Masa remaja merupakan periode transisi perkembangan antara masa kanak- kanak dengan masa dewasa yang melibatkan beberapa perubahan yaitu biologis, kognitif dan sosio-emosional (Santrock, 2007). Masa remaja adalah masa peralihan antara masa anak-anak dengan masa menjelang dewasa muda yaitu dimulai saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun (Soetjiningsih, 2004). Berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2015 menunjukkan jumlah remaja usia 10-24 tahun di Indonesia mencapai lebih dari 66,0 juta (25%) dari 255 juta penduduk Indonesia (Bappenas, BPS, UNFPA 2013). Pada periode tersebut, remaja mengalami krisis identitas diri sehingga pada masa ini tergolong dalam periode bermasalah khususnya dengan perilaku bullying (Sistrany, 2016). Coloroso (2006) menyatakan bahwa bullying dapat terjadi karena adanya kekuatan yang tidak seimbang. Dalam suatu kejadian bullying, terdapat tiga unsur utama yang terlibat, yaitu pelaku atau penindas, korban atau tertindas, dan penonton atau orang yang tidak terlibat secara langsung tapi turut menyaksikan kejadian tersebut. Menurut Wang, Iannotti, dan Nansel (2009), bullying dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis, yaitu bullying verbal, bullying fisik, bullying tidak langsung (relational bullying), dan bullying melalui media internet (cyberbullying). Cyberbullying merupakan istilah yang ditambahkan kedalam kamus OED pada tahun 2010. Istilah merujuk pada penggunaan teknologi informasi untuk menggertak orang dengan mengirim atau posting teks yang bersifat mengintimidasi atau mengancam. Hinduja dan Patchin (2011) mendefinisikan cyberbullying sebagai perilaku seseorang atau kelompok yang secara sengaja dan berulang kali melakukan tindakan yang menyakiti orang lain melalui komputer, telepon seluler, dan alat elektronik lainnya. Cyberbullying dapat memberi dampak yang signifikan terhadap keadaan emosi dan psikologis remaja. Tidak adanya larangan di sekolah mengenai perilaku bullying dan cyberbullying juga membuat pelaku merasa aman melakukan tindakan tersebut (Narpaduhita & Suminar, 2014). Survei Penetrasi Internet dan Perilaku Pengguna Internet di Indonesia 2018 yang dirilis oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menunjukkan, 49% pengguna internet pernah dirisak (di-bully) dalam bentuk diejek atau dilecehkan di media sosial. Adapun pengguna internet yang tidak pernah dirisak sebesar 47,2%. Respons pengguna internet terhadap aksi bullying bervariasi. Sebanyak 31,6% pihak yang dirisak membiarkan tindakan tersebut. Sementara, pengguna internet yang merespons dengan membalas sebesar 7,9%. Ada juga pengguna yang menghapus ejekan tersebut sebanyak 5,2%. Sementara itu, pengguna internet yang melaporkan tindakan tersebut kepada pihak yang berwajib hanya 3,6%.Survei APJI diselenggarakan pada 9 Maret-14 April 2019 bekerja sama dengan Polling Indonesia. Responden berjumlah 5.900 orang dari seluruh Indonesia dengan margin of error 1,28%.(Baca Databoks: Pengguna Internet di Indonesia 2018 Bertambah 28 Juta) Sartana dan Afriyeni (2017) dalam studinya pada siswa di Padang menemukan bahwa terdapat 78,0 persen siswa yang mengaku pernah melihat cyberbullying, 21,0 persen siswa pernah menjadi pelaku, dan 49,0 persen siswa pernah menjadi korban. Sementara itu, hasil penelitian Safaria (2016) juga menunjukkan bahwa 80 persen siswa (total 102 siswa) dalam penelitiannya telah sering mengalami cyberbullying dan cyberbullying dianggap sebagai peristiwa kehidupan yang penuh stres. Kasus cyberbullying diduga akan terus meningkat seiring dengan kemajuan dalam penggunaan perangkat teknologi informasi. Ada beberapa faktor yang memengaruhi motif perilaku cyberbullying yaitu faktor keluarga, kegagalan dalam mengontrol diri, dan faktor lingkungan (Pandie & Weismann 2016). Pada penelitian yang dilakukan Machimbarrena et al , (2018) menunjukkan bahwa resiko yang paling besar pada penyalahgunaan internet pada remaja yaitu cyberbullying sebesar 30,27%. Pada penelitian ini cyberbullying mendapatkan presentase yang paling besar dibandingkan dengan dampak negatif lainnya. Hasil studi United Nations International Children’s Emergency Fund (UNICEF) tahun 2016 menunjukkan hampir 30 juta remaja di Indonesia mengakses internet, 80 persen remaja khususnya di kota Jakarta dan Daerah Istimewa Yogyakarya (DIY) adalah pengguna aktif internet, 70 persen remaja menggunakan internet untuk bertemu teman online melalui media sosial (instagram), dan 30 persen melihat video melalui situs online, sehingga penggunaan internet pada remaja dapat berpengaruh terhadap peningkatan tindak penyalahgunaan media sosial seperti cyberbullying. Hasil penelitian Dalgeish (2010) menunjukkan remaja yang melakukan atau mengalami cyberbullying sebesar 50 persen usia 10- 14 tahun, 42 persen usia 15-18 tahun, dan 8 persen usia 19-25. Presentase tertinggi menurut penelitian Papalia (2014) cyberbullying dikalangan remaja terjadi pada usia 14 hingga 18 tahun. Dari uraian latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengatahui pengaruh perilaku cyberbullying terhadap kesehatan mental remaja siswa SMA X Kota Palembang Tahun 2021. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka masalah yang dapat diangakat dalam penelitian ini yaitu bagaimana pengaruh perilaku cyberbullying pada remaja siswa SMA X di Kota Palembang? 1.3 Tujuan Penelitian 1.1.3 Tujuan umum Untuk mengetahui pengaruh perilaku cyberbullying terhadap kesehatan mental remaja siswa SMA X Kota Palembang. 1.2.3 Tujuan khusus Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengaruh cyberbullying terhadap psikologi remaja b. Untuk mengatahui distribusi frekuensi pengaruh cyberbullying terhadap bidang akademik remaja c. Untuk mengetahui distribudi frekuensi pengaruh cyberbullying terhadap fisik remaja 1.4 Manfaat Penelitian 1.1.4 Bagi STIK Bina Husada Sebagai literatur di perpustakaan STIK Bina Husada, untuk menambah wawasan, pengetahuan serta keterampilan dalam menganalisa masalah kesehatan khususnya dalam bidang keperawatan jiwa. 1.2.4 Bagi SMA X Kota Palembang Sebagai bahan masukan bagi pihak sekolah, untuk mengetahui pengaruh perilaku cyberbullying bagi kesehatan mental remaja sehingga dapai dilakukan upaya dalan hal pencegahan maupun perbaikan. 1.5 Hipotesis Studi H0 = tidak ada pengaruh perilaku cyberbullying terhadap kesehatan mental remaja H1 = ada pengaruh perilaku cybrbullying terhadap kesehatan mental remaja 1.6 Desain Studi Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif menggunakan teknik cross sectional. 1.7 Tempat dan Waktu Studi 1.7.1 Tempat Penelitian Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMA X Kota Palembang. 1.7.2 Waktu Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2020 1.8 Populasi dan Sampel 1.8.1 Populasi Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa di SMA X Kota Palembang. 1.8.2 Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 12 di SMA X Kota Palembang. 1.9 Rancangan Analisa Data