Anda di halaman 1dari 6

PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERILAKU SEKSUAL

REMAJA DI SMK TELKOM PEKANBARU

TAHUN 2020

Oleh :

IRWAN EFFENDI

2114401031

PROGRAM STUDI Dlll KEPERAWATAN

FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ABDURRAB

PEKANBARU

2022
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Masa remaja merupakan masa peralihan antar anak-anak dan dewasa yang diikuti
dengan terjadinya kematangan seksual, perkembangan biologis dan psikologis serta masih
dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan sosialnya (kusmiran & Angwarmase, 2016). Istilah
remaja (adolescence) berasal dari bahasa latin adolesscere yang berarti tumbuh atau tumbuh
menjadi dewasa (Farisa Dkk, 2013). Dalam pertumbuhan menuju dewasa, membagi periode
remaja ke dalam tiga tingkatan, yaitu 1) Periode remaja awal 2) Periode remaja pertengahan
dan 3) Periode remaja lanjut (Muis, dkk 2015).

World Health organization (WHO) mendenefisikan batsan usia remaja adalah 10-19
tahun, sedangkan menurut badan kepedudukan dan keluaraga berencana (BKKBN) renang usia
remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah (Kemenkes, 2015). Kelompok usia remaja
didunia 1,2 miliyar atau18% dari jumlah penduduk dunia (WHO, 2014). Jumlsh remaja di
Indonesia sekitar 44,5 juta (kemenkes, 2015). Badan kependudukan dan keluraga berencan
nasional (2016) menyebutkan penduduk remaja berusia 10-24 tahun berjumlah 66,3% juta jiwa
dari total penduduk Indonesia sebesar 258,7 juta sehingga satu diantara empat penduduk
adalah remaja.

Remaja di provinsi riau diperkirakan berjumlah 1,1 juta remaja (Dinkes provinsi riau,
2016) dan jumlah anak usia remaja di kota pekanbaru diperkirakan 194,467 jiwa menurut
kesehatahn kota pekanbaru (Dinkes kota Pekanbaru, 2016). Populasi remaja dikawasan UPTD
puskesmas Harapan raya usia 10-14 tahun laki-laki sebesar 4.698 orang dan perempuan sebesar
4.419 orang dengan jumlah 9.117 remaja usia 15-19 tahun laki-laki sebesar 5.728 orang dan
perempuan sebesar 5.651 orang dengan jumlah 11.379 orang. Jadi ada remaja usia 10-19 tahun
sebesar 20.556 orang diwilayah kerja UPTD puskesmas harapan raya pekanbaru (Profil UPTD
Puskesmas Harapan Raya tahun2017, 2017).

Pada masa remaja terjadi perubahan fisik secara cepat, yang sangat tidak seimbang
dengan perubahan kejiwaan (mental emosional). Perubahan fisik pada remaja ditandai dengan
dengan munculnya tanda-tanda seks, dan tanda-tanda seks primer yaitu berhubungan langsung
dengan orang seks, dan tanda-tanda seks pria sekunder seperti perubahan suara, tumbuhnya
jakun, penis dan buah zakar bertambah besar, terjadinya ereksi dan ejakulasi, dada lebih lebar,
badan berotot, tumbuhnya kumis, jambang dan bulu-buku di sekitar kemaluan dan ketiak. Pada
perempuan pinggul melebar, pertumbuhan rahim vagina, payudara membesar, tumbuhnya
rambut di ketiak dan sekitar kemaluan (Irianto, 2015).
Apabila remaja tumbuh dan berkembang dilingkungan keluarga yang kurang sensitif
terhadap remaja, lingkungan itu menyebabkan negatif akan membentuk remaja yang tidak
punya proteksi terhadap perilaku orang-orang di sekeliling nya. Perilaku tersebut dapat
berakibat fatal bagi remaja (Sarwono, 2016) . Lingkungan sosial remaja menjadi salah satu faktor
yang dapat menjadi faktor pendorong perilaku remaja, tetapi pada sisi yang lain lingkungan
sosial remaja dapat mengubah perilaku. Lingkungan teman merupakan faktor yang paling
mempengaruhi perilaku seksual remaja (Purwatiningsih dan Furi, 2015).

Remaja masa kini tidak hanya dipengaruhi oleh lingkungan, teman sebaya tapi bisa di
pengaruhi dengan internet, sehingga remaja saat ini berjumlah pengguna internet di Indonesia
mencapai 73 juta tahun ini atau setara dengan 29% dari populasi, dengan mengakses media
sosial menjadi aktifitas tertinggi sekitar 58,4% adalah individu dengan usia 12-35 tahun dari
secara online selama lima jam dengan laptop atau komputer pribadi, dan lebih lama
menggunakan handphone (Fatimah, 2016).

Menurut Martopo (2016) macam perilaku seksual yaitu berpengan tangan, berpelukan,
berfantasi, cium kening (dilakukan pada pipi, tangan, dan rambut), cium basah (pada bibir),
masturbasi/onani, seks oral (rangsangan seksual yang dilakukan mulut pada kelamin pasangan),
meraba, petting basah (menggesekkan alat kelamin tanpa berpakaian), dan petting kering
(menggesekkan alat kelamin masih menggunakan pakaian). Perilaku seksual yang sering
dilakukan oleh orang pada umumnya yaitu dengan berdandan, berfantasi seksual, mengobrol
tentang seksual, bergaul dengan lawan jenis, menyalurkan lewat mimpi basah, menonton film
porno, dan melakukan hubungan seksual non penetrasi ( berciuman, berpelukan, dan
berpegangan tangan).

Perilaku seksual yang dilakukan remaja memiliki berbagai dampak yaitu dampak untuk
diri sendiri, dampak pskilogi, dampak untuk orang tua (keluarga), dan dampak lingkungan
yaitu : 1) Dampak diri sendiri adalah tertular penyakit kelamin yakni tertular penyakit kelamin
seperti infeksi seksual menular yaitu Trikomoniasis, klamida sifilis atau Gonore, dan HIV/AIDS
yang cenderung berkembang di Indonesia, terjadinya KTD (kehamilan yang tidak diinginkan)
Hinggan tindak aborsi yang dapat menyebabkan gangguan kesuburan, kanker rahim, cacat
permanen bahkan berujung kepada kematian. 2) Dampak psikologis yang sringkali terlupakan
ketika ketika melakukan perilaku seksual atau mengalami dampak fisik akibat perilaku seksual
adalah akan selalu muncul rasa bersalah, marah, sedih, menyesal, malu, kesepian, tidak punya
bantuan, bingung, stress, benci pada diri sendiri; 3) Dampak bagi keluarga adalah orang tua
akan merasa malu, jika aib telah terbongkar di masyakarat dan akan menimbulkan kekecewaan
yang teramat besar kepada anaknya; 4) Dampak perlikau seksual terhadap lingkungan adalah
akan dikucilkan dilingkungannya karena telah dinilai kurang baik dalam menjaga kehormatan
sehingga dinilai murahan (Lestari, 2015).

Faktor-faktor yang mempengaruhi seksual remaja adalah paparan media pornografi,


pengaruhi teman sebaya, tingkat ketaatan agama remaja, tingkat pengetahuan remaja
mengenai perilaku seksual yang rendah (Tristadi, 2016). Selain itu faktor menyebabkan perilaku
seksual pada remaja adalah perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual
remaja, kurangnya informasi dari orang tua, dan lingkungan (Cece, dkk 2017).

Hasil survei Depertemen of Health & Human Service (2018) terhadap Siwa sekolah
menengah (SMA) di Amerika Serikat di dapatkan data 41% siswa pernah melakukan hubungan
seksual dan hampir 230.000 bayi lahir dari remaja. Komisi perlindungan anak indonesia (KPAI)
menyatakan sebanyak 32% remaja dikota besar Indonesia (Jakarta, Surabaya, dan Bandung)
pernah berhubungan perilaku seksual. Berdasarkan survei tahun (2016) bahwa dari semua SD,
SMP, SMA, di kabupaten Bandung 99% film pernah melihat gambar porno atau film porno, 1%
tidak mempunyai fasilitas yang memadai untuk mengaksesnya. Survei berikutnya remaja
dengan responden 100 orang yang berpacaran, hasilnya 63% berpengangan tangan, 40%
ciuman, 20% pernah meraba bagian sensitif, 2% pernah melakukan hubungan seksual
(DP2KBP3A, 2016).

Penelitian-penelitian lain di Indonesia juga memperkuat gambaran adanya adanya


peningkatan kasus perilaku seksual remaja, seperti penelitian yang dilakukan Sedanayana
(2015) kepada par siswa SMA di salah satu kecamatan kabupaten Buileleng dengan mengambil
sempel 26 orang dari 57 orang siswa didapatkan bahwa 20% remaja telah melakukan hubungan
seks sejak umur 15 tahun dan 80% pada umur 16 tahun. Disamping itu penelitian yang
dilakukan oleh Lisnawati (2015) kepada SMK Cirebon menunjukan bahwa 58% remaja sudah
melakukan aktivitas seksual ringan, sedangkan 41,7% sudah melakukan aktivitas seksual berat.
Kasus perilaku seksual pada remaja di kota Pekanbaru provinsi Riau juga sangat
memprihatinkan, gerakan nasional anti kekerasan seksual anak (GNAKSA) tahun 2015 mencatat
97% remaja sudah pernah melihat materi porno. Kasus ini kasus semakin membahayakan kaum
remaja yang mana terjadi peningkatan yang di signifikan dari tahun 2014 yang tercatat
sebanyak 64% remaja sudah pernah melakukan kissing dari 12,4% sudah pernah melakukan oral
seks. Kejadian ini menjadi hal yang mengejutkan dan sangat memperhatikan di mana saat ini
akses untuk mendapatkan gambar atau hal yang tidak baik sangatlah mudah karena
kecanggihan teknologi.

Berdasarkan survei awal yang peneliti lakukan di SMK Telkom Pekanbaru dengan
mewawancarai atau menanyakan 10 orang siswa-siswi di SMK Telkom Pekanbaru didapatkan 3
orang sudah memiliki pacar, tiga orang siswa mengatakan pernah merangkul bahwa
perempuan saat sedang tiap istirahat berlangsung, dua orang siswi pernah melakukan ciuman
bibir dengan pasangannya, dua orang siswa mengatakan pernah menonton film porno dan
mengirim foto yang tidak sewajarnya. Setelah itu peneliti juga mengamati lingkungan sekolah
SMK Telkom Pekanbaru, di mana siswa-siswi saat jam istirahat berlangsung, banyak yang duduk
berdampingan sambil tertawa, memegang wajah lawan jenisnya, dan berpegangan tangan.
Lingkungan sekolah ada pasar dan sekolah terletak di dekat perumahan.

Siswa-siswi SMK Telkom Pekanbaru mengatakan bahwa di sekolah PIKR(pusat


informasi dan konseling remaja) tidak ada, tetapi sekolah memiliki guru BK, (Bimbingan
Konseling) yang masuk dalam kelas 1 kali seminggu. Guru BK lebih membahas tentang remaja
yang nakal tidak perilaku siswa dan remaja yang sering terjadi pada remaja zaman sekarang.

Dari latar belakang di atas peneliti mengambil kesimpulan dari tentang hubungan
lingkungan dengan perilaku seksual remaja di SMK Telkom Pekanbaru di mana banyak siswa-
siswi yang melakukan perilaku seksual kepada lawan jenisnya daripada perilaku yang positif.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
"apakah lingkungan mempengaruhi perilaku seksual remaja di SMK Telkom Pekanbaru"

1.3 Tujuan Masalah

1.3.1 Tujuan Umum

Diketahui pengaruh lingkungan dengan perilaku seksual remaja di SMK Telkom


Pekanbaru

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Diketahui distribusi frekuensi lingkungan remaja di SMK Telkom Pekanbaru.

2. Diketahui distribusi frekuensi perilaku seksual remaja di SMK Telkom Pekanbaru.

3. Diketahui pengaruh lingkungan dengan perilaku seksual remaja di SMK Telkom


Pekanbaru.
1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Menambah wawasan bagi penulis untuk mengetahui bagaimana lingkungan


dengan perilaku seksual pada remaja di SMK Telkom Pekanbaru.

2. Hasil penelitian ini dapat menambah informasi dan meningkatkan pengetahuan


untuk mencegah terjadinya perilaku seksual pada remaja, dan dapat dijadikan
masukan kepada pihak sekolah untuk menambah kajian pada kurikulum sekolah.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Keilmuan Keperawatan

Sebagai media belajar untuk menambah wawasan dan pengalaman serta


menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama mengikuti di jurusan
keperawatan Universitas abdurrab Pekanbaru

2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan bacaan di


perpustakaan dan dapat dijadikan sebagai referensi bagi mahasiswa yang akan
melakukan penelitian masa yang akan datang.

3. Bagi Masyarakat

Diharapkan karya tulis ilmiah ini dapat membantu para masyarakat (remaja
dan orang tua) dalam berpikir, bersikap dan mengambil untuk melakukan sesuatu
yang dapat merugikan dirinya sendiri untuk cita-citanya di masa depan.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan karya tulis ilmiah ini bermanfaat dan sumber informasi untuk
penelitian masa yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai