Anda di halaman 1dari 13

A.

PENGERTIAN

Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau


seolah-olah benda di sekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya
disertai dengan mual dan kehilangan keseimbangan. Vertigo bisa berlangsung
hanya beberapa saat atau bisa berlanjut sampai beberapa jam bahkan hari.
Penderita kadang merasa lebih baik jika berbaring diam, tetapi vertigo bisa
terus berlanjut meskipun penderita tidak bergerak sama sekali (Israr, 2008).
Vertigo adalah keadaan pusing yang dirasakan luar biasa. Seseorang yang
menderita vertigo merasakan sekelilingnya seolah-olah berputar, ini
disebabkan oleh gangguan keseimbangan yang berpusat di area labirin atau
rumah siput di daerah telinga. Perasaan tersebut kadang disertai dengan rasa
mual dan ingin muntah, bahkan penderita merasa tak mampu berdiri dan
kadang terjatuh karena masalah keseimbangan. Keseimbangan tubuh
dikendalikan oleh otak kecil yang mendapat informasi mengenai posisi tubuh
dari organ keseimbangan di telinga tengah dan mata. Vertigo biasanya timbul
akibat gangguan telinga tengah dan dalam atau gangguan penglihatan
(Putranta, 2005)
Vertigo adalah sensasi atau perasaan yang mempengaruhi orientasi ruang
dan mungkin dapat didefinisikan sebagai suatu ilusi gerakan. Keluhan ini
merupakan gejala yang sifatnya subyektif dan karenanya sulit dinilai.
Walupun pengobatan sebaiknya langsung pada penyebab yang mendasari
penyebab atau kelainannya, asal atau penyebab vertigo sering tidak diketahui
ataupun tidak mungkin diobati (CDK, 2009). Jenis-jenis vertigo:
Vertigo diklasifikasikan menjadi dua kategori berdasarkan saluran
vestibular yang mengalami kerusakan, yaitu
1. Vertigo Periferal
Vertigo periferal terjadi jika terdapat gangguan di saluran yang
disebut kanalis semisirkularis, yaitu telinga bagian tengah yang bertugas
mengontrol keseimbangan. Gangguan kesehatan yang berhubungan
dengan vertigo periferal antara lain penyakitpenyakit seperti benign
parozysmal positional vertigo (gangguan akibat kesalahan pengiriman
pesan), penyakit meniere (gangguan keseimbangan yang sering kali
menyebabkan hilang pendengaran), vestibular neuritis (peradangan pada
sel-sel saraf keseimbangan), dan labyrinthitis (radang di bagian dalam
pendengaran).
2. Vertigo Sentral
Saluran vestibular adalah salah satu organ bagian dalam telinga
yang senantiasa mengirimkan informasi tentang posisi tubuh ke otak
untuk menjaga keseimbangan. Vertigo sentral terjadi jika ada sesuatu
yang tidak normal di dalam otak, khususnya di bagian saraf
keseimbangan, yaitu daerah percabangan otak dan serebelum (otak kecil).

B. ETIOLOGI VERTIGO
Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan keseimbangan melalui organ
keseimbangan yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini memiliki saraf
yang berhubungan dengan area tertentu di otak. Vetigo bisa disebabkan oleh
kelainan di dalam telinga, di dalam saraf yang menghubungkan telinga dengan
otak dan di dalam otaknya sendiri. Vertigo juga bisa berhubungan dengan
kelainan penglihatan atau perubahan tekanan darah yang terjadi secara
tibatiba. Penyebab umum dari vertigo: (Israr, 2008)
1. Keadaan lingkungan
Motion sickness (mabuk darat, mabuk laut)
2. Obat-obatan
Alkohol dan Gentamisin
3. Kelainan sirkulasi
Transient ischemic attack (gangguan fungsi otak sementara karena
berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak) pada arteri vertebral
dan arteri basiler
4. Kelainan di telinga
1) Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam
telinga bagian dalam (menyebabkan benign paroxysmal positional
vertigo)
2) Infeksi telinga bagian dalam karena bakteri
3) Herpes zoster
4) Labirintitis (infeksi labirin di dalam telinga)
5) Peradangan saraf vestibuler
6) Penyakit Meniere
5. Kelainan neurologis
1) Sklerosis multipel
2) Patah tulang tengkorak yang disertai cedera pada labirin, persarafannya
atau keduanya
3) Tumor otak
4) Tumor yang menekan saraf vestibularis.
C. PATOFISISIOLOGI VERTIGO
1. Anatomi Vertigo

