Disusun Oleh:
1. Devita Putri Hayu Nandani (70420003)
FAKULTAS KESEHATAN
2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN SISTEM PERSYARAFAN (VERTIGO)
A. PENGERTIAN VERTIGO
Vertigo adalah ilusi gerakan, yaitu pasien merasa bahwa ia sedang berputar dialamraya
(vertigo subyektif) atau bahwa sekelilingnya berputar disekitar dirinya ( vertigo objektif).
Perkataan vertigo berasal dari bahasa Yunani vertere yang artinya memutar. Pengertian
vertigo adalah : sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitarnya,
dapat disertai gejala lain, terutama dari jaringan otonomik akibat gangguan alat
keseimbangan tubuh Vertigo mungkin bukan hanya terdiri dari satu gejala pusing saja,
melainkan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari gejala somatic (nistagmus,
unstable), otonomik (pucat, Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan
keseimbangan atau gangguan orientasi di ruangan. Banyak system atau organ tubuh yang
ikut terlibat dalam mengatur dan mempertahankan keseimbangan tubuh kita.
Keseimbangan diatur oleh integrasi berbagai sistem diantaranya sistem vestibular, system
visual dan system somato sensorik (propioseptik). Untuk memperetahankan keseimbangan
diruangan, maka sedikitnya 2 dari 3 sistem system tersebut diatas harus difungsikan
dengan baik. Pada vertigo, penderita merasa atau melihat lingkunganya bergerak atau
dirinya bergerak terhadap lingkungannya. Gerakan yang dialami biasanya berputar namun
kadang berbentuk linier seperti mau jatuh atau rasa ditarik menjauhi bidang vertikal. Pada
penderita vertigo kadang-kadang dapat kita saksikan adanya nistagmus. Nistagmus yaitu
gerak ritmik yang involunter dari pada bolamata (Lumban Tobing, 2003). dingin,mual,
muntah) dan pusing.
A. ETIOLOGI
b. Labirinitis
c. Meniere
f. “Motion sickness”
a. Neuroma akustik
c. Neuronitis
d. vestibular
b. Insufisiensi vertebro-basilar
d. Sklerosi diseminata
e. Tumor
f. Siringobulbia
Menurut (http://www.kalbefarma.com)
1. Penyakit Sistem Vestibuler Perifer :
a. Telinga bagian luar : serumen, benda asing.
b. Telinga bagian tengah: retraksi membran timpani, otitis media purulenta akuta,
otitis media dengan efusi, labirintitis, kolesteatoma, rudapaksa dengan perdarahan.
c. Telinga bagian dalam: labirintitis akuta toksika, trauma, serangan vaskular, alergi,
hidrops labirin (morbus Meniere ), mabuk gerakan, vertigo postural.
2. Penyakit SSP :
d. Tumor
e. Migren.
f. Epilepsi.
6. Intoksikasi.
B. PATOFISIOLOGI
1. Anatomi vetigo
Jaringan saraf yang terkait dalam proses timbulnya sindrom vertigo:
a. Reseptor alat keseimbangan tubuh yang berperan dalam proses transduksi yaitu
mengubah rangsangan menjadi bioelektrokimia:
Reseptor mekanis divestibulum
Resptor cahaya diretina
Resptor mekanis dikulit, otot dan persendian (propioseptik)
b. Saraf aferen, berperan dalam transmisi menghantarkan impuls ke pusat
keseimbangan di otak:
Saraf vestibularis
Saraf optikus
Saraf spinovestibulosrebelaris.
c. Pusat-pusat keseimbangan, berperan dalam proses modulasi, komparasi,
integrasi/koordinasi dan persepsi: inti vestibularis, serebelum, kortex serebri,
hypotalamusi, inti akulomotorius, formarsio retikularis.
2. Patofisiologi
Vertigo timbul jika terdapat ketidakcocokan informasi aferen yang disampaikan kepusat
kesadaran. Susunan aferen yang terpenting dalam sistem ini adalah susunan vestibuler
atau keseimbangan, yang secara terus menerus menyampaikan impulsnya ke pusat
keseimbangan. Susunan lain yang berperan ialah sistem optik dan pro-prioseptik, jaras-
jaras yang menghubungkan nuklei vestibularis dengan nuklei N. III,IV dan VI, susunan
vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis. Informasi yang berguna untuk keseimbangan
tubuh akan ditangkap oleh reseptor vestibuler, visual, dan proprioseptik; reseptor
vestibuler memberikan kontribusi paling besar, yaitu lebih dari 50 % disusul kemudian
reseptor visual dan yang paling kecil kontribusinya adalah proprioseptik. Dalam kondisi
fisiologis/normal, informasi yang tiba di pusat integrasi alat keseimbangan tubuh berasal
dari reseptor vestibuler, visual dan proprioseptik kanandan kiri akan diperbandingkan,
jika semuanya dalam keadaan sinkron dan wajar, akan diproses lebih lanjut. Respons
yang muncul berupa penyesuaian otot-otot mata dan penggerak tubuh dalam keadaan
bergerak. Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap
lingkungan sekitar. Jika fungsi alat keseimbangan tubuh di perifer atau sentral dalam
kondisi tidak normal/ tidak fisiologis, atau ada rangsang gerakan yang aneh atau
berlebihan, maka proses pengolahan informasi akan terganggu, akibatnya muncul gejala
vertigo dan gejala otonom; di samping itu, respons penyesuaian otot menjadi tidak
adekuat sehingga muncul gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness,
ataksia saat berdiri/ berjalan dan gejala lainnya.
Pathway vertigo
B. KLASIFIKASI VERTIGO
Berdasarkan gejala klinisnya, vertigo dapat dibagi atas beberapa kelompok :
1. Vertigo paroksismal Yaitu vertigo yang serangannya datang mendadak, berlangsung
beberapa menit atau hari, kemudian menghilang sempurna; tetapi suatu ketika serangan
tersebut dapat muncul lagi. Di antara serangan, penderita sama sekali bebas keluhan.
Vertigo jenis ini dibedakan menjadi :
a. Yang disertai keluhan telinga : Termasuk kelompok ini adalah : Morbus Meniere,
Arakhnoiditis pontoserebelaris,Sindrom Lermoyes, Sindrom Cogan, tumor fossa
cranii posterior, kelainan gigi/odontogen.
b. Yang tanpa disertai keluhan telinga; termasuk di sini adalah : Serangan
iskemisepintas arteria vertebrobasilaris, Epilepsi, Migren ekuivalen, Vertigo pada
anak (Vertigo de L'enfance), Labirin picu (trigger labyrinth).
c. Yang timbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi, termasuk di sini adalah
:Vertigo posisional paroksismal laten, Vertigo posisional paroksismal benigna. 2.
Vertigo kronisYaitu vertigo yang menetap, keluhannya konstan tanpa (Cermin
Dunia KedokteranNo. 144, 2004: 47) serangan akut
C. TANDA DAN GEJALA VERTIGO
1. Vertigo Sentral
Gejala yang khas bagi gangguan di batang otak misalnya diplopia, paratesia,
perubahan serisibilitas dan fungsi motorik. Biasanya pasien mengeluh lemah,
gangguan koordinasi, kesulitan dalam gerak supinasi dan pronasi tanyanye secara
berturut-turut (dysdiadochokinesia), gangguan berjalan dan gangguan kaseimbangan.
Percobaan tunjuk hidung yaitu pasien disuruh menunjuk jari pemeriksa dan
kemudian menunjuk hidungnya maka akan dilakukan dengan buruk dan terlihat
adanya ataksia. Namun pada pasien dengan vertigo perifer dapat melakukan
percobaan tunjuk hidung sacara normal. Penyebab vaskuler labih sering ditemukan
dan mencakup insufisiensi vaskuler berulang, TIA dan strok. Contoh gangguan
disentral (batang otak, serebelum) yang dapat menyebabkan vertigo adalah iskemia
batang otak, tumor difossa posterior, migren basiler.
2. Vertigo perifer
Lamanya vertigo berlangsung:
a. Episode (Serangan ) vertigo yang berlangsung beberapa detik.
Vertigo perifer paling sering disebabkan oleh vertigo posisional berigna (VPB).
Pencetusnya adalah perubahan posisi kepala misalnya berguling sewaktu tidur
atau menengadah mengambil barang dirak yang lebih tinggi. Vertigo berlangsung
beberapa detik kemudian mereda. Penyebab vertigo posisional berigna adalah
trauma kepala, pembedahan ditelinga atau oleh neuronitis vestibular prognosisnya
baik gejala akan menghilang spontan.
b. Episode Vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam.
Dapat dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopati berulang. Penyakit
meniere mempunyai trias gejala yaitu ketajaman pendengaran menurun (tuli),
vertigo dan tinitus. Usia penderita biasanya 30-60 tahun pada permulaan
munculnya penyakit.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan penurunaan pendengaran dan kesulitan dalam
berjalan “Tandem” dengan mata tertutup. Berjalan tandem yaitu berjalan dengan
telapak kaki lurus kedepan, jika menapak tumit kaki yang satu menyentuh jari
kaki lainnya dan membentuk garis lurus kedepan.
Sedangkan pemeriksaan elektronistagmografi sering memberi bukti bahwa
terdapat penurunan fungsi vertibular perifer. Perjalanan yang khas dari penyakit
meniere ialah terdapat kelompok serangan vertigo yang diselingi oleh masa
remisi. Terdapat kemungkinan bahwa penyakit akhirnya berhenti tidak kambuh
lagi pada sebagian terbesar penderitanya dan meninggalkan cacat pendengaran
berupa tuli dan timitus dan sewaktu penderita mengalami disekuilibrium
(gangguan keseimbangan) namun bukan vertigo. Penderita sifilis stadium 2 atau 3
awal mungkin mengalami gejala yang serupa dengan penyakit meniere jadi kita
harus memeriksa kemungkinana sifilis pada setiap penderi penyakit meniere.
c. Serangan Vertigo yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu.
Neuronitis vestibular merupakan kelainan yang sering dijumpai pada penyakit ini
mulanya vertigo, nausea, dan muntah yang menyertainya ialah mendadak. Gejala
ini berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu. Sering penderita merasa
lebih lega namun tidak bebas sama sekali dari gejala bila ia berbaring diam.
Pada Neuronitis vestibular fungsi pendengaran tidak terganggu
kemungkinannya disebabkan oleh virus. Pada pemeriksaan fisik dijumpai
nistagmus yang menjadi lebih basar amplitudonya. Jika pandangan digerakkan
menjauhi telinga yang terkena penyakit ini akan mereda secara gradual dalam
waktu beberapa hari atau minggu.
Pemeriksaan elektronistagmografi (ENG) menunjukkan penyembuhan total
pada beberapa penyakit namun pada sebagian besar penderita didapatkan gangguan
vertibular berbagai tingkatan. Kadang terdapat pula vertigo posisional benigna.
Pada penderita dengan serangan vertigo mendadak harus ditelusuri kemungkinan
stroke serebelar. Nistagmus yang bersifat sentral tidak berkurang jika dilakukan
viksasi visual yaitu mata memandang satu benda yang tidak bergerak dan nigtamus
dapat berubah arah bila arah pandangan berubah. Pada nistagmus perifer,
nigtagmus akan berkurang bila kita menfiksasi pandangan kita suatu benda contoh
penyebab vetigo oleh gangguan system vestibular perifer yaitu mabok kendaraan,
penyakit meniere, vertigo pasca trauma.
D. MANIFESTASI KLINIS
Perasaan berputar yang kadang-kadang disertai gejala sehubungan dengan reaksi dan
lembab yaitu mual, muntah, rasa kepala berat, nafsu makan turun, lelah, lidah pucat
dengan selaput putih lengket, nadi lemah, puyeng (dizziness), nyeri kepala, penglihatan
kabur, tinitus, mulut pahit, mata merah, mudah tersinggung, gelisah, lidah merah dengan
selaput tipis.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan khusus :
a. ENG (elektronistagmografi)
c. Psikiatrik
2. Pemeriksaan tambahan :
a. Laboratorium
Kasus
Ny.t datang ke IGD RSUD KEDIRI di antar oleh suaminya menggunakan mobil priadi,
ny.t mengalami nyeri kepala sperti mutar-mutar sejak 4 hari yang lalu, skala nyeri 6,
nyeri hilang timbul, nyeri bertambah saat beraktivitas, Ny.t tampak lemah dan meringis
kesakitan karena nyeri yang dialaminya, suami px mengatakan bahwa Ny.t juga
mengalami mual muntah, frekuensi 3x sehari, setiap Ny.t makan selalu muntah. Saat
pengkajian didapatkan hasil TTV: 120/70 x menit. N:80 x/menit, RR: 20 x/menit, S:
37,2 ℃, BB sebelum sakit 56 setelah sakit 53 TB 155, Imt 20,69.
Asuhan Keperawatan pada NY T. dengan VERTIGO
Di Ruang IGD RSUD KEDIRI
1. IDENTITAS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.t
Umur : 34 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Kediri
B. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
Nama : Tn.y
Umur : 38 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Status : Suami
Alamat : Kediri
2. Alasan Masuk RS
Pasien mengatakan pusing seperti muter-muter sejak 4 hari yang lalu sebelum masuk
rumah sakit ,pasien mengeluh ngliyeng, dan tidak nafsu makan karena pasien merasa mual
dan muntah saat pasien makan. Kemudian setelah 4 hari keluarga pasien membawa pasien
ke RS Kediri dengan menggunakan mobil pribadi. Saat pasien dikaji didapatkan hasil
TTV: 120/70 x menit. N:80 x/menit, RR: 20 x/menit, S: 37,2 ℃, BB sebelum sakit 56
setelah sakit 53 TB 155, Imt 20,69, tidak menghabiskan porsi makan, pasien mengatakan
nyeri kepala, nyeri mutar-mutar skala nyeri 6, nyeri hilang timbul.
3. PENGKAJIAN PRIMER
a. Airway :
Pada jalan nafas tidak terdapat akumulasi sekret
b. Breathing :
Napas spontan, RR : 20 x/menit, tidak terdapat retraksi dada
c. Circulation :
TD 120/70 mmHg, N 80 x/menit, capillary refill time >2 detik, akral dingin,
d. Dissability :
Keadaan umum Pasien tampak lemah, Kesadaran :compos mentis, GCS : E4 M6 V5
=15, reaksi pupil +/+, pupil isokor, lebar 2 mm,
e. Exposure
Tidak ada luka di bagian tubuh klien dari kepala sampai kaki, suhu 37,2 ⁰C
4. PENGKAJIAN SEKUNDER
a. Keadaan umum
Pasien tampak lemah, Kesadaran composmentis (E4M6V5), TD 120/70 mmHg, N
80x/mnt, RR 20x/mnt suhu 37,2 C
b. Pemeriksaan fisik
Kepala : Kepala
Bentuk kepala Simetris, tidak ada hematom/luka pada kepala klien rambut
tersebar merata,
Mata :
garis kedua mata simetris, reaksi terhadap cahaya kiri dan kanan baik,pupil
isokor 2 mm, klien mampu membuka mata, konjungtiva tidak anemis, tidak
tampak tanda-tanda radang, klien tidak menggunakan kaca mata.
Hidung :
Kedua lubang hidung simetris, septum nasal terdapat ditengah , tidak terjadi
penyimpangan, bersih tidak ada sekret, tidak ada pembengkakan pada hidung
klien, tidak terdapat polip dan sinusitis, klien tidak terpasang NGT.
Telinga :
Daun telinga simetris, tidak menggunakan alat bantu pendengaran, tidak ada
serumen, tidak ada nyeri tekan.
Mulut :
Bibir klien simetris, tidak mengalami kelainan bawaan, kondisi bibir kering,
gusi tidak terdapat pembengkakkan, gigi masih lengkap,
Leher :Inspeksi : Simetris, tidak ada lesi
Palpasi : tidak teraba adanya benjolan tidak teraba adanya benjolan kelenjar
tyroid, tidak ada nyeri tekan
Dada :Jantung
Inspeksi : Bentuk dada normal tidak ada penonjolan, tampak gerakan iktus
kordis di intercosta 5.
Palpasi : Tidak ada peningkatan kekuatan denyutan, tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : Dullness
Auskultasi : reguler, bunyi s1 dan s2 tunggal.
Paru-paru
Inspeksi : Gerakan dada simetris, ,
Palpasi : vokal formitus sama kanan dan kiri
Perkusi : bunyi resonan
Auskultasi : terdengar vesikuler
Abdomen : Inspeksi : Tidak ada jejas, tidak tampak adanya distensi, tidak ada lesi
Auskultasi : Terdengar bising usus, 13 x/menit
Perkusi : Bunyi tymphani, tidak ada kembung
Palpasi : Tidak teraba adanya massa, tidak ada nyeri tekan
Genetalia : Tidak di kaji
Ekstremitas : Ekstermitas baik tidak ada luka, tidak ada lesi dan tidak ada nyeri tekan
Kekuatan otot
Ekstremitas Atas
5 5
5 5
Odema : tidak terdapat odema
Integumen Inspeksi : warna agak sawo matang ,
Palpasi : teraba hangat, turgor baik.
Dekubitus tidak ada
5. PENGKAJIAN NYERI
Numerik Ranting Scale
7. Pemeriksaan penunjang
Tgl 15 November 2021
Laborat : Hb:11, g/dl HT :34,5 % Trombosit 181 ribu/mm ER::4,23 LK: 6.24
GDS : 130 mg/dl
8. Penatalaksanaan
Tgl 15 November 2021
Rl 16 tpm Dimenhidramin 3x1 tab
Ranitidin 1 am /8 jm
Ranitidin 1 amp/12 jm
Diltiazem 2 cc im
ANALISA DATA
NO DATA FOKUS MASALAH ETIOLOGI
1 Ds: Nyeri akut Agen Pencedera Fisiologi
- Pasien mengatakan Nyeri
kepala bagian belakang
hingga atas, nyeri seperti
mutar-mutar, skala nyeri 6
- Nyeri hilang timbul saat
beraktivitas
DO :
- px tampak meringis
kesakitan saat nyeri
- pasien tampak gelisah
- TD = 120/70 mmHg
N = 80 x/menit
RR = 20x/menit
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d Agen pencedera fisiologi
2. Defisit Nutrisi b/d Ketidakmampuan mencerna makanan
RENCANA KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI
A : masalah teratasi
sebagian
P: lanjutkan interfensi