Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN KASUS KELOLAAN AN.

K DENGAN DI
RUANG KEJANG DEMAM SEDERHANA (KDS) DI RUANG ZAAL
ANAK RS BHAYANGAKARA PALEMBANG TAHUN 2022

OLEH:
Almareta Fajrin 21149011033

DOSEN PEMBIMBING :
Ns. Kardewi, S. Kep., M. Kes., M. Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA PALEMBANG
TAHUN 2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN

1. DEFINISI
Kejang Demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal di atas 38ºC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Kejang
demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada anak
terutama pada golongan anak berumur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3% dari anak
yang berumur dibawah 5 tahun pernah mengalami kejang demam (Ngastiyah, 2014).
Kejang Demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering ditemukan
pada anak, hal ini terutama pada rentang usia 4 bulan sampai 4 tahun. Kejang demam
merupakan gangguan transien pada anak-anak yang terjadi bersamaan dengan demam.
Keadaan ini merupakan salah satu gangguan neurologik yang paling sering dijumpai
pada masa kanak-kanak dan menyerang sekitar 4% anak. Pada setiap anak memiliki
ambang kejang yang berbeda-beda, hal ini tergantung dari tinggi serta rendahnya
ambang kejang seorang anak. Anak dengan kejang rendah, kejang dapat terjadi pada
suhu 38ºC, tetapi pada anak dengan ambang kejang yang tinggi kejang baru akan
terjadi pada suhu 40ºC atau bahkan lebih (Sodikin, 2012).
Kejang demam sederhana kejang demam yang berlangsung singkat kurang
dari 15 menit, dan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk tonik dan
klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam (Wulandari&
Erawati, 2016).
2. ETIOLOGI
Penyebab dari kejang demam menurut Wulandari & Erawati (2016) yaitu :
1) Faktor genetika faktor keturunan memegang penting untuk terjadinya kejang
demam 25-50% anak yang mengalami kejang memiliki anggota keluarga yang
pernah mengalami kejang demam sekurang- kurangnya sekali.
2) Infeksi
a. Bakteri : penyakit pada traktus respiratorius (pernapasan), pharyngitis (radang
tenggorokan), tonsillitis (amandel), dan otitis media (infeksi telinga).
b. Virus : varicella (cacar), morbili (campak), dan dengue (virus penyebab
demam berdarah).
c. Demam Kejang demam cenderung timbul dalam 24 jam pertama pada waktu
sakit dengan demam atau pada waktu demam tinggi.
d. Gangguan metabolisme Hipoglikemia, gangguan elektrolit (Na dan K)
misalnya pada pasien dengan riwayat diare sebelumnya.
e. Trauma
3. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala dari kejang demam menurut Wulandari dan Erawati (2016)
yaitu:
a. Kejang demam mempunyai insiden yang tinggi pada anak, yaitu 3- 4%
b. Kejang biasanya singkat, berhenti sendiri, terjadi lebih banyak laki-laki
c. Kejang timbul dalam 24 jam setelah naiknya suhu badan akibat infeksi di luar
susunan saraf misalnya otitis media akut, bronchitis, dan sebagainya
d. Bangkitan kejang dapat berbentuk tonik-klonik, fokal atau atonik
e. Takikardi pada bayi, frekuensi sering di atas 150-200 per menit
4. PATOFISIOLOGI
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah
menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh mebran yang terdiri dari permukaan dalam
yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionic. Dalam keadaan normal membran sel
neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+ ) dan sangat sulit dilalui oleh
ion natrium (Na+ ) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (CI- ). Akibat konsetrasi
ion K+ dalam sel neuron tinggi dan konsetrasi Na+ rendah, sedang diluar sel neuron
terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konstrasi ion di dalam dan
diluar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut potensial
membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran diperlukan
energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh, perubahan
konsentrasi ion diruang ektraselular, rangsangan yang dating mendadak misalnya
mekanisme, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya, perubahan patofiologi dari
membran sendiri karena penyakit atau ketularan.
Kejang demam yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai
apneu, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontrasi otot skelet yang
akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolism
anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh
meningkat yang disebabkan makin meningkatnya aktifitas otot dan mengakibatkan
metabolisme otak meningkat (Lestari, 2016).
5. PATOFLOW
Idiopati

Proses infeksi

Merangsang hipotalamus

Pusat pengaturan suhu tubuh terganggu

Peningkatan suhu tubuh

Perubahan keseimbangan membrane sel neuron

Difusi ion K+ dan Na+

Pelepasan muatan listrik

Kejang

Kurang dari 15 menit (KDS)

Kontraksi otot meningkat kerja otak tak terkendali vomiting center terganggu

Metabolisme meningkat dapat terjadi trauma nausea anoreksia

Suhu tubuh makin meningkat resiko cidera ketidakseimbangan nutrisi

Kurang dari kebutuhan

Hipetermi
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. EEG (electroencephalogram) adalah pemeriksaan gelombang otakuntuk meneliti
ketidaknormalan gelombang. Pemeriksaan ini tidak dianjurkan untuk dilakukan
pada kejang demam yang baru terjadi sekali tanpa adanya defisit (kelainan)
neurologis. Walaupun dapat diperoleh gambaran gelombang yang abnormal
setelah kejang demam, gambaran tersebut tidak bersifat prediktif terhadap risiko
berulangnya kejang demam atau risiko epilepsi.
b. Punksi lumbal merupakan pemeriksaan cairan yang ada di otak dank anal tulang
belakang (cairan serebrospinal) untuk meneliti kecurigaan meningitis.
Pemeriksaan ini dilakukan setelah kejang demam pertama pada bayi (usia 18
bulan, fungsi lumbal dilakukan jika tampak tanda peradangan selaput otak, atau
ada riwayat yang menimbulkan kecurigaan infeksi system saraf pusat.
c. Neuroimaging Pemeriksaan neuroimaging antara lain adalah CT-scan dan MRI
kepala. Pemeriksaan ini tidak dianjurkan pada kejang demam yang baru terjadi
untuk pertama kalinya.
d. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan laboratorium harus ditujukan untuk
mencari sumber demam, bukan sekedar sebagai pemeriksaan rutin.
Pemeriksaannya meliputi pemeriksaan darah ruti, kadar elektrolit, kalsium,
fosfor, magnesium, atau gula darah.
7. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan kejang demam menurut (Ngastiyah, 2014) yaitu :
1) Penatalaksanaan medis
a. Bila pasien datang dalam keadaan kejang, obat pilihan utama yaitu diazepam
untuk memberantas kejang secepat mungkin yang diberikan secara intravena.
b. Untuk mencegah edema otak, berikan kortikosteroid dengan dosis 20-30
mg/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis atausebaliknya glukortikoid misalnya
deksametazon 0,5-1 ampul setiap 6 jam.
2) Penatalaksanaan keperawatan
a. Baringkan pasien di tempat yang rata, kepala dimiringkan.
b. Singkirkan benda-benda yang ada di sekitar pasien.
c. Lepaskan pakaian yang menganggu pernapasan.
d. Jangan memasang sudip lidah (tongue spatel), karena risiko lidah tergigit
kecil. Sudip lidah dapat membatasi jalan napas.
e. Bila pasien sudah sadar dan terbangun berikan minum hangat.
f. Pemberian oksigen untuk mencukupi perfusi jaringan.
g. Bila suhu tinggi berikan kompres hangat.
8. KOMPLIKASI
Komplikasi kejang demam menurut (Waskitho, 2013 dalam Wulandari &
Erawati, 2016) yaitu :
a. Kerusakan neurotransmitter lepasnya muatan listrik ini demikian besarnya
sehingga dapat meluas ke seluruh sel ataupun membrane sel yang menyebabkan
kerusakan pada neuron.
b. Epilepsi Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat
serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi matang di kemudian hari
sehingga terjadi serangan epilepsi yang spontan.
c. Kelainan anatomis di otak Serangan kejang yang berlangsung lama yang dapat
menyebabkan kelainan di otak yang lebih banyak terjadi pada anak baru berumur
4 bulan - 5 tahun.
d. Mengalami kecacatan atau kelainan neurologis karena disertai demam.
e. Kemungkinan mengalami kematian.
9. MASALAH KEPERAWATAN
a. Hipetermi
b. Resiko cidera
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
10. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Hipetermi berhubungan dengan suhu tubuh meningkat
b. Resiko cidera berhubungan dengan dapat terjadi trauma
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan nausea anoreksia
11. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)


1 Hipetermi berhubungan Setelah diberikan 1. Observasi tanda-tanda
dengan suhu tubuh asuhan keperawatan vital
meningkat diharapkan hipetermia 2. Monitor suhu tubuh
pada pasien dapat 3. Anjurkan kompres air
teratasi dengan kriteria hangat
hasil : 4. Berikan cairan
a. Suhu tubuh dalam intravena
rentang normal 5. Kolaborasi pemberikan
b. Nadi dan RR dalam antipiretik
rentang normal
c. Tidak ada
perubahan warna
kulit dan tidak ada
pusing

2 Resiko cidera Setelah diberikan 1. Identifikasi kebutuhan


berhubungan dengan asuhan keperawatan keamanan pasien sesuai
dapat terjadi trauma diharapkan masalah dengan kondisi fisik dan
resiko cidera pada klien fungsi kognitif pasien
dapat teratasi dengan dan riwayat penyakit
kriteria hasil: terdahulu pasien
a. Klien terbebas dari 2. Sediakan lingkungan
cidera yang aman untuk pasien
b. Mampu 3. Pasang side rail tempat
menjelaskan cara tidur
untuk mencegah 4. Anjurkan keluarga untuk
cidera menemani pasien
c. Mampu
memodifikasi gaya
hidup untuk
mencegah cidera
d. Menggunaka
fasilitas Kesehatan
yang ada
3 Ketidakseimbangan Setelah diberikan 1. Identifikasi intake nutrisi
nutrisi kurang dari asuhan keperawatan 2. Identifikasi penyebab
kebutuhan berhubungan diharapkan masalah selera makan klien
dengan nausea ketidakseimbangan
anoreksia nutrisi pada pasien menurun
dapat teratasi dengan 3. Anjurkan keluarga untuk
kriteria hasil: memberi makan sedikit
a. Adanya tapi sering
peningakatan berat 4. Kolaborasi pemberian
badan sesuai obat suplemen sesuai
dengan tujuan indikasi
b. Berat badan ideal
sesuai dengan
tinggi badan
c. Tidak ada tanda-
tanda malnutisi
d. Tidak terjadi
penurunan berat
badan secara
berarti

Anda mungkin juga menyukai