice and Palliative Nursing. Vol.
6, No. 2
Holland, C. J., Alici, Y. (2010). Management of Distress in Cancer Patients. Journal of
Supportive Oncology, 8:4-12.

Agustin & Yunus. (2008). Proses metabolism pada penyakit paru obstruktif
kronik (PPOK). Jakarta : Departemen Pulmonologi dan Ilmu kedokteran Respirasi FKUI

12

Anda mungkin juga menyukai