Disusun Oleh :
Aswin Rahmad Ramadhan
191133008
Mengetahui
Mahasiswa
I KONSEP DASAR
A. Definisi
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau
mengalihkan” (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau
madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan volume
urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah penyakit
hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau penurunan
relative insensitivitas sel terhadap insulin (Corwin, 2010).
B. Etiologi
1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI)
a. Faktor genetic :
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi
suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes
tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki
tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan
kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses
imun lainnya.
b. Faktor imunologi:
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini
merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
seolah-olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel p pancreas, sebagai contoh
hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat
memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan destuksi sel p pancreas.
2. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Kelompok etnik
C. Klasifikasi
E. Komplikasi
1. Komplikasi akut
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka pendek
dari glukosa darah
a. HIPOGLIKEMIA/KOMA HIPOGLIKEMIA
Hipoglikemik adalah kadar gula darah yang rendah. Kadar gula darah
yang normal 60-100 mg% yang bergantung pada berbagai
keadaan. Salah satu bentuk dari kegawatan hipoglikemik adalah koma
hipoglikemik. Pada kasus spoor atau koma yang tidak diketahui sebabnya
maka harus dicurigai sebagai suatu hipoglikemik dan
Bila jumlah urin cukup dan serum kalsium kurang dari 5.f
Jam kedua dan
mEq/liter, berikan 20-30 mEq/liter K+
i am berikutnya
Untuk mengatasi dehidrasi diberikan cairan 2 jam pertama 1 - 2 liter NaCl
0,2 %. Sesudah inisial ini diberikan 6-8 liter per 12 jam. Untuk mengatasi
hipokalemi dapat diberikan kalium.Insulin lebih sensitive dibandingkan
ketoasidosis diabetic dan harus dicegah kemungkinan hipoglikemi. Oleh
karena itu, harus dimonitoring dengan hati - hati yang diberikan adalah
insulin regular, tidak ada standar tertentu, hanya dapat diberikan 1-5 unit per
jam dan bergantung pada reaksi. Pengobatan tidak hanya dengan insulin saja
akan tetapi diberikan infuse untuk mcnycimbangkan pemberian cairan dari
ekstraseluler keintraseluler.
i am berikutnya mEq/liter K+
Tidak Tidak diberikan insulin
|K1 >3.0 rnmoll sampai K/ > 3.0 mmoLd
Jam ke 0 dengan infus KCi
Ya I
Bohis 10 IT IV
rnfus 5-10 'U jam
Kecepatan infus insulin
di dabel
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah
a. Glukosa darah puasa (GDP): lebih dari 120 mg/dl
b. Glukosa darah 2 jam PP (post prandial): lebih dari 200 mg/dl
c. Glukosa darah acak : lebih dari 200 mg/dl
2. Pemeriksaan urine
Pemeriksaan reduksi biasanya 3 x sehari dilakukan 30 menit sebelum makan,
dapat juga 4 x sehari, tapi lebih lazim dilakukan 3 x sehari. Urine reduksi
normal umumnya biru bila terdapat glukosa dalam urine
a. Warna hijau (+)
b. Warna kuning (++ )
c. Warna merah bata (+++)
d. Warna coklat (++++ )
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan menggunakan fehling benedict dan
ansipatik (paper strip ).
3. Pe mer iks aan pe nunj ang
Perlu dilakukan pada kelompok dengan resiko tinggi untuk diabetes melitus
yaitu
a. Kelompok usia dewasa tua (> 40 tahun)
b. Kegemukan
c. Tekanan darah tinggi
d. Riwayat kehamilan dengan BB lahir bayi > 4000 gr
e. Riwayat keluarga diabetes melitus
f. Riwayat diabetes melitus pada kehamilan
g. Dislipidemia
G. Penatalaksanaan
1. Medis
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan
kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler
serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar
glukosa darah normal tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan serius pada pola
aktivitas pasien. Ada lima komponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu :
a. Diet
Syarat diet DM hendaknya dapat:
1) Memperbaiki kesehatan umum penderita
2) Mengarahkan pada berat badan normal
3) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik
4) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
5) Menarik dan mudah diberikan
Prinsip diet DM, adalah :
1) Jumlah sesuai kebutuhan
2) Jadwal diet ketat
3) Jenis : boleh dimakan / tidak
Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman 3
J yaitu:
1) jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau
ditambah
2) jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya
3) jenis makanan yang manis hams dihindari
Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh
i +
Klien tidak merasa sakit Batas melebihi ambang ginjal
+ +
Nekosis Luka Visikositas darah meningkat
+ + -> Glukosuria
Aliran darah lambat +
Gangrene
+ Dieresis Osmotik
+
+ Iskemik jaringan
+ Poli Uri—► retensi urin
+
Gangguan integritas jaringan
Factor Genetic Ketidak efektifan perfusi Kehilangan elektrolit dalam sel
Infeksi virus jaringan perifer
Resiko Syok
Dehidrasi
(Kekurangan volume cairan)
(Nanda : 2016)
Ill PROSES KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Fokus utama pengkajian pada klien Diabetes Mellitus adalah melakukan pengkajian dengan
ketat terhadap tingkat pengetahuan dan kemampuan untuk melakukan perawatan
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidak stabilan kadar gula darah berhubungan dengan disfungsi pangkreas
2. Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan hiperglikemi
3. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan neuropati perifer
4. Resiko syok berhubungan dengan kekurangan volume cairan
C. Rencanaan Keperawatan
Diagnosa
N Tujuan dan Kriteria
Keperawatan Intervensi
o Hasil
1 Ketidak stabilan kadar Luaran Utama
Intervensi utama
Kestabilan kadar gula
Management hiperglikemia
gula darah darah
• Monitor kadar glukosa darah
KH:
R/ mengetahui kadar gula darah
• Kesadaran meningkat
berhubungan dengan • Kadar glukosa dalam
• Ajarkan pengelolaan diabetes
(mis.penggunaan insulin, obat
disfungsi pangkreas darah membaik
oral,monitor asupan cairan
• Kadar glukosa dalam
penggantian karbohidrat, dan
urin membaik
bantuan professional kesehatan) R/
menambah pengetahuan pasien
Luaran Tambahan
• Kolaborasi pemberian insulin, jika
Kontrol risiko
perlu
Perilaku mempertahankan
R/ menurunkan glukosa darah
berat badan
secara farmakologis
Status nutrisi
Tingkat pengetahuan
Intervensi pendukung
Edukasi diet
Edukasi latihan fisik
Dukungan kepatuhan program
pengobatan
2 Perfusi jaringan
Intervensi utama
perifer tidak efektif Perawatan sirkulasi
berhubungan dengan Luaran utama • Periksa sirkulasi perifer (mis. Nadi
Perfusi perifer KH: perifer, edema, pengisian kapiler,
hiperglikemi • Denyut nadi perifer warna, suhu, ancle brachial indeks)
meningkat R/ mengetahui kondisi perfusi
• Penyembuhan luka perifer
meningkat • Anjurkan berhenti merokok
• Sensasi meningkat R/ mengurasi resiko penyumbatan
• Nekrosis menurun pembuluh darah
• Pengisian kapiler • Anjurkan penggunaan obat anti
membaik koagulan, jika perlu
• Akral membaik R/ mengencerkan darah
• Indeks ankle brachial
membaik Intervensi pendukung
Manajemen medikasi
Luaran tambahan Bantuan berhenti merokok
Fungsi sensori Mobilitas Pengambilan sampel darah vena
fisik Status sirkulasi Edukasi diet
Penyembuhan luka Terapi bekam
3 Gangguan integritas Luaran utama Intervensi utama
Integritas kulit dan jaringan Perawatan Luka
jaringan berhubungan KH: • Monitor karakteristik luka(mis.
• Kerusakan jaringan drainase, warna,ukuran,bau)
dengan neuropati
perifer . FM^Jkringan
meningkat R/ mengetahui tingkat infeksi
• Nekrosis menurun • Bersihkan jaringan nekrotik
• Sensasi membaik R/ jaringan granulasi bisa tumbuh
• Pasang balutan sesuai jenis luka R/
Luaran tambahan dressing yang diberikan sesuai
Penyembuhan luka Perfusi dengan kondisi luka
perifer Status nutrisi • Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Status sirkulasi R/ menambah pengetahuan pasien
tentang gejala infeksi
• Kolaborasi pemberian antibiotic jika
perlu
R/ mengatasi infeksi secara
farmakologis
Intervensi pendukung
Manajemen nyeri
Latihan rentang gerak
Pemberian obat
Terapi Lintah
Resiko syok Luaran Utama
Intervensi Utama
4 Tingkat Syok KH:
berhubungan dengan Pencegahan syok
• Kekuatan nadi meningkat
• Monitor status cairan
• Output urin meningkat
R/ mengetahui status cairan
kekurangan volume • Tingkat kesadaran
• Monitor tingkat kesadaran dan
cairan meningkat
respon pupil
• Akral dingin menurun
R/ mengetahui kesadaran pasien
• Tekanan darah sistol
• Monitor status kardiopulmonal
membaik
(frekwensi dan kekuatan nadi,
ffekwensi nafas, TD ,MAP)
Luaran Tambahan
R/Mengetahui status perfusi dan
Keseimbangan asam basa
pernafasan
Status cairan Status
• Pasang jalur IV, jika perlu
sirkulasi
R/Menambah asupan cairan melalui
Tingkat infeksi
parenteral
• Pasang kateter urin untuk menilai
produksi urin, jika perlu
R/ menilai produksi urin
• Jelaskan tanda dan gejala awal syok
R/menambah pengetahuan pasien
tentang syok
• Kolaborasi pemberian IV jika perlu
R/ memasukan cairan melalui vena
• Kolaborasi transfuse darah jika
perlu
R/menambah darah
Intervensi Pendukung
Managemen hipoglikemi
Managemen hiperglikemi
Pencegahan infeksi
Pencegahan alergi
Resusitasi cairan
Managemen cairan
DAFTAR PUSTAKA
Johnson, M., et all. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Mansjoer, A dkk. 2014. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius
Rab, T. 2016. Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung: Penerbit PT Alumni
Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2016. Jakarta: Prima Medika