Jaringan saraf yang terkait dalam proses timbulnya sindrom vertigo:


a. Reseptor alat keseimbangan tubuh yang berperan dalam proses
transduksi yaitu mengubah rangsangan menjadi bioelektrokimia:
1) Reseptor mekanis divestibulum
2) Resptor cahaya diretina
3) Resptor mekanis dikulit, otot dan persendian (propioseptik)
b. Saraf aferen, berperan dalam transmisi menghantarkan impuls ke pusat
keseimbangan di otak:
1) Saraf vestibularis
2) Saraf optikus
3) Saraf spinovestibulosrebelaris.
c. Pusat-pusat keseimbangan, berperan dalam proses modulasi,
komparasi, integrasi/koordinasi dan persepsi: inti vestibularis,
serebelum, kortex serebri, hypotalamusi, inti akulomotorius, formarsio
retikularis
2. Patofisiologi Vertigo

Dalam kondisi fisiologi/ normal, informasi yang tiba dipusat


integrasi alat keseimbangan tubuh yang berasal dari resptor vestibular,
visual dan propioseptik kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika
semuanya sinkron dan wajar akan diproses lebih lanjut secara wajar untuk
direspon. Respon yang muncul beberapa penyesuaian dari otot-otot mata
dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang
menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitarnya.
Tidak ada tanda dan gejala kegawatan (alarm reaction) dalam
bentuk vertigo dan gejala dari jaringan otonomik.
Namun jika kondisi tidak normal/ tidak fisiologis dari fungsi alat
keseimbangan tubuh dibagian tepi atau sentral maupun rangsangan
gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi
yang wajar tidak berlangsung dan muncul tanda-tanda kegawatan dalam
bentuk vertigo dan gejala dari jaringan otonomik. Di samping itu respon
penyesuaian otot-otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan
abnormal dari mata disebut nistagnus.

D. PATHWAY

Pathway Vertigo
E. MANIFESTASI KLINIS
Perasaan berputar yang kadang-kadang disertai gejala sehubungan dengan
reak dan lembab yaitu mual, muntah, rasa kepala berat, nafsu makan turun,
lelah, lidah pucat dengan selaput putih lengket, nadi lemah, puyeng
(dizziness), nyeri kepala, penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit, mata merah,
mudah tersinggung, gelisah, lidah merah dengan selaput tipis.

Tanda dan gejala vertigo:


a. Vertigo Sentral
Gejala yang khas bagi gangguan di batang otak
misalnya diplopia, paratesia, perubahan serisibilitas dan fungsi motorik.
Biasanya pasien mengeluh lemah, gangguan koordinasi, kesulitan dalam
gerak supinasi dan pronasi tanyanye secara berturut-
turut (dysdiadochokinesia), gangguan berjalan dan gangguan
kaseimbangan. Percobaan tunjuk hidung yaitu pasien disuruh menunjuk
jari pemeriksa dan kemudian menunjuk hidungnya maka akan dilakukan
dengan buruk dan terlihat adanya ataksia. Namun pada pasien
dengan vertigo perifer dapat melakukan percobaan tunjuk hidung sacara
normal. Penyebab vaskuler labih sering ditemukan dan mencakup
insufisiensi vaskuler berulang, TIA dan strok. Contoh gangguan disentral
(batang otak, serebelum) yang dapat menyebabkan vertigo
adalah iskemia batang otak, tumor difossa posterior, migren basiler.
b. Vertigo perifer
Lamanya vertigo berlangsung:
a) Episode (Serangan ) vertigo yang berlangsung beberapa detik.
b) Vertigo perifer paling sering disebabkan oleh vertigo posisional
berigna (VPB). Pencetusnya adalah perubahan posisi kepala misalnya
berguling sewaktu tidur atau menengadah mengambil barang dirak
yang lebih tinggi. Vertigo berlangsung beberapa detik kemudian
mereda. Penyebab vertigo posisional berigna adalah trauma kepala,
pembedahan ditelinga atau oleh neuronitis vestibular prognosisnya
baik gejala akan menghilang spontan.
c) Episode Vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam.
d) Dapat dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopati berulang.
Penyakit meniere mempunyai trias gejala yaitu ketajaman pendengaran
menurun (tuli), vertigo dan tinitus. Usia penderita biasanya 30-60
tahun pada permulaan munculnya penyakit.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan penurunaan pendengaran dan kesulitan
dalam berjalan “Tandem” dengan mata tertutup. Berjalan tandem yaitu
berjalan dengan telapak kaki lurus kedepan, jika menapak tumit kaki yang
satu menyentuh jari kaki lainnya dan membentuk garis lurus kedepan.
Sedangkan pemeriksaan elektronistagmografi sering memberi bukti bahwa
terdapat penurunan fungsi vertibular perifer. Perjalanan yang khas dari
penyakit meniere ialah terdapat kelompok serangan vertigo yang diselingi
oleh masa remisi. Terdapat kemungkinan bahwa penyakit akhirnya
berhenti tidak kambuh lagi pada sebagian terbesar penderitanya dan
meninggalkan cacat pendengaran berupa tuli dan timitus dan sewaktu
penderita mengalami disekuilibrium (gangguan keseimbangan) namun
bukan vertigo. Penderita sifilis stadium 2 atau 3 awal mungkin mengalami
gejala yang serupa dengan penyakit meniere jadi kita harus memeriksa
kemungkinana sifilis pada setiap penderi penyakit meniere.
c. Serangan Vertigo yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa
minggu.
Neuronitis vestibular merupakan kelainan yang sering dijumpai pada
penyakit ini mulanya vertigo, nausea, dan muntah yang menyertainya
ialah mendadak. Gejala ini berlangsung beberapa hari sampai beberapa
minggu. Sering penderita merasa lebih lega namun tidak bebas sama sekali
dari gejala bila ia berbaring diam.
Pada Neuronitis vestibular fungsi pendengaran tidak terganggu
kemungkinannya disebabkan oleh virus. Pada pemeriksaan fisik dijumpai
nistagmus yang menjadi lebih basar amplitudonya. Jika pandangan
digerakkan menjauhi telinga yang terkena penyakit ini akan mereda secara
gradual dalam waktu beberapa hari atau minggu.
Pemeriksaan elektronistagmografi (ENG) menunjukkan penyembuhan
total pada beberapa penyakit namun pada sebagian besar penderita
didapatkan gangguan vertibular berbagai tingkatan. Kadang terdapat
pula vertigo posisional benigna. Pada penderita dengan
serangan vertigo mendadak harus ditelusuri kemungkinan stroke
serebelar. Nistagmus yang bersifat sentral tidak berkurang jika dilakukan
viksasi visual yaitu mata memandang satu benda yang tidak bergerak
dan nigtamusdapat berubah arah bila arah pandangan berubah.
Pada nistagmus perifer, nigtagmus akan berkurang bila kita menfiksasi
pandangan kita suatu benda contoh penyebab vetigo oleh gangguan
system vestibular perifer yaitu mabok kendaraan, penyakit meniere,
vertigo pasca trauma
VERTIGO PERIFERAL VERTIGO SENTRAL
NO
(VESTIBULOGENIK) (NON-VESTIBULER)
1 Pandangan gelap Penglihatan ganda
2 Rasa lelah dan stamina menurun Sukar menelan
3 Jantung berdebar wajah Kelumpuhan otot-otot
4 Hilang keseimbangan Sakit kepala yang parah
5 Tidak mampu berkonsentrasi Kesadaran terganggu
6 Perasaan seperti mabuk Tidak mampu berkata-kata
7 Otot terasa sakit Hilangnya koordinasi
8 Mual dan muntah-muntah Mual dan muntah-muntah
9 Memori dan daya pikir menurun Tubuh terasa lemah
10 Sensitif pada cahaya terang dan
11 Suara
Berkeringat

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG VERTIGO


1. Tes Romberg yang dipertajam
Sikap kaki seperti tandem, lengan dilipat pada dada dan mata
kemudian ditutup. Orang yang normal mampu berdiri dengan sikap yang
romberg yang dipertajam selama 30 detik atau lebih
2. Tes Melangkah ditempat (Stepping Test)
Penderita disuruh berjalan ditempat dengan mata tertutup sebanyak 50
langkah. Kedudukan akhir dianggap abnormal jika penderita beranjak
lebih dari satu meter atau badan berputar lebih dari 30 derajat
3. Salah Tunjuk(post-pointing)
Penderita merentangkan lengannya, angkat lengan tinggi-tinggi
(sampai fertikal) kemudian kembali kesemula
4. Manuver Nylen Barang atau manuver Hallpike
Penderita duduk ditempat tidur periksa lalu direbahkan sampai
kepala bergantung dipinggir tempat tidur dengan sudut 300 kepala ditoleh
kekiri lalu posisi kepala lurus kemudian menoleh lagi kekanan pada
keadaan abnormal akan terjadi nistagmus
5. Tes Kalori = dengan menyemprotkan air bersuhu 300 ketelinga penderita
6. Elektronistagmografi Yaitu alat untuk mencatat lama dan
cepatnya nistagmus yang timbul
7. Posturografi Yaitu tes yang dilakukan untuk mengevaluasi system
visual, vestibular dan somatosensorik.

G. KOMPLIKASI
1. Cidera fisik
Pasien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan keseimbangan
akibat terganggunya saraf VIII (Vestibularis), sehingga pasien tidak
mampu mempertahankan diri untuk tetap berdiri dan berjalan.
2. Kelemahan otot
Pasien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan
aktivitas. Mereka lebih sering untuk berbaring atau tiduran, sehingga
berbaring yang terlalu lama dan gerak yang terbatas dapat menyebabkan
kelemahan otot.
H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a) Pengumpulan Data
1) Identitas Klien
Identitas biasanya berisi tentang nama, umur, alamat, pendidikan,
agama, pekerjaan, dll

2) Keluhan Utama
Keluhan yang dirasakan pasien pada saat dilakukan
pengkajian. Biasanya pada pasien vertigo keluhan utama yang
dirasakan yaitu nyeri kepala hebat serta pusing.
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah
sakit. Pada pasien vertigo tanyakan adakah pengaruh sikap atau
perubahan sikap terhadap munculnya vertigo, posisi mana yang
dapat memicu vertigo.
4) Riwayat Penyakit Dahulu
Adakah riwayat trauma kepala, penyakit infeksi
dan inflamasi dan penyakit tumor otak. Riwayat penggunaan
obat vestibulotoksik missal antibiotik,aminoglikosid,antikonvulsa
dan salisilat
5) Riwayat Penyakit keluarga
Adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota
keluarga lain atau riwayat penyakit lain baik bersifat genetic
maupun tidak.
6) Riwayat Psikososial
Di kaji emosi klien, body image klien, harga diri, interaksi klien
terhadap keluarga dan data spiritual klien.
7) Pola-Pola fungsi Kesehatan
a) Pola Fungsi dan tata laksana kesehatan
Adakah kecemasan yang dia lihatkan oleh
kurangnya pemahaman pasien dan keluarga mengenai
penyakit, pengobatan dan prognosa.
b) Pola nutrisi dan metabolism
Adakah nausea dan muntah
c) Pola eliminasi
Bagaimana BAK dan BABnya, lancar atau tidak

d) Pola tidur dan istirahat


Dikaji bagaimana tidur klien nyenyak atau tidak,
berapa lama tidur klien, pada pasien vertigo biasanya
pasien mengalami gangguan tidur.
e) Aktivitas
Biasanya pada pasien vertigo aktivitasnya kurang,
klien sering mengalami Letih, lemah, Keterbatasan gerak,
Ketegangan mata, kesulitan membaca, Insomnia, bangun
pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala, Sakit kepala
yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja)
atau karena perubahan cuaca.
f) Pola hubungan peran
Meliputi hubungan pasien dengan keluarga dan
masyarakat sekitar
g) Pola presepsi dan konsep diri
Bagaimana klien menggambarkan dirinya terkait
dengan penyakitnya.
h) Pola sensori dan kognitif
Bagaimana klien menghadapi rasa sakit ? apakah
mengalami penurunan panca indra?
i) Pola reproduksi seksual
Dikaji bagaimana hubungan seksual klien dengan
pasangannya, apakah ada gangguan atau tidak
j) Pola penanggulangan stress
Meliputi penyebab stress, koping terhadap stress.
k) Pola tata nilai dan keyainan
Di kaji tentang agama yang di anut klien

2. DIAGNOSA
a. Gangguan rasa nyaman : nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan
peningkatan tekanan intrakranial, stress dan ketegangan, iritasi/tekanan
saraf, vasopressor.
b. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan ketidak-adekuatan
relaksasi, metode koping tidak adekuat.
c. Defisiensi pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan keterbatasan kognitif, tidak mengenal sumber
informasi, kurang kemampuan mengingat
3. INTERVENSI
a. Gangguan rasa nyaman : nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan
peningkatan tekanan intrakranial, stress dan ketegangan, iritasi/tekanan
saraf, vasopressor.

Tujuan : nyeri hilang atau berkurang.


