LAPORAN PENDAHULUAN
DAN
ASUHAN KEPERWATAN PADA PASIEN DENGAN VERTIGO
Disusun Oleh :
Pitriono (S10034)
PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Vertigo merupakan kasus yang sering ditemui. Secara tidak langsung kitapun pernah
mengami vertigo ini. Kata vertigo berasal dari bahasa Yunani “vertere” yang artinya
memutar. Vertigo termasuk kedalam gangguan keseimbangan yang dinyatakan sebagai
pusing, pening, sempoyangan, rasa seperti melayang atau dunia seperti berjungkir balik.
Kasus vertigo di Amerika adalah 64 orang tiap 100.000, dengan presentasi wanita lebih
banyak daripada pria. Vertigo juga lebih sering terdapat pada Usia yang lebih tua yaitu diatas
50 tahun.
Vertigo merupakan salah satu kelainan yang dirasakan akibat manifestasi dari kejadian atau
trauma lain. Misalnya adanya cidera kepala ringan. Salah satu akibat dari kejadian atau
trauma tersebut ialah seseorang akan mengalami vertigo. Kasus ini sebaiknya harus segera
ditangani, karena jika dibiarkan begitu saja akan menggangu system lain yang ada di tubuh
dan juga sangat merugikan klien karena rasa sakit atau pusing yang begitu hebat. Terkadang
klien dengan vertigo ini sulit untuk membuka mata karena rasa pusing seperti terputar-putar.
Ini disebabkan karena terjadi ketidakseimbangan atau gangguan orientasi.
Oleh karena itu, pembelajaran mengenai vertigo beserta asuhan keperawatannya dirasa sangat
penting dan perlu. Dengan memiliki pengetahuan yang baik beserta pemberian asuhan
keperawatan yang benar, maka diharapkan agar kasus vertigo ini dapat berkurang dan
masyarakat bisa mengetahui akan kasus vertigo ini dan bisa mengantisipati akan hal tersebut.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penyusunan laporan pendahuluan tentang vertigo ini adalah agar mahasiswa
mampu secara kognitif, afektif serta motorik dalam menyusun asuhan keperawatan pada
klien vertigo. Dengan demikian, mahasiswa bisa menerapkan asuhan keperawaan yang sudah
dibuat secara komprehensif sehingga dapat membantu proses penyembuhan klien secara tepat
dan cepat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan keseimbangan atau gangguan
orientasi di ruangan. Banyak system atau organ tubuh yang ikut terlibat dalam mengatur dan
mempertahankan keseimbangan tubuh kita. Keseimbangan diatur oleh integrasi berbagai
sistem diantaranya sistem vestibular, system visual dan system somato sensorik
(propioseptik). Untuk memperetahankan keseimbangan diruangan, maka sedikitnya 2 dari 3
sistem system tersebut diatas harus difungsikan dengan baik. Padavertigo, penderita merasa
atau melihat lingkunganya bergerak atau dirinya bergerak terhadap lingkungannya. Gerakan
yang dialami biasanya berputar namun kadang berbentuk linier seperti mau jatuh atau rasa
ditarik menjauhi bidang vertikal. Pada penderita vertigo kadang-kadang dapat kita saksikan
adanya nistagmus. Nistagmus yaitu gerak ritmik yang involunter dari pada bolamata.
(Lumban Tobing. S.M, 2003)
Vertigo dapat adalah salah satu bentuk gangguan keseimbangan dalam telinga bagian dalam
sehingga menyebabkan penderita merasa pusing dalam artian keadaan atau ruang di
sekelilingnya menjadi serasa 'berputar' ataupun melayang. Vertigo menunjukkan
ketidakseimbangan dalam tonus vestibular. Hal ini dapat terjadi akibat hilangnya masukan
perifer yang disebabkan oleh kerusakan pada labirin dan saraf vestibular atau juga dapat
disebabkan oleh kerusakan unilateral dari sel inti vestibular atau aktivitasvestibulocerebellar.
(www.wikipedia.com)
Vertigo adalah sensasi berputar atau pusing yang merupakan suatu gejala, penderita
merasakan benda-benda disekitarnya bergerak gerak memutar atau bergerak naik turun
karena gangguan pada sistem keseimbangan. (Arsyad Soepardi efiaty dan Nurbaiti, 2002)
B. Etiologi
1. Otologi 24-61% kasus
a) Benigna Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)
b) Meniere Desease
c) Parese N VIII Uni/bilateral
d) Otitis Media
2. Neurologik 23-30% kasus
a) Gangguan serebrovaskuler batang otak/ serebelum
b) Ataksia karena neuropati
c) Gangguan visus
d) Gangguan serebelum
e) Gangguan sirkulasi LCS
f) Multiple sklerosis
g) Vertigo servikal
3. Interna kurang lebih 33% karena gangguan kardiovaskuler
a) Tekanan darah naik turun
b) Aritmia kordis
c) Penyakit koroner
d) Infeksi
e) < glikemia
f) Intoksikasi Obat: Nifedipin, Benzodiazepin, Xanax,
4. . Psikiatrik > 50% kasus
a) Depresi
b) Fobia
c) Anxietas
d) Psikosomatis
5. Fisiologik
Melihat turun dari ketinggian.
C. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis pada klien dengan vertigo yaitu Perasaan berputar yang kadang-kadang
disertai gejala sehubungan dengan reak dan lembab yaitu mual, muntah, rasa kepala berat,
nafsu makan turun, lelah, lidah pucat dengan selaput putih lengket, nadi lemah, puyeng
(dizziness), nyeri kepala, penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit, mata merah, mudah
tersinggung, gelisah, lidah merah dengan selaput tipis.
Pasien Vertigo akan mengeluh jika posisi kepala berubah pada suatu keadaan tertentu. Pasien
akan merasa berputar atau merasa sekelilingnya berputar jika akan ke tempat tidur, berguling
dari satu sisi ke sisi lainnya, bangkit dari tempat tidur di pagi hari, mencapai sesuatu yang
tinggi atau jika kepala digerakkan ke belakang. Biasanya vertigo hanya berlangsung 5-10
detik. Kadang-kadang disertai rasa mual dan seringkali pasien merasa cemas.Penderita
biasanya dapat mengenali keadaan ini dan berusaha menghindarinya dengan tidak melakukan
gerakan yang dapat menimbulkan vertigo. Vertigo tidak akan terjadi jika kepala tegak lurus
atau berputar secara aksial tanpa ekstensi, pada hampir sebagian besar pasien, vertigo akan
berkurang dan akhirnya berhenti secara spontan dalam beberapa hari atau beberapa bulan,
tetapi kadang-kadang dapat juga sampai beberapa tahun.
Pada anamnesis, pasien mengeluhkan kepala terasa pusing berputar pada perubahan posisi
kepala dengan posisi tertentu. Secara klinis vertigo terjadi pada perubahan posisi kepala dan
akan berkurang serta akhirnya berhenti secara spontan setelah beberapa waktu. Pada
pemeriksaan THT secara umum tidak didapatkan kelainan berarti, dan pada uji kalori tidak
ada paresis kanal.
Uji posisi dapat membantu mendiagnosa vertigo, yang paling baik adalah dengan melakukan
manuver Hallpike : penderita duduk tegak, kepalanya dipegang pada kedua sisi oleh
pemeriksa, lalu kepala dijatuhkan mendadak sambil menengok ke satu sisi. Pada tes ini akan
didapatkan nistagmus posisi dengan gejala :
1. Penderita vertigo akan merasakan sensasi gerakan seperti berputar, baik dirinya sendiri atau
lingkungan
2. Merasakan mual yang luar biasa
3. Sering muntah sebagai akibat dari rasa mual
4. Gerakan mata yang abnormal
5. Tiba - tiba muncul keringat dingin
6. Telinga sering terasa berdenging
7. Mengalami kesulitan bicara
8. Mengalami kesulitan berjalan karena merasakan sensasi gerakan berputar
9. Pada keadaan tertentu, penderita juga bisa mengalami ganguuan penglihatan
(http://perawatyulius.blogspot.com)
D. Komplikasi
1. Cidera fisik
Pasien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan keseimbangan akibat terganggunya saraf
VIII (Vestibularis), sehingga pasien tidak mampu mempertahankan diri untuk tetap berdiri
dan berjalan.
2. Kelemahan otot
Pasien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan aktivitas. Mereka lebih sering
untuk berbaring atau tiduran, sehingga berbaring yang terlalu lama dan gerak yang terbatas
dapat menyebabkan kelemahan otot.
Hipertensi dan tekanan darah yang tidak stabil (tekanan darah naik turun). Tekanan yang
tinggi diteruskan hingga ke pembuluh darah di telinga, akibatnya fungsi telinga akan
keseimbangan terganggudan menimbulkan vertigo. Begitupula dengan tekanan darah yang
rendah dapat mengurangi pasokan darah ke pembuluh darah di telinga sehingga dapat
menyebabkan parese N VIII.
Psikiatrik meliputi depresi, fobia, ansietas, psikosomatis yang dapat mempengaruhi tekanan
darah pada seseorang. Sehingga menimbulkan tekanan darah naik turun dan dapat
menimbulkan vertigo dengan perjalanannya seperti diatas. Selain itu faktor fisiologi juga
dapat menimbulkan gangguan keseimbangan. Karena persepsi seseorang berbeda-beda.
F. Pemeriksaan Penunjang
Meliputi uji tes keberadaan bakteri melalui laboratorium, sedangkan untuk pemeriksaan
diagnostik yang penting untuk dilakukan pada klien dengan kasus vertigo antara lain:
1. Pemeriksaan fisik
a) Pemeriksaan mata
b) Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh
c) Pemeriksaan neurologik
d) Pemeriksaan otologik
e) Pemeriksaan fisik umum
2. Pemeriksaan khusus
a) ENG
b) Audiometri dan BAEP
c) Psikiatrik
3. Pemeriksaan tambahan
a) Radiologik dan Imaging
b) EEG, EMG
G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Beberapa terapi yang dapat diberikan adalah terapi dengan obat-obatan seperti :
a) Anti kolinergik
Sulfas Atropin : 0,4 mg/im
Scopolamin : 0,6 mg IV bisa diulang tiap 3 jam
b) Simpatomimetika
Epidame 1,5 mg IV bisa diulang tiap 30 menit
c) Menghambat aktivitas nukleus vestibuler
Golongan antihistamin
Golongan ini, yang menghambat aktivitas nukleus vestibularis adalah :
i. Diphenhidramin: 1,5 mg/im/oral bisa diulang tiap 2 jam
Jika terapi di atas tidak dapat mengatasi kelainan yang diderita dianjurkan untuk terapi bedah.
Terapi menurut (Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 48) Terdiri dari :
a) Terapi kausal
b) Terapi simtomatik
c) Terapi rehabilitatif
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a) Karena gerakan kepala memperhebat vertigo, pasien harus dibiarkan berbaring diam dalam
kamar gelap selama 1-2 hari pertama.
b) Fiksasi visual cenderung menghambat nistagmus dan mengurangi perasaan subyektif vertigo
pada pasien dengan gangguan vestibular perifer, misalnya neuronitis vestibularis. Pasien
dapat merasakan bahwa dengan memfiksir pandangan mata pada suatu obyek yang dekat,
misalnya sebuah gambar atau jari yang direntangkan ke depan, temyata lebih enak daripada
berbaring dengan kedua mata ditutup.
c) Karena aktivitas intelektual atau konsentrasi mental dapat memudahkan terjadinya vertigo,
maka rasa tidak enak dapat diperkecil dengan relaksasi mental disertai fiksasi visual yang
kuat.
d) Bila mual dan muntah berat, cairan intravena harus diberikan untuk mencegah dehidrasi.
e) Bila vertigo tidak hilang. Banyak pasien dengan gangguan vestibular perifer akut yang belum
dapat memperoleh perbaikan dramatis pada hari pertama atau kedua. Pasien merasa sakit
berat dan sangat takut mendapat serangan berikutnya. Sisi penting dari terapi pada kondisi ini
adalah pernyataan yang meyakinkan pasien bahwa neuronitis vestibularis dan sebagian besar
gangguan vestibular akut lainnya adalah jinak dan dapat sembuh. Dokter harus menjelaskan
bahwa kemampuan otak untuk beradaptasi akan membuat vertigo menghilang setelah
beberapa hari.
f) Latihan vestibular dapat dimulai beberapa hari setelah gejala akut mereda. Latihan ini untuk
rnemperkuat mekanisme kompensasi sistem saraf pusat untuk gangguan vestibular akut.
(http://niarahayu9.blogspot.com)
g) Keamanan
Riwayat alergi atau reaksi alergi, demam (sakit kepala), gangguan cara berjalan, parastesia,
paralisis, drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus).
h) Interaksi sosial
Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang berhubungan dengan penyakit
i) Penyuluhan/ Pembelajaran
Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga, penggunaan alkohol/obat lain
termasuk kafein, kontrasepsi oral/hormone, menopause.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko jatuh b.d kerusakan keseimbangan (N. VIII)
b. Intoleransi aktivitas b.d tirah baring
c. Resiko kurang nutrisi b.d tidak adekuatnya input makanan
d. Gangguan persepsi pendengaran b.d tinitus
e. Koping individu tidak efektif b.d metode koping tidak adekuat
3. Intervensi Keperawatan
a) Resiko jatuh b.d Kerusakan keseimbangan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah risiko jatuh dapat
teratasi.
Kriteria Hasil :
1) Klien dapat mempertahankan keseimbangan tubuhnya
2) Klien dapat mengantisipasi resiko terjadinya jatuh
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat energi yang dimiliki klien 1. Energi yang besar dapat memberikan
2. Berikan terapi ringan untuk keseimbangan pada tubuh saat istirahat
mempertahankan kesimbangan 2. Salah satu terapi ringan adalah
3. Ajarkan penggunaan alat-alat alternatif menggerakan bola mata, jika sudah
dan atau alat-alat bantu untuk aktivitas terbiasa dilakukan, pusing akan
klien. berkurang.
4. Berikan pengobatan nyeri (pusing) 3. Mengantisipasi dan meminimalkan
sebelum aktivitas resiko jatuh.
4. Nyeri yang berkurang dapat
meminimalisasi terjadinya jatuh.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad soepardi, efiaty dan Nurbaiti.2002. Buku ajar ilmu kesehatan telingahidung tenggorok
kepala leher edisi ke lima. Jakarta : Gaya Baru
Wilkinson, Judith M.2007.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC.Jakarta : EGC
BAB III
ASUHAN KEPERWATAN SISTEM NEUROBEHAVIOUR
PADA Tn.S DENGAN VERTIGO DI RUANG MAWAR I
RSUD KARANGANYAR
I. BIODATA
1. Identitas Klien
Nama Klien : Tn.S
Alamat : Supan 2/14 Tegalgedhe, Karanganyar
Umur : 58 th
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Peternak
2. Identitas Penanggung jawab
Nama : Ny.S
Umur : 54 th
Pendidikan : Tamat SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Supan 2/14 Tegal Gede, Karanganyar
Hubungan dengan klien : Istri
II. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Keluhan Utama
Pusing seperti berputar-putar, panas dingin, tidak nafsu makan, tidak bisa tidur.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Kurang lebih 2 minggu sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh kepala pusing berputar,
nyeri kedua pipi hingga sekitar mata, sakit bertambah saat pasien menunduk dan duduk,
badan panas dingin, dan leher terasa cengeng/pegel-pegel.
Kemudian dibawa ke puskesmas dan hasilnya tidak ada perubahan dan akhirnya dibawa ke
RSUD Karanganyar melalui UGD. Pasien terpasang infus Rl 20tpm, dan diambil sempel
darah, TD : 225/120 mmHg, S : 38°C, RR : 24x/menit.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelumnya Tn.S belum pernah mengalami penyakit ini, namun dulu pernah menderita
penyakit hipertensi dan pernah berobat ke THT untuk operasi sinus maksilaris.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Didalam keluarga Tn.S tidak ada yang memiliki penyakit yang sama seperti yang Tn.S derita
saat ini. Namun untuk hipertensi diduga didapatkan melalui keturunan, karena ayah dari Tn.S
juga mengalami penyakit hipertensi.
Genogram :
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Memiliki riwayat hipertensi
: Pasien (Tn.S)
: Tinggal serumah
Eliminasi Urin
KETERANGAN SEBELUM SAKIT SELAMA SAKIT
Frekuensi 4-6x/hari 3-5x/hari
Pancaran Kuat lemah
Jumlah ±200 cc sekali BAK ±200 cc sekali BAK
Bau Khas Amoniak
Warna Kuning jernih Kuning kecoklatan
Perasaan setelah BAK Lega Lega
Keluhan Tidak ada Tidak ada
Total produksi urin ± 800-1200 cc/hari ±600-1000 cc/hari
IV. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan/Penampilan Umum
Kesadaran : Composmentis
TTV :
a) TD : 170/100 mmHg
b) Pernafasan :
- Frekuensi : 22x/menit
- Irama : teratur
c) Suhu : 38°C
d) Nadi :
- Frekuensi : 96x/menit
- Irama : teratur
- Kekuatan : kuat
2. Pemeriksaan Fisik Head to Toe
a. Kepala, Rambut : warna hitam sedikit beruban, rambut lengket, dan kusam, tidak ada kutu,
terdapat ketombe.
b. Mata :
- Palpebra : tidak udem, tidak petosis
- Konjungtiva : konjungtiva tidak anemis
- Pupil : isokor
- Sclera : tidak ikterik
- Reflek terhadap cahaya : +
- Tidak menggunakan alat bantu penglihatan.
c. Hidung : lembab, bersih, tidak ada pernafasan cuping hidung
d. Mulut : bibir lembab, mukosa mulut sedikit kotor, tidak ada sariawan
tidak ada gigi berlubang.
e. Telinga : sedikit kotor, sedikit serumen, kadang-kadang terjadi tinitus.
f. Leher : tidak terjadi pembesaran kelenjar limfe, tidak terjadi kaku
Kuduk
g. Dada :
1) Paru-paru
-Inspeksi : Bentuk dada simetris
-Palpasi : Vocal premitus getaran kanan kiri sama
-Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
-Auskultasi : Vesikuler pada seluruh area paru, tidak ada suara nafas tambahan, inspirasi
lebih pendek dari ekspirasi.
2) Jantung
-Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
-Palpasi : IC teraba di ICS 5 mid clavicula
-Perkusi : Pekak, konfigurasi jantung dalam batas normal
-Auskultasi : tidak ada bunyi tambahan.
h. Abdomen :
-Inspeksi : warna sawo matang, jaringan parut tidak
terlihat, umbilicus kotor.
-Auskultasi : 30x/menit
-Perkusi : thympani
-Palpasi : tidak ada nyeri tekan
i. Ekstremitas
Atas
Kekuatan otot kanan dan kiri : 4
ROM kanan dan kiri : Aktif
Perubahan bentuk tulang : Tidak ada perubahan bentuk tulang
Perabaan Akral : Hangat
Pitting edema : tidak ada
Analisa : tidak ada kelainan pada ekstremitas.
Bawah
Kekuatan otot kanan dan kiri : 4
ROM kanan dan kiri : Aktif
Perubahan bentuk tulang : Tidak ada perubahan bentuk tulang
Perabaan Akral : Hangat
Pitting edema : tidak ada
Analisa : tidak ada kelainan pada ekstremitas bawah.
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hari/Tgl/Jam Jenis Nilai Normal Hasil Keterangan
Pemeriksaan dan satuan
Senin, 22 GDS 100 s/d 150 mg 127 mg Normal
Oktober 2012 Hb 14-18 g/dL 12.8 g/dL Turun
09.00 WIB Leukosit 5000-10000/mm³ 6000/mm³ Normal
Eritrosit 4,5-5,5 juta/mm³ 4800000/ mm³ Normal
Hct 40-43 % 42 % Normal
Eosinofil 1-3 % 0% Turun
Basofil 0-1 % 0% Normal
Batang 2-6 % 0% Turun
Segmen 50-70 % 69 Normal
Limfosit 20-40 % 27 % Normal
Monosit 2-8 % 4% Normal
Trombosit 150000-300000 mm³ 214000 mm³ Normal
MCV 82-92 mikron 3 88 mikron 3 Normal
MCH 27-32 piko gram 31 Piko gram Normal
MCHC 32-37 % 36 % Normal
VI. TERAPI MEDIS
Hari/ Tangga Jenis Terapi Dosis Golongan & Fungsi &
Jam Kandungan Farmakologi
Senin, Cairan IV :
22/10/2012 Infus RL 16 tpm Cairan elektrolit Keseimbangan
cairan dan
elektrolit dalam
tubuh
Obat Peroral :
Obat Parenteral
Obat Topikal
VII. ANALISA DATA
No Hari/tgl/jam Data Fokus Problem Etiologi TTD
1 Senin, DS: Gangguan Agen cedera
22-10-2012 pasien mengatakan pusing rasa biologi
09.30 WIB berputar-putar. nyaman (nyer
P: nyeri karena vertigo i akut)
Q : seperti ditarik-tarik
R : kedua pipi sampai sekitar
mata
S:9
T : Saat duduk / menunduk
DO:
1. TD : 170/100 mmhg
2. S : 380C
3. N : 96x/mnit
4. RR : 22x/mnit
5. Pasien tampak meringis
kesakitan
6. Pasien tampak resah
2 Senin, 22- DS : Resiko nutrisi Tidak
10-2012 Pasien mengatakan nafsu kurang dari adekuatnya
09.30 WIB makan berkurang, mual kebutuhan intake makanan
muntah, dan lidah terasa pahit tubuh
serta tidak makan selama 3 hari
dan hanya minum air putih.
DO :
A : BB : 64kg, TB : 163 cm,
IMT : 24,08 kgBB
B:
Hct : 42 %
Hb : 12,8 g/dL
C:
1. Pasien tampak mual muntah
2. Turgor kurang elastis
3. Pasien tampak lemas
4. Konjungtiva tidak anemis
D : Menghabiskan ¼ porsi
makan
DO :
1. Suhu : 38°C
2. Akral hangat
3. Banyak berkeringat
4. AL : 6000/mm³
VIII. PRIORITAS DIAGNOSA
1. Resiko jatuh b.d Gangguan keseimbangan N VIII
2. Hipertermi b.d Ketidakefektifan kerja hipotalamus
3. Gangguan rasa nyaman (nyeri akut) b.d Agen cedera biologi
4. Gangguan pola tidur b.d Fisiologi (nyeri seperti berputar-putar)
5. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Tidak adekuatnya intake makanan.
IX. RENCANA KEPERAWATAN
No Hari/ Diagnosa Tujuan dan KH Intervensi Rasional TTD
. Tgl/Jam Keperawatan
1. Senin/ Resiko jatuh b.d Setelah dilakukan1. Kaji tingkat 1. Mengidentifikasi
22 Gangguan tindakan aktivitas yang kategori aktivitas
oktober keseimbangan N keperawatan dijalani pasien yang dijalani pasien.
2012/ VIII selama 2x24 jam selama di rumah2. Karakteristik jalan
10.00 masalah resiko sakit. dapat menentukan
WIB jatuh dapat 2. Observasi keadaan pasien,
teratasi dengan perilaku jalan memerlukan bantuan
kriteria hasil pasien atau tidak
sbb : 3. Observasi 3. Keadaan tempat yang
1. Tidak terjadi tempat yang kurang baik dapat
jatuh atau cidera biasa dilalui menimbulkan jatuh
fisik pasien untuk 4. Mengantisipasi
2. Pasien dapat beraktivitas terjadinya jatuh saat
beraktivitas dan 4. Naikkan pasien banyak
atau ambulasi restrain jika bergerak
dengan tenang perlu 5. Saat pasien akan
3. Pasien terjaga 5. Dampingi jatuh ada yang
keamanannya pasien saat membantu menopang
dalam berjalan tubuhnya
beraktivitas 6. Beritahu pasien6. Pasien dan keluarga
4. TD : 140/90 dan keluarga dapat memahami
mmHg akibat dari jatuh bahaya jatuh
5. Pasien dapat 7. Beritahu pada 7. Mengidentifkasi
mengenali keluarga pasien tanda-tanda terjadinya
lingkungan untuk tetap jatuh
diruangan menjaga atau 8. Pasien dapat
mengawasi menggunakan
aktivitas pasien perantara untuk
8. Ajarkan pada berjalan seperti kursi,
pasien untuk bed, dll
menggunakan 9. Keselamatan pasien
alat-alat saat beraktifitas
alternatif dalam terjaga.
beraktivitas
9. Kolaborasi
penggunaan alat
bantu untuk
beraktivitas
2. Senin/ Hipertermi b.d Setelah dilakukan
1. Observasi VS 1. Tanda-tanda kejang
22 Ketidakefektifa tindakan 2x24 pasien 4 jam demam dapat
oktober n kerja jam masalah sekali diketahui dari VS
2012/ hipotalamus hipertermi dapat2. Lakukan 2. Agar tubuh terjadi
10.00 teratasi dengan kompres hangat vasodilatasi dan suhu
WIB kriteria hasil 3. Anjurkan untuk dapat turun
sbb : memakai baju 3. Memudahkan
1. Suhu turun tipis sirkulasi udara untuk
menjadi 36- 4. Anjurkan menurunkan suhu
37,5°C asupan cairan 4. Dehidrasi dapat
2. Pasien tidak oral memperparah
merasa resah 5. Kolaborasi hipertermi
3. RR dalam batas penggunaan 5. Obat penurun suhu
normal 18- obat antipiretik tubuh.
24x/menit dan
tidak mengalami
distres dalam
pernafasan
3. Senin/ Gangguan rasa Setelah dilakukan
1. Kaji nyeri 1. Mengetahui skala
22 nyaman (nyeri tindakan (PQRST) nyeri dan keadaan
oktober akut) b.d Agen keperawatan 2. Kaji keluhan nyeri secara holistik
2012/ cidera biologi selama 3x24 jam pasien tiap hari2. Mengetahui tingkat
10.00 masalah 3. Berikan posisi penurunan nyeri
WIB keperawatan nyaman sesuai untuk sembuh
gangguan rasa dengan 3. Posisi yang nyaman
nyaman nyeri kebutuhan dapat sedikit
dapat pasien mengubah persepsi
diminimalkan 4. Ajarkan terapi nyeri yang dirasa
dengan KH sbb : untuk pasien
1. Pasien sudah pengurangan 4. Kebiasaan mengubah
tidak meringis nyeri posisi kepala secara
kesakitan (mengubah bertahap dapat
2. Skala nyeri posisi kepala) menurunkan nyeri
menjadi 6 5. Ajarkan tekhnik atau pusing.
3. TD : 140/70 relaksasi 5. Dengan teknik
mmHg 6. Kolaborasi relaksasi dapat
0
4. S : 36-37,5 C dengan mengurangi rasa
5. N : 60- pemberian obat nyeri
100x/menit analgesik dan
6. Obat penghilang rasa
6. RR : 18- mertigo nyeri dan obat untuk
24x/menit vertigo
7. Pasien merasa
nyaman
4. Senin/ Gangguan pola Setelah dilakukan1. Kaji jumlah jam1. Mengetahui berapa
22 tidur b.d tindakan tidur pasien jam tidur pasien
oktober Fisiologi keperawatan 2. Mengobservasi2. Mengetahui tingkat
2012/ (pusing yang selama 2x24 jam intensitas tidur insomnia pasien
10.00 berputar-putar) masalah pasien 3. Menciptakan suasana
WIB keperawatan 3. Ciptakan rileks yang bisa
gangguan pola lingkungan yang mempermudah tidur
tidur dapat nyaman 4. Karena saat tidur
teratasi dengan 4. Jelasakan tubuh melakukan
KH sbb: pentingnya tidur metabolisme
1. Konjungtiva yang adekuat 5. Kenyamanan tubuh
tidak anemis untuk kesehatan pasien dapat
2. Mata tidak 5. Beritahu pada membantu proses
berkantung keluarga untuk memulai tidur
3. Dapat tidur 4-6 memberikan 6. Untuk membantu
jam pijatan yang tidur pasien
4. Tidur nyenyak nyaman saat 7. Tidur dapat stabil dan
tidak mudah memulai tidur obat tidak
terbangun 6. Kolaborasi membahayakan bagi
5. Nadi : 60-100 dengan tubuh pasien
mmHg pemberian
6. TD : 140/90 sedatif
mmHg 7. Diskusikan
dengan dokter
tentang perlunya
meninjau
kembali
program
pengobatan jika
berpengaruh
pada pola tidur.
5. Senin/ Resiko nutrisi Setelah dilakukan1. Pantau intake 1. Mengetahui
22 kurang dari tindakan dan output pada keseimbangan nutrisi
oktober kebutuhan tubuh keperawatan pasien pada tubuh pasien
2012/ b.d tidak selama 3x24 jam2. Timbang BB 2. Untuk memantau BB
10.00 adekuatnya masalah nutrisi pasien pasien
WIB intake makanan kurang dari 3. Anjurkan 3. Menaikkan BB
kebutuhan tubuh makan sedikit pasien
dapat teratasi tapi sering 4. Agar nafsu makan
dengan KH sbb :4. Beritahu pada pasien bertambah
1. Nafsu makan pasien dan 5. Selain mendapatkan
bertambah keluarga untuk gizi yang baik hal ini
2. BB tidak makan makanan dapat pula
berkurang yang disukai menghemat biaya
3. Turgor elastis pasien 6. Melakukan hal-hal
4. Pasien tidak 5. Beritahu pasien yang biasa klien
merasa lemas atau keluarga lakukan saat makan
5. Makan 1 porsi tentang agar nafsu makan
habis makanan yang meningkat
6. Tidak ada mual bergizi dan tidak
7. Mengetahui diet
muntah mahal pasien dan
6. Ajarkan metode menentukan makanan
untuk yang banyak
perencanaan mengandung gizi
makan yang cukup
7. Kolaborasi 8. Dokter dapat
dengan ahli gizi menentukan obat
8. Laporkan pada pengganti nutrisi
dokter jika yang cukup dan atau
pasien menolak dokter memberikan
makan obat penambah nafsu
makan.
X. TINDAKAN KEPERAWATAN/IMPLEMENTASI
XI. CATATAN KEPERAWATAN
Hari/Tgl/Jam No.Dx Evaluasi Ttd
Senin, 22- 1 S : Pasien mengatakan belum bisa ke kamar mandi karena
10-2012 pusing
14.00 WIB O: Pasien tampak lemah
Kekuatan otot ekstremitas bawah 3
Pasien menggunakan bantuan minimal
A : Masalah resiko jatuh belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
PATHWAY KONSEP
Otologi Neurologik Hipertensi Psikiatrik Fisiologi
-Meniere, -Gangguan Visus (Depresi, Ansietas
-Parese N VIII -MS Fobia, Psikosomatis) Gangguan
-Otitis media -Ggn Serebelum keseimbangan
Keseimbangan terganggu
Gangguan proses fikir
Bakteri menginfasi SSP
Intoleransi aktivitas
Menyebar ke N. VIII
Resiko Jatuh
N.VIII terganggu
Sempoyongan
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Dilakukan dengan cara wawancara.Menggali informasi dari pasien langsung (Autoanamnesa)
dan informasi dari keluarga pasien (Alloanamnesa) serta dengan data-data dari rekam medik
pasien yang selalu digunakan dalam segala aspek atau tindakan yang pernah dilakukan
terhadap pasien.
Namun pada pasien yang menjadi kasus kelolaan ini mengalami pusing yang berputar-putar
serta bagian sekitar mata seperti ditarik-tarik kedalam. Suhu tubuh yang selalu tinggi dan
derajat angkanya naik turun tapi tetap konstan termasuk kedalam hipertermi. Pasien
merasakan tubuhnya menggigil dan banyak mengeluarkan keringat. Selama sakit nafsu
makan pasien turun, hal itu dikarenakan adanya mual muntah yang dirasa pasien. Lima hari
pasien hanya minum air putih dan enggan untuk mengkonsumsi nasi. Herannya dengan
kondisi lemah yang dialami pasien ini masih dapat melakukan ADL secara mandiri,
meskipun nyeri (pusing) yang dialami ini lebih hebat dari nyeri yang dialami sebelumnya.
Pasien juga memiliki riwayat pengobatan penyakit sinus yang dideritanya sejak beberapa
tahun yang lalu.
Pemeriksaan fisik pada pasien dengan vertigo meliputi :
1. Nistagmus
2. Pemeriksaan neurologis dengan perhatian khusus pada :
a) Posturografi : tes Romberg yang dipertajam, past-pointing test, Manuver Nylen-Barany atau
Dix-Hallpike
b) Tes kalorik
c) Saraf-saraf kranal
d) Fungsi motorik dan sensorik
3. Pemeriksaan penunjang meliputi :
a) Laboratorium : darah lengkap, profil lipid, asam urat, dan hemostasis
b) Foto Rontgen servikal
c) Neurofisiologi sesuai indikasi : EEG (elektroensefalografi), ENG (elektronistagmografi),
EMG (elektromiografi), BAEP (Brainstem Auditory Evoked Potential) dan audiometri
d) Neuroimaging seperti CT scan, MRI, dan ateriografi untuk mengetahui keadaan lesi atau
tidaknya bagian kepala yang mempengaruhi saraf.
(Dewanto, dkk.2009)
Pada pasien kelolaan hanya dilakukan pemeriksaan rontgen dan laboratorium untuk
mendukung diagnosa pada pasien, karena dilihat dari tanda-tanda yang ada pasien positif
menderita vertigo.
B. Diagnosa
Setiap pasien dengan vertigo pasti memiliki keluhan yang berbeda-beda antara satu dengan
yang lainnya. Namun sebagian besar pasien mengalami kejadian yang sama. Untuk keluhan
yang berbeda akan memunculkan diagnosa keperawatan yang berbeda pula. Berikut adalah
diagnosa keperawatan utama pada pasien dengan vertigo
1. Risiko terhadap cedera berhubungan dengan perubahan mobilitas karena gangguan cara
berjalan dan vertigo.
2. Kerusakan penyesuaian berhubungan dengan ketidakmampuan merubah gaya hidup yang
diperlukan karena sifat vertigo yang tidak dapat diperkirakan
3. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan haluaran cairan,
perubahan masukan, dan obat.
4. Kurang perawatan diri : makan, mandi/higiene, berpakaian/berdandan, toileting,
berhubungan dengan disfungsi labirin dan episode vertigo.
5. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap, atau perubahan pada status kesehatan dan
efek ketidakmampuan dari vertigo. (Baughman,2000)
Dari berbagai diagnosa diatas hanya ada satu yang sesuai dengan diagnosa keperawatan pada
pasien kasus kelolaan yaitu risiko terhadap cedera. Namun diagnosa lain bertolak belakang.
Karena pada kasus kelolaan muncul diagnosa sebagai berikut :
1. Resiko jatuh b.d Gangguan keseimbangan N VIII
Diagnosa ini diambil karena pada pasien selalu aktif untuk melakukan ADL sendiri seperti ke
kamar mandi yang dilakukan secara mandiri tanpa ada seseorang yang mengawalnya.
Sehingga resiko kemungkinan untuk jatuh sangat besar terkait dengan kondisi pasien yang
lemah dan merasa pusing seperti berputar.
2. Hipertermi b.d Ketidakefektifan kerja hipotalamus
Pada pasien mengalami panas dan keluar keringat dingn serta suhu tubuh pasien selalu tinggi.
3. Gangguan rasa nyaman (nyeri akut) b.d Agen cedera biologi
Kemungkinan pada pasien terjadi cedera pada bagian syarafnya karena dari hasil
pemeriksaan Rontgen sinus mengalami penebalan dan kemungkinan dapat menganggu saraf
nervus vestibularis sehingga timbul nyeri tiba-tiba dan terjadi vertigo.
4. Gangguan pola tidur b.d Fisiologi (nyeri seperti berputar-putar)
Karena tingkat nyeri yang skalanya tinggi (skala nyeri pasien 9). Sangat mengganggu pola
tidur pasien. Pasienpun susah untuk memulai tidur. Bahkan tidur malam hanya dirasakan
kurang lebih 2 jam saja.
5. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Tidak adekuatnya intake makanan.
Timbulnya mual disertai muntah menjadi alasan utama untuk menegakan diagnosa resiko
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Selain itu disertai adanya intake yang tidak stabil karena
pasien hanya minum banyak dan tidak makan selama lima hari.
C. Pathway Kasus
Sinusitis
Timbul kekakuan
Inflamas
i
meningkat Pusing berputar
Hipertermi
Jalan sempoyongan
Respon fisiologis
Resiko Jatuh
Resiko Nutrisi Kurang
dari Kebutuhan Tubuh
D. Intervensi
Sasaran pasien mencakup tetap bebas dari setiap cedera yang berkaitan dengan
ketidakseimbangan dan atau jatuh : menyesuaikan pada modifikasi gaya hidup untuk
mengurang ketidakmampuan dan menguatkan kontrol dan kemandirian, mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit, tidak mengalami ansietas yang berkelanjutan serta
mampu untuk melakukan ADL (Baughman, 2000)
Pada rencana keperawatan lebih menekankan pada rencana keperawatan untuk mengatasi
diagnosa yang muncul lebih dominan. Perawat lebih mengutamakan tindakan mandiri
perawat daripada tindakan kolaborasi. Meskipun tindakan mandiri perawat lebih kecil
presentase untuk mencapai keberhasilan, namun jika tetap dilakukan secara berangsur-angsur
akan menciptakan kesembuhan atau sedikit teratasinya keluhan yang muncul.
