Anda di halaman 1dari 8

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN

REPRODUKSI REMAJA TERHADAP PERILAKU


PACARAN PADA REMAJA :

SYSTEMATIC LITERATUR REVIEW

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

OLEH :

Engly Pratiwi Nichlas

208100033

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM

SARJANA STIKES GUNA BANGSA YOGYAKARTA

2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun, menurut Peraturan
Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014 remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18
tahun dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia adalah
10-24 tahun dan belum menikah. Berdasarkan data Departemen Kesehatan (DEPKES) Republik
Indonesia remaja Indonesia (usia 10-19 tahun) pada tahun 2008, jumlah remaja di Indonesia
diperkirakan sudah mencapai 62 juta jiwa.
Penelitian WHO menunjukkan kurangnya pengetahuan remaja tentang masa subur dapat
terlihat pada pengetahuan mereka tentang risiko kehamilan. Sebanyak 19,2% remaja menyatakan
bahwa perempuan yang melakukan hubungan seksual sebelum mengalami menstruasi dapat
hamil, dan sebanyak 8,8% remaja yang mendengar istilah masa subur menyatakan perempuan
tidak dapat hamil bila melakukan hubungan seksual pada masa subur. Kurangnya pengetahuan
remaja ini perlu mendapatkan perhatian karena hubungan seksual antara laki-laki dan perempuan
tetap mempunyai risiko untuk hamil.
Saat ini di Indonesia terjadi perubahan struktur piramida penduduk, pola yang muncul di
Indonesia mirip dengan struktur piramida penduduk di negara maju. Pola ini menggambarkan
adanya pengecilan jumlah dan proporsi penduduk yang berusia anak-anak tetapi diikuti dengan
membengkaknya penduduk remaja dan penduduk lanjut usia. Perubahan struktur ini karena
penduduk remaja yang sedang tumbuh itu adalah hasil pendewasaan dari penduduk yang belum
tersentuh oleh program KB pada zaman orang tua mereka masih remaja. Oleh karena itu, anak-
anak yang sekarang dewasa dan menjadi orang tua muda adalah anak-anak pasangan remaja yang
sangat rawan untuk kemungkinan menimbulkan baby boom yang baru.
Masa remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa, pada masa itu terjadi
pertumbuhan pesat termasuk fungsi reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan
perkembangan, baik fisik, mental, maupun peran sosial. Karakteristik perkembangan remaja,
salah satunya adalah memiliki rasa ingin tahu tinggi yang membuat remaja cenderung ingin
bertualang, menjelajah, dan mencoba segala sesuatu yang 1,2 belum pernah dialaminya.
Menurut hasil sensus penduduk 2010, jumlah penduduk Indonesia sebanyak 237,6 juta jiwa,
26,67% diantaranya remaja. Remaja yang berumur 15-24 tahun berjumlah 40,75 juta. Sementara

