PSIKOSOSIAL KULTURAL
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik
Dosen Pengampu: Ns. Faried Rahman H.,S.Kep., M.Kes
Disusun oleh :
1
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur tim penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
atas bimbingan dan petunjuk serta kemudahan yang diberikan oleh-Nya, tim penulis kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Lansia Pada Psikososial
Kultural yang disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Reguler Jurusan Ilmu Keperawatan pada Fakultas Kesehatan Dan Farmasi,
Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur.
Penghargaan dan ucapan terima kasih yang tulus tim penulis sampaikan kepada Bapak
Ns. Faried Rahman H.,S.Kep., M.Kes selaku dosen mata kuliah Keperawatan Gerontik
yang telah membina dan membimbing tim dengan baik dan tulus. Tidak lupa tim kami
ucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada berbagai narasumber yang karya tulisnya
secara langsung dan tidak langsung kami gunakan sebagai bahan untuk menyusun makalah
ini.
Penulis berharap proposal ini dapat memberikan banyak manfaat baik bagi diri sendiri
maupun pihak lain. Penulis juga menyadari bahwa makalah ini mungkin masih banyak
terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun sebagai bahan perbaikan di masa yang akan datang
Tim Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masalah-masalah yang muncul pada lansia seperti kemunduran fisik, penurunan
fungsi seksual, perubahan aspek psikoseksual, perubahan dalam peran di masayarakat
maka lanjut usia bertujuan untuk mempertahankan kesehatan.Salah satu perubahan yang
terjadi pada lansia adalah kurangnya kebutuhan spiritual karena terjadinya keterbatasan
aktivitas. Perubahan spiritual merupakan salah satu parameter yang mempengaruhi
kualitas hidup lansia. Segala potensi yang dimiliki oleh lansia bisa dijaga, dipelihara
dirawat dan dipertahankan bahkan diaktualisasikan untuk mencapai kualitas hidup yang
optimal (Optimum Aging). (Hurlock, 2010).
Indonesia berhasil mencapai tahapan“ Survival of life” Maka diharapkan pada
tahapan mendatang adalah pencapaian pada pada “Quality of Life“ termasuk bagi lanjut
usia. Permasalahannya adalah bagaimana upaya untuk tidak hanya aspek fisik sehat dan
sosial ekonomi berkecukupan, tetapi juga memperoleh “Rasa Sejahtera“ (Well Being).
Rasa sejahtera ini berkaitan dengan taraf kesehatan dan pemenuhan spiritual lanjut usia.
(Asosiasi Alzheimer Indonesia, 2011)
Semakin meningkatnya jumlah lanjut usia di Indonesia akan menimbulkan
permasalahan yang cukup komplek baik dari masalah fisik maupun psikososial. Masalah
psikososial yang paling banyak terjadi pada lansia seperti kesepian, perasaan sedih,
depresi dan ansietas (kecemasan). Ansietas (kecemasan) termasuk salah satu masalah
kesehatan jiwa yang paling sering muncul. Prevalensi ansietas (kecemasan) di negara
berkembang pada usia dewasa dan lansia sebanyak 50%.
Angka kejadian gangguan ansietas di Indonesia sekitar 39 juta jiwa dari 238 juta jiwa
penduduk (Heningsih, 2014). Hal yang dapat menimbulkan kecemasan biasanya
bersumber dari ancaman integritas biologi meliputi gangguan terhadap kebutuhan dasar
makan, minum, kehangatan, sex, dan ancaman terhadap keselamatan diri seperti tidak
menemukan integritas diri, tidak menemukan status prestise, tidak memperoleh
pengakuan dari orang lain dan ketidaksesuaian pandangan diri dengan lingkungan nyata
(Suliswati, 2005)
4
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep Medis dari lansia dengan psikososial kultural?
2. Bagaimana konsep Asuhan Keperawatan dari lansia dengan psikososial kultural?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui definisi lansia
2. Mengetahui batasan usia
3. Mengetahui perubahan pada lansia
4. Mengetahui teori psikososial pada lansia
5. Mengetahui aspek psikososial pada lansia
6. Mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi kesehatan psikososial lansia
7. Mengetahui masalah psikososial pada lansia
8. Mengetahui perubahan kultural pada lansia
9. Mengetahui Asuhan Keperawatan lansia dengan psikososial kultural
D. MANFAAT PENULISAN
Mengetahui pengaruh lansia pada Psikososial Kultural Terhadap perubahan yang di
alami oleh lansia baik secara mental.fisik,psikis,psikososial kultural dan lingkungan
dimana lansia berada
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Lanjut usia merupakan proses dari tumbuh kembang yang akan dijalami setiap
individu, yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh dalam beradaptasi dengan
lingkungan (Azizah, 2011).
Manusia tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang mulai dari bayi, anak-
anak, dewasa dan akhirnya menua (menjadi tua). Semua orang akan mengalami proses
untuk menjadi tua dan masa hidup manusia yang terakhir merupakan masa tua. Stanley
& Beare (2007), mendefinisikan lansia berdasarkan karakteristik sosial, masyarakat
menganggap bahwa orang yang telah tua jika menunjukkan ciri fisik seperti rambut
beruban, kerutan pada kulit, dan hilangnya gigi (ompong)
Perkembangan psikososial lanjut usia adalah tercapainya integritas diri yang utuh.
Pemahaman terhadap makna hidup secara keseluruhan membuat lansia berusaha
menuntun generasi berikut (anak dan cucunya) berdasarkan sudut pandangnya. Lansia
yang tidak mencapai integritas diriakan merasa putus asa dan menyesali masa lalunya
karena tidak merasakan hidupnya bermakna (Anonim, 2006).
Sedangkan menurut Erikson yang dikutip oleh Arya (2010) perubahan psikososial
lansia adalah perubahan yang meliputi pencapaian keintiman, generatif dan integritas
yang utuh.
B. BATASAN USIA
Batasan lansia berdasarkan Undang-Undang No.13 tahun 1998 adalah 60 tahun.
Pendapat beberapa ahli dalam program kesehatan usia lanjut, (Depkes dalam Sutikno,
2011) membuat pengelompokan Batasan lansia sebagai berikut:
1. Kelompok pertengahan usia (45-54 tahun)
2. Kelompok lanjut usia dini (55-64 tahun)
3. Kelompok usia lanjut (65 tahun ke atas)
6
4. Kelompok usia lanjut dengan risiko tinggi (berusia 70 tahun ke atas atau kelompok
usia lanjut yang hidup sendiri, terpencil, menderita penyakit berat atau cacat).
Menurut WHO lanjut usia meliputi (Notoatmodjo, 2007 dalam Sutikno 2011):
1. Usia pertengahan (middle age), usia 45 – 59 tahun
2. Usia lanjut (elderly), usia 60 – 70 tahun
3. Usia lanjut tua (old), usia antara 75 – 90 tahun
4. Usia sangat tua (very old), usia di atas 90 tahun
1. Perubahan fisik
Dengan bertambahnya usia, secara umum kekuatan dan kualitas fisik dan juga
fungsinya akan menurun. Perubahan dari tingkat sel sampai kesemua organ tubuh.
2. Perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental yang pertama adalah
perubahan fisik, kesehatan umum, keturunan, tingkat pendidikan, dan lingkungan.
3. Perubahan psikososial
Pada umumnya setelah orang memasuki lansia akan mengalami penurunan
kognitif dan psikomotor. Dengan adanya penurunan fungsi tersebut, lansia
mengalami perubahan psikososial terkait dengan kepribadian lansia itu sendiri.
4. Perkembangan spiritual
Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan untuk mencari tujuan dan arti hidup,
kebutuhan untuk saling mencintai dan dicintai serta, kebutuhan untuk memberi dan
mendapatkan maaf.
7
Dengan bertambahnya usia, maka secara pelan tapi pasti seseorang (lansia|) akan
melapas diri dari masyarakat (menarik diri), sehingga interaksi social menjadi
berkurang. Hal tersebut mengakibatkan lansia mengalami kehilangan (triple loss),
antara lain :
a. Kehilangan peran (loss of role)
b. Hambatan kontrak social
c. Berkurangnya komitmen
3. Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe ini biasanya sangat
dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka
pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka
8
pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit
dari kedukaannya.
4. Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah memasuki
lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-
kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi
ekonominya menjadi morat-marit.
5. Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia tipe ini umumnya
terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung
membuat susah dirinya.
9
dengan perasaan kosong, kemudian diikuti dengan menangis dan kemudian suatu
periode depresi.
Depresi akibat duka-cita pada usia lanjut biasanya tidak bersifat self limiting.
Dokter atau petugas kesehatan harus memberi kesempatan pada episode tersebut
berlalu. Diperlukan pendamping yang dengan penuh empati mendengarkan keluhan,
memberikan hiburan dimana perlu dan tidak membiarkan tiap episode
berkepanjangan dan berjalan terlalu berat. Apabila upaya diatas tidak berhasil,
bahkan timbul depresi berat, konsultasi psikiatrik mungkin diperlukan, dengan
kemungkinan diberikan obat anti depresan.
2. Kesepian
Kesepian atau loneliness, biasanya dialami oleh seseorang lanjut usia pada saat
meninggalnya pasangan hidup atau teman dekat, terutama bila dirinya sendiri saat itu
juga mengalami berbagai penurunan status kesehatan, misalnya menderita berbagai
penyakit fisik berat, gangguan mobilitas atau gangguan sensorik, terutama gangguan
pendengaran. Harus dibedakan antara kesepian dengan hidup sendiri. Banyak di
antara lansia hidup sendiri tidak mengalami kesepian, karena aktivitas sosial yang
masih tinggi, tetapi dilain pihak terdapat lansia yang walaupun hidup di lingkungan
yang beranggotakan cukup banyak mengalami kesepian.
Pada penderita kesepian ini peran dari organisasi sosial sangat berarti, karena bisa
bertindak menghibur, memberikan motivasi untuk lebih meningkatkan peran sosial
penderita, di samping memberikan bantuan pengerjaan pekerjaan di rumah bila
memang terdapat disabilitas penderita dalam hal-hal tersebut.
3. Demensia
Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang dapat
mempengaruhi aktifitas sehari-hari. Grayson (2004) menyebutkan bahwa demensia
bukanlah sekedar penyakit biasa, melainkan kumpulan gejala yang disebabkan
beberapa penyakit atau kondisi tertentu sehingga terjadi perubahan kepribadian dan
tingkah laku. Demensia adalah keadaan dimana seseorang mengalami penurunan
kemampuan daya ingat dan daya pikir, dan penurunan kemampuan tersebut
menimbulkan gangguan terhadap fungsi kehidupan sehari-hari. Demensia merupakan
kumpulan gejala yang ditandai dengan penurunan kognitif, perubahan mood dan
tingkah laku sehingga mempengaruhi aktivitas kehidupan seharihari penderita.
10
4. Depresi
Depresi merupakan gangguan fungsi manusia yang berkaitan dengan alam
perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan
nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya,
serta gagasan bunuh diri (Kaplan dan Sadock, 1998). Depresi adalah gangguan alam
perasaan yang ditandai oleh kesedihan, harga diri rendah, rasa bersalah, putus asa,
perasaan kosong (Keliat, 1996). Hawari (1996) depresi adalah bentuk gangguan
kejiwaan pada alam perasaan (mood), yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan,
ketidakgairahan hidup, perasaan tidak berguna, dan putus asa. Depresi adalah suatu
kesedihan atau perasaan duka yang berkepanjangan (Stuart dan Sundeen, 1998).
2. Shock Budaya
Shock budaya adalah salah satu sebab karena bekerja dengan individu yang latar
belakang kulturnya berbeda. Shock budaya sebagai perasaan yang tidak ada yang
menolong ketidaknyamanan dan kondisi disoirentasi yang dialami oleh orang luar
yang berusaha beradaptasi secara komprehensif atau secara efektif dengan kelompok
yang berbeda akibat akibat paraktek nilai-nilai dan kepercayaan.( Leininger, 2002).