Pada pasien kasus kelolaan lebih diutamakan untuk mengatasi resiko jatuh karena bahaya dari
jatuh akan memunculkan komplikasi yang serius pada pasien serta menambah keluhan yang
dirasa pasien. Untuk mengatasi nyeri (pusing) dilakukan setelah hipertermi dapat teratasi.
Karena lebih mudah mengatasi hipertermi daripada nyeri yang muncul. Untuk mengatasi
nyeri (pusing) akan dilakukan proses terapi sederhana. Gangguan pola tidur akan dilakukan
tindakan pemberian lingkungan yang nyaman dan resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
akan lebih ditekankan pada pemberian pendidikan kesehatan pada pasien untuk mengubah
kebiasaan makan serta pemberian motivasi tetap makan karena kesembuhan dimulai dari
nutrisi yang baik.
E. Implementasi
Pada kasus vertigo sentral, karena disebabkan gangguan vaskuler, penatalaksanaanya sesuai
dengan tatalaksana pada kasus stroke. Pada vertigo penatalaksanaanya terdiri dari terapi
kausal, terapi simtomatik, terapi rehabilitasi yaitu dengan menggunakan metode Brand-
Daroff, serta dilakukan operasi. Prosedur operasi dilakukan bila proses reposisi kanalis tidak
berhasil. Berikut contoh-contoh obat antivertigo :
1. Penyekat Kalsium : Flunarisin 5-10 mg diberikan 1x sehari, Sinarisin 25 mg diberikan 3x
sehari.
2. Antihistamin : Prometasin 25-50 mg diberikan 3x sehari, Dimenhidrat 50 mg diberikan 3x
sehari.
3. Antikolenergik : Skopolamin 0,6 mg diberikan 3x sehari, Atropin 0,4 mg diberikan 3x sehar.
4. Monoaminergik : Amfetamin 5-10 mg diberikan 3x sehari, Efedrin 25 mg diberikan 3x
sehari.
5. Phenotiazine : Proklorperasin 3 mg diberikan 3x sehari, Klorperasin 25 mg diberikan 3x
sehari
6. Benzodiazepin : Diazepam 2-5 mg diberikan 3x sehari.
(Dewanto, 2009.Hal.113-114)
Penatalaksanaan diet diberikan minuman atau makanan rendah natrium yaitu 2000 mg per
hari. Selan itu dianjurkan untuk menghindari alkohol, nikotin, dan kafein. Sedangkan
penatalaksanaan bedah dilakukan 3 cara yaitu : Dekompresi atau pirai kantung endolimfatik,
Labirinektomi (penghancuran telinga dalam), dan terakhir dilakukan pembedahan Seksi saraf
vertibular (saraf kranial ke-8). (Baughman, 2000)
Sedangkan pada pasien ini selain diberikan tindakan mandiri perawat pasien juga diberikan
terapi farmakologi. Terapi yang diberikan antara lain :
Jenis Terapi Dosis Golongan & Fungsi & Farmakologi
Kandungan
Cairan IV :
Infus RL 16 tpm Cairan elektrolit Keseimbangan cairan dan
elektrolit dalam tubuh
Ranitidin
25 mg Obat saluran cerna Terapi tukak lambung,
mengatasi mual
Obat Peroral :
A. Kesimpulan
Setiap penyakit yang sama memiliki manifestasi yang berbeda-beda. Seperti halnya pada
penyakit vertigo ini yang memunculkan diagnosa keperawatan yang berbeda karena setiap
diagnosa yang ditegakkan diambil dari dasar keluhan pasien. Teori dan praktek adalah hal
yang berhubungan, jika pada berbagai literatur telah disampaikan mengenai penyakit vertigo
yang memberikan tanda dan gejala sesuai penyakit. Ternyata sebagian besar tanda dan gejala
itu sama dengan realitas yang ada. Namun menurut pendapat prof.Dr.Zullies Ikawati, Apt
yang mengatakan bahwa vertigo dengan jenis pusing yang berputar dapat diatasi dengan
mudah mungkin beda penatalaksanaanya. Bukti nyata pasien dengan vertigo BPPV tidak
mudah untuk disembuhkan. Pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya dan
sempat sembuh tapi tidak dapat sembuh total. Pasien telah diberikan berbagai obat selama
kurang lebih satu minggu untuk mengatasi pusing yang dideritanya namun hasilnya pasien
tetap merasa pusing, meskipun pusing yang dideritanya sedikit turun.
B. Saran
Pasien dengan penyakit apapun pasti ada kalanya obat yang dapat menyembuhkan penyakit
tersebut. Oleh karenanya jika pasien dengan vertigo ini sulit untuk disembuhkan hendaknya
setiap tindakan keperawatan baik mandiri perawat maupun kolaborasi harus dilakukan secara
bertahap dan jangan sampai berhenti. Pasien vertigo ini telah merasakan nyeri atau pusingnya
sedikit turun setelah diberikan injeksi. Dari informasi pasien tersebut kita dapat memberikan
terapi obat injeksi sesuai yang telah diberikan pada pasien agar nyeri yang dirasakan tidak
kembali ke episode nyeri awal yang dirasakan.
DAFTAR PUSTAKA
Baughman, Diane C.2000.Keperawatan Medikal-Bedah Buku Saku dari Brunner &
Suddarth.Jakarta : EGC
Wilkinson, Judith M.2007.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC.Jakarta : EGC