HIPERBILIRUBIN
A. Pengertian
Menurut Slusher (2013) Hiperbilirubin merupakan suatu kondisi di mana produksi
bilirurin yang berlebihan di dalam darah. Menurut Lubis (2013), Hiperbilirubinemia
merupakan salah satu fenomena klinis tersering ditemukan pada bayi baru lahir, dapat
disebabkan oleh proses fisiologis, atau patologis, atau kombinasi keduanya. Hiperbilirubin
adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang kadar nilainya lebih dari normal.
Nilai normal bilirubin indirek 0,3 – 1,1 mg/dl, bilirubin direk 0,1 – 0,4 mg/dl.
Ikterus adalah warna kuning pada kulit, konjungtivam dan mukosa akibat
penumpukan bilirubin, sedangkan hiperbilirubinemia adalah icterus dengan konsentrasi
bilirubin serum yang menjurus ke arah terjadinya kernicterus atau ensefalopati bilirubin bila
kadar bilirubin tidak dikendalikan. Ikterus neonatorum adalah suatu keadaan pada bayi baru
lahir dimana kadar bilirubin serum total lebih dari 10 mg% pada minggu pertama dengan
ditandai adanya ikterus yang bersifat patologis (Alimun, 2009).
Bilirubin yang menumpuk di dalam tubuh ini biasanya disebut dengan istilah ikterus
neonates dalam istilah medis. Hal ini biasanya ditandai dengan adanya semburat warna
kuning pada bagian putih mata, kulit, air seni, gusi dan gigi. Biasanya bayi yang mengalami
hiperbilirubin akan mengalami aktivitas yang cenderung diam atau tidak aktif. Bayi juga
akan cenderung kurang nafsu menyusu pada ibunya, lebih rewel dan mengantuk serta tubuh
bayi akan lebih lemas. Jadi, dari beberapa pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa
hiperbilirubin merupakan suatu kondisi di mana kadar bilirubin yang berlebihan dalam darah
yang biasa terjadi pada neonatus baik secara fisologis, patologis maupun keduanya.
Hemoglobin
Hemo Globin
Feco Biliverdin
Pemecahan
bilirubin berlebih
Peningkatan destruksi
eritrosit Hb dan eritrosit
abnormal
Suplai bilirubin melebihi
tampungan hepar
Risiko ketidakseimbangan
Termoregulasi tidak cairan
efektif
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. USG
Untuk mengevaluasi anatomi cabang kantong empedu
2. Kadar bilirubin serum (total)
Pada bayi prematur kadar billirubin lebih dari 14 mg/dl dan bayi cukup bulan kadar
billirubin 10 mg/dl
3. Darah tepi lengkap dan gambar asupan darah tepi
4. Penentuan golongan darah dan Rh dari ibu dan bayi
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Penatalaksanaan berdasarkan waktu timbulnya icterus
a. Icterus yang timbul pada 24 jam pertama pemeriksaan yang dilakukan sebagai
berikut.
- Kadar bilirubin serum berkala
- Darah tepi lengkap
- Golongan darah ibu dan bayi diperiksa
- Pemeriksaan penyaring defisiensi enzim G-6-PD biakan darah atau biopsi hepar
bila perlu.
b. Ikterus yang timbul 24-72 jam setelah lahir, pemeriksaan yang perlu dilakukan
sebagai berikut.
- Bila keadaan bayi baik dan peningkatan tidak cepat dapat dilakukan
pemeriksaan darah tepi.
- Periksa kadar bilirubin berkala
- Pemeriksaan penyaring enzim G-6-PD dan pemeriksaan lainnya.
c. Icterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai minggu pertama serta icterus
yang timbul pada akhir minggu pertama dan selanjutnya pemeriksaan yang
dilakukan sebagai berikut.
- Pemeriksaan bilirubin direct dan indirect berkala, darah tepi
- Penyaring G-6-PD
- Biakan darah, biopsy hepar bila ada indikasi.
2. Terapi
a. Terapi sinar (fototerapi)
Terapi sinar dilakukan selama 24 jam atau setidaknya sampai kadar bilirubin dalam
darah kembali ke ambang batas normal.
b. Terapi transfuse
Jika setelah menjalani fototerapi taka da perbaikan dan kadar bilirubin terus
meningkat hingga mencapai 20 mg/dl atau lebih, maka perlu dilakukan terapi
transfuse darah. Dikhawatirkan kelebihan bilirubin dapat menimbulkan kerusakan
sel saraf otak.
c. Terapi obat-obatan
Obat – obatan yang mengandung plasma atau albumin berguna untuk mengurangi
timbunan bilirubin dan mengangkut bilirubin bebas ke organ hati. Biasanya terapi
ini dilakukan dengan terapi seperti fototerapi.
d. Menyusui bayi dengan ASI
ASI memiliki zat-zat terbaik bagi bayi yang dapat memperlancar buang air besar
dan kecilnya.
e. Terapi sinar matahari
Terapi dengan sinar matahari hanya merupakan terapi tambahan, biasanya
dianjurkan setelah bayi selesai dirawat di rumah sakit.
G. KOMPLIKASI
1. Bilirubin encephahalopathi
2. Kernikterus ;kerusakan neurologis ; cerebral palis, retardasi mental, hyperaktif, bicara
lambat, tidak ada koordinat otot dan tangisan yang melengking.
3. Asfiksia
4. Hipotermi
5. Hipoglikemi
(Sumber: Fundamental Keperawatan, 2005)
H. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Pengumpulan Data
a. Riwayat Penyakit
Perlunya ditanyakan apakah dulu pernah mengalami hal yang sama, apakah
sebelumnya pernah mengkonsumsi obat-obat atau jamu tertentu baik dari dokter
maupun yang di beli sendiri, apakah ada riwayat kontak denagn penderiata sakit
kuning, adakah rwayat operasi empedu, adakah riwayat mendapatkan suntikan atau
transfuse darah. Ditemukan adanya riwayat gangguan hemolissi darah
(ketidaksesuaian golongan Rh atau darah ABO), polisitemia, infeksi, hematoma,
gangguan metabolisme hepar, obstruksi saluran pencernaan dan ASI, ibu
menderita DM.
b. Riwayat orang tua :
Ketidakseimbangan golongan darah ibu dan anak seperti Rh, ABO, Polisitemia,
Infeksi, Hematoma, Obstruksi Pencernaan dan ASI.
c. Pengkajian Psikososial :
Dampak sakit anak pada hubungan dengan orang tua, apakah orang tua merasa
bersalah, masalah Bonding, perpisahan dengan anak.
d. Pengetahuan Keluarga meliputi :
Penyebab penyakit dan pengobatan, perawatan lebih lanjut, apakah mengenal
keluarga lain yang memiliki yang sama, tingkat pendidikan, kemampuan
mempelajari Hiperbilirubinemia .
e. Pola Kebutuhan sehari-hari.
Data dasar klien:
- Aktivitas / istirahat : Latergi, malas
- Sirkulasi : Mungkin pucat, menandakan anemia.
- Eliminasi : Bising usus hipoaktif, Pasase mekonium mungkin lambat, Feses
lunak/coklat kehijauan selama pengeluaran bilirubin,Urine gelap pekat, hitam
kecoklatan ( sindrom bayi bronze )
- Makanan/cairan : Riwayat perlambatan/makan oral buruk, ebih mungkin
disusui dari pada menyusu botol, Palpasi abdomen dapat menunjukkan
perbesaran limfa, hepar.
- Neurosensori : Hepatosplenomegali, atau hidropsfetalis dengan
inkompatibilitas Rh berat. Opistetanus dengan kekakuan lengkung
punggung,menangislirih, aktivitas kejang (tahap krisis).
- Pernafasan : Riwayat afiksia
- Keamanan : Riwayat positif infeksi/sepsis neonatus , Tampak ikterik pada
awalnya di wajah dan berlanjut pada bagian distal tubuh, kulit
hitam kecoklatan sebagai efek fototerapi.
- Penyuluhan/Pembelajaran : Faktor keluarga, misal: keturunan etnik, riwayat
hiperbilirubinemia pada kehamilan sebelumnya, penyakithepar,distrasias darah
(defisit glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G-6-PD). Faktor ibu, mencerna obat-
obat (misal: salisilat), inkompatibilitas Rh/ABO. Faktor penunjang
intrapartum, misal: persalinan pratern.
f. Pemeriksaan Fisik :
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pemeriksaan derajat ikterus, ikterus terlihat pada
sclera, tanda-tanda penyakit hati kronis yaitu eritema palmaris, jari tubuh
(clubbing), ginekomastia (kuku putih) dan termasuk pemeriksaan organ hati
(tentang ukuran, tepid an permukaan); ditemukan adanya pembesaran limpa
(splenomegali), pelebaran kandung empedu, dan masa abdominal, selaput lender,
kulit nerwarna merah tua, urine pekat warna teh, letargi, hipotonus, reflek
menghisap kurang/lemah, peka rangsang, tremor, kejang, dan tangisan melengking
g. Pemeriksaan Diagnostik
- Golongan darah bayi dan ibu, mengidentifikasi inkompatibilitas ABO.
- Bilirubin total: kadar direk bermakna jika melebihi 1,0 – 1,5 mg/dL kadar
indirek tidak boleh melebihi peningkatan 5 mg/dL dalam 24 jam, atau tidak
boleh lebih 20 mg/dL pada bayi cukup bulan atau 15 mg/dL pada bayi pratern.
- Darah lengkap: Hb mungkin rendah (< 1 mg/dL) karena hemolisis.
- Meter ikterik transkutan: mengidentifikasi bayi yang memerlukan penentuan
bilirubin serum.
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan efek samping terapi radiasi
(fototerapi) ditandai dengan kerusakan jaringan dan/atau lapisan kulit
2. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan fluktuasi suhu lingkungan ditandai
dengan suhu tubuh fluktuatif
3. Ikterus neonatorum berhubungan dengan keterlambatan pengeluaran mekonum ditandai
dengan sclera kuning dan kulit berwarna kuning
J. RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN INTERVENSI
KRITERIA HASIL
Ikterik Neonatus Setelah dilakukan SIKI
tindakan keperawatan Fototerapi Neonatus :
Definisi : selama ...... x ...... jam Monitor ikterik pada sklera dan kulit bayi
Kulit dan membran mukosa neonatus menguning diharapkan ikterik Identifikasi kebutuhan cairan sesuai dengan
setelah 24 jam kelahiran akibat bilirubin tidak neonatus teratasi usia gestasi dan berat badan
terkonjugasi masuk ke dalam sirkulasi dengan kriteria hasil : Monitor suhu dan tanda vital setiap 4 jam
sekali
Penyebab : SLKI Monitor efek samping fototerapi (mis.
Penurunn berat badan abnormal ( > 7-8% pada Adaptasi Neonatus Hipertermi, diare, rush pada kulit, penurunan
bayi baru lahir yang menyusu ASI, >15% pada Membran mukosa berat badan lebih dari 8-10%)
bayi cukup bulan) kuning menurun Siapkan lampu fototerapi dan inkubator atau
Pola makan tidak ditetapkan dengan baik Kulit kuning kotak bayi
Kesulitan transisi ke kehidupan ekstra uterin menurun Lepaskan pakaian bayi kecuali popok
Usia kurang dari 7 hari Sklera kuning Berikan penutup mata (eye protector/biliband)
Keterlambatan pengeluaran feses (mekonium) menurun pada bayi
Ukur jarak antar lampu dan permukaan kulit
Gejala dan tanda mayor : bayi (30 cm atau tergantung spesifikasi lampu
Subjektif : - fototerapi)
Objektif : Biarkan tubuh bayi terpapar sinar fototerapi
Profil darah abnormal (hemolisis, bilirubin serum secara berkelanjutan
total >2mg/dl, bilirubin serum total pada rentang Ganti segera alas dan popok bayi ika
risiko tinggi menurut usia pada normogram BAB/BAK
spesifik waktu) Gunakan linen berwarna putih agar
Membran mukosa kuning memantulkan cahaya sebanyak mungkin
Kulit kuning Anjurkan ibu untuk menyusui sekitar 20-30
Sklera kuning menit
Anjurkan ibu menyusui sesering mungkin
Gejala dan tanda minor Kolaborasi pemeriksaan darah vena bilirubin
Subjektif : - indirek dan direk
Objektif : -
Pemantauan tanda Vital :
Kondisi klinis terkait : Monitor nadi
Neonatus Monitor pernapasan
Bayi prematur Monitor oksimetri nadi
Dokumentasikan hasil pemantauan
Monitor suhu
Risiko Gangguan integritas kulit/jaringan Setelah dilakukan SIKI
tindakan keperawatan Perawatan integritas kulit
Definisi: selama ...... x ...... jam Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
Berisiko mengalami kerusakan kulit (dermis dan/atau diharapkan risiko (misalnya perubahan sirkulasi, perubahan
epidermis) atau jaringan (membrane mukosa, kornea, gangguan integritas sirkulasi, perubahan status nutrisi, penurunan
fasia, otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi kulit teratasi dengan kelembaban, suhu lingkungan ekstrem,
dan/atau ligamen). kriteria hasil: penurunan mobilitas)
Gunakan produk berbahan petrolium atau
Penyebab: SLKI minyak pada kulit kering
Perubahan sirkulasi Integritas Gunakan produk berbahan ringan/alami dan
Perubahan status nutrisi (kelebihan atau kulit/jaringan hipoalergik pada kulit sensiti
kekurangan) Elastisitas Anjurkan menggunakan pelembab (misalnya
Kekurangan/kelebihan volume cairan meningkat lotion, serum)
Penurunan mobilitas Hidrasi meningkat Anjurkan mandi dan menggunakan sabun
Bahan kimia iritatif Perfusi jaringan secukupnya
Kelembaban
Proses penuaan
Neuropati perifer
Perubahan pigmentasi
Perubahan hormonal
Kurang terpapar informasi tentang upaya
mempertahankan /melindungi integritas jaringan
Arief, Sjamsul. 2010. Deteksi dini cholestasis neonatal. Divisi Hepatologi Bagian
Ilmu Kesehatan Anak FK UNAIR/RSU Dr Soetomo, Surabaya.
Aziz Alimun Hidayat. 2009. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Salemba Medika.
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta :
EGC.
Departemen Kesehatan RI. 2005. Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir untuk Bidan.
Jakarta : Depkes RI.
Greven CM, Collins AS, Slusher MM, Grey Weaver C. 2013. Visual Results,
Prognostic Indicators, and Posterior Segment Finding Following Cataract
Surgery for Catarac/Lens Subluxation-dislocation secondary to Ocular
Contusion Injuries : 575-
80.http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/110/jtptunimus-gdl-nurhariyan-5486-
3-babii.pdf (Diakses pada 21 September 2019, 19.00 WIB )
Jhonson, Marion., Meridean Maas. (2000). Nursing Outcomes Classification (NOC).
St. Louis: Mosby.
Jumiarni.2006. Asuhan Keperawatan Perinatal.Jakarta: EGC
Kosim MS. 1998. Asfiksia Neonatorum dalam Kumpulan Makalah Pelatihan Dokter
Spesialis Anak dalam Bidang NICU untuk RSU Kelas B Tingkat Nasional.
Semarang : IAI.
Mansjoer A. et al, 2002. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I, Ed.3. hal 510-512.
Jakarta: Media Aesculapius, FKUI.
Mansjoer, Arif dkk. 2002. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta :
Media Asculapius FKUI
Pantiawati, I. 2010. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha
Medika
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan
Praktik. Edisi 4 volume 1. Jakarta: EGC.
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Proverawati, A., Ismawati, C. 2010. Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha
Medika
Pudjiadi Antonius, H., Hegar Badriul, dkk. (2010). Pedoman Pelayanan Medis Ikatan
Dokter Anak Indonesia.Jakarta: IDAI
Surasmi A., Handayani S., Kusuma H.2005. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta:
EGC
Syaifuddin, Bari Abdul. 2000. Buku Ajar Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
Dan Neonatal. JNPKKR/POGI & Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.
Sylviati M D. 2010. Klasifikasi bayi menurut berat lahir dan masa gestasi. Dalam:
Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A. Buku ajar
neonatologi. Jakarta: Badan Penerbit IDAI.
OLEH:
CHANDRA DEWI
NIM. P07120319039
JURUSAN KEPERAWATAN
PROFESI NERS
2019
LAPORAN PENDAHULAN ASUHAN KEPERAWATAN
OLEH:
CHANDRA DEWI
NIM. P07120319039
JURUSAN KEPERAWATAN
PROFESI NERS
2019
ASUHAN KEPERAWATAN
OLEH:
CHANDRA DEWI
NIM. P07120319039
JURUSAN KEPERAWATAN
PROFESI NERS
2019
ASUHAN KEPERAWATAN
OLEH:
CHANDRA DEWI
NIM. P07120319039
JURUSAN KEPERAWATAN
PROFESI NERS
2019