Anda di halaman 1dari 5

PENGARUH PERILAKU CYBERBULLYING TERHADAP

KESEHATAN MENTAL REMAJA SISWA SMA X KOTA


PALEMBANG TAHUN 2021

Disusun oleh:

Almareta Fajrin 17142013029

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BINA HUSADA PALEMBANG

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa remaja merupakan periode transisi perkembangan antara masa kanak- kanak
dengan masa dewasa yang melibatkan beberapa perubahan yaitu biologis, kognitif dan
sosio-emosional (Santrock, 2007). Masa remaja adalah masa peralihan antara masa
anak-anak dengan masa menjelang dewasa muda yaitu dimulai saat terjadinya
kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun
(Soetjiningsih, 2004). Berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2015 menunjukkan jumlah
remaja usia 10-24 tahun di Indonesia mencapai lebih dari 66,0 juta (25%) dari 255 juta
penduduk Indonesia (Bappenas, BPS, UNFPA 2013).
Pada periode tersebut, remaja mengalami krisis identitas diri sehingga pada masa ini
tergolong dalam periode bermasalah khususnya dengan perilaku bullying (Sistrany,
2016). Coloroso (2006) menyatakan bahwa bullying dapat terjadi karena adanya
kekuatan yang tidak seimbang. Dalam suatu kejadian bullying, terdapat tiga unsur utama
yang terlibat, yaitu pelaku atau penindas, korban atau tertindas, dan penonton atau orang
yang tidak terlibat secara langsung tapi turut menyaksikan kejadian tersebut. Menurut
Wang, Iannotti, dan Nansel (2009), bullying dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis,
yaitu bullying verbal, bullying fisik, bullying tidak langsung (relational bullying), dan
bullying melalui media internet (cyberbullying).
Cyberbullying merupakan istilah yang ditambahkan kedalam kamus OED pada tahun
2010. Istilah merujuk pada penggunaan teknologi informasi untuk menggertak orang
dengan mengirim atau posting teks yang bersifat mengintimidasi atau mengancam.
Hinduja dan Patchin (2011) mendefinisikan cyberbullying sebagai perilaku seseorang
atau kelompok yang secara sengaja dan berulang kali melakukan tindakan yang
menyakiti orang lain melalui komputer, telepon seluler, dan alat elektronik lainnya.
Cyberbullying dapat memberi dampak yang signifikan terhadap keadaan emosi dan
psikologis remaja. Tidak adanya larangan di sekolah mengenai perilaku bullying dan
cyberbullying juga membuat pelaku merasa aman melakukan tindakan tersebut
(Narpaduhita & Suminar, 2014).
Survei Penetrasi Internet dan Perilaku Pengguna Internet di Indonesia 2018 yang
dirilis oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menunjukkan, 49%
pengguna internet pernah dirisak (di-bully) dalam bentuk diejek atau dilecehkan di media
sosial. Adapun pengguna internet yang tidak pernah dirisak sebesar 47,2%. Respons
pengguna internet terhadap aksi bullying bervariasi. Sebanyak 31,6% pihak yang dirisak
membiarkan tindakan tersebut. Sementara, pengguna internet yang merespons dengan
membalas sebesar 7,9%. Ada juga pengguna yang menghapus ejekan tersebut sebanyak
5,2%. Sementara itu, pengguna internet yang melaporkan tindakan tersebut kepada pihak
yang berwajib hanya 3,6%.Survei APJI diselenggarakan pada 9 Maret-14 April 2019
bekerja sama dengan Polling Indonesia. Responden berjumlah 5.900 orang dari seluruh
Indonesia dengan margin of error 1,28%.(Baca Databoks: Pengguna Internet di Indonesia
2018 Bertambah 28 Juta)
Sartana dan Afriyeni (2017) dalam studinya pada siswa di Padang menemukan bahwa
terdapat 78,0 persen siswa yang mengaku pernah melihat cyberbullying, 21,0 persen
siswa pernah menjadi pelaku, dan 49,0 persen siswa pernah menjadi korban. Sementara
itu, hasil penelitian Safaria (2016) juga menunjukkan bahwa 80 persen siswa (total 102
siswa) dalam penelitiannya telah sering mengalami cyberbullying dan cyberbullying
dianggap sebagai peristiwa kehidupan yang penuh stres. Kasus cyberbullying diduga
akan terus meningkat seiring dengan kemajuan dalam penggunaan perangkat teknologi
informasi. Ada beberapa faktor yang memengaruhi motif perilaku cyberbullying yaitu
faktor keluarga, kegagalan dalam mengontrol diri, dan faktor lingkungan (Pandie &
Weismann 2016).
Pada penelitian yang dilakukan Machimbarrena et al , (2018) menunjukkan bahwa
resiko yang paling besar pada penyalahgunaan internet pada remaja yaitu cyberbullying
sebesar 30,27%. Pada penelitian ini cyberbullying mendapatkan presentase yang paling
besar dibandingkan dengan dampak negatif lainnya.
Hasil studi United Nations International Children’s Emergency Fund (UNICEF)
tahun 2016 menunjukkan hampir 30 juta remaja di Indonesia mengakses internet, 80
persen remaja khususnya di kota Jakarta dan Daerah Istimewa Yogyakarya (DIY) adalah
pengguna aktif internet, 70 persen remaja menggunakan internet untuk bertemu teman
online melalui media sosial (instagram), dan 30 persen melihat video melalui situs
online, sehingga penggunaan internet pada remaja dapat berpengaruh terhadap
peningkatan tindak penyalahgunaan media sosial seperti cyberbullying.
Hasil penelitian Dalgeish (2010) menunjukkan remaja yang melakukan atau
mengalami cyberbullying sebesar 50 persen usia 10- 14 tahun, 42 persen usia 15-18 tahun,
dan 8 persen usia 19-25. Presentase tertinggi menurut penelitian Papalia (2014)
cyberbullying dikalangan remaja terjadi pada usia 14 hingga 18 tahun.
Dari uraian latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
tujuan untuk mengatahui pengaruh perilaku cyberbullying terhadap kesehatan mental
remaja siswa SMA X Kota Palembang Tahun 2021.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka masalah yang dapat diangakat dalam
penelitian ini yaitu bagaimana pengaruh perilaku cyberbullying pada remaja siswa SMA
X di Kota Palembang?
1.3 Tujuan Penelitian
1.1.3 Tujuan umum
Untuk mengetahui pengaruh perilaku cyberbullying terhadap kesehatan mental
remaja siswa SMA X Kota Palembang.
1.2.3 Tujuan khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengaruh cyberbullying terhadap psikologi
remaja
b. Untuk mengatahui distribusi frekuensi pengaruh cyberbullying terhadap bidang
akademik remaja
c. Untuk mengetahui distribudi frekuensi pengaruh cyberbullying terhadap fisik
remaja
1.4 Manfaat Penelitian
1.1.4 Bagi STIK Bina Husada
Sebagai literatur di perpustakaan STIK Bina Husada, untuk menambah wawasan,
pengetahuan serta keterampilan dalam menganalisa masalah kesehatan khususnya
dalam bidang keperawatan jiwa.
1.2.4 Bagi SMA X Kota Palembang
Sebagai bahan masukan bagi pihak sekolah, untuk mengetahui pengaruh perilaku
cyberbullying bagi kesehatan mental remaja sehingga dapai dilakukan upaya dalan hal
pencegahan maupun perbaikan.
1.5 Hipotesis Studi
H0 = tidak ada pengaruh perilaku cyberbullying terhadap kesehatan mental remaja
H1 = ada pengaruh perilaku cybrbullying terhadap kesehatan mental remaja
1.6 Desain Studi
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif menggunakan teknik cross
sectional.
1.7 Tempat dan Waktu Studi
1.7.1 Tempat Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMA X Kota Palembang.
1.7.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2020
1.8 Populasi dan Sampel
1.8.1 Populasi
Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa di SMA X Kota Palembang.
1.8.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 12 di SMA X Kota Palembang.
1.9 Rancangan Analisa Data

Anda mungkin juga menyukai