Perawat dapat mengurangi shock budaya dengan mempelajari tentang perpedaan
kelompok budaya dimana ia terlibat. Pemting untuk perawat mengembangkan hormat
kepada orang lain yang berbeda budaya sambil menghargai perasaan dirinya. Praktik
perawatan kesehatan memerlukan toleransi kepercayaan yang bertentangan dengan
perawat.
3. Pola Komunikasi
Kendala yang paling nyata timbul bila kedua orang berbicara dengan bahasa ang
berbeda. Kebiasaan berbahasa dari klien adalah salah satu cara untuk melihat isi dari
11
budaya. Menurut Kluckhohn,1972, bahwa tiap bahasa adalah merupakan jalan
khusus untuk meneropong dan interprestasi pengalaman tiap bahasa membuat tatanan
seluruhnya dari asumsi yang tidak disadari tetang dunia dan penghidupan. Kendala
untuk komunkasi bisa saja terjadi walaupun individu berbicara dengan bahasa yang
sama. Perawat kadang kesulitan untuk menjelaskan sesuatu dengan bahasa yang
sederhana, bebas dari bahasa yang jlimet yang klien bisa menagkap. Sangat penting
untuk menentukan ahwa pesan kita bisa diterima dan dimengerti maksudnya .
12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Anamesa
a. Identitas klien
Meliputi nama klien,umur,jenis kelamin,status perkawianan,agama,tanggal
masuk RS,tanggal pengkajian
b. Orang terdekat
Status perkawinan,kebiasaan pasien didalam tugas-tugas keluarga,pengaruh
orang terdekat proses interaksi dala keluarga
c. Kultural
Latar belakang etnis,tingkah laku mengusahakan kesehatan (sistem rujukan
penyakit),nilai-nilai yang berhubungan dengan keshatan dan keperawatan.
Faktor-faktor kultural yang dihubungkan dengan penyakit secara umum dan
respon terhadap rasa sakit ,kepercayaan mengenai perawatan dan pengobatan.
d. Keluhan utama
Keluhan biasanya berupa menyendiri (menghindar dari orang lain) komunikasi
kurang/tidak ada,berdiam diri dikamar,menolak interaksi dengan orang lain,tidak
melakukan kegiatan sehari-hari
e. Faktor predisposisi
Kehilangan perpisahan,harapan yang tidak realitis,kegagalan,atau frustasi
berulang,tekanan dari kelompok sebaya,prubahan struktur sosial. Terjadi trauma
yang tiba-tiba misalnya harus di oprasi dicerai suami atau istri,perlakuan orang
lain yang tidak menghargai klien/ prasaaan negativ terhadap diri sendiri yang
berlangsung lama
2. Pemeriksaan fisik/biologis
a. Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB) dan keluhan
fisik yang dialami oleh klien.
b. Pemeriksaan dilakukan dengan cara insfeksi,palpasi,perkusi dan auskultasi untuk
mengetahui perubahan sistem tubuh pendekatan yang digunakan dalam
pemeriksaan fisik yaitu head to toe
13
3. Aspek psikologi, Psikososial dan Spiritual
a. Aspek Psikologi
Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak mata , kurang
dapat memulai pembicaraan , klien suka menyendiri dan kurang mampu
berhubungan denga orang lain , Adanya perasaan keputusasaan dan kurang
berharga dalam hidup.
1) Bagimana sikapnya terhadap proses penuan ?
2) Apakah dirinya merasa dibutuhkan?
3) Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan?
4) Bagaimana mengatasi stres yang dialami?
5) Apakah mudah dalam menyesuaika diri?
6) Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan ?
7) Apakah harapan pada saat ini dan yang akan datang?
8) Perlu dikaji juga mengenai fungsi kognitif ; daya ingat,proses pikir,alam
perasaan,orientasi,dan kemampuan dalam penyelesaian masalah.
b. Konsep diri
1) Citra tubuh
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak
menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi. Menolak
penjelasan perubahan tubuh , persepsi negatip tentang tubuh. Preokupasi
dengan bagia tubuh yang hilang, mengungkapkan keputus asaan,
mengungkapkan ketakutan.
2) Identitas diri
Ketidakpastian memandang diri, sukar menetapkan keinginan dan tidak
mampu mengambil keputusan
3) Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit, proses
menua, putus sekolah, PHK.
4) Ideal diri
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya : mengungkapkan
keinginan yang terlalu tinggi.
14
5) Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap diri sendiri ,
gangguan hubungan sosial , merendahkan martabat, mencederai diri, dan
kurang percaya diri.
c. Klien mempunyai gangguan / hambatan dalam melakukan hubunga sosial dengan
orang lain terdekat dalam kehidupan, kelompok yang diikuti dalam masyarakat.
d. Kenyakinan klien terhadap tuhan dan kegiatan untuk ibadah ( spritual).
4. Fungsional Lansia
Bantuan Bantuan
No Kegiatan Mandiri
sebagian Penuh
1 Mandi
2 Berpakaian
3 Pergi ke toilet
4 K Berpindah tempat
l
5 BAK Dan BAB
a
6 Makan dan minum
s
ifikasi:
A: Mandiri, untuk 6 fungsi
B: Mandiri, untuk 5 fungsi
C: Mandiri, kecuali untuk mandi dan 1 fungsi lain
D: Mandiri, kecuali untuk mandi, berpakaian dan 1 fungsi lain
E: Mandiri, kecuali untuk mandi, berpakaian, pergi ke toilet dan 1 fungsi lain
F: Mandiri, kecuali untuk mandi, berpakaian, pergi ke toilet berpindah tempat dan
1 fungsi lain
G: Tergantung untuk 6 fungsi
5. Status Kognitif/Afektif
a. Short Portable Mental Status Quctioncre (SPMQ)
b. Identifikasi aspek kognitif dan fungsi mental dengan menggunakan Mini Mental
Status Exam (MMSE)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Sindrom lansia lemah b.d perubahan pada fungsi kognitif dan sarkopenia
2. Ketidakpatuhan b.d pengaruh kebudayaan
3. Harga diri rendAh situasional b.d gangguan peran sosial
4. Ketidakefektifan koping individu b.d kurang percaya diri dalam mengatasi masalah
5. Ansietas b.d perubahan besar dalam status kesehatan,fungsi peran, dan status peran
15
C. INTERVENSI
Prilaku patuh :
2. Ketidakpatuhan b.d Setelah dilakukan tindakan Perekatan budaya:
pengaruh kebudayaan keperawatan klien di harapkan 2.1 Tentukan sifat perbedaan
tidak mengalami hambatan konsep yang dimiliki oleh
16
deviasi dari kisaran normal): 2.3 Identifikasi bersma
Menanyaka petanyaan pasien,praktek kebudayaan
terkait kesehatan (5) yang mungkin memiliki efek
Menggunaka strategi untuk negative pada kesehatan
mengeliminasi prilaku tak sehingga pasien bisa
sehat (5) membuat keputusan yang
Menggunakan strategi tepat
untuk mengoptimalkan 2.4 Tunjukan sikap rileks dan
kesehatan (5) tidak terburu-buru ketika
17
Gambaran internal diri (4) dari tubuh atau tingkat
Sikap terhadap fungsinya
penggunaaan strategi untuk 3.3 Bantu pasien mendiskusikan
meningkatkan fungsi perubahan-perubahan
[tubuh] (4) disebabkan oleh penuaaan
Penyesuian terhadap dengan cara yang tepat
perubahan fisik (4) 3.4 Ajarkan pada pasien
18
Kegelisahan(5) 4.4 Cari jalan untuk memahami
Gangguan tidur(5) perspesktif pasien terhadap
Mudah marah (5) situasi yang penuh stress
19
Mempertahankan 5.7 Kaji untuk tanda verbal dan
hubungan sosial(5) non verbal kecemasan
Memantau manisfestasi
fisik dari kecemasan (5)
Mengendalikan respon
kecemasan (5)
D. IMPLEMENTASI
No Diagnosa Implementasi
1 Sindrom lansia lemah b.d Pencegahan jatuh:
perubahan pada fungsi 1.1 Mengidentifikasi kekurangan baik atau hak dari pasien
kognitif dan sarkopenia 1.2 Mengkaji ulang riwayat jatuh dengan pasien ataupun
keluarga
1.3 Menanyakan pada pasien mengenai persepsi
keseimbangan dengan tepat
1.4 Menginstruksikan pasien untuk memanggil bantuan
terkait pergerakan
1.5 Meletakan tempat tidur mekanik pada posisi yang paling
rendah
20
2 Ketidakpatuhan b.d pengaruh Perekatan budaya:
kebudayaan 2.1 Menentukan sifat perbedaan konsep yang dimiliki oleh
perawat dan pasien dalam hal masalah kesehatan dan
rencana perawatan
2.2 Meningkatkan diskusi terbuka terkait persamaan dan
perbedaan budaya
2.3 Mengidentifikasi bersma pasien,praktek kebudayaan yang
mungkin memiliki efek negative pada kesehatan sehingga
pasien bisa membuat keputusan yang tepat
2.4 Menunjukan sikap rilek dan tidak terburu-buru ketika
berinteraksi dengan pasien
2.5 Menggunakan bahasa non teknis
2.6 Menyediakan informasi bagi penyedia layanan kesehatan
terkait budaya yang dimiliki pasien
21
4 Ketidakefektifan koping Peningkatan koping
individu b.d kurang percaya 4.1 Membantu pasien untuk menyelesiakan masalah degan
diri dalam mengatasi cara yang konstruktif
masalah 4.2 Memberikan penilaian dan diskusi respon alternnatif
terhadap situasi yang ada
4.3 Membantu pasien dalam mengembangkan penilaian
terkait dengan kejadian dengan lebih obyektif
4.4 Mencari jalan untuk memahami perspesktif pasien
terhadap situasi yang penuh stress
4.5 Mendukung kemampuan mengatasi situasi secara
berangsur-angsur
4.6 Menumbuhkan cara penyaluran kemarahan dan
permusuhan yang kostruktif
4.7 Menginstruksikan pasien untuk mengguanakan teknik
relaksasi sesuai dengan kebutuhan
22
E. EVALUASI
1. Sindrom lansia lemah b.d perubahan pada fungsi kognitif dan sarkopenia : teratasi
2. Ketidakpatuhan b.d pengaruh kebudayaan : teratasi
3. Harga diri rendah situasional b.d gangguan peran social : teratasi
4. Ketidakefektifan koping individu b.d kurang percaya diri dalam mengatasi masalah :
teratasi
5. Ansietas b.d perubahan besar dalam status kesehatan,fungsi peran, dan status peran :
teratasi
23
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Psikogeriatri atau psikiatri adalah cabang ilmu kedokteran yang memperhatikan
pencegahan, diagnosis, dan terapi gangguan fisik dan psikologis atau psikiatrik pada
lanjut usia. Saat ini disiplin ini sudah berkembang menjadi suatu cabang psikiatrik,
analaog dengan psikiatrik anak,Masalah-masalah yang muncul pada lansia seperti
kemunduran fisik, penurunan fungsi seksual, perubahan aspek psikoseksual, perubahan
dalam peran di masayarakat maka lanjut usia bertujuan untuk mempertahankan
kesehatan. Lanjut usia merupakan proses dari tumbuh kembang yang akan dijalani setiap
individu, yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh dalam beradaptasi dengan
lingkungan maupun orang lain.
B. SARAN
Untuk lansia sendiri lebih memahami tentang kemampuan tubuh saat memasuki
usia lanjut dan lebih memahami emosi dalam diri sendiri, Untuk tenaga kesehatan lebih
memperdalam lagi ilmu tentang lansia tentang emosi yang meningkat pada lansia lebih
memahami konsep apa saja pada lansia yang sering terjadi karna tenaga kesehatan dan
lansia saling membutuhkan jika saling memahami tentang konsep yang ada
24
DAFTAR PUSTAKA
Beck, A. T. Kovacs, M. & Weissman, A. (1979). Assessment of Suicidal Intention: The Scale
for Suicide Ideation. Journal of Consulting and Clinical Psychology, 47, 343-352
Hawari. D. 1996. Al-Qur’an: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
Kaplan, H.I. Sadock, B.J. 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Penerjemah (W.M. Roan).
Keliat, Budi Anna.1996. Peran Serta Keluarga dalam Perawatan Klien Gangguan Jiwa.
Jakarta : EGC.
25