Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah keperawatan kritis yang berjudul “ ASUHAN
KEPERAWATAN ARDS “ ini dengan baik dan tepat waktu.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, baik secara
penulisan, bahasa atau materi yang ada. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun guna lebih sempurnanya makalah ini.
Dengan demikian kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi kami
maupun bagi kita semua.
Kelompok 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Tujuan Umum :
Agar mahasiswa/i dapat meningkatkan wawasan dan ilmu pengetahuan serta untuk
pegangan dalam memberikan bimbingan dan asuhan keperawatan pada klien dengan ARDS
serta Untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan kritis
Tujuan Khusus :
Untuk memahami apaitupenyakitARDS
Untukmengetahui proses timbulnyapenyakitARDS
Untuk mengetahui cara menangani pasien kritisdengan ARDS
untukmengetahuicaramembuat Asuhan Keperawatann pada pasienkritisdenganpenderita
ARDS
BAB II
PEMBAHASAN
A. TINJAUAN TEORI
2.1. Definisi
Sindrom gangguan pernapasan akut (Acute respiratory distress syndrome - ARDS)
merupakan manifestasi cedera akut paru-paru, biasanya akibat sepsis, trauma, dan infeksi paru
berat. Secara klinis, hal ini ditandai dengan dyspnea, hipoksemia, fungsi paru-paru yang
menurun, dan infiltrat difus bilateral pada radiografi dada (Udobi et al, 2010).
Sindrom distres respiratorik akut merupakan bentuk edema pulmoner yang
menyebabkan gagal respiratorik akut dan disebabkan oleh meningkatnya permeabilitas membran
alveolokapiler. Cairan terakumulasi dalam interstisium paru-paru dan ruang alveolar. ARDS
parah bisa menyebabkan hipoksemia yang sulit disembuhkan dan fatal, tetapi pasien yang
sembuh mungkin hanya mengalami sedikit kerusakan paru-paru atau tidak sama sekali (Farid,
20011)
ARDS adalah sindrom klinis yang ditandai dengan penurunan progresi kandungan
oksigen arteri yang terjadi setelah penyakit atau cedera (Smeltzer, 2010)
Jadi, sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS) merupakan cedera akut paru-paru
akibat dari sepsis, trauma dan infeksi paru berat yang ditandai dengan edema paru yang
menyebabkan hipoksemia.
2.2. Etiologi
Beberapa penyebab terjadinya akut respiratori distres sindrom menurut Mutaqqin 2013:
Syok sepsis , hemoragis, kardiogenik dan analfilatik
Infeksi : pneumonia dan tuberculosis
Koagulasi intravaskuler diseminata
Emboli lemak
Aspirasi kandungan lambung yang sangat asam
Menghirup agen beracun, asap dan nitrogen oksida dan atau bahan korosif
Pankreatitis
Toksisitas oksigen
Penyalahgunaan obat-obatan dan narkotika
Sindrom sepsis tampaknya menjadi faktor resiko paling umum, tetapi secara
keseluruhan risiko akan meningkat secara multifaktor. Transfusi darah merupakan risiko
independen faktor. Usia lanjut dan rokok berhubungan dengan peningkatan risiko ARDS,
sementara konsumsi alkohol tampaknya tidak memiliki pengaruh. Sebuah studi menunjukkan
bahwa kematian akibat ARDS pertahun mengalami penurunan.
2.3. Patofisiologi
Berdasarkan patofisiologinya, ARDS dideskripsikan sebagai gagal nafas akut yang
merupakan akibat dari edema pulmoner oleh sebab non kardiak. Edema ini disebabkan oleh
karena adanya peningkatan permeabilitas membrane kapiler sebagai akibat dari kerusakan
alveolar yang difus. Selain itu, protein plasma diikuti dengan makrofag, neutrofil, dan
beberapa sitokin akan dilepaskan dan terakumulasi dalam alveolus, yang kemudian akan
menyebabkan terjadinya dan berlangsungnya proses inflamasi, yang pada akhirnya dapat
memperburuk fungsi pertukaran gas yang ada. Pada keadaan ini membrane hialin (hialinisasi)
juga terbentuk dalam alveoli (Amin & Purwoto,2007) Secara lebih terperinci patofisiologi
ARDS berjalan melalui 3 fase, yaitu fase eksudatif, fase proliteratif, fase fibrinolitik.
2.5. Komplikasi
Superinfeksi bakteri paru berupa bakteri gram negatif (Klebsiella, Pseudomonas, dan
Proteus spp) serta bakteri gram positif Staphylococcus aureus yang resisten merupakan
penyebab utama meningkatnya mortalitas dan morbiditas akibat ARDS. Tension
pneumothorax juga bisa terjadi akibat pemasangan kateter vena sentral dengan positive pressure
ventilation (PPV) serta positive end-expiratory pressure (PEEP). Pasien ARDS yang dirawat
dengan bantuan ventilasi mekanis akan mengalami penurunan volume intravaskular serta
penekanan curah jantung hingga berakibat penurunan transport O2 dan kegagalan organ.
Lemah, lesu, tak bergairah, seakan di ambang kematian, merupakan gejala umum yang
dirasakan pasien ARDS (Farid, 2006).
2.7. Penatalaksanaan
Tujuan terapi
Tidak ada terapi yang dapat menyembuhkan, umumnya bersifat suportif
Terapi berfokus untuk memelihara oksigenasi dan perfusi jaringan yang adekuat
Mencegah komplikasi nosokomial (kaitannya dengan infeksi)
FARMAKOLOGI
1. Inhalasi NO2 (nitric oxide) memberi efek vasodilatasi selektif pada area paru yan
terdistribusi, sehingga menurunkan pirau intrapulmoner dan tekanan arteri
pulmoner, memperbaiki V/Q matching dan oksigenasi arterial. Diberikan hanya pada
pasien dengan hipoksia berat yang refrakter
2. Kortikosteroid pada pasien dengan usia lanjut ARDS / ALI atau fase fibroproliferatif, yaitu
pasien dengan hipoksemia berat yang persisten, pada atau sekitar hari ke 7 ARDS.
Rekomendasi mengenai hal ini masih menunggu hasil studi multi senter RCT besar yang
sedang berlangsung.
3. Ketoconazole: inhibitor poten untuk sintesis tromboksan dan menghambat
biosintesisleukotrienes mungkin bisa digunakan untuk mencegah ARDS
NON-FARMAKOLOGI
1. Ventilasi mekanis dgn berbagai teknik pemberian, menggunakan ventilator,
mengatur PEEP (positive-end expiratory pressure)
2. Pembatasan cairan. pemberian cairan harus menghitung keseimbangan antara :
Kebutuhan perfusi organ yang optimal
Masalah ekstra vasasi cairan ke paru dan jaringan: peningkatan tekanan hidrostatik
intravascular mendorong akumulasi cairan di alveolus.
PEMASANGAN VENTILATOR
a) Pengertian Ventilator
Ventilator adalah peralatan elektrik dan memerlukan sumber listrik. Beberapa ventilator,
menyediakan back up batere, namun batere tidak didesain untuk pemakaian jangka lama.
Ventilator adalah suatu metode penunjang/bantuan hidup (life – support). Maksudnya adalah jika
ventilator berhenti bekerja maka pasien akan meninggal. Oleh sebab itu harus tersedia manual
resusitasi seperti ambu bag di samping tempat tidur pasien yang memakai ventilator, karena jika
ventilator berhenti bekerja dapat langsung dilakukan manual ventilasi.
d) Macam-macam Ventilator.
Menurut sifatnya ventilator dibagi tiga type yaitu:
1. Volume Cycled Ventilator.
Perinsip dasar ventilator ini adalah cyclusnya berdasarkan volume. Mesin berhenti bekerja dan
terjadi ekspirasi bila telah mencapai volume yang ditentukan. Keuntungan volume cycled
ventilator adalah perubahan pada komplain paru pasien tetap memberikan volume tidal yang
konsisten.
2. Pressure Cycled Ventilator
Perinsip dasar ventilator type ini adalah cyclusnya menggunakan tekanan. Mesin berhenti
bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai tekanan yang telah ditentukan. Pada titik
tekanan ini, katup inspirasi tertutup dan ekspirasi terjadi dengan pasif. Kerugian pada type ini
bila ada perubahan komplain paru, maka volume udara yang diberikan juga berubah. Sehingga
pada pasien yang setatus parunya tidak stabil, penggunaan ventilator tipe ini tidak dianjurkan.
3. Time Cycled Ventilator
Prinsip kerja dari ventilator type ini adalah cyclusnya berdasarkan wamtu ekspirasi atau waktu
inspirasi yang telah ditentukan. Waktu inspirasi ditentukan oleh waktu dan kecepatan inspirasi
(jumlah napas permenit)Normal ratio I : E (inspirasi : ekspirasi ) 1 : 2
3. Bagian – bagian Ventilator
Udara Tekan(Air Compress) dan Oksigen Sebagai sumber gas dari ventilator, bisa
menggunakkan Tabung dan Kompressor Medis ataupun Gas Medis pada Wall Outlet. Dengan
standart tekanan 2-10 bar.
2) Humidifier (sebagai pelembab udara yang masuk ke pasien)
3) Circuit Patient (Neonatus/Pediatric dan Adult).
4) Test Slang (Bag untuk coba sebelum ke pasien).
5) Nebulizer (Optional untuk pasien tertentu).
Ada beberapa hal pokok yang berhubungan dengan pernafasan dan alat bantu pernafasan yaitu:
1. Inspirasi
Inspirasi merupakan gerak aktif otot yang paling banyak pengaruhnya adalah diaghfraghma. Hal
lain berpengaruh dalam proses inspirasi ini adalah elastisitas dinding paru- paru dan dinding
dada. Pada proses inspirasi, lengkungan diafraghma bergerak kebawah kearah perut dan menjadi
datar, sehingga pada paru- paru terjadi penurunan tekanan udara, yang mengakibatkan udara dari
luar paru- paru tertarik masuk kedalam paru- paru. Pada proses pernafasan biasa lengkungan
diafragma bergerak sekitar 1 cm, tapi pada tarikan nafas dalam gerakan tersebut bisa mencapai
10 cm. Otot lain pendukung proses inspirasi adalah otot- otot luar dada yang menghubungkan
tulang- tulang iga, yang akan menarik dinding dada keatas dan keluar.
2. Humidifier
Salah satu hal penting dalam proses pernafsan dan dalam alat bantu pernafasn adalah
kelembaban udara pernfasan. Kelembaban ini penting untuk menjaga agar organ- organ
pernafasan baik trachea, bronchus maupun alveolus tetap lembab dan tidak menjadi kering. Prose
pelembaban udara pernafasan menjafi lebih penting dengan dinaikannya kadar oksigen pada
udara inspirasiu. Selain dilembabkan uadara, pernafasan juga dihangatkan sampai mewndekari
temperatur tubuh, untuk mencegah terkejutnya paru- paru terlalu dingin atau terlalu panas.
Dalam pernafasan normal, proses pelembaban dan penghanagtan ini terjadi dirnghga hidung.
Tetapi jika seseoerang memakai alat bantu pernafasan maka rongga hidung dilompati dan udara
langsung ke trachea, sehingga pada alat untuk pernafasan perlu adanya humidifier dan
penghangat.
3. Prinsip kerja pesawat
Pesawat servo ventilator terdiri dari dua bagian, bagian atas adalah bagian pneumatik dan bagian
bawah adalah bagian elektronik. Bagian Pneumatik selain merupakan bagian lintasan udara,
yang juga berisi sensor tekanan udara, sensor aliran udara dan sensor kadar Oksigen.
Udara masuk kealat ini melalui sebuah mixer (pencampur) antara oksigen murni dengan udara
tekan. Tekanan udar masuk ke mixer diharapkan sekitar 4- 6 bar (400- 600 Kpa). Output dari
mixer ini juga dapat diatur kadar oksigeennya antara 21- 100%. Udara campuran masuk ke
ventilator, kemudian udara ini disaring dengan saringan bakteri agar tidak ada bakteri yang
amsuk ke pasien. Udara campuran ini juga melewati sensor oksigen untuk mengetahui kadar
oksigennya. Tekanan udara diatur lagi untuk mendapatkan tekanan udara yang dibutuhkan,
sesuai dengan keadaan pasien. Pengatur tekanan udra campur ini terdiri dari katup udara masuk,
pegas pengatur dan bellow. Untuk orang dewasa tekanan udara normal diatur sekitar 60 Kpa.
