Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

“PENDEKATAN TEORI MODEL KEPERAWATAN ANAK”

Dosen Pengampu : Ns. Dwi Elka Fitri, S. Kep, M. Kep


Mata Kuliah : Keperawatan Anak
Oleh : Julia Nesti (19010005)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PEKANBARU MEDICAL CENTER
T.A 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat yang melimpah sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah
“Pendekatan Teori Model Keperawatan Anak” dengan tepat waktu dan tanpa
halangan suatu apapun.

Penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan dan dukungan yang telah
diberikan dalam proses penyusunan makalah Keperawatan Anak I yang berjudul
“Pendekatan Teori Model Keperawatan Anak” kami ucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu Christina Ririn Widianti, M.Kep., Ns.Sp.Kep. An, selaku koordinator


mata kuliah Keperawatan Anak I serta Sr.Therese Maura Hardjanti CB.
MSN, selaku dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Anak I
2. Teman-teman kelompok 4
3. Semua pihak yang telah berpartisipasi aktif dalam proses penyusunan
makalah Keperawatan Anak I

Penulis menyadari bahwa dalam penyusun makalah Keperawatan Anak I yang


berjudul “Pendekatan Teori Model Keperawatan Anak” ini masih banyak
kekurangan. Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak agar pembuatan makalah Keperawatan Anak I ini
menjadi lebih baik lagi dan mampu memberikan manfaat bagi para pembaca.
Terima kasih.

Yogyakarta, 24 Maret 2020

Tim penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang............................................................................................1

B. Rumusan Masalah......................................................................................2

C. Tujuan..........................................................................................................2

D. Manfaat........................................................................................................2

BAB II.....................................................................................................................3

PEMBAHASAN.....................................................................................................3

A. Pengertian Keperawatan Anak.................................................................3

B. Prinsip Keperawatan pada Anak..............................................................4

C. Paradigma Keperawatan pada Anak........................................................5

D. Macam-Macam Teori Model Keperawatan pada Anak.........................8

E. Pendekatan Teori Model Keperawatan pada Anak................................8

F. Penerapan Pendekatan Teori Model Keperawatan pada Anak...........13

BAB III..................................................................................................................20

PENUTUP.............................................................................................................20

A. Kesimpulan................................................................................................20

B. Saran..........................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................22
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan sebagai bagian integral pelayanan kesehatan merupakan suatu
bentuk pelayanan professional yang didasarkan pada ilmu keperawatan.
perkembangan ilmu keperawatan selalu mengikuti perkembangan ilmu lain,
karena ilmu keperawatan merupakan ilmu terapan yang dapat berubah seiring
dengan perkembangan zaman. Demikian juga dengan pelayanan keperawatan di
Indonesia, kedepan diharapkan perawat harus mampu memberikan pelayanan
kepada masyarakat secara profesional sesuai dengan tuntutan kebutuhan
masyarakat serta teknologi bidang kesehatan yang selalu berkembang.
Pelaksanaan asuhan keperawatan di sebagian besar rumah sakit Indonesia
umumnya telah menerapkan pendekatan ilmiah melalui proses keperawatan .
Profesi keperawatan adalah profesi yang unik dan kompleks. Dalam
melaksanakan prakteknya, perawat harus mengacu pada model konsep dan teori
keperawatan yang sudah dimunculkan.Konsep adalah suatu ide dimana terdapat
suatu kesan yang abstrak yang dapat diorganisir dengan smbol-simbol yang nyata,
sedangkan konsep keperawatan merupakan ide untuk menyusun suatu kerangka
konseptual atau model keperawatan .
Keperawatan anak merupakan keyakinan atau pandangan yang dimiliki
perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada anak yang berfokus pada
keluarga (family centered care), pencegahan terhadap trauma (atrumatic care), dan
manajemen kasus. Dalam dunia keperawatan anak, perawat perlu memahami,
menginggat adanya beberapa prinsip yang berbeda dalam penerapan asuhan
dikarenakan anak bukan miniatur orang dewasa tetapi sebagai individu yang unik
(Hidayat, 2005). Sebagai perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan
anak, harus mampu memfasilitasi keluarga dalam berbagai bentuk pelayanan
kesehatan baik berupa pemberian tindakan keperawatan langsung maupun
pemberian pendidikan kesehatan pada anak dan asuhan keperawatan.
Teori adalah sekelompok konsep yang membentuk sebuah pola yang nyata
atau suatu pernyataan yang menjelaskan suatu proses, peristiwa atau kejadian
yang
1
didasari fakta-fakta yang telah di observasi tetapi kurang absolut atau bukti secara
langsung. Yang dimaksud teori keperawatan adalah usaha-usaha untuk
menguraikan atau menjelaskan fenomena mengenai keperawatan . Teori
keperawatan digunakan sebagai dasar dalam menyusun suatu model konsep
dalam keperawatan, dan model konsep keperawatan digunakan dalam
menentukan model praktek keperawatan. Dalam keperawatan anak terdapat teori
dan model yang dapat diterapkan sebagai dasar keperawatan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian keperawatan anak?
2. Apa saja prinsip keperawatan pada anak?
3. Bagaimana paradigma keperawatan anak?
4. Apa saja pendekatan teori model keperawatan pada anak menurut para ahli?
5. Bagaimana pendekatan teori model keperawatan pada anak menurut para ahli?
6. Bagaimana penerapan teori model keperawatan pada anak menurut para ahli?

C. Tujuan
1. Menguraikan pengertian keperawatan pada anak
2. Menguraikan prinsip keperawatan pada anak
3. Menjabarkan paradigma keperawatan anak
4. Mendeskripsikan pendekatan teori model keperawatan pada anak menurut
para ahli
5. Menguraikan pendekatan teori model keperawatan pada anak menurut para ahli
6. Menjabarkan penerapan teori model keperawatan pada anak menurut para ahli

D. Manfaat
Pembuatan makalah Keperawatan Anak I yang berjudul “Pendekatan Teori
Model Keperawatan Anak” diharapkan bermanfaat bagi mahasiswa untuk dapat
memahami berbagai pendekatan teori model keperawatan anak menurut para ahli
dan mampu mengetahui penerapan dari pendekatan teori model keperawatan anak
dalam dalam memberikan asuhan dan pelayanan keperawatan pada anak
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Keperawatan Anak


1. Pengertian Anak
Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan
perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa
pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun) usia
bermain/oddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5), usia sekolah (5-11 tahun)
hingga remaja (11-18 tahun). Rentang ini berada antara anak satu dengan yang
lain mengingat latar belakang anak berbeda. Pada anak terdapat rentang
perubahan pertumbuhan dan perkembangan yaitu rentang cepat dan lambat.
Dalam proses perkembangan anak memiliki ciri fisik, kognitif, konsep diri, pola
koping dan perilaku sosial. Ciri fisik adalah semua anak tidak mungkin
pertumbuhan fisik yang sama akan tetapi mempunyai perbedaan dan
pertumbuhannya. Demikian juga halnya perkembangan kognitif juga mengalami
perkembangan yang tidak sama. Adakalanya anak dengan perkembangan kognitif
yang cepat dan juga adakalanya perkembangan kognitif yang lambat
2. Pengertian Keperawatan Anak
Keperawatan anak yaitu suatu praktek keperawatan yang menekankan pada
status kesehatan anak (bayi-remaja). Filosofi keperawatan Anak Merupakan
keyakinan atau pandangan yang dimiliki perawat dalam memberikan pelayanan
keperawatan pada anak yang meliputi : Perawatan berfokus pada keluarga.
Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan anak, mengingat anak bagian
dari keluarga. Kehidupan anak dapat ditentukan oleh lingkungan dari keluarga,
untuk itu keperawatan anak harus mengenal keluarga sebagai tempat tinggalatau
sebagai konstanta tetap dalam kehidupan anak (Wong, Perry & Hockenberry,
2002). Perawat sebagai pemberi pelayanan berfokus pada keluarga dengan
memperhatikan kekuatan dan kelemahan keluarga
B. Prinsip Keperawatan Anak
Terdapat prinsip atau dasar dalam keperawatan anak yang dijadikan sebagai
pedoman dalam memahami filosofi keperawatan anak. Perawat harus
memahaminya, mengingat ada beberapa prinsip yang berbeda dalam penerapan
asuhan. Di antara prinsip dalam asuhan keperawatan anak tersebut adalah:
Pertama, anak bukan miniature orang dewasa tetapi sebagai individu yang
unik. Prinsip dan pandangan ini mengandung arti bahwa tidak boleh memandang
anak dari ukuran fisik saja sebagaimana orang dewasa melainkan anak sebagai
individu yang unik yang mempunyai pola pertumbuhan dan perkembangan
menuju proses kematangan. Pola-pola inilah yang harus dijadikan ukuran, bukan
hanya bentuk fisiknya saja tetapi kemampuan dan kematangannya.
Kedua, anak adalah sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan
sesuai dengan tahap perkembangan. Sebagai individu yang unik anak memiliki
berbagai kebutuhan yang berbeda satu dengan yang lain sesuai dengan usia
tumbuh kembang. Kebutuhan tersebut dapat meliputi kebutuhan fisiologis seperti
kebutuhan nutrisi dan cairan, aktivitas, eliminasi, istirahat, tidur, dan lain-lain.
Selain kebutuhan fisiologis tersebut, anak juga sebagai individu yang juga
membutuhkan kebutuhan psikologis, sosial, dan spiritual. Hal tersebut dapat
terlihat pada tahap usia tumbuh kembang anak. Pada saat yang bersamaan perlu
memandang tingkat kebutuhan khusus yang dialami oleh anak.
Ketiga, pelayanan keperawatan anak berorientasi pada upaya pencegahan
penyakit dan peningkatan derajat kesehatan, bukan hanya mengobati anak yang
sakit. Upaya pencegahan penyakit dan peningkatan derajat kesehatan bertujuan
untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian pada anak, mengingat anak
adalah generasi penerus bangsa.
Keempat, keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang
berfokus pada kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung jawab secara
komprehensif dalam memberikan asuhan keperawatan anak.
Kelima, praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak dan
keluarga untuk mencegah, mengkaji, mengintervensi, dan meningkatkan
kesejahteraan hidup, dengan menggunakan proses keperawatan yang sesuai
dengan aspek moral (etik) dan aspek hukum (legal).
Keenam, tujuan keperawatan anak dan remaja adalah untuk meningkatkan
maturasi atau kematangan yang sehat bagi anak dan remaja sebagai mahluk
biopsikososial dan spiritual dalam konteks keluarga dan masyarakat.
Ketujuh, pada masa yang akan datang kecenderungan keperawatan anak
berfokus pada ilmu tumbuh kembang sebab ilmu tumbuh kembang ini yang akan
mempelajari aspek kehidupan anak (Azis, 2005).

C. Paradigma Keperawatan Anak

Manusia/ anak

Sehat sakit lingkungan

Keperawatan

1. Manusia (anak)

Sebagai klien dalam keperawatan anak adalah individu yang berusia antara 0
sampai 18 tahun, yang sedang dalam proses tumbuh kembang, mempunyai
kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial, dan spiritual) yang berbeda
dengan orang dewasa. Kebutuhan fisik/biologis anak mencakup makan, minum,
udara, eliminasi, tempat berteduh dan kehangatan. Secara psikologis anak
membutuhkan cinta dan kasih sayang, rasa aman atau bebas dari ancaman. Anak
membutuhkan disiplin dan otoritas untuk menghindari bahaya, mengembangkan
kemampuan berpikir dan bertindak mandiri. Anak juga membutuhkan kesempatan
untuk belajar berpikir dan membuat keputusan secara mandiri. Untuk
pengembangan harga diri, anak membutuhkan penghargaan pribadi terutama pada
usia 1 sampai 3 tahun (todler), penghargaan merupakan pengalaman positif dalam
membentuk hargadiri. Untuk itu di perlukan penerimaan dan pengakuan dari
orang tua dan lingkungannya. Secara sosial anak membutuhkan lingkungan yang
dapat memfasilitasinya untuk berinteraksi dan mengekspresikan ide/ pikiran dan
perasaanya.

2. Sehat

Sehat dalam keperawatan anak adalah sehat dalam rentang sehat-sakit. Sehat
adalah keadaan kesejahteraan optimal antara fisik, mental, dan sosial yang harus
di capai sepanjang kehidupan anak dalam rangka mencapai tingkat pertumbuhan
dan perkembangan yang optimal sesuai dengan usianya. Denagan demikian,
apabila anak sakit, hal ini akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
fisik, psikologis, intelektual, sosial, dan spiritual. Sehat-sakit berada dalam suatu
rentang mulai dari sehat optimal pada satu kutub sampai meninggal pada kutub
lainya seperti terlihat berikut ini.

Sehat optimal Sakit berat meninggal

Sepanjang rentang tersebut, anak memerlukan bantuan perawat baik secara


langsung saat anak sakit maupun tidak langsung dengan melakukan bimbingan
antisipasi pada orang tuanya. Dalam keadaan sehat optimal pun anak memerlukan
bantuan perawat,misalnya untuk upaya pencegahan dan promosi kesehatan,
seperti pelayanan imunisasi atau peningkatan pengetahuan tentang kebersihan
perseorangan dan gizi yang memenuhi syarat kesehatan. Apabila terjadi perbedaan
persepsi antara orang tua dan perawat tentang konsep sehat-sakit tersebut, timbul
masalah pemahaman keluarga tentang makna sehat-sakit. Kondisi sehat yang berat
menurut persepsi perawat, dapat di persepsikan sebagai suatu kondisi yang biasa
saja oleh orang tua. Untuk itu di perlukan bantuan perawat untuk menyamakan
persepsi tersebut. Pada kutub ekstrmi, yaitu kematian anak, orang tua tetap
memerlukan bantuan perawat untuk mengantarkan anak pada kematian yang tenag
melalui perawatan menjelang ajal (dying care).
3. Lingkungan

Anak adalah individu yang masih bergantung pada lingkungan, yaitu orang
dewasa di sekitarnya. Lingkungan terdiri atas lingkungan internal dan lingkungan
eksternal, dan dapat mempengaruhi kesehatan anak. Lingkungan internal, yaitu
genetik ( keturunan), kematangan biologis, jenis kelamin intelektual, emosi, dan
adanya predisposisi atau resistensi terhadap penyakit. Lingkungan eksternal, yaitu
status nutrisi, orang tua, sodara sekandung (sibling), masyarakat atau kelompok
sekolah, kelompok atau geng, disiplin yang di tanamkan orang tua, agama ,
budatya, status sosial-ekonomi, iklim, cuaca sekitar dan lingkungan fisik/biologis
baik rumah maupun sanitasi di sekelilingnya. Perkembangan anak sangat di
pengaruhi rangsangan terutama dari lingkungan eksternal, yaitu lingkungan yang
aman, perduli, dan penuh dengan ksih sayang.

4. Keperawatan

Untuk memperoleh pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, perawat


dapat membantu anak dan keluarganya memenihi kebutuhan yang spesifik dengan
cara membina hubungan terapeutik dengan anak/keluarga melalui peranya sebagai
pembela, pemulihan/pemeliharan kesehatan, koordinator, kolaborator, pembutan
keputusan etik dan perencana kesehatan.

Fokus utama dalam pelaksanaan pelayan keperawatan adalah peningkatan


kesehatan dan pencegahan penyakit, dengan falsafah yang utama, yaitu asuhan
keperawatan yang berpusat pada keluarga dan perawatan yang terapeutik. Selama
proses asuhan keperawatan dijadikan, keluarga dianggap sebagai mitra bagi
perawat dalam rangka mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak.
Dua konsep yang mendasari dalam kerjasma orang tua-perawat ini adalah
manifestasi keluarga unuk aktif terlibat dalam asuhan keperawatan anaknya di
rumah sakit dan memberdayakan kemampuan keluarga baik dari aspek
pengetahuan, ketarampilan maupun sikap dalam melaksanakan perawatan
anaknya di rumah sakit, melalui interaksi yang terapeutik dengan keluarga
(empowering). bentuk intervensi utama yang di perlukan anak dan keluarganya
adalah pemberian dukungan, pemberianpendidikan kesehatan, dan upaya rujukan
kepada tenaga kesehatan lain yang berkompeten yang sesuai dengan kebutuhan
anak.
D. Teori Model Pendekatan pada Anak
Berikut beberapa Teori Keperawatan yang dapat di gunakan sebagai acuan
dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan pada anak :

1. Kathryn E.Barnard ( Hubungan interaktif antara orang tua dan anak


secara langsung yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
harian)

2. Florence Nightingale (lingkungan Keperawatan (ventilasi, kehangatan


,cahaya, diet, kebersihann dan ketenangan )

3. Lydia E.Hall (Lingkaran Keperawatan Care , Cure, Core)

4. Hildegard E.Peplau (Fase hubungan perawat-pasien orientasi, kerja,


terminasi)

5. Margaret Jean Herman Watson ( Ten Caractive Faktor )

6. Madeleine Leininger (Culturu Care Deversity and University)

7. Afaf Ibrahim Meleis ( Teori Transisi)

8. Kristen M.Swanson (Caring)

9. Katharine Kolcaba (Teory of Comfort)

10. Teori Konservasi Levine

E. Penerapan Teori Model Keperawatan pada Anak Menurut para Ahli


1. Teori Kathryn E. Barnard
Dr. Barnard PCI (Parent Child Interaction) Model mendalilkan bahwa
hubungan interaktif antara orangtua dan anak secara langsung mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan kognitif.Selain itu, kualitas interaksi ini dapat
diukur untuk keberhasilan mereka dan informasi ini digunakan untuk
mengidentifikasi berisiko keluarga (PCI, 2007).Menurut model ini, orang tua
dan anak terus tanggung jawab untuk menetapkan "komunikasi isyarat," atau
akurat mengirim dan menerima isyarat dalam lingkungan mereka (The Barnard
Model, 2007).Interpretasi yang sesuai dan tepat waktu respon oleh kedua belah
pihak merupakan komponen penting dari dialog(Huber, 1991).
Barnard juga mengidentifikasifaktor-faktor tertentu di lingkungan yang
memiliki dampak yang signifikan terhadap pembentukan hubungan yang
diinginkan (Illman, 1996). Untuk mendukung teori dan mengidentifikasi
beresiko keluarga, Dr. Barnard dirancang skala penilaian yang dikenal sebagai
Nursing Child Assessment Feeding Scale(NCAFS) dan Nursing Child
Assessment Teaching Scale(NCATS), untuk mengukur perilaku antara orangtua
dan anak akurat (Huber, 1991).Skala ini telah diuji dan ditemukan diandalkan
untuk digunakan baik sebagai langkah penilaian dan hasil untuk kelompok
berisiko termasuk rendah bayi sosial-ekonomi, prematur, dan bayi dari ibu
remaja (Huber, 1991).
Menurut Baker et al.(1994), Model Barnard juga dapat diterapkan di banyak
disiplin ilmu lain yang mengamati hubungan orangtua anak. Selain adaptasi
mereka, kekuatan tambahan skala penilaian Barnard adalah waktu singkat
administrasi, kemudahan penggunaan, dan kemampuan mereka untuk dilakukan
di sekitar aktivitas normal anak makan dan atau bermain tanpa memerlukan
gangguan pola harian nya (Huber, 1991). Keumuman Model Dr Barnard,
awalnya dirancang untuk mengatasi tahun pertama kehidupan seorang anak,
sejak burgeoned untuk menyertakan penilaian anak-anak sampai usia tiga tahun
(Masters, 2012).

2. Teori Caring Kristen Swanson

Menurut Swanson (1991) ada 5 dimensi yang mendasari konsep caring yaitu :

a. Maintaining Belief
Adanya kepercayaan dan keyakinan seseorang dalam melalui proses
kehidupan dan masa saat transisi dalam hidupnya untuk menghadapi masa depan
dengan penuh keyakinan, menumbuhkan bersikap optimisme, memaknai arti
atau mengambil hikmah dari setiap peristiwa, dan selalu ada untuk orang lain
dalam situasi apa pun. Tujuannya adalah untuk membantu orang lain dalam
batas-batas kehidupannya sehingga dapat menemukan makna dan
mempertahankan sikap yang penuh harapan. Memelihara dan mempertahankan
keyakinan nilai hidup seseorang adalah dasar dari caring dalam praktek
keperawatan.
b. Knowing
Berusaha mengerti kejadian-kejadian yang memberikan makna dalam
kehidupan klien. Mempertahankan kepercayaan adalah dasar dari caring
keperawatan, knowing dianggap suatu pembelajaran terhadap pengalaman hidup
klien dengan mengesampingkan asumsi perawat yang mengetahui kebutuhan
klien, Universitas Sumatera Utara menggali/mencari informasi klien secara
detail, peka terhadap bahasa verbal dan non verbal, memfokus kepada satu
tujuan keperawatan, serta melibatkan orang yang memberi asuhan dan orang
yang diberi asuhan dan menyatukan persepsi antara perawat dan klien.
c. Being with
Bukan hanya hadir secara menyeluruh tetapi juga saling berkomunikasi yang
bertujuan untuk berbagi apa yang dirasakan klien dan secara emosional
memberikan dukungan dan kenyamanan serta memantau klien baik fisik maupun
emosional
d. Doing For
Melakukan sesuatu tindakan kepada klien dengan mengantisipasi kebutuhan
yang diperlukan, kenyamanan, menjaga privasi dan martabat klien
e. Enablings
Memberikan kemudahan atau memberdayakan klien, memfasilitasi klien agar
dapat melewati masa transisi dalam hidupnya dan melewati setiap peristiwa
dalam hidupnya yang belum pernah dialami dengan memberi informasi,
menjelaskan, mendukung dengan fokus masalah yang relevan, berfikir melalui
masalah dan menghasilkan alternatif pemecahan masalah sehingga
meningkatkan penyembuhan klien atau klien mampu melakukan tindakan yang
tidak biasa dia lakukan dengan cara memberikan dukungan, memvalidasi
perasaan dan memberikan umpan balik/feedback.

3. Teori Konservasi Levin

Teori keperawatan Myra Levine dirumuskan pada tahun 1966 dan


dipublikasikan pada tahun 1973, menggambarkan klien sebagai mahkluk hidup
terintegrasi yang saling berinteraksi dan beradaptasi terhadap lingkungannya.
Lervine percaya bahwa intervensi keperawatan merupakan aktivitas konservasi ,
dengan konservasi energy sebagai pertimbangan utama (Fawcett,1989).Sehat
dipandang dari sudut konservasi energy dalam lingkup area sebagai berikut ,
Levine menyebutnya sebagai empat prinsip konservasi dalam keperawatan :

a. Konservasi Energi
Tujuan dari konversi energy ini adalah untuk menghindari penggunaan
energy yang berlebihan atau kelelahan. Karena individu memerlukan
keseimbangan energy dan memperbaharui energy sevara konstan untuk
mempertahankan aktivitas hidup.Dalam praktek keperwatan hal ini terlihat di
ruang rawat pasien disamping tempat tidur pasien .
b. Konservasi Struktur Integritas
Penyembuhan adalah suatu proses pergantian dari intergritas struktur
Seorang perawat harus membatasi jumlah jaringan yang terlibat dengan penyakit
melalui perubahan fungsi dan intervensi keperawatan .
c. Konservasi integritas personal
Seorang perawat harus dapat menghargai diri pasien .Hal ini bias terlihat
ketika klien dipanggil dengan namanya .Sikap menghargai tersebut terjadi
karena adanya proses nilai personal yang menyediakan privasi selama prosedur.
d. Konservasi Integritas Sosial
Kehidupan berarti komunitas ,social dan kesehatan merupakan keadaan
social yang telah ditentukan .Oleh karena itu ,perawat berperan menyediakan
kebutuhan terhadap keluarga ,membantu kehidupan religius dan menggunakan
hubungan interpersonal .

4. Teori Kenyamanan Kolcaba

Teori kenyamanan Kolcaba terdiri atas tiga tipe, yaitu (1) relief: kondisi
resipien yang membutuhkan penanganan spesifik dan segera, (2) ease: kondisi
tenteram atau kepuasan hati dari klien yang terjadi karena hilangnya
ketidaknyamanan fisik yang dirasakan pada semua kebutuhan, (3)
transcendence: keadaan dimana seseorang individu mampu mengatasi masalah
dari ketidaknyamanan yang terjadi.

Kolcaba memandang bahwa kenyamanan merupakan kebutuhan dasar


seorang individu yang bersifat holistik, meliputi kenyamanan fisik,
psikospiritual,
sosiokultural, lingkungan. Kenyamanan fisik berhubungan dengan mekanisme
sensasi tubuh dan homeostasis, meliputi penurunan kemampuan tubuh dalam
merespon suatu penyakit atau prosedur invasif. Beberapa alternatif untuk
memenuhi kebutuhan fisik adalah memberikan obat, merubah posisi, backrub,
kompres hangat atau dingin, sentuhan terapeutik. Kenyamanan psikospiritual
dikaitkan dengan keharmonisan hati dan ketenangan jiwa, yang dapat difasilitasi
dengan memfasilitasi kebutuhan interaksi dan sosialisasi klien dengan orang-
orang terdekat selama perawatan dan melibatkan keluarga secara aktif dalam
proses kesembuhan klien.

Kebutuhan kenyamanan sosiokultural berhubungan dengan hubungan


interpersonal, keluarga dan masyarakat, meliputi kebutuhan terhadap informasi
kepulangan (discharge planning), dan perawatan yang sesuai dengan budaya
klien. Beberapa cara untuk memenuhi kebutuhan sosiokultural adalah
menciptakan hubungan terapeutik dengan klien, menghargai hak-hak klien tanpa
memandang status sosial atau budaya, mendorong klien untuk mengekspresikan
perasaannya, dan memfasilitasi kerja tim yang mengatasi kemungkinan adanya
konflik antara proses penyembuhan dengan budaya klien. Kebutuhan yang
terakhir adalah kebutuhan akan kenyamanan lingkungan yang berhubungan
dengan menjaga kerapian dan kebersihan lingkungan, membatasi pengunjung
dan terapi saat klien beristirahat, dan memberikan lingkungan yang aman bagi
klien (Kolcaba, Tilton, & Drouin, 2006).

F. Penerapan Teori Model Pendekatan pada Anak Menurut para Ahli


1. Aplikasi Teori Kathryn E. Barnard
Teori keperawatan Barnard berfokus pada interaksi antara ibu-bayi dan
lingkungannya. Menurut teori ini, karakteristik individu dipengaruhi oleh sistem
ibu-bayi yang terjadi dan perilaku adaptifnya memodifikasi karakteristik tersebut
untuk menemukan kebutuhan-kebutuhan sistem yang ada. Teori Barnard
dikembangkan dari psikologi dan perkembangan manusia. Teori ini didasarkan
skala perkembangan untuk mengukur efek pemberian makan, pendidikan
kesehatan dan lingkungannya ( Tomey & Alligood, 2006).
Model keperawatan Barnard pada awalnya dikembangkan untuk bayi/infant,
dan selanjutnya berkembang menjadi teori interaksi pengkajian pada anak.
Model ini difokuskan pada pengembangan perangkat atau suatu format
pengkajian untuk mengevaluasi kesehatan anak, perkembangan dan
pertumbuhannya dengan melihat hubungan orangtua- anak sebagai suatu
interaksi. Karakteristik orang tua dan anak dimodifikasi sedemikian rupa sesuai
dengan kebutuhan sistem. Barnard menekankan modifikasi sebagai perilaku
adaptif (Tomey & Alligood, 19980).
Perilaku adaptif tersebut meliputi :

a. Infant clarity of cues (kejelasan isyarat bayi)


Untuk berpartisipasi dalam suatu hubungan yang seimbang, bayi harus
memberikan isyarat kepada caregiver. Isyarat yang diberikan dapat
mempermudah atau mempersulit orang tua untuk memahami isyarat tersebut dan
membuat modifikasi yang tepat sesuai perilaku tersebut. Bayi memberikan
beberapa isyarat seperti rewel, tidur, cari perhatian, rasa lapar dan rasa kenyang
dan perubahan aktivitas tubuh.
b. Infant responiviness to caregiver (respon bayi terhadap pengasuh)
Bukan hanya bayi harus memberikan isyarat sehingga bayi dapat
memodifikasi kembali perilakunya. Secara jelas, jika bayi tidak berespon
terhadap isyarat dari caregiver, adaptasi tidak mungkin terjadi
c. Parent sensitivity to the child’s cues (rasa sensitif orang tua terhadap isyarat
bayi)
Orang tua, seperti halnya bayi, harus mampu memahami isyarat yang
diberikan bayi sehingga mereka memodifikasi perilakunya dengan tepat. Orang
tua yang memiliki masalah dalam aspek kehidupannya seperti : masalah
pekerjaan dan keuangan, masalah emosional atau stress dalam pernikahan, dapat
menjadi tidak sensitive terhadap isyarat bayi. Jika stress dapat diatasi oleh orang
tua, orang tua dapat memahami isyarat bayinya.
d. Parent’s ability to alleviate the infant’s distress (kemampuan orang tua
mengurangi distress pada bayi)
Beberapa isyarat yang diberikan bayi membantu orang tua. Efektifitas orang
tua dalam mengurangi distress bayi bergantung pada beberapa hal, yaitu :
1) Orang tua harus mengenali bahwa distress sedang terjadi,
2) Harus mengetahui tindakan yang tepat untuk mengurangi distress.
3) Dan akhirnya orang tua harus mampu melaksanakan tindakan sesuai
pengetahuannya.
e. Parent’s social and emotional growth fostering activities (orang tua
membantu pertumbuhan social dan emosional)
Kemampuan untuk membantu aktivitas pertumbuhan social emosional
bergantung kamampuan orang tua untuk beradaptasi secara luas. Orang tua harus
mampu bermain dengan mesra dengan anak, menggunakan interaksi social saat
memberi makan, member pujian atas perilaku anak. Orang tua harus menyadari
tingkat perkembangan anak dan mampu mengatur perilaku yang sesuai. Hal ini
tergantung pada kemampuan orang tua dalam menerapkan pengetahuan dan
keahliannya.
f. Parent’s cognitive growth fostering activities (orang tua membantu
perkembangan kognitif)
Pertumbuhan kognitif difasilitasi dengan pemberian stimulasi sesuai tingkat
pemahaman anak. Untuk melaksanakannya orang tua harus memiliki
pemahaman tentang kemampuan anaknya dan orang tua harus memiliki energy
untuk menerapkan keahliannya

Model Barnard tersebut selanjutnya berkembang menjadi dasar teori


interaksi pengkajian kesehatan anak (Child Health Assesment Interaction
Theory). Konsep utama/asumsi dari teori ini adalah: anak (child), ibu atau
pengasuh (mother/caregiver), dan lingkungan (environment) ( Tomey &
Alligood, 1998) :

a. Anak (Child)
Barnard menggambarkan anak dengan karakteristik berikut : perilaku bayi
baru lahir, pola makan dan tidur, tampilan fisik, temperamen dan kemampuan
anak beradaptasi terhadap lingkungan dan petugas kesehatan.
b. Ibu/ pengasuh (Mother/ care giver)
Karakteristik ibu yang digambarkan Barnard meliputi: aspek psikososial,
perhatian terhadap anak, kesehatan ibu sendiri, pengalaman ibu yang mengubah
kehidupannya, harapan ibu terhadap anaknya, dan yang paling penting adalah
pola hubungan orang tua- anak dan kemampuan adaptasinya.
c. Lingkungan (Environment)
Karakteristik lingkungan aspek lingkungan fisik dan keluarga, keterlibatan
ayah, dan derajat hubungan orang tua untuk menghormati anaknya

2. Aplikasi Teori Caring Kristen Swanson

Perilaku caring yang dilakukan partisipan saat perawat memberikan


pelayanan bersikap ramah, lemah lembut sopan santun kepada
pasien , care, sabar dan tenang menghadapi pasien, menggunakan komunikasi
terapeutik saat dengan pasien dan keluarga pasien, komunikasi verbal dan
non verbal yang baik kepada pasien. Setiap melakukan tindakan
selalu cekatan, cepat, tepat, dan terampil memiliki rasa empati, peduli
terhadap kebutuhan pasien terutama masalah atau keluhan yang
dirasakan saat kunjungan dan memotivasi pasien semangat menjalani
pengobatan. Caring harus terwujud melalui sikap peduli, siap sedia
untuk memenuhi kebutuhan klien, ramah, bersikap tenang dan
memiliki empati terhadap klien dan keluarga. Hal ini termasuk
juga dalam peran sebagai perawat untuk selalu bertanggung
jawab dan menampilkan sikap professional melalui pembicaraan
dan pekerjaan lainnya dalam pendidikan kesehatan, konseling, dan
mendengarkan klien (Dedi, Setyowati, & Afiyanti, 2008).

Dimensi caring yang dilakukan partisipan saat pasie yait


merawat n u
Maintaining Belief yang sudah dilakukan partisipan yaitu saat
bertemu pasien mengucapkan salam, menggunakan komunikasi
verbal dan non verbal yang baik, bersifat ramah, kontak mata yang baik, fokus
pada keluhan yang dirasakan oleh pasien, mendengarkan setiap keluhan
yang dirasakan oleh pasien. (Thomas, Finch, Schoenhofer, & Green, 2009)
mengatakan caring berimplikasi terhadap praktik keperawatan sehingga
perawat yang bersikap caring akan berbicara dengan ramah dan santun,
mempunyai perhatian, penuh minat dalam menolong klien, dan membina
hubungan dalam setiap melakukan tindakannya. Knowing yang sudah
dilakukan partisipan saat pasien datang, perawat menggali informasi
terkait keluhan, kesehatan, riwayat penyakit dahulu, sekarang, dan keluarga
maupun kondisi lingkungan yang mempengaruhi perubahan kesehatan.
perawat bersifat empati dan peduli terhadap kondisi yang dialami
pasien.

Hasil penelitian (Hafriska & Kamil, 2017) menyatakan memahami


pasien merupakan pemahaman seorang perawat terhadap pasien
sebagai acuan melakukan intervensi berikutnya, sehingga antara
perawat dan pasien terjalin suatu hubungan yang baik dan saling
memahami. Being with yang sudah dilakukan partisipan adalah
perawat hadir menemani pasien, membantu pasien dalam masalah
kesehatan yang dirasakan pasien, tidak hanya dilakukan saat di balai pengobatan,
tetapi saat kunjungan rumah. Partisipan bekerja sepenuh hati untuk
kesembuhan pasiennya. Menurut (Karseno, Dirdjo, & Muksin,
2015) memaparkan bahwa perawat harus mampubersikap ramah dan
bersahabat, memiliki rasa peka terhadap pasien, dapat berkomunikasi
dengan efektif dan mampu memberikan pelayanan yang professional dan
yang paling penting dapar menumbuhkan sikap caring untuk kepuasan
pasien yang dilayani.

Doing For dilakukan oleh partisipandengan memberikan tindakan


pemeriksaan tanda-tanda vital, melakukan penimbangan berat badan
dan pengukuran tinggi badan. Melakukan implementasi sesuai
dengan intervensi yang telah di rencanakan misalnya seperti merawat luka,
melakukan kunjungan rumah. Penelitian (Nastiti, Kusnanto, & Ahsan,
2017) menunjukan doing for sangat penting dalam meningkatkan
hubungan interpersonal perawat dengan pasien dengan mengetahui apa
yang dialami pasien perawat kemudian melanjutkan proses doing for untuk
memberikan tindakan terapi dan intervensi untuk pasien. Enablings
diberikan kepada pasien dengan penyuluhan, memberikan leaflet, edukasi
sebelum pasien pulang ke rumah dansaat kunjungan rumah. Menurut
(Swanson,1991).

Enabling adalah faktor pemungkin berupa emperwomen, dimana


perawat memfasilitasi perubahan hidup yang dirasakan oleh klien, seperti
memberi informasi, mencoba cara penyelesaian masalah, memberi dukungan,
mampu memberikan umpan balik kepada klien saat berkomunikasi.
Menurut (Kusnanto, 2019) peran perawat adalah Caregiver, Client
advocate, Counsellor, Educator, Collaborator, Coordinator, Change agent dan
Consultant. Perawat mempunyai tanggung jawab mencakup aspek bio-psiko-
sosial-kultural dan spiritual dalam memberikan asuhan keperawatan
pemenuhan kebutuhan dasar klien dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan

3. Aplikasi Teori Konservasi Levine

Dalam model konservasi Levine rencana intervensi dibuat berdasarkan pada


prinsip konservasi yaitu konservasi energi, integritas struktural, integritas
personal dan integritas sosial. Tujuan intervensi adalah untuk mempertahankan
sosial, Wholeness dan membantu memfasilitasi adaptasi (Alligood, 2006).
Rencana tindakan kemudian diimplementasikan berdasarkan konsep konservasi
energi, integritas struktural, personal dan integritas sosial. Contoh
pengaplikasian model konservasi Levine pada intervensi keperawatan pasien
anak dengan demam berdasarkan konservasi energi, integritas struktural,
personal dan integritas sosial yaitu sebagai berikut :

a. Konservasi Energi

Perawat melakukan kompres hangat, mengatur posisi untuk merubah tiap 2


jam sekali, mengganti NGT karena sudah lebih 7 hari dan kelihatan kotor.
Memberi makan melalui NGT, kolaborasi dengan bagian gizi untuk diet yang
tepat untuk klien. Mengobservasi toleransi pemberian makan minum (cek residu,
muntah, kembung dan BAB). Menimbang BB. Kolaborasi untuk pemberian total
parenteral nutrition (TPN). Merawat anak, mememantau, mencatat, melaporkan
adanya perubahan suhu, nadi, pernapasan, irama jantung, warna kulit.

b. Konservasi Integritas Struktural

Perawat melakukan observasi terhadap kondisi bekas luka CVP, bekas CVC,
melepas balutan yang basah. Melakukan perawatan kulit dengan menggunakan
baby oil dan memandikan anak, mengubah posisi untuk menghindari dekubitus
setiap 2 jam sekali, mengobservasi kulit dari oedema tungkai dan kemerahan,
menilai capillary refill time (CRT). Mengobservasi saturasi oksigen, mencuci
tangan sebelum dan sesudah kontak dengan anak. Melakukan perawatan infuse,
mengganti alat kesehatan dan alat kedokteran sesuai prosedur rumah sakit.
Mengobservasi tingkat kesadaran dan mengajak bicara. Mengukur tanda-tanda
vital, tanda infeksi dan melakukan kolaborasi dalam pengambilan sampel darah
atau pemeriksaan penunjang yang lain. Memberikan terapi sesuai program
dokter.

c. Konservasi Integritas Personal

Ibu dan keluarga diberi kesempatan untuk mengungkapkan apa yang dirsakan
ketika anak mengalami demam yang tidak kunjung turun, terkadang kejang,
keluarga juga perlu diberi dukungan baik perkembangan klien dapat difasilitasi
dengan memberikna terapi maupun aktivitas yang bersifat terpeutik, misalnya
dengan menyusun jadwal aktifitas harian, berdiskusi tentang perawatan nanti
ketika pulang ke rumah.

d. Konservasi Integritas Sosial

Perawat menganjurkan keluarga untuk berada disamping anak secara


bergantian dengan keluarga yang lain, member kesempatan mereka untuk
merawat, menyentuh, berbicara, dan mendoakan klien ketika berkunjung,
memotivasi ibu dan keluarga dalam merawat anak ketika anak sudah
diperbolehkan pulang nanti

4. Aplikasi Teori Kenyamanan Kolcaba

Contoh aplikasi teori kenyamanan dalam proses pengkajian asuhan


keperawatan pada bayi yang dirawat di ruang neonates risiko tinggi: Proses
pengkajian dimulai dari mengidentifikasi kebutuhan rasa nyaman klien ditinjau
dari 3 fase (relief, ease, dan transcendence) serta meliputi 4 konteks
kenyamanan (fisik, psikospiritual, sosiokultural, dan lingkungan). Pengkajian
fisik sistematis menyeluruh merupakan komponen esensial dalam asuhan bayi
resiko tinggi.
a. Kebutuhan kenyamanan fisik
Ketidaknyamanan fisik pada bayi yang dirawat di ruang neonatus risiko tinggi
antara lain, nyeri akibat prosedur invasif (terkait prosedur diagnostik dan terapi),
ketidakmampuan bayi dalam mempertahankan termoregulasi,
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit yang menimbulkan kelemahan otot,
serta gangguan oksigenasi.
b. Kebutuhan kenyamanan psikospiritual
Pemenuhan kebutuhan psikospiritual pada bayi mungkin belum bisa diberikan
secara optimal, namun bagi keluarga, khususnya orang tua bayi, hal ini
membutuhkan intervensi khusus. Kebutuhan kenyaman dari aspek psiko-
spiritual pasien bisa dipenuhi meskipun pasien dengan tingkat kesadaran yang
menurun seperti memfasilitasi kunjungan orang tua, sentuhan terapeutik (caring
touch). Perawat perlu mengidentifikasi tahap penerimaan orang tua terhadap
kondisi bayi mereka (denial, anger, bargaining, depression, dan acceptance).
Setiap tahap memiliki karakteristik masalah emosional dan kebutuhan tertentu
yang bersifat spesifik. Kebutuhan spiritual juga menjadi fokus dalam konteks ini,
perawat perlu mengidentifikasi adanya tanda-tanda distress spiritual yang
dialami oleh orang tua, seperti perasaan marah kepada Tuhan, menolak untuk
melaksanakan kegiatan beribadah, perasaan tidak tenang setelah beribadah, dan
membutuhkan bimbingan spiritual khusus dari pemuka agama yang dipercaya.
c. Kebutuhan kenyamanan sosiokultural
Perawat dalam memberikan prosedur tindakan apapun perlu berkonsultasi
dengan keluarga untuk mengkaji apakah terapi sesuai dengan budaya yang
berlaku di lingkungan pasien, seperti misalnya saat melakukan transfusi darah,
apakah dalam keluarga terdapat budaya yang melarang prosedur itu dilakukan.
Selain budaya, sosial ekonomi keluarga juga perlu diidentifikasi untuk
menentukan pilihan prosedur yang tepat.
d. Kebutuhan kenyamanan lingkungan
Kebutuhan kenyamanan lingkungan yang perlu diidentifikasi adalah
ketenangan ruangan/pengontrolan kebisingan, suhu, bau, pencahayaan yang
cukup, tidak menginterupsi pola tidur bayi ,serta keamanan pasien selama
dirawat di ruang neonatus risiko tinggi (Kolcaba & Wilson, 2002). Hal ini perlu
mendapat perhatian khusus, karena bayi-bayi yang dirawat di ruang tersebut
terpasang banyak alat invasif dan monitor
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan


perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa
pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun) usia
bermain/oddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5), usia sekolah (5-11 tahun)
hingga remaja (11-18 tahun). Keperawatan anak yaitu suatu praktek keperawatan
yang menekankan pada status kesehatan anak (bayi-remaja). Terdapat prinsip atau
dasar dalam keperawatan anak yang dijadikan sebagai pedoman dalam memahami
filosofi keperawatan anak, Pertama, anak bukan miniatur orang dewasa tetapi
sebagai individu yang unik. Kedua, anak adalah sebagai individu yang unik dan
mempunyai kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangan. Ketiga, pelayanan
keperawatan anak berorientasi pada upaya pencegahan penyakit dan peningkatan
derajat kesehatan, bukan hanya mengobati anak yang sakit.

Pendekatan Teori Menurut para ahli meliputi Teori Kathryn E. Barnard


dengan model mendalilkan bahwa hubungan interaktif antara orangtua dan anak
secara langsung mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kognitif. Teori
caring Kristen Swanson yang meliputi maintaining beliefs, knowing, being with,
doing for, dan enablings. Teori keperawatan Myra menggambarkan klien sebagai
mahkluk hidup terintegrasi yang saling berinteraksi dan beradaptasi terhadap
lingkungannya. Lervine percaya bahwa intervensi keperawatan merupakan
aktivitas konservasi , dengan konservasi energy sebagai pertimbangan utama.
Teori kenyamanan Kolcaba terdiri atas tiga tipe, yaitu (1) relief: kondisi resipien
yang membutuhkan penanganan spesifik dan segera, (2) ease: kondisi tenteram
atau kepuasan hati dari klien yang terjadi karena hilangnya ketidaknyamanan fisik
yang dirasakan pada semua kebutuhan, (3) transcendence: keadaan dimana
seseorang individu mampu mengatasi masalah dari ketidaknyamanan yang terjadi.
B. Saran
Sebagai mahasiswa keperawatan dan calon perawat yang professional ada
baiknya kita benar-benar mendalami konsep teori keperawatan menurut para ahli
terutama pada pasien anak karena pada dasarnya melakukan tindakan keperawatan
tanpa dibekali dengan teori yang telah dikuasai akan sangat sulit untuk tercapainya
tujuan perawat dalam melakukan pengkajian dan juga akan menjadi berbelit dan
tidak nyaman bagi klien/pasien.

.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Aziz, Alimul. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Salemba


Medika: Jakarta.

Maha, N. (2019). Konsep Dan Proses Dasar Keperawatan Terhadap Pasien Anak.

Muhlisin, A., & Ichsan, B. (2008). Aplikasi model konseptual caring dari Jean
Watson dalam asuhan keperawatan. Berita ilmu keperawatan, 1(3), 147-150

Panglipurningsih, N. A. P. (2020). Penerapan Caring Oleh Perawat Komunitas


dalam Memberikan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Penyakit
Kronis. Adi Husada Nursing Journal, 5(2), 1-9.

Setiyorini, E., Sari, Y. K., & Rahmawati, A. (2018). Buku Panduan Praktik
Profesi Ners Keperawatan Anak.

Wirastri, U., Nurhaeni, N., & Syahreni, E. (2017). Aplikasi Teori Comfort
Kolcaba Dalam Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Demam Di Ruang
Infeksi Anak RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Jurnal Kesehatan (vol 6;
2017), 6(1).

Anda mungkin juga menyukai