2
jumlah penduduk 10-14 tahun berjumlah 22,7 juta. Besarnya penduduk remaja akan berpengaruh
pada pembangunan dari aspek sosial, ekonomi maupun demografi baik saat ini maupun di masa
yang akan datang. Kesehatan anak pada usia remaja khususnya kesehatan reproduksi perlu
mendapat perhatian khusus, karena pada masa inilah remaja mempunyai keinginan yang besar
dalam mencoba berbagai hal, termasuk aktif dalam berpacaran (BPS, 2010).
Dalam Rencana Program Jangka Panjang Menengah (RPJM) 2004-2010, Kesehatan
Reproduksi Remaja (KRR) adalah salah satu program pemerintah di dalam sektor pembangunan
sosial-budaya, yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku remaja dalam
kesehatan reproduksi. Fokus utama dari program KRR di Indonesia adalah terwujudnya
perubahan perilaku remaja melalui penyediaan informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi.
Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) yang dilakukan pada tahun 2002-
2003 menemukan 2,4% atau sekitar 511.336 orang dari 21.264.000 jumlah remaja berusia 15-19
tahun dan 8,6% atau sekitar 1.727.929 orang dari 20.092.200 remaja berusia 20-24 tahun yang
belum menikah di Indonesia pernah melakukan hubungan seks pranikah dan lebih banyak terjadi
pada remaja di perkotaan (5,7%). Secara keseluruhan persentase laki-laki berusia 15-24 tahun
belum menikah melakukan hubungan seks pranikah lebih banyak dibandingkan wanita dengan
usia yang sama.
Kesehatan reproduksi remaja merupakan suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem,
fungsi, dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Dibandingkan dengan dewasa,
kesehatan reproduksi remaja lebih rentan terhadap berbagai penyakit, terutama infeksi menular
seksual (IMS). Hal ini disebabkan pada remaja terkumpul berbagai faktor risiko seperti faktor
perilaku, faktor biologis, faktor lingkungan serta faktor budaya. WHO memperkirakan ada 333
juta kasus baru mengenai IMS setiap tahunnya, dengan prevalensi tertinggi berada pada
kelompok usia 20-24 tahun, diikuti kelompok usia 15-19 tahun. Usia remaja juga rentan terhadap
kasus HIV/AIDS, dimana 30% total kasus baru HIV didapatkan pada kelompok remaja usia 15-
24 tahun.
Salah satu faktor yang memengaruhi kesehatan reproduksi remaja adalah perilaku seksual
remaja. Hasil Survei Situasi Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2012
menyebutkan perilaku seks pranikah pada remaja dilaporkan sebanyak 4,5% pada laki-laki dan
0,7% pada perempuan usia 15-19 tahun. Sedangkan perilaku seks pranikah usia 20-24 tahun
sebanyak 14,6% pada laki-laki dan 1,8% pada perempuan. Survei lain menunjukkan bahwa
5,26% pelajar SMP dan SMA di Indonesia pernah melakukan hubungan seksual pra nikah. Hasil
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan 1,97% remaja usia 15-19 tahun dan
0,02% remaja usia kurang dari 15 tahun sudah pernah hamil.

3
Menurut Lawrence Green, salah satu faktor yang memengaruhi perilaku kesehatan adalah
tingkat pengetahuan masyarakat terhadap kesehatan. Hal ini dibuktikan oleh penelitian yang
dilakukan oleh Wijayanti (2007) di Purwokerto yang menyebutkan bahwa pengetahuan
berpengaruh terhadap perilaku kesehatan. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Rohmatika
(2011) di Surakarta juga memberikan hasil yang sama. Namun, pengetahuan bukanlah satu-
satunya faktor yang memengaruhi perilaku seksual remaja. Penelitian lain menyebutkan bahwa
perilaku seksual remaja dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah sikap, peran keluarga,
paparan media informasi, lingkungan tempat tinggal serta teman sebaya.
Pada masa remaja pendidikan tentang kesehatan reproduksi sangatlah dibutuhkan. Karena
rasa ingin tahu tentang seks pada usia ini sangatlah besar. Pada masyarakat kita masih banyak
yang menganggap tabu untuk membicarakan masalah seksual dalam kehidupan sehari-hari.
sehingga para remaja akan mencari tahu informasi tentang seks dari internet, buku, film ataupun
berupa gambar secara sembunyi-sembunyi.
Remaja dengan permasalahan pengetahuan kesehatan reproduksi yang terjadi pada saat ini
sangat kompleks hal ini di tunjukan pada hasil SDKI 2012 KRR, mengetahui pengetahuan remaja
tentang kesehatan reproduksi belum memadai yang dapat dilihat dengan hanya 35,3% remaja
perempuan dan 31,2 % remaja laki laki usia 15-19 tahun mengetahui bahwa perempuan dapat
hamil dengan satu kali berhubungan seksual (SDKI 2012).
Menurut BKKBN, hasil SDKI tahun 2015 menunjukan bahwa pengetahuan remaja tentang
kesehatan reproduksi remaja relatif masih rendah. Remaja perempuan yang tidak tahu tentang
perubahan fisiknya sebanyak 13,3%. Hampir separuh (47,9%) remaja perempuan tidak
mengetahui kapan seorang perempuan memiliki hari atau masa suburnya. Sebalinya, pengetahuan
responden remaja laki-laki yang mengetahui masa subur perempuan lebih tinggi yaitu (32,3%)
dibanding dengan responden remaja perempuan (29%).
Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi sangat penting, karena masa remaja adalah masa
dimana seseorang sedang mengalami kebingungan dengan apa yang mereka alami. Hal ini dapat
menimbulkan maslah besar bagi remaja. Apalagi untuk seorang remaja perempuan atau siswa
yang mendapatkan pengetahuan tentang seks yang salah, dan pergaulan yang salah. Otomatis
siswa tersebut akan terjerumus pada masalah yang fatal, misalnya berhubungan seks dengan
pacarnya dan dikemudian hari siswa tersebut hamil. Maka, seiswa sendirilah yang akan
merasakan kerugian, akan dikeluarkan dari sekolah, dikucilkan oleh teman dan lingkungan,
bahkan dimarahi oleh orangtua mereka.
Menurut penelitian Lestary dan Sugiharti (2011), diketahui bahwa faktor-faktor yang secara
signifikan berhubungan dengan perilaku berisiko pada remaja di Indonesia diantaranya

4
pengetahuan, sikap, umur, jenis kelamin, pendidikan, status ekonomi rumah tangga, akses
terhadap media informasi, komunikasi dengan orangtua, dan keberadaan teman yang berperilaku
berisiko. Variabel yang paling dominan berhubungan dengan perilaku berisiko pada remaja yakni
jenis kelamin. Remaja laki-laki berpeluang 30 kali lebih besar untuk merokok, 10 kali lebih besar
untuk minum alkohol, 20 kali lebih besar untuk penyalahgunaan narkoba, dan 5 kali lebih besar
untuk hubungan seksual pranikah, jika dibandingkan dengan remaja perempuan.
Remaja adalah individu baik perempuan atau laki-laki yang berada pada masa/usia antara
anak-anak dan dewasa. Menurut World Health Organization (WHO) batasan usia remaja adalah
10–19 tahun. Berdasarkan United Nations (UN) batasan usia anak muda (youth) adalah 15–24
tahun. Kemudian disatukan dalam batasan kaum muda (young people) yang mencakup usia
antara 10–24 tahun. Dalam studi ini responden remaja dibatasi pada kelompok umur 15–24 tahun
Pacaran sebagai pintu pembuka risiko terjadinya hubungan seksual pranikah. Pengetahuan dan
sikap terbukti berpengaruh terhadap perilaku pacaran. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan
mengetahui pengaruh tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja dan sikap remaja
tentang pacaran dengan perilaku pacaran pada remaja siswa SMA.

Berdasakan teori di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
Hubungan Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Terhadap Perilaku Pacaran pada
Remaja : Systematik Literatur Review

B. Rumusan Masalah
Apakah Hubungan Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Terhadap Perilaku
Pacaran pada Remaja melalui kajian Systematik Literatur Review ?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Tingkat Pengetahuan
Kesehatan Reproduksi Remaja Terhadap Perilaku Pacaran pada remaja melalui Systematik
Literatur Review
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya karakteristik usia responden dan jenis kelamin
b. Diketahuinya tingkat pengetahauan responden (siswa) mengenai Kesehatan Reproduksi
Remaja

5
c. Diketahuinya berapa banyak jumlah siswa yang sudah pacaran dan perilaku pacaran
mereka
d. Diketahuinya pemahaman responden mengenai sex education

D. Ruang Lingkup
1. Ruang Lingkup Materi
Lingkup materi dalam penelitian ini adalah kebidanan komunitas pada remaja yang
merupakan salah satu kajian dalam ilmu kebidanan komunitas.
2. Ruang Lingkup Responden
Semua siswa yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti untuk dijadikan
sampel pada penelitian ini
3. Ruang Lingkup Tempat
Penelitian ini dilakukan di tempat yang memenuhi kriteria pengamnilan sampel

E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat memberikan ilmu kesehatan reproduksi pada remaja terutama untuk sex
education sedini mungkin bagi para remaja. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi semua pihak yang terkait, serta dapat menambah pengetahuan dan memberikan
sumbangan keilmuan, khususnya bidang ilmu kebidanan yang berkaitan dengan masalah
terutama tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi remaja pada perilaku pacaran
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat untuk kepala sekolah, para Guru
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dan masukan untuk sumber
informasi dan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
sehingga pendidikan tentang kesehatan reproduksi pada remaja dan pemantauan perilaku
pacaran secara dini dapat lebih fokus untuk diajarkan ke siswa.
b. Manfaat untuk staf dan guru Bimbingan Konseling
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi dan bahan evaluasi untuk
meningkatkan mutu pelayanan terhadap siswa yang berkaitan dengan kesehatan
reproduksi remaja dan pemantauan perilaku pacaran secara dini dengan sikap seksual
pada siswa
c. Manfaat untuk Peneliti

6
Untuk menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan penelitian dan
sebagai bekal penelitian berikutnya.
F. Keaslian Penelitian

Tabel 1.
Perbandingan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya

N Judul Penulis Metode Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan


o Penelitian Penelitian Penelitian Penelitian
1 Pengaruh Niken Meilani dan Penelitian ini Tingkat pengetahuan Perbedaan penelitian
tingkat Nanik Setiyawati adalah penelitian responden sebagian Persamaan milik Niken dkk
pengetahuan kuantitatif. Jenis besar dalam kategori penelitian ini yaitu pada variabel
dan sikap Kesehatan Ibu dan penelitian ini baik yaitu sebesar dengan penelitian bebas dalam
tentang Anak, Volume 11, adalah penelitian 58.6%. Sikap remaja milik Niken dkk penelitian ini adalah
pacaran No.2, November 2017, analitik tentang pacaran yaitu pada varibel pengetahuan
terhadap hal 15-19 korelasional hampir seimbang dependen yaitu responden tentang
perilaku dengan proporsinya antara sama sama kesehatan
pacaran pada menggunakan sikap netral, setuju dan membahas tentang reproduksi remaja
remaja metode survei. tidak setuju terhadap Tingkat dan sikap remaja
Pendekatan yang perilaku pacaran. Pengetahuan terhadap pacaran
digunakan adalah kesehatan dan variable terikat
cross sectional Reproduksi dan adalah perilaku
atau studi potong Perilaku Pacaran pacaran pada siswa
lintang. pada Remaja SMA, sedangkan
penelitian ini
variabelnya hanya
membahas tentang
tingkat Pengetahuan
Kesehatan
Reproduksi Remaja
terdahap Perilaku
Pacaran .
2 Hubungan Miftakhul Huda Penelitian ini Hasil analisis Persamaan Perbedaan
tingkat Fadhlullah, Bambang merupakan hubungan antara penelitian ini penelitian ini
pengetahuan Hariyana, Dodik penelitian tingkat pengetahuan dengan penelitian dengan penelitian
kesehatan Pramono, Dea obeservasional kesehatan reproduksi Miftakhul dkk yaitu Siti & Isue yaitu
reproduksi Amarilissa Adespin dengan remaja dengan sama-sama meneliti pada jenis
dengan rancangan cross perilaku seksual tentang hubungan penelitian. Pada
perilaku Jurnal Kedokteran sectional yang remaja menunjukkan tingkat pengetahuan penelitian tersebut
seksual Diponegoro Volume dilengkapi nilai signifikansi Reproduksi pada menggunakan
remaja 8, Nomor 4, Oktober dengan p=0,214 (p>0,05). Remaja. jenis penelitian
2019 pendekatan cross sectional
Online : metode sedangkan
http://ejournal3.undip. kuantitatif dan penelitian ini
ac.id/index.php/medic kualitatif merupakan jenis
o penelitian
ISSN Online : 2540- systematik
8844 literatur review

7
3 Pengaruh Sri Lilestina Nasution
Penelitian ini Hasil studi Persamaan penelitian Perbedaan penelitian
Pengetahuan merupakan menunjukkan bahwa ini dengan penelitian Sri yaitu pada waktu
Tentang Widyariset, Vol. 15 penelitian non variabel pengetahuan Sri yaitu sama-sama penelitian, penelitan
Kesehatan No.1, April 2012 eksperimen kesehatan reproduksi meneliti tentang Sri dilakukan pada
Reproduksi dengan desain merupakan variabel Pengetahuan tahun 2010
Remaja survei dan yang berpengaruh Kesehatan sedangkan penelitian
Terhadap menggunakan secara bermakna Reproduksi pada ini dilakukan pasa
Perilaku pendekatan terhadap perilaku Remaja tahun 2021
Seksual kuantitatif seksual pranikah.
Pranikah dengan analisis
Remaja statistik
inferensial
menggunakan
software SPSS
versi 17.

Anda mungkin juga menyukai