Dalam rangakaian ini juga terpasang katup pengaman yang terbuka jika, tekanan udara mencapai
hingga 120 Kpa, sehingga udara dengan tegangan tinggi akan dikeluarkan.
Aliran udar dimonitor oleh flow Tranduser yang sangat peka terhadap aliran udara. Sinyal listrik
flow Tranduser ini menjadi input blok pengatur inspirasi (blok 2), sinyal akan mengatur
membukannya katup inspirasi. Periode pembukaan dan lamanya katup terbuka diatur oleh sinyal
dari blok 1 level frekuensinya. Tergantung dari mode yang dipilih, aktup inspirasi akan terbuka
dengan lebar tertentu oleh sinyal adri Flow randuser maupun sinyal dari Tranduser tekanan yang
telah dibandingkan dengan settingan yang diproses oleh blok 2. Udara dengan kecepatan tertentu
atau dengan tekanan tertentu, hasil pengaturan katup inspirasi inilah yang akan dihembuskan ke
paru- paru pasien setelah mengalami proses pelembababn dan penghangatan. Pada cicle inspirsi
ini juga dilakukan monitoring misalanya tekanan udara pada rongga pernafasan dan kadar
oksigen. Kadar oksigen ini dimonitor oleh oksyhen cell dan merupakan reaksi kimia, dimana sel
oksigen akan mengalami tegangan yang besarnya sesuai dengan kadar oksigen yang lewat sel
oksigen tersebut. Sinyal- sinyal monitoring ini diproses dalam blok monitorin ( blok 4) dan akan
menampilkan pada display seven segmen. Selain itu blok 4 merupakan penghubung dengan
panel input atau output untuk sambungan dengan peralatan lain.
Ketika udara berada dalam paru- paru maka terjadi keadaa diam dimana katup inspirasi dan
ekspirasi tertutup. Dalam keadaan ini paru – paru mengembang dan terjapertukaran oksigen
dengan karbondioksida.
Langkah- Langkah pengopersian pesawat
1. Gunakan tekanan udara (0,2- 7 Kgf/cm2) dari sentral gas, kompresor tekanan rendah atau
gas tabung.
2. Hubungkan kabel supply teganagan ke soket tegangan dinding yang telah diberi ground,
tekan swtch ke posisi On ( indikator menyala)/
3. Hubungkan pipa udara tekan dengan menggunakan coupling.
4. Tekanan yang ditunjukan manometer yaitu 60 cm H2O dengan cara mengatur preset
working p[ressure.
5. Hubungkan pasien tube, Humidifier dan katup penutup pesawat.
6. Pasang Humiudifier, hubungkan water Trap kebagian Ekspirasi.
7. Atur volume inspirasi.
8. Nilai respirasi yang diinginkan diatur pada tombol Breaath/ min.
9. Atur nilai yang diinginkan untuk pause time(%) dan inspirasi (%).
10. Pilih fungsi penapasan melalui syimbol sigh.
11. Hubungkan Ventilator ke opasien.
12. Atur tombol alrm
13. Tekanan udar yang diberikan diatur sekitar 340 cm H2O dan batas alrm tertinggi pada
posisi tengah trigger level.
Pemeliharaan Pesawat
1. Hubungan antara pesawat denghan sumber tegangan dan gas harus diputuskan.
2. Tutup bagian Pneumatik dibuka.
3. Penutup bellows dibuka, kemudian ujung gas inlet dibuka atau diangakat.
4. Secara vertcal.
5. Kotak logam dibuka kemudian steril filter warna biru dikeluarakan, ganti steril filtr yang
baru.
6. Kotak logam dipasang kembali dan masukan ketempat semula.
7. Konektor dilepaskan dari taranduser aliran
8. Tube Tranduser tekanan dilepas dari pipa dan stewril filter.
9. Steril filter dilepaskan dari tube Tranduser ganti dengan yang baru.
10. Bagian Pneumatik ditutup kembali.
B. KONSEP DASAR ASKEP
Kolaboratif: Kolaboratif:
- Review X-Ray - Memperlihatkan kongesti
dada paru yang progresif.
- Berikan obat- - Untuk mencegah
obat jika ada keparahan pada penyakit
indikasi seperti
steroids,
antibiotic,
bronchodilator,
dan
ekspektorant.
3.1. Kesimpulan
ARDS adalah Suatu penyakit yang disebabkan oleh kerusakan luas alveolus dan/atau
membrane kapilerparu.ARDS selalu terjadi setelah suatu gangguan besar pada system paru,
kardiovaskuler, atau tubuh secara luas.ARDS adalah kondisi kedaruratan paru yang tiba-tiba dan
bentuk kegagalan nafas berat, hipoksemia dan infiltrat yang menyebar dikeduabelah paru
biasanya terjadi pada orang yang sebelumnya sehat yang telah terpajan pada berbagai penyebab
pulmonal atau non-pulmonal ( Hudak, 1997 ).
Adult Respirator Distress Syndrome (ARDS ) merupakan keadaaan gagal napas
mendadak yang timbul pada kilen dewasa tanpa kelainan paru yang mendasari sebelumnya. Sulit
untuk membuat definisi secara tepat, karena patogenesisnya belum jelas dan terdapat banyak
factor predisposisi seperti syok karena perdarahan, spesies, rudak paksa / trauma pada paru atau
bagian tubuh lainnya, pancreatitis akut, aspirasi cairan lambung, intoksikasi heroin, atau
metadon.
Acute respiratory distress syndrome (ARDS) adalah sekumpulan gejala dan tanda yang
terdiri dari empat komponenyaitu: gagal napas akut, perbandingan antara PaO2/FiO2<300
mmHg untuk ALI dan<200 mmHg untuk ARDS, terdapat gambaranin filtrat alveolar bilateral
yang sesuai dengan gambaran edema paru pada foto toraks dan tidak ada hipertensi atrium kiri
serta tekanan kapiler wedge paru<18 mmHg. Hal ini terjadi karena peningkatan permeabilitas
membrane alveolarkapile rterhadap air, larutan dan protein plasma disertai kerusakan alveolar
difus dan akumulasi cairan yang mengandung protein dalam parenkim paru. ARDS muncul
sebagai respons terhadap berbahai trauma dan penyakit yang mempengaruhi paru baik secara
langsung maupun tidak langsung. Penanganan yang holistic pada tahap awal penyakit sangat
penting. Prinsip-prinsip dasar penangan ARDS adalah pertama: pemberian oksigen, PEEP dan
ventilasi tekanan positif, kedua: atas infeksi, MODS dan penyebab dasarnya, ketiga: pengaturan
ventilasi mekanik yang hati-hati terutama volume tidal.
Diagnosan keperawatan yang muncul adalah :
1. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan hilangnya fungsi jalan nafas, peningkatan
secret pulmonal, peningkatan resistensi jalan nafas
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan alveolar hipoventilasi, penumpukan cairan di
permukaan alveoli, hilangnya surfaktan pada permukaan alveoli
3. Resiko tinggi kelebihan volome cairan berhubungan dengan edema pulmonal non Kardia.
3.2. Saran
Kepada perawat diharapkan dapat memberikan komunikasi yang jelas kepada pasien
dalammempercepat penyembuhan. Berikan pula Penatalaksanaan yang efektif dan efisien pada
pasien untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan mencegah terjadinya resiko pada ards.
Kepada tenaga keperawatan untuk dapat memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan
ARDS.sesuai dengan kebutuhan klien.Kepada dosen pembimbing dapat memberian penjelasan
secarA merinci tentang askep pada pasien ARDS.
Dalam pembuatan makalah ini penyusun menyadari tentu banyak kekurangan dan
kejanggalan baik dalam penulisan maupun penjabaran materi serta penyusunan atau sistematik
penyusunan. Untuk itu,penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca semua. Dan penyusun juga berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi
kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. 2009.Buku Ajar Asuhan Keperawata Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan;SalembaMedika.
https://sehati11022012.blogspot.com/2013/10/makalah-sistem-respirari-ards-lengkap.html
Amin Z, Purwoto J. Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS). In: Sudoyo AW, Setiyohadi
B, Alwi I. BukuAjarIlmuPenyakitDalam. BalaiPenerbit FK UI; 2009. Hal: 4072-4079.
Mutaqqin, Arif, 203. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Pernapasan. Salemba
Medika : Jakarta
Indonesian Journal ofCHESTCritical and Emergency Medicine Vol. 3, No. 2 Apr - Jun 2016
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/62792/5_644256781006012418.pdf?
sequence=1&isAllowed=y