Kriteria hasil :
 Klien mengungkapkan rasa nyeri berkurang atau hilang.
 Tanda-tanda vital normal.
 Klien tampak rileks.
Intervensi dan rasional :
1) Pantau tanda-tanda vital, intensitas/skala nyeri. R : Mengenal dan
memudahkan dalam melakukan tindakan keperawatan.
2) Anjurkan klien istirahat ditempat tidur. R : istirahat untuk
mengurangi intesitas nyeri
3) Atur posisi pasien senyaman mungkin. R : posisi yang tepat
mengurangi penekanan dan mencegah ketegangan otot serta
mengurangi nyeri.
4) Ajarkan teknik relaksasi dan napas dalam. R : relaksasi
mengurangi ketegangan dan membuat perasaan lebih nyaman.
5) Kolaborasi untuk pemberian analgetik. R : untuk mengurangi nyeri
sehingga pasien menjadi lebih nyaman.
b. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan ketidak-adekuatan
relaksasi, metode koping tidak adekuat.

Tujuan : koping individu menjadi lebih adekuat.


Kriteria hasil :
 Klien mengidentifikasi perilaku yang tidak efektif.
 Klien mengungkapkan kesadaran tentang kemampuan koping yang
dimiliki.
 Mengkaji situasi saat ini yang akurat.
 Menunjukkan perubahan gaya hidup yang diperlukan/situasi yang
tepat.
Intervensi dan rasional :
1) Kaji kapasitas fisiologis yang bersifat umum. R : Mengenal sejauh
dan mengidentifikasi penyimpangan fungsi fisiologis tubuh dan
memudahkan dalam melakukan tindakan keperawatan.
2) Sarankan klien untuk mengekspresikan perasaannya. R : klien akan
merasakan kelegaan setelah mengungkapkan segala perasaannya
dan menjadi lebih tenang.
3) Berikan informasi mengenai penyebab sakit kepala, penenangan
dan hasil yang diharapkan. R : agar klien mengetahui kondisi dan
pengobatan yang diterimanya, dan memberikan klien harapan dan
semangat untuk pulih.
4) Dekati pasien dengan ramah dan penuh perhatian, ambil
keuntungan dari kegiatan yang dapat diajarkan. R : membuat klien
merasa lebih berarti dan dihargai.
c. Defisiensi pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan keterbatasan kognitif, tidak mengenal sumber
informasi, kurang kemampuan mengingat.
Tujuan : klien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek
prosedur, dan proses pengobatan.
Kriteria hasil :
 Melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari
suatu tindakan.
 Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta
dalam regimen perawatan.
Intervensi dan rasional :
1) Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
R : megetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien
dan keluarga tentang penyakitnya.
2) Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya
sekarang. R : dengan mengetahui penyakit dan kondisinya
sekarang, klien dan keluarganya akan merasa tenang dan
mengurangi rasa cemas.
3) Diskusikan penyebab individual dari sakit kepala bila diketahui. R
: untuk mengurangi kecemasan klien serta menambah pengetahuan
klien tetang penyakitnya.
4) Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang
telah diberikan. R : mengetahui seberapa jauh pemahaman klien
dan keluarga serta menilai keberhasilan dari tindakan yang
dilakukan.
5) Diskusikan mengenai pentingnya posisi atau letak tubuh yang
normal. R : agar klien mampu melakukan dan merubah posisi/letak
tubuh yang kurang baik.
6) Anjurkan pasien untuk selalu memperhatikan sakit kepala yang
dialaminya dan faktor-faktor yang berhubungan. R : dengan
memperhatikan faktor yang berhubungan klien dapat mengurangi
sakit kepala sendiri dengan tindakan sederhana, seperti berbaring,
beristirahat pada saat serangan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Doenges, M.E. (2000). Rencana asuhan keperawatan: Pedoman untuk


perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Edisi 3. Jakarta :
EGC.
2. http://www.kalbefarma.com/files/cdk/files/14415TerapiAkupunkturuntuk
Vertigo.pdf/144_15TerapiAkupunkturuntukVertigo.html
3. Kang L S,. Pengobatan Vertigo dengan Akupunktur, Cermin Dunia
Kedokteran No. 144, Jakarta, 2004.
4. Price, S.A., & Wilson, L.M. (2006). Patifisiologi: Konsep klinis proses-
proses penyakit.Vol.2. Jakarta: EGC.
5. Sherwood, L. (2001). Fisiologi manusia: dari sel ke sistem, Ed: 2. Jakarta:
EGC
6. Smeltzer, S.C., & Bare, B.G. (2002). Buku ajar keperawatan medical-
bedah Brunner & Suddarth, vol